Anda di halaman 1dari 28

PEDOMAN INTERNAL

UNIT PELAYANAN PROGRAM PENCEGAHAN


DAN PENANGGULANGAN
PENYAKIT GIGI DAN MULUT
DALAM MASA PANDEMI COVID 19

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER


DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER
PUSKESMAS SUKOREJO
Tahun 2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Allamdulillah, segala puji bagi Allah SWT,


Pedoman Internal Penyelenggaraan Pelayanan Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Gigi dan Mulut Puskesmas Sukorejo Kabupaten Jember
telah selesai disusun.

Pedoman ini dibuat untuk melaksanakan kegiatan poli gigi dan mulut di
Puskesmas Sukorejo sebagai unit penyelenggara pelayanan masyarakat. Selain itu,
penyusunan pedoman ini bertujuan untuk memberikan petunjuk cara pelaksanaan
pelayanan poli gigi dan mulut di Puskesmas Sukorejo bagi seluruh staf Puskesmas
Sukorejo.

Dalam penyusunan pedoman ini masih banyak memerlukan penyempurnaan,


maka diperlukan kritik dan saran guna sempurnanya penyusunan pedoman ini.

Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi pengguna layanan Puskesmas


Sukorejo dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Koordinator Program

Pencegahan dan Penanggulangan


Penyakit Gigi dan Mulut
Puskesmas Sukorejo

drg. PRAMUDITHO PRATAMA P

NIP. 19880215 201403 1 001


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan adalah terciptanya masyarakat Indonesia yang


hidup dan berprilaku dalam lingkungan sehat dan mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu. Pelayanan gigi dan mulut di Puskesmas terdiri dari kegiatan
upaya pelayanan gigi di dalam gedung dan di luar gedung. Pelayanan gigi di dalam
gedung umumnya bersifat perorangan, dapat berupa pelayanan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.

Kegiatan di dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gigii


yang akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan gigi di luar gedung
umumnya pelayanan gigi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan
preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gigi di Puskesmas, diperlukan pelayanan
yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status kesehatan gigi dan mulut yang
optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Pelayanan gigi yang bermutu
dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanaan upaya pelayanan gigi
yang bermutu.

B. Tujuan
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gigi dan mulut di Puskesmas
dan jejaringnya

C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua petugas kesehatan (dokter gigi dan
perawat gigi) yang terkait dengan pelayanan gigi di UPT Puskesmas Sukorejo.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi :
(1) Pelayanan gigi dan mulut di dalam gedung
(2) Pelayanan gigi dan mulut di luar gedung
(3) Pencatatan dan pelaporan
(4) Monitoring dan evaluasi
E. Batasan Operasional
1. Upaya pembinaan/pengembangan kesehatan gigi dan mulut
a. Frekwensi penyuluhan kesehatan gigi di murid TK
b. Demo sikat gigi massal di SD/MI
2. Upaya pelayanan kesehatan gigi
c. Bumil yang dirawat gigi dan mulut di Puskesmas
d. Apras yang dirawat gigi dan mulut di Puskesmas
e. Murid SD/MI yang mendapat pelayanan kesehatan gigi
f. Masyarakat umum dilayani di Puskesmas
g. Balita yang dilayani kesehatan gigi di Posyandu
h. Bumil yang dilayani kesehatan gigi di Posyandu

