Pedoman ini dibuat untuk melaksanakan kegiatan poli gigi dan mulut di
Puskesmas Sukorejo sebagai unit penyelenggara pelayanan masyarakat. Selain itu,
penyusunan pedoman ini bertujuan untuk memberikan petunjuk cara pelaksanaan
pelayanan poli gigi dan mulut di Puskesmas Sukorejo bagi seluruh staf Puskesmas
Sukorejo.
Koordinator Program
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gigi dan mulut di Puskesmas
dan jejaringnya
C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua petugas kesehatan (dokter gigi dan
perawat gigi) yang terkait dengan pelayanan gigi di UPT Puskesmas Sukorejo.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi :
(1) Pelayanan gigi dan mulut di dalam gedung
(2) Pelayanan gigi dan mulut di luar gedung
(3) Pencatatan dan pelaporan
(4) Monitoring dan evaluasi
E. Batasan Operasional
1. Upaya pembinaan/pengembangan kesehatan gigi dan mulut
a. Frekwensi penyuluhan kesehatan gigi di murid TK
b. Demo sikat gigi massal di SD/MI
2. Upaya pelayanan kesehatan gigi
c. Bumil yang dirawat gigi dan mulut di Puskesmas
d. Apras yang dirawat gigi dan mulut di Puskesmas
e. Murid SD/MI yang mendapat pelayanan kesehatan gigi
f. Masyarakat umum dilayani di Puskesmas
g. Balita yang dilayani kesehatan gigi di Posyandu
h. Bumil yang dilayani kesehatan gigi di Posyandu
F. Landasan Hukum
(1) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/
62/ 2015 tentang Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter Gigi
(2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2052/MENKES/PER/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran
(3) Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor : HK.02.04/II/963/
2012 tentang Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
(4) Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor :
HK.02/04/II/1181/2012HK tentang Pedoman Pemeliharaan Kesehatan gigi dan
Mulut Ibu hamil dan Anak Usia Balita Bagi Tenaga Kesehatan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
(5) Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor: HK.02.04/ II/
964/2012 tentang Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Puskesmas
(6) Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor:
HK.02/04/II/1179/2012HK tentang Standar Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(7) Keputusan Direktur jenderal Bina Upayan Kesehatan Nomor:
HK.02.04/II/960/2012 tentang Modul Pelatihan Identifikasi Lesi Rongga Mulut
dan Penatalaksanaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada ODHA Bagi Tenaga
Kesehatan Gigi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(8) Panduan Dokter Gigi Dalam Era New Normal. 2020. Satuan Tugas Covid 19
Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia
(9) Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi Covid 19. 2020.
Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer Kementrian Kesehatan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan kegiatan Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Gigi dan Mulut dikoordinir Penanggungjawab Upaya
Kesehatan Masyarakat dan Koordinator Program Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Gigi dan Mulut
C. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
1. Pelayanan upaya kesehatan gigi dan mulut di poli gigi
Dilakukan setiap hari Senin - Sabtu.
Senin – Kamis : 07.30 – Selesai
Jumat : 07.30 – Selesai
Sabtu : 07.30 – Selesai
2. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil
Dilakukan setiap hari pada jam pelayanan poli gigi di poli gigi
Dilakukan setiap bulan mengikuti jadwal Posyandu di Posyandu binaan
3. Pemeriksaan balita di Posyandu
Dilakukan setiap bulan mengikuti jadwal posyandu di Posyandu binaan
4. Penyuluhan pada murid TK
Dilakukan setiap bulan di sekolah binaan
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Poli gigi berlokasi di gedung Puskesmas Sukorejo, dan mempunyai luas 3x4
meter dan mempunyai fasilitas air yang mengalir untuk cuci tangan.
B. Standar Fasilitas
Peralatan Gigi dan Mulut (Hands Instrumen) adalah sejumlah alat medis yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan gigi di dalam maupun di
luar gedung Puskesmas .
