Anda di halaman 1dari 13

PEDOMAN PELAYANAN POLI GIGI

UPT BLUD PUSKESMAS JEMBATAN KEMBAR

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT


PUSKESMAS JEMBATAN KEMBAR
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa tujuan
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi dalam mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan dan mempunyai peran
besar dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut di atas.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari pelayanan kesehatan perseorangan
primer dan pelayanan kesehatan masyarakat primer.Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pilihan.
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai
jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya
sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan lainnya yang pelaksanaannya
meliputi kegiatan promotif, preventif dan kuratif. Adapun untuk Puskesmas lebih ditekankan pada kegiatan
promotif, preventif dan kuratif sederhana yang meliputi kegiatan edukasi/ penyuluhan, perawatan dan
penambalan gigi, pencabutan gigi sulung dan pencabutan gigi permanen untuk kasus ringan
Untuk kasus dengan resiko tinggi Puskesmas jembatan kembar khususnya Poli gigi melakukan rujukan ke
Rumah Sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan dengan jenjang yang lebih tinggi

B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan medik dasar yang
profesional dan bermutu di sarana kesehatan
Tujuan khusus:
a. Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan medik dasar di puskesmas
b. Terlaksananya perbaikan berkelanjutan program
c. Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas

C. Ruang Lingkup Pedoman Pelayanan


Ruang lingkup pedoman ini adalah input, proses dan output pelayanan kesehatan dasar,
keselamatan kerja dan keselamatan pasien

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Poli gigi adalah
keterangan
No Jenis Tenaga Kualifikasi

1 Penanggung Jawab Dokter gigi 1 orang

2 Tenaga Teknis Perawat gigi DIII 1 orang memiliki STR

B. Distribusi Ketenagaan
Pelayanan poli gigi di Puskesmas jembatan kembar di laksanakan oleh 1 orang dokter gigi dan 1
orang perawat gigi yang telah memiliki STR, dan dilaksanakan setiap hari kerja

3
BAB III
STANDAR FASILITAS
B. Standar Fasilitas
1. Peralatan
II. Alat – alat Oral Diagnostik
2. Kaca mulut ( 3 )
3. Pinset ( 3 )
4. Excavator ( 3 )
5. Sonde lurus ( 1 )
6. Sonde Lengkung ( 2 )
2. Alat Penambalan Gigi ( Konservasi )
1. Cement spatula ( 1 )
2. Cement stopper ( 1 )
3. Palstic filling instrumen ( 1 )
4. Glas slab ( 1 )
5. Burnisher ( 1 )
3. Alat alat pencabutan gigi
1. Tang cabut gigi permanen RA RB mahkota ( 1 set )
2. Tang sisa akar permanen RA RB ( 1 set )
3. Bein ( 2 )
4. Cryer (2)
4. Alat alat scalling
1. Ultrasonic scaller ( 1 buah)
2. Scaller manual (curret scaller,hoe scaller)
5. Dental Unit ( 1 )
1. Handpiece Contra Angle ( 1 )
2. Handpiece Straight ( 1 )
3. Kursi Gigi ( 1 )
4. Cuspidor Unit ( 1 )
5. Meja Instrumen ( 1 )
6. Foot Controller untuk Hand Piece ( 1 )
7. Kompresor Oilless 1 PK ( 1 )
III. Alat penunjang
1. Dental probe ( 1, rusak )
2. Sterilisator ( 1 )
2. Bahan
a. Bahan perawatan gigi
 Eugenol
 Fletcher
 Devitec

4
 CHKM
 TKF
b. Bahan penambalan gigi
 Glass ionomer
c. Bahan penunjang
 Kapas steril
 Kasa steril
 Tissue
d. Bahan pencabutan gigi
 Chloretil
 Lidocain
3. Perlengkapan poli gigi
 Meja setengah biro ( 1 )
 Meja komputer ( 1 )
 Komputer ( 1 )
 Kursi petugas ( 2 )
 Kursi pasien ( 2 )
 Bak sampah ( 1)
 Gayung ( 1 )
 Gelas kumur ( 5)
 Lemari alat ( 1 )
 Handuk ( 1 )
 Neir bekken ( 6 )
 Tempat alkohol ( 1 )
 Toples Pembuangan Kapas( 1 )