F. Landasan Hukum
(1) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/
62/ 2015 tentang Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter Gigi
(2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2052/MENKES/PER/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran
(3) Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor : HK.02.04/II/963/
2012 tentang Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
(4) Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor :
HK.02/04/II/1181/2012HK tentang Pedoman Pemeliharaan Kesehatan gigi dan
Mulut Ibu hamil dan Anak Usia Balita Bagi Tenaga Kesehatan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
(5) Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor: HK.02.04/ II/
964/2012 tentang Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Puskesmas
(6) Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor:
HK.02/04/II/1179/2012HK tentang Standar Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(7) Keputusan Direktur jenderal Bina Upayan Kesehatan Nomor:
HK.02.04/II/960/2012 tentang Modul Pelatihan Identifikasi Lesi Rongga Mulut
dan Penatalaksanaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada ODHA Bagi Tenaga
Kesehatan Gigi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(8) Panduan Dokter Gigi Dalam Era New Normal. 2020. Satuan Tugas Covid 19
Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia
(9) Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi Covid 19. 2020.
Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer Kementrian Kesehatan
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pengelola program Gigi dan mulut adalah Dokter gigi fungsional yang telah lulus
uji kompetensi dokter gigi.
Petugas pelaksana adalah petugas pelaksana yang telah memenuhii standar
kualifikasi sebagai tenaga pelaksana dan telah mendapat pelatihan sesuai dengan
tugasnya.

No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan

1 Koordinator Program Dokter gigi


Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit
Gigi dan Mulut

2 Pengelola Program Dokter gigi


Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit
Gigi dan Mulut

3 Petugas Pelaksana Dokter gigi Melaksanakan


pelayanan
Perawat gigi
kesehatan gigi
dan mulut baik
di dalam
gedung atau di
luar gedung

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan kegiatan Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Gigi dan Mulut dikoordinir Penanggungjawab Upaya
Kesehatan Masyarakat dan Koordinator Program Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Gigi dan Mulut
C. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
1. Pelayanan upaya kesehatan gigi dan mulut di poli gigi
Dilakukan setiap hari Senin - Sabtu.
Senin – Kamis : 07.30 – Selesai
Jumat : 07.30 – Selesai
Sabtu : 07.30 – Selesai
2. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil
Dilakukan setiap hari pada jam pelayanan poli gigi di poli gigi
Dilakukan setiap bulan mengikuti jadwal Posyandu di Posyandu binaan
3. Pemeriksaan balita di Posyandu
Dilakukan setiap bulan mengikuti jadwal posyandu di Posyandu binaan
4. Penyuluhan pada murid TK
Dilakukan setiap bulan di sekolah binaan

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Poli gigi berlokasi di gedung Puskesmas Sukorejo, dan mempunyai luas 3x4
meter dan mempunyai fasilitas air yang mengalir untuk cuci tangan.

B. Standar Fasilitas

Peralatan Gigi dan Mulut (Hands Instrumen) adalah sejumlah alat medis yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan gigi di dalam maupun di
luar gedung Puskesmas .

Dental Unit adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan untuk melaksanakan
kegiatan pelayanan kesehatan gigi di dalam gedung (statis/alat yang tidak bergerak),
meliputi kursi gigi, model tidur naik turun, injeksi, rangka bodi, unit gigi dengan
landasan tetap. Peralatan untuk Pengobatan Gigi dan Mulut terdiri dari :

Set Peralatan Poliklinik Gigi dan Mulut : 20 jenis

a. Mebelair : 4 jenis

b. Penunjang : 4 jenis

c. Peralatan untuk dekontaminasi dan sterilisasi : 11 jenis

d. Bahan Habis Pakai : 9 jenis

Jumlah : 47 jenis

Tabel 2.30 Peralatan untuk Pengobatan Gigi dan Mulut

Jumlah alat
No Jenis Peralatan untuk Pengobatan Gigi dan Mulut yang berfungsi
baik

A Set Peralatan Poliklinik Gigi Dan Mulut

1 Kursi periksa gigi 0

2 Dental unit lengkap ( (high speed dan low speed) 1 set

3 Contra angle dan straight hand piece 1

4 Kompresor/tabung oksigen 1

Alat diagnostik dasar (Kaca mulut, Pinset dental, Sonde half


5 5 set
moon, Sonde lurus, Excavator)

6 Set alat tambal terdiri dari:


2
a) Plastis filling
2
b) Stoper semen
2
c) Burniser berbagai ukuran
2
d) Stoper amalgam
3
e) Spatula semen
1 set
f) Diamond Bor
0
g) Pelindung jari (finger sool)
1
h) Kaca pengaduk (glass slap)
0
i) Matriks Band + retainer
Perangkat alat skeling (scaling set) Sceler berbagai tipe@1
7 1 set
(Kuret, Hoe, Sikle, Wing shape)