Dental Unit adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan untuk melaksanakan
kegiatan pelayanan kesehatan gigi di dalam gedung (statis/alat yang tidak bergerak),
meliputi kursi gigi, model tidur naik turun, injeksi, rangka bodi, unit gigi dengan
landasan tetap. Peralatan untuk Pengobatan Gigi dan Mulut terdiri dari :
a. Mebelair : 4 jenis
b. Penunjang : 4 jenis
Jumlah : 47 jenis
Jumlah alat
No Jenis Peralatan untuk Pengobatan Gigi dan Mulut yang berfungsi
baik
4 Kompresor/tabung oksigen 1
9 Periodontal probe 1 bh
11 Tempat kapas 1
16 Vacum Aerosol 1
Jumlah 20 jenis
B Mebelair
1
1. Meja kerja ½ biro
2
2. Kursi kerja
0
3. Kursi hadap
1
4. Lemari simpan alat/obat
Jumlah 4 jenis
C Penunjang
1
1. Tempat penyimpanan peralatan bersih yang tertutup rapat
2
2. Tempat sampah tertutup
0
3. Jam/ARI sound timer
0
4. Jas dokter gigi
1
5. Waskom stainless
Jumlah 3 jenis
1
1. Sterilisator tekanan tinggi
1
2. Baki logam tempat alat steril
1
3. Korentang, penjepit sponge (forester)
1
4. Toples kapas/kasa steril
1
5. Tromol kasa/kain steril 25 X 120 mm)
1
6. Bak instrumen tertutup
0
7. Meja instrumen/alat
1
8. Lemari simpan instrumen/alat
0
9. Langseng dengan sarangan berlubang besar
0
10.Perebus atau pengukus peralatan untuk DTT
Sesuai
E Bahan habis pakai untuk Pengobatan Gigi dan Mulut
kebutuhan
1. Larutan klorin
a. Alkohol 70%
c. Na O Cl
d. Larutan Chlorin 3%
e. Aquadest
f. H2O2 liquid 3%
g. Yod Gliserin
h. Vaseline
a. Glassionomer
b. Temporary filling
c. Eugenol
d. TKF
e. ChKM
f. Cresophene/Rockle’s
h. Calxinol/Dycal
k. Spongostan
Jumlah 9 jenis
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan meliputi lingkup kegiatan, metode, dan langkah kegiatan
diuraikan sebagai berikut. Pelayanan gigi dan mulut di puskesmas adalah kegiatan
pelayanan gigi dan mulut mulai dari upaya promotif, preventif, dan kuratif.yang
dilakukan di wilayah kerja puskesmas. Upaya pelayanan ini dilaksanakan atas dasar
hubungan antara dokter gigi atau tenaga kesehatan gigi dengan individu/masyarakat
yang membutuhkan.
Upaya pelayanan gigi dan mulut di puskesmas dilakukan di dalam gedung dan di
luar gedung, sebagaimana dijelaskan berikut ini.
A. Upaya Pelayanan Gigi dan Mulut di Dalam Gedung
1. Promotif preventif :
a. Dental Health Education (DHE),
b. Kontrol plak,
2. Kuratif
a. Pencabutan tanpa komplikasi,
b. Penumpatan gigi,
c. Perawatan saluran akar
d. Terapi periodontal,
e. Pembersihan karang gigi,
f. Pengobatan penyakit mulut dan
g. Memberikan rujukan
3. Pelayanan darurat dasar
a. Tindakan mengurangi rasa sakit melalui tindakan pemberian obat-obatan.
b. Tindakan mengurangi rasa sakit melalui tindakan penambalan sementara
c. Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut melalui tindakan pembersihan
karang gigi
d. Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut melalui tindakan menghilangkan
traumatik oklusi
e. Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut melalui tindakan ekstraksi gigi
tanpa komplikasi
f. Rujukan untuk kasus-kasus kompleks
g. Penanganan kegawatdaruratan medik gigi lainnya.
1. Screening pasien
2. Penyampaian keluhan pasien
3. Penentuan anamnesa pasien, pemeriksaan intra oral dan ekstra oral,,
riwayat penyakit dahulu.
4. Penegakan diagnosa
Dalam menegakkan diagnose dan rencana penatalaksanaan tindakan
medis, jika dibutuhkan maka poli gigi melakukan rujukan internal ke poli
umum dan laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya.
5. Penentuan terapi tindakan dan pemberian resep sebagai langkah
pengobatan
6. Pemberian DHE (Dental Health Education)
Setelah mendapatkan pengobatan, pasien diberikan DHE tentang cara
merawat atau memelihara kesehatan gigi dan mulut.
7. Monitoring dan evaluasi dari pengobatan gigi
Setelah selesai pengobatan gigi, pada beberapa pasien memerlukan kontrol
dan melakukan perawatan selanjutnya sebagai pengobatan berkelanjutan..
Dalam rangka pelayanan dan pengobatan, apabila tenaga kesehatan
menemukan pasien dengan resiko dan komplikasi terhadap perawatan yang akan
dilakukan maka pasien akan dirujuk untuk memperoleh terapi pengobatan yang lebih
kompleks, dengan membuat rujukan pasien ke rumah sakit umum Balung dan rumah
sakit umum Soebandi.