5
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
1. Penanggung jawab poli gigi harus ditetapkan.Pelayanan medik dasar gigi adalah pelayanan
perseorangan yang dilakukan secara continuum.
2. Prinsip pelayanan adalah :
a. Kontak pertama
b. Layanan bersifat pribadi
c. Pelayanan paripurna
d. Paradigma sehat
e. Pelayanan berkesinambungan
f. Berorientasi pada keluarga dan masyarakat family and community oriented.memperhatikan hak
dan kewajiban pasien,pendidikan pasien dan keluarga sehingga pasien dan keluarga dan
berperan aktif dalam pengambilan keputusan tidakan kedokteran berdasarkan pengetahuan yang
benar dan ilmiah
g. Pelayanan memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan pasien.
3. Jenis pelayanan medik dasar gigi di puskesmas adalah;
a. Konsultasi
b. Premedikasi
c. Kegawatdaruratan oro dental
d. Pencabutan gigi sulung (topikal infiltrasi)
e. Obat pasca ekstraksi
f. Tumpatan komposit /GIC
g. Skeling satu kali setahun.
4. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan melalui rekam medis yang disusun sedemikian rupa
sehinggamemudahkan dokter mendapat informasi penting yang perlu diketahui setiap pasiendatang.
Pengkodean klasifikasi diagnosis perlu ditetapkan oleh manajemen.
5. Mekanisme rujukan
1. Rujukan dilakukan kefasyankes terdekat sesuai dengan sistem rujukan
2. Rujukan berdasarkan indikasi medis

7. Jenis Penyakit igi dan Mulut di Pelayanan Primer


Penyakit Gigi Diagnosis ICD 10
Terbanyak
Karies dini/karies email tanpa
Kavitas
Karies email/Karies dentin/Karies
sementum/Akar
Karies terhenti/Arrested caries
Demineralisasi Permukaan Halus
/Aproksimal
Fraktur Mahkota Gigi Yang tidak

6
merusak Pulpa
Dentin hipersensitif
Atrisi,Abrasi,Erosi
Karies mencapai pulpa vital gigi
Sulung
Periodontitis Kronis dengan
kehilangan jaringan periodontal
ringan-sedang
Gingivitis akibat Plak Mikrobial
Primary Herpetic
Gingivostomatitis
Oral Hygiene Buruk
Stomatitis aftosa
Angular cheilitis
Pulpitis reversibel
Nekrosis pulpa/Gangren pulpa
(Akar tunggal, akar jamak yang
lurus dengan sudut pandang
kerja pada orifice tidak
terhalang )
Nekrosis pulpa/Gangren pulpa
gigi tinggal akar( gigi sisa sudah
tidak mendukung untuk
dilakukan tumpatan)
Pulpitis irreversibel (Akar
tunggal, akar jamak yang lurus
dengan sudut pandang kerja pada
orifice tidak terhalang)

7
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

1. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
 Identifikasi pasien
 Peningkatan komunikasi yang efektif
 Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
 Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien bedah minor
 Pengurangan resiko infeksi
 Pengurangan resiko pasien jatuh
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

2. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas
 Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Puskesmas
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak
Diharapkan ( KTD )

3. STANDAR KESELAMATAN PASIEN


 Hak pasien
 Mendidik pasien dan keluarga
 Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
 Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
 Mendidik staf tentang keselamatan pasien
 Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
 Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )


ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan
karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau
bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah

8
Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )


Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius
tidak terjadi :
Karena “ keberuntungan”
Karena “ pencegahan ”
Karena “ peringanan ”
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk
kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian
tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada
kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah
yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
4. TATA LAKSANA
 Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
 Melaporkan pada dokter jaga UGD
 Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
 Mengobservasi keadaan umum pasien
 Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden Keselamatan”

9
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

a. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global.Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi
karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal.Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15
tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV.Dari keseluruhan kasus baru
25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat
bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke
masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada
pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan
hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan
hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak
dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran
infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau
“Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi
ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari
resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
b. Tujuan
o Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
o Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi
terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
b. Tindakan yang beresiko terpajan
o Cuci tangan yang kurang benar.
o Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
o Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
o Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.

10
o Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
o Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

c. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga
higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut
dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

11
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Puskesmas Terara dalam memberikan pelayanan adalah
survey kepuasan pelanggan dan angka kehadiran dokter. Dalam pelaksanaan indikator mutu
menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan kepada
tim kendali mutu

12
13

Anda mungkin juga menyukai