8 Peralatan set alat cabut 1 set

a.  Tang cabut gigi dewasa 1set

b.  Tang cabut gigi anak 1 buah

c.  Bein lurus 2 bh

d.  Bein bengkok 0

e.  Cryer 1 set

9 Periodontal probe 1 bh

10 Peralatan prostetik 0 set

a.  Sendok cetak RA + RB berbagai ukuran 0

b.  Tang klammer 0

c.  Tang potong 0

11 Tempat kapas 1

12 Sterilisator tekanan tinggi 0

13 Baki logam tempat alat steril 1

14 Korentang, penjepit spoge ( Forester) 1

15 Toples kapas/kasa steril 1

16 Vacum Aerosol 1

Jumlah 20 jenis

B Mebelair

1
1. Meja kerja ½ biro
2
2. Kursi kerja
0
3. Kursi hadap
1
4. Lemari simpan alat/obat
Jumlah 4 jenis

C Penunjang

1
1. Tempat penyimpanan peralatan bersih yang tertutup rapat
2
2. Tempat sampah tertutup
0
3. Jam/ARI sound timer
0
4. Jas dokter gigi
1
5. Waskom stainless
Jumlah 3 jenis

Peralatan untuk dekontaminasi, pembersihan dan sterilisasi


D adalah peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan
dekontaminasi dan sterilisasi alat.

1
1. Sterilisator tekanan tinggi
1
2. Baki logam tempat alat steril
1
3. Korentang, penjepit sponge (forester)
1
4. Toples kapas/kasa steril
1
5. Tromol kasa/kain steril 25 X 120 mm)
1
6. Bak instrumen tertutup
0
7. Meja instrumen/alat
1
8. Lemari simpan instrumen/alat
0
9. Langseng dengan sarangan berlubang besar
0
10.Perebus atau pengukus peralatan untuk DTT

11.Peralatan pembersihan dan pencucian alat


a. Ember plastik (kapasitas 30 liter) untuk 1
membersihkan dan mencuci peralatan
b. Waskom plastik (kapasitas 10 liter ) untuk 1
menyiapkan larutan klorin
1
c. Tempat sabun
1
d. Sikat alat
1
e. Sikat cuci tangan
Jumlah 11 jenis

Sesuai
E Bahan habis pakai untuk Pengobatan Gigi dan Mulut
kebutuhan

1. Larutan klorin

2. APD: masker, Sarung tangan no 6 ½, 7, 7 ½

3. Kapas, kasa, cotton roll, cotton pellet

4. Spuit 2.5 cc atau 3 cc

5. Mata Bor (Round, inverted, Fissure)


6. Obat anestesi untuk gilut : Lidokain injeksi infiltrasi 1 %
atau Pehacain 2 %, Chloretil spray
7. Obat emergensi gilut: Adrenalin
1:1000/Noradrenalin/Epinefrin/Norepinefrin
8. Obat untuk Pengobatan Gigi dan Mulut

a. Alkohol 70%

b. Povidon Iodine 10%

c. Na O Cl

d. Larutan Chlorin 3%

e. Aquadest

f. H2O2 liquid 3%

g. Yod Gliserin

h. Vaseline

9. Bahan tambal gigi:

a. Glassionomer

b. Temporary filling

c. Eugenol

d. TKF

e. ChKM

f. Cresophene/Rockle’s

g. Zinc Phosphat cement

h. Calxinol/Dycal

i. Root Canal Filling


j. Mummyfication paste

k. Spongostan
Jumlah 9 jenis

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pelayanan meliputi lingkup kegiatan, metode, dan langkah kegiatan
diuraikan sebagai berikut. Pelayanan gigi dan mulut di puskesmas adalah kegiatan
pelayanan gigi dan mulut mulai dari upaya promotif, preventif, dan kuratif.yang
dilakukan di wilayah kerja puskesmas. Upaya pelayanan ini dilaksanakan atas dasar
hubungan antara dokter gigi atau tenaga kesehatan gigi dengan individu/masyarakat
yang membutuhkan.
Upaya pelayanan gigi dan mulut di puskesmas dilakukan di dalam gedung dan di
luar gedung, sebagaimana dijelaskan berikut ini.
A. Upaya Pelayanan Gigi dan Mulut di Dalam Gedung
1. Promotif preventif :
a. Dental Health Education (DHE),
b. Kontrol plak,