Pasien yang memerlukan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan
pengobatan gigi antara lain :
1. Pasien yang telah mendapatkan pengobatan abses
2. Pasien yang telah mendapat terapi trauma oklusi
3. Pasien yang sedang menjalani perawatan saluran akar
4. Pasien yang dalam kasus terapi infeksi gigi
A.2. Alur upaya pelayanan gigi dan mulut di dalam gedung
PASIEN DATANG
ANAMNESA PASIEN
PEMERIKSAAN PASIEN
PENYAMPAIAN INSTRUKSI-INSTRUKSI/DHE
PASIEN PULANG
Merupakan perdarahan yang terjadi sangat hebat atau persisten dan tidak
kunjung berhenti. Sebagian besar perdarahan di dalam rongga mulut diakibatkan
oleh gingivitis atau trauma, tetapi jika berkepanjangan akan sangat berbahaya
karena bisa mengakibatkan pasien kehilangan banyak darah dan mengancam
jiwa.
Nyeri gigi karena karies ataupun pulpitis (peradangan jaringan syaraf gigi),
Kondisinya berupa nyeri pulpa spontan, kuat, sering berdenyut, diperburuk
oleh suhu dan bertahan serta keluhan nyerinya memanjang. Rasa nyeri
cenderung menjalar ke telinga dan pelipis.
Trauma gigi diikuti luksasi (kegoyangan gigi) atau avulsi (gigi terlepas dari
soketnya),
Gigi anterior permanen yang mengalami avulsi dapat berhasil ditanam
kembali pada anak, terutama jika apeks akar belum sepenuhnya terbentuk (di
bawah 16 tahun). Gigi susu yang avulsi tidak harus ditanam kembali. Semakin
muda anak dan semakin cepat replantasi, semakin baik keberhasilannya; gigi
yang ditanam kembali dalam 15 menit memiliki peluang 98% untuk dipertahankan
setelah perawatan gigi lebih lanjut.
Fraktur gigi disertai nyeri atau berpotensi melukai jaringan lunak,
Gigi yang retak adalah masalah serius yang merupakan kondisi darurat
gigi. Gigi yang retak biasanya menunjukkan bahwa kerusakan telah terjadi di
bagian dalam gigi maupun di luar. Kondisi fraktur parah mengakibatkan gigi tidak
bisa diselamatkan
Berkumur Antiseptik
Berkumur dengan menggunakan antiseptik atau obat kumur adalah salah
satu upaya yang dapat dilakukan tenaga kesehatan khususnya dokter gigi untuk
pencegahan penyebaran virus COVID-19. Pengaplikasian obat kumur juga dapat
diterapkan pada pasien yang melakukan pemeriksaan atau perawatan gigi.
Secara utuh upaya pelayanan gigi dan mulut luar gedung tidak sepenuhnya
dilakukan hanya di luar gedung, melainkan melalui tahap perencanaan yang dilakukan
di dalam gedung. Kegiatan upaya pelayanan gigi dan mulut di luar gedung ditekankan
ke arah promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas. Beberapa kegiatan pelayanan gigi di luar gedung dalam rangka upaya
perbaikan gigi dan mulut yang dilaksanakan oleh puskesmas antara lain :
B.3. Alur pelayanan upaya kesehatan gigi dan mulut di luar gedung
Alur pelayanan gigi luar gedung disesuaikan dengan jenis kegiatan, sasaran dan
keadaan wilayah setempat.
BAB V
LOGISTIK
Logistik dalam hal ini diartikan bahan ketersediaannya diperlukan dalam upaya
pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
A. Bahan Habis Pakai Untuk Pengobatan Gigi Dan Mulut
1. Larutan klorin
2. Masker dan sarung tangan
3. Kapas, kasa, cotton roll, cotton pellet, tampon.
4. Spuit 1 cc dan 2,5 cc
5. Mata bur ( round dan fissure)
6. Obat anestesi untuk gilut : lidocain injeksi comp 2%, ethylchloride spray
7. Obat-obatan kegawatdaruratan
C. Bahan Tumpat
1. Glass ionomer (ART)
2. Temporary filling
3. Egeunol
4. TKF
5. CHKM
6. Cresophen
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Tujuan
Keselamatan kerja perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh semua petugas,
yang bertujuan:
1. Petugas di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi
terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip universal precaution
Indikator mutu layanan yang digunakan di pelayanan upaya kesehatan gigi dan
mulut Puskesmas Sukorejo adalah
Pengendalian mutu akan dipantau oleh Tim Mutu Puskesmas Sukorejo, melalui
monitoring dan evaluasi pelaksanaan, pencapaian pengendalian mutu dibahas dalam
pertemuan manajemen dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
BAB IX
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Alat Pelindung Diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai
penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk
melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit. APD
yang digunakan untuk dokter gigi selama pandemi covid yaitu APD level 3.
HVE Portable
HVE dapat mengatasi pengurangan aerosol tetapi teknis dan spesifikasi harus
dipertimbangkan oleh dokter gigi dalam menggunakan HVE. Dokter gigi perlu
memeriksa kekuatan dan volume aliran udara HVE secara berkala, karena ada HVE
dengan sistem yang memiliki aliran udara bersih dan menunjukkan aliran udara yang
cukup tetapi ternyata dalam pengukuran statis tekanan vakum (mmHg) tekanan yang
ada sangat rendah. HVE dengan pola sistem seperti ini, akan menghasilkan arus balik
yang tidak diharapkan
UV-C
Pertimbangkan penggunaan iradiasi ultraviolet (UV) pada ruang praktik sebagai
tambahan untuk pembersihan udara yang lebih tinggi. Paparan UV-C menyebabkan
inaktivasi parsial dalam waktu 1 menit paparan, yang semakin meningkat efektivitasnya
dalam watu 6 menit paparan, sehingga jumlah virus (viral load) berkurang hingga 400
kali lipat. Setelah 15 menit, virus menjadi seluruhnya mati (<1.0TCID50(log10) per mL
Sekat Penghalang
Pasang penghalang kaca, plastik atau fiber pada meja bagian penerima tamu
(recepsionist/front office). Pastikan ketersediaan masker dan hand sanitizer yang cukup
dan tisu kertas di meja pendaftaran, serta tempat sampah infeksius.
Desinfeksi
Disinfeksi menggambarkan suatu proses yang menghilangkan banyak atau
semua mikroorganisme patogen, kecuali spora bakteri pada benda mati. Dalam
pengaturan layanan kesehatan, objek biasanya didisinfeksi dengan cairan kimia atau
pasteurisasi basah. Bahan yang digunakan sebagai bahan disinfeksi disebut
disinfektan.
Disinfeksi alat yang sudah dipakai Disinfektan permukaan alat dapat
menggunakan campuran air dan detergen atau sodium hipoklorit 5% dengan
perbandingan 1:100 (konsentrasi final sebesar 0,05%) selama 1 menit. Untuk barang
dengan permukaan yang kecil, dapat dibersihkan menggunakan etanol 70% atau
detergen dan air selama 10 menit. Instrumen. Instrumen bedah dan instrumen lain
yang biasanya berkontak dengan jaringan lunak atau tulang (misalnya, ekstraksi
forceps, pisau bedah, chisel (pahat tulang), scaler periodontal, dan bur bedah, alat
diagnostik) digolongkan critical item. Instrumen yang tidak untuk menembus jaringan
lunak mulut atau tulang (seperti burniser (kondensor amalgam) dan three way syringe),
tetapi tetap dapat berkontak dengan mukosa, diklasifikasikan sebagai semi critical item
dan disterilkan dengan panas atau sekurang-kurangnya dengan air detergen, etanol
atau disinfektan kimia lainnya
Handpiece. Khusus handpieces yang tahan panas, dapat disinfeksi
menggunakan uap tekanan tinggi (autoklaf), uap kimia (formaldehida), dan panas kering
(contoh 320F atau 160C selama 2 jam). Handpiece yang tidak tahan panas, dapat
didisinfeksi alkohol 70% atau hidrogen peroksida 1%.
Baju. Bahan pakaian yang dapat dipakai ulang (surgical scrub, baju hazmat, leg
cover, plastic shoe cover), disinfeksi dengan cara mencuci menggunakan detergen dan
air (direndam 30 menit). Sebaiknya penggunaan jenis bahan pakaian ini mengikuti
anjuran yang berlaku seperti bahan yang tidak mudah tembus air dan kedap pori
terhadap partikel virus.
Ruangan. Pembersihan lingkungan kerja dan lingkungan lain meliputi ruang
tunggu pasien, pintu, jendela, kursi, dental unit, dan sebagainya, dengan menggunakan
swab (kain lap) alkohol 70%, Pembersihan dan disinfeksi area klinik gigi dilakukan
setelah pasien (tanpa, dicurigai atau terkonfirmasi COVID-19) keluar dari ruang dental
unit dan pasien selanjutnya baru dapat masuk setelah 15 menit pembersihan
BAB X
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan gigi dan mulut di UPTD. Puskesmas Sukorejo.
Keberhasilan kegiatan upaya pelayanan Gigi dan mulut merupakan keberhasilan
upaya menekan angka kesakitan dan meningkatkan keberhasilan perawatan kesehatan
gigi dan mulut akibat masalah penyakit gigi dan mulut.