2. Kuratif
a. Pencabutan tanpa komplikasi,
b. Penumpatan gigi,
c. Perawatan saluran akar
d. Terapi periodontal,
e. Pembersihan karang gigi,
f. Pengobatan penyakit mulut dan
g. Memberikan rujukan
3. Pelayanan darurat dasar
a. Tindakan mengurangi rasa sakit melalui tindakan pemberian obat-obatan.
b. Tindakan mengurangi rasa sakit melalui tindakan penambalan sementara
c. Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut melalui tindakan pembersihan
karang gigi
d. Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut melalui tindakan menghilangkan
traumatik oklusi
e. Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut melalui tindakan ekstraksi gigi
tanpa komplikasi
f. Rujukan untuk kasus-kasus kompleks
g. Penanganan kegawatdaruratan medik gigi lainnya.

A.1. Upaya pelayanan gigi dan mulut rawat jalan


Upaya pelayanan gigi dan mulut rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan
yang meliputi :

1. Screening pasien
2. Penyampaian keluhan pasien
3. Penentuan anamnesa pasien, pemeriksaan intra oral dan ekstra oral,,
riwayat penyakit dahulu.
4. Penegakan diagnosa
Dalam menegakkan diagnose dan rencana penatalaksanaan tindakan
medis, jika dibutuhkan maka poli gigi melakukan rujukan internal ke poli
umum dan laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya.
5. Penentuan terapi tindakan dan pemberian resep sebagai langkah
pengobatan
6. Pemberian DHE (Dental Health Education)
Setelah mendapatkan pengobatan, pasien diberikan DHE tentang cara
merawat atau memelihara kesehatan gigi dan mulut.
7. Monitoring dan evaluasi dari pengobatan gigi
Setelah selesai pengobatan gigi, pada beberapa pasien memerlukan kontrol
dan melakukan perawatan selanjutnya sebagai pengobatan berkelanjutan..
Dalam rangka pelayanan dan pengobatan, apabila tenaga kesehatan
menemukan pasien dengan resiko dan komplikasi terhadap perawatan yang akan
dilakukan maka pasien akan dirujuk untuk memperoleh terapi pengobatan yang lebih
kompleks, dengan membuat rujukan pasien ke rumah sakit umum Balung dan rumah
sakit umum Soebandi.
Pasien yang memerlukan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan
pengobatan gigi antara lain :
1. Pasien yang telah mendapatkan pengobatan abses
2. Pasien yang telah mendapat terapi trauma oklusi
3. Pasien yang sedang menjalani perawatan saluran akar
4. Pasien yang dalam kasus terapi infeksi gigi
A.2. Alur upaya pelayanan gigi dan mulut di dalam gedung

ALUR PELAYANAN POLI GIGI

PASIEN DATANG

PANGGILAN SESUAI NOMOR URUT LOKET

PASIEN MASUK RUANGAN

ANAMNESA PASIEN

PEMERIKSAAN PASIEN

IDENTIFIKASI ULANG PASIEN

PENYAMPAIAN RENCANA PERAWATAN PASIEN SESUAI PEMBUATAN


PERAWATAN HASIL PEMERIKSAAN INFORMED
CONSENT

PEMBERIAN RESEP JIKA DIPERLUKAN

PENYAMPAIAN INSTRUKSI-INSTRUKSI/DHE

PASIEN PULANG

A.3 Penggunaan Vacum Aerosol


Vacum aerosol merupakan alat bantu untuk menghirup aerosl yang
ditimbulkan pada saat tindakan kedokteran gigi. Penggunaan Vacum aerosol
digunakan pada tindakan-tindakan yang menggunakan bur high speed maupun
scaller.Vacum aerosol diarahkan ke arah mulut pasien pada saat tindakan.
Kecepatan dan daya hisap dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

A.4 Kegawatdaruratan Tindakan Kedokteran Gigi di Masa Pandemi


Seperti kita ketahui bahwa virus COVID-19 menular dengan cepat melalui
droplet atau cairan pernafasan dari orang yang terinfeksi. Dalam praktik
kedokteran gigi, penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui tetesan dan
aerosol yang terinfeksi dari pasien dan dengan mudah menempel di seluruh
permukaan kursi gigi ataupun ruangan di klinik. Interaksi antara dokter gigi dan
pasien sangat rentan menularkan virus COVID-19. Hal ini disebabkan karena
mau tidak mau pasien harus membuka mulut, berkumur, serta jarak pemeriksaan
tidak bisa kurang dari 1 meter agar dokter gigi bisa memeriksa kondisi gigi di
dalam rongga  mulut. Untuk itu sebaiknya kita menunda ke dokter gigi apabila
tidak dalam keadaan darurat.

Beberapa kondisi yang termasuk kedaruratan gigi (dental emergency)


antara lain :

·     Perdarahan yang tidak terkendali,

Merupakan perdarahan yang terjadi sangat hebat atau persisten  dan tidak
kunjung berhenti. Sebagian besar perdarahan di dalam rongga mulut diakibatkan
oleh gingivitis atau trauma, tetapi jika berkepanjangan akan sangat berbahaya
karena bisa mengakibatkan pasien kehilangan banyak darah dan mengancam
jiwa.

Nyeri gigi karena karies ataupun pulpitis (peradangan jaringan syaraf gigi),
Kondisinya berupa nyeri pulpa spontan, kuat, sering berdenyut, diperburuk
oleh suhu dan bertahan serta keluhan nyerinya memanjang. Rasa nyeri
cenderung menjalar ke telinga dan pelipis.
Trauma gigi diikuti luksasi (kegoyangan gigi) atau avulsi (gigi terlepas dari
soketnya),
Gigi anterior permanen yang mengalami avulsi dapat berhasil ditanam
kembali pada anak, terutama jika apeks akar belum sepenuhnya terbentuk (di
bawah 16 tahun). Gigi susu yang avulsi tidak harus ditanam kembali. Semakin
muda anak dan semakin cepat replantasi, semakin baik keberhasilannya; gigi
yang ditanam kembali dalam 15 menit memiliki peluang 98% untuk dipertahankan
setelah perawatan gigi lebih lanjut.
Fraktur gigi disertai nyeri atau berpotensi melukai jaringan lunak,
Gigi yang retak adalah masalah serius yang merupakan kondisi darurat
gigi. Gigi yang retak biasanya menunjukkan bahwa kerusakan telah terjadi di
bagian dalam gigi maupun di luar. Kondisi fraktur parah mengakibatkan gigi tidak
bisa diselamatkan

Berkumur Antiseptik
Berkumur dengan menggunakan antiseptik atau obat kumur adalah salah
satu upaya yang dapat dilakukan tenaga kesehatan khususnya dokter gigi untuk
pencegahan penyebaran virus COVID-19. Pengaplikasian obat kumur juga dapat
diterapkan pada pasien yang melakukan pemeriksaan atau perawatan gigi.

B. Upaya Pelayanan Gigi dan Mulut di Luar Gedung


B.1. Kegiatan pelayanan gigi dan mulut di luar gedung

Secara utuh upaya pelayanan gigi dan mulut luar gedung tidak sepenuhnya
dilakukan hanya di luar gedung, melainkan melalui tahap perencanaan yang dilakukan
di dalam gedung. Kegiatan upaya pelayanan gigi dan mulut di luar gedung ditekankan
ke arah promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas. Beberapa kegiatan pelayanan gigi di luar gedung dalam rangka upaya
perbaikan gigi dan mulut yang dilaksanakan oleh puskesmas antara lain :

1. Pelayanan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)


1.1 UKGS TK/ RA
1. Upaya kesehatan gigi dan mulut murid TK dengan melakukan
penyuluhan
2. Sasaran dari kegiatan ini yaitu semua murid wilayah kerja Puskesmas
Sukorejo.
3. Hasil kegiatan ini dilaporkan dan dievaluasi setiap bulan melaluii
kegiatan evaluasi kinerja program.

2. Pelayanan Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM)


Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat adalah suatu kegiatan upaya
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang ditujukan kepada anak balita
dan ibu hamil di Posyandu. Sasaran dari kegiatan ini yaitu semua balita
dan ibu hamil di Posyandu binaan Puskesmas Sukorejo.
Hasil kegiatan dicatat dan dilaporkan tiap bulan.

B.2. Kerjasama lintas sektor dan lintas program


Pengertian kerjasama lintas sektor dalam kegiatan ini, Puskesmas melibatkan
UPT Pendidikan di wilayah Sukorejo dalam pelaksanaan kegiatan UKGS dan Kelurahan
beserta jejaringnya dalam pelaksanaan UKGM. Kerjasama lintas program, melibatkan
bidan wilayah, pemegang program Promkes dan program UKS.
Fungsi dan tujuan kerjasama lintas sektor dan lintas program adalah :
a. Merencanakan kegiatan yang memerlukan kerjasama
b. Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama
c. Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama
d. Melakukan koordinasi dalam menentukan indikator keberhasilan kerjasama
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama

B.3. Alur pelayanan upaya kesehatan gigi dan mulut di luar gedung
Alur pelayanan gigi luar gedung disesuaikan dengan jenis kegiatan, sasaran dan
keadaan wilayah setempat.

C. Pencatatan Dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan untuk mendokumentasikan kegiatan upaya pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di dalam dan di luar gedung menggunakan instrumen antara
lain :
1. Buku register pasien
2. Rekapitulasi hasil kegiatan
3. Buku kunjungan ke TK dan Posyandu
4. Laporan Bulanan
5. Laporan LB 1

D. MONITORING DAN EVALUASI


Monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan gigi baik di dalam maupun di luar
gedung. Cara melakukan monitoring dan evaluasi perlu memperhatikan jenis dan waktu
kegiatan yang dilaksanakan. Dari sisi jenis kegiatan, dapat dibedakan antara monitoring
di dalam gedung dan luar gedung.
1. Monitoring dan evaluasi kegiatan di dalam gedung
Kegiatan yang dimonitor dan dievaluasi :
1) Data jumlah rujukan
2) Data jumlah pasien yang mendapat pelayanan gigi
3) Jenis tindakan / terapi gigi dan mulut

2. Monitoring dan evaluasi di luar gedung


Kegiatan yang dimonitor dan dievaluasi :
a. Penyuluhan Gigi
1) Frekuensi penyuluhan gigi yang direncanakan diselenggarakan di luar
Puskesmas per bulan dan per tahun
2) Frekuensi penyuluhan gigi yang dilaksanakan di luar Puskesmas per bulan
dan per tahun.
3) Materi penyuluhan yang diberikan per bulan dan per tahun.
b. Konseling
1) Data jumlah rujukan ke poli gigi
2) Data jumlah pasien yang mendapatkan penyuluhan dan per bulan dan per
tahun

BAB V
LOGISTIK

Logistik dalam hal ini diartikan bahan ketersediaannya diperlukan dalam upaya
pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
A. Bahan Habis Pakai Untuk Pengobatan Gigi Dan Mulut
1. Larutan klorin
2. Masker dan sarung tangan
3. Kapas, kasa, cotton roll, cotton pellet, tampon.
4. Spuit 1 cc dan 2,5 cc
5. Mata bur ( round dan fissure)
6. Obat anestesi untuk gilut : lidocain injeksi comp 2%, ethylchloride spray
7. Obat-obatan kegawatdaruratan

B. Obat Untuk Pengobatan Gigi Dan Mulut


1. Alkohol 70%
2. Povidon Iodine
3. Vaselin

C. Bahan Tumpat
1. Glass ionomer (ART)
2. Temporary filling
3. Egeunol
4. TKF
5. CHKM
6. Cresophen

D. Pencatatan dan Pelaporan


Untuk pelaksanaan pencatatan dan pelaporan logistic digunakan format
pencatatan dan pelaporan cakupan dan logistik (LPLPO)

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistim dimana Puskesmas


membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk assesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya sebagai implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistim ini mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Tujuan penerapan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya keselamatan
pasien, meningkatkan akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat,
menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas, terlaksananya program-
program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Pelayanan upaya kesehatan gigi dan mulut memperhatikan standar keselamatan
pasien yang meliputi :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Tujuan
Keselamatan kerja perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh semua petugas,
yang bertujuan:
1. Petugas di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi
terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip universal precaution

B. Tindakan yang Beresiko


Berikut ini beberapa tindakan yang dapat menyebabkan petugas terjangkit
infeksi:
- Cuci tangan yang kurang benar
- Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
- Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
- Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
- Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat
- Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai

C. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur universal precaution dalam kaitan Keselamatan Kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan.
Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain
3. Pengelolaan alat kesehatan bebas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu layanan yang digunakan di pelayanan upaya kesehatan gigi dan
mulut Puskesmas Sukorejo adalah

1. Kepuasan pelanggan ≥ 80%. Tujuannya terselenggaranya


pelayanan poli gigi yang mampu memberikan kepuasan pelanggan.

2. Kelengkapan pengisisan inform consent pada pencabutan gigi


100%

Pengendalian mutu akan dipantau oleh Tim Mutu Puskesmas Sukorejo, melalui
monitoring dan evaluasi pelaksanaan, pencapaian pengendalian mutu dibahas dalam
pertemuan manajemen dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
BAB IX
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai
penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk
melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit. APD
yang digunakan untuk dokter gigi selama pandemi covid yaitu APD level 3.

Jenis APD tergantung dari tupoksi (tugas pokok dan fungsi)

1) Level 1: asisten dalam ruang tunggu

2) Level 2: petugas kebersihan

3) Level 3: dokter gigi dan asisten dalam ruang dental unit


Donning APD adalah tehnik memasang atau menggunakan APD Tahapan
donning APD 1) Baju surgical scrub 2) Cuci tangan 3) Head cover 4) Masker 5) Sarung
tangan dalam 6) Baju gaun sekali pakai/baju hazmat 7) Sarung tangan luar 8) Kacamata
atau face shield 9) Kencangkan baju hazmat 10) Sepatu boot atau shoe cover
Doffing APD adalah tehnik melepaskan APD. Tahapan doffing APD (selalu
lakukan cuci tangan menggunakan alkohol 70% diantara tiap tahapan) 1) Sarung
tangan luar 2) Sepatu dengan shoe cover atau sepatu boot 3) Baju gaun sekali
pakai/baju hazmat 4) Kacamata atau face shield 5) Masker 6) Head cover 7) Sarung
tangan dalam
Tambahan fasilitas sebagai rekomendasi bersyarat memerlukan perhatian terkait
pengelolaan di ruang Praktik dokter gigi:
• Penggunaan HVE portable.
• Penggunaan lampu UV-C.

HVE Portable
HVE dapat mengatasi pengurangan aerosol tetapi teknis dan spesifikasi harus
dipertimbangkan oleh dokter gigi dalam menggunakan HVE. Dokter gigi perlu
memeriksa kekuatan dan volume aliran udara HVE secara berkala, karena ada HVE
dengan sistem yang memiliki aliran udara bersih dan menunjukkan aliran udara yang
cukup tetapi ternyata dalam pengukuran statis tekanan vakum (mmHg) tekanan yang
ada sangat rendah. HVE dengan pola sistem seperti ini, akan menghasilkan arus balik
yang tidak diharapkan

Gambar HVE Portable

UV-C
Pertimbangkan penggunaan iradiasi ultraviolet (UV) pada ruang praktik sebagai
tambahan untuk pembersihan udara yang lebih tinggi. Paparan UV-C menyebabkan
inaktivasi parsial dalam waktu 1 menit paparan, yang semakin meningkat efektivitasnya
dalam watu 6 menit paparan, sehingga jumlah virus (viral load) berkurang hingga 400
kali lipat. Setelah 15 menit, virus menjadi seluruhnya mati (<1.0TCID50(log10) per mL
Sekat Penghalang
Pasang penghalang kaca, plastik atau fiber pada meja bagian penerima tamu
(recepsionist/front office). Pastikan ketersediaan masker dan hand sanitizer yang cukup
dan tisu kertas di meja pendaftaran, serta tempat sampah infeksius.

Gambar Sekat penghalang

Desinfeksi
Disinfeksi menggambarkan suatu proses yang menghilangkan banyak atau
semua mikroorganisme patogen, kecuali spora bakteri pada benda mati. Dalam
pengaturan layanan kesehatan, objek biasanya didisinfeksi dengan cairan kimia atau
pasteurisasi basah. Bahan yang digunakan sebagai bahan disinfeksi disebut
disinfektan.
Disinfeksi alat yang sudah dipakai Disinfektan permukaan alat dapat
menggunakan campuran air dan detergen atau sodium hipoklorit 5% dengan
perbandingan 1:100 (konsentrasi final sebesar 0,05%) selama 1 menit. Untuk barang
dengan permukaan yang kecil, dapat dibersihkan menggunakan etanol 70% atau
detergen dan air selama 10 menit. Instrumen. Instrumen bedah dan instrumen lain
yang biasanya berkontak dengan jaringan lunak atau tulang (misalnya, ekstraksi
forceps, pisau bedah, chisel (pahat tulang), scaler periodontal, dan bur bedah, alat
diagnostik) digolongkan critical item. Instrumen yang tidak untuk menembus jaringan
lunak mulut atau tulang (seperti burniser (kondensor amalgam) dan three way syringe),
tetapi tetap dapat berkontak dengan mukosa, diklasifikasikan sebagai semi critical item
dan disterilkan dengan panas atau sekurang-kurangnya dengan air detergen, etanol
atau disinfektan kimia lainnya
Handpiece. Khusus handpieces yang tahan panas, dapat disinfeksi
menggunakan uap tekanan tinggi (autoklaf), uap kimia (formaldehida), dan panas kering
(contoh 320􀁱F atau 160􀁱C selama 2 jam). Handpiece yang tidak tahan panas, dapat
didisinfeksi alkohol 70% atau hidrogen peroksida 1%.

Baju. Bahan pakaian yang dapat dipakai ulang (surgical scrub, baju hazmat, leg
cover, plastic shoe cover), disinfeksi dengan cara mencuci menggunakan detergen dan
air (direndam 30 menit). Sebaiknya penggunaan jenis bahan pakaian ini mengikuti
anjuran yang berlaku seperti bahan yang tidak mudah tembus air dan kedap pori
terhadap partikel virus.
Ruangan. Pembersihan lingkungan kerja dan lingkungan lain meliputi ruang
tunggu pasien, pintu, jendela, kursi, dental unit, dan sebagainya, dengan menggunakan
swab (kain lap) alkohol 70%, Pembersihan dan disinfeksi area klinik gigi dilakukan
setelah pasien (tanpa, dicurigai atau terkonfirmasi COVID-19) keluar dari ruang dental
unit dan pasien selanjutnya baru dapat masuk setelah 15 menit pembersihan
BAB X
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan gigi dan mulut di UPTD. Puskesmas Sukorejo.
Keberhasilan kegiatan upaya pelayanan Gigi dan mulut merupakan keberhasilan
upaya menekan angka kesakitan dan meningkatkan keberhasilan perawatan kesehatan
gigi dan mulut akibat masalah penyakit gigi dan mulut.

Anda mungkin juga menyukai