Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh


suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan
yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan.Pelayanan poli gigi merupakan pelayanan
yang dapat memberikan tindakan preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya
peningkatan pelayanan poli gigi tersebut ditujukan untuk meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Kepulauan Seribu.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka diperlukanpeningkatan mutu
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang merupakan pedoman bagi semua
pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
yang diberikan kepada pasien poli gigi di Rumah Sakit Tipe D Perawang.
Oleh karena itu, dalam melakukan pelayanan poli gigi harus berdasarkan
standar pelayanan poli gigi Rumah Sakit Tipe D Perawang.
B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan poli gigi Rumah Sakit Tipe D Perawang


pada pasien anak-anak dan dewasa, meliputi :
1. Unit Rawat Jalan Poli Gigi

2. Unit IGD (atas dasar konsul dokter umum)

3. Unit Rawat Inap ( atas dasar konsul dokter spesialis atau dokter umum)

C. Batasan Operasional

Batasan pelayanan poli gigi Rumah Sakit Tipe D Perawang pada pasien
anak- anak dan dewasa, meliputi :
1. Konsultasi dan pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi

2. Standar pelayanan kesehatan gigi dan mulut bersifat preventif

3. Standar pelayanan kesehatan gigi dan mulut bersifat kuratif


4. Standar pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada pasien umum
rawat inap
5. Pemberian obat-obatan pada pasien sesuai dengan catatan daftar obat
pasien dan instruksi dokter gigi
6. Standar hygiene kesehatan gigi

7. Standar peralatan dan bahan asuhan kesehatan gigi dan mulut

8. Pemberian surat rujukan


D. Landasan Hukum

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 284 tahun 2006 tentang Asuhan
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 tahun 2011 tentang
Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan No.56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
perizinan RS;
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM

Pola Ketenagaan dan Kualifikasi SDM Poli Gigi Rumah Sakit Tipe D
Perawang adalah :
No Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan

Formal

Memiliki STR dan SIP


1 Dokter Gigi Dokter Gigi
yang masih berlaku

DIII Keperawatan Memiliki SIPG dan SIK


2 Perawat Gigi Gigi yang berlaku

B. Distribusi Ketenagaan dan Pengaturan Jaga

Pola Pengaturan Ketenagaan Poli Gigi Rumah Sakit Tipe D Perawang


dilakukan oleh 1 (satu) dokter gigi dan didampingi 1 (satu) perawat gigi
yang beroperasi dari senin sampai sabtu, jam : 07.30-11.00 WIB.
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas

1. Fasilitas & Sarana

Unit poli gigi Rumah Sakit Tipe D Perawang berlokasi di gedung


belkang yang memiliki 1 (satu) ruang perawatan. Di dalam ruangan
tersebut terdapat peralatan dental lengkap dan inventaris penunjang
lainnya.
2. Peralatan

Peralatan dental yang tersedia di poli gigimemiliki kemampuan


menangani perawatan gigi dan mulut yang biasa dilakukan fasilitas
kesehatan lainnya. Alat tersebut berupa dental chairyang dilengkapi
alat medis dental lainnya untuk penambalan, scalling, endodontic dan
ekstraksi. Alat medis tersebut, obat-obatan dan bahan habis pakai yang
terdapat di poli gigi di Rumah Sakit Tipe D Perawang diperbaharui
sesuai dengan kondisi dan tercatat dalam kartu inventaris alat medis,
kartu stok obat-obatan dan bahan habis pakai.
a. Alat - alat dental dan penunjang

1. Dental chair (1 set)

2. Ultrasonic scaler (1 set)

3. Water container (1 set)

4. Alat diagnostik (5 set)

5. Alat ekstraksi gigi tetap RA dan RB (1 set)

6. Alat ekstraksi gigi sulung RA dan RB (1 set)

7. Alat penambalan (2 set)

8. Cryer (1 set)

9. Bein (3 buah)

10. Bone file (1 buah)

11. Light curing (2 buah)

12. Neirbeken (4 buah)

13. Mixing slab (2 buah)

14. Gelas kumur (9 buah)


b. Bahan medis untuk tindakan ekstraksi :

1. Spray ethylchloride (1 botol)

2. Scandonest ( 2 set )

3. Hecting set (1 set )

4. Kassa dan tampon (1 tromel)

5. Spuit (1 kotak)

6. Lidocain (1 kotak)

7. Spongostan ( 2 kotak)
c. Bahan medis untuk tindakan penambalan :

1. Gic/Fuji 9 (1 set)

2. Gic/Fuji 2 (1 set)

3. Hydcal (1 buah)

4. Nano Composite :

- A2 (1 buah)

- A3 (1buah)

5. Bonding (2 buah)

6. Tambalan sementara (5 botol)

7. Mikroaplikator (1 botol)

d. Bahan medis untuk tindakan endodontik

1. Eugenol (8 botol)

2. TKF (1 botol)

3. Cresophate (1 botol)

4. Endometasone (1 botol)

5. Dycal (1 botol)

6. Semen zinc fosfat (1 set )

e. Bahan medis untuk tindakan scaling

1. Dental Floss (2 kotak)

2. Brush poles (10 buah)


f. APD (Alat Perlindungan Diri)

1. Masker (1 kotak)

2. Handscoon (2 kotak)

Standar Obat Unit Poli Gigi

Rumah Sakit Umum Daerah Kepulauan Seribu

1. Antibiotik
No Nama Obat Satuan Jumlah
1. Amoxicillin Tablet 15
2. Metronidazole Tablet 15
3. Ciprofloksasin Tablet 10
4. Amoxicillin sirup kering Botol 1
5. Clindamycin Tablet 15

2. Analgesik
No Nama Obat Satuan Jumlah
1 Paracetamol Tablet 15
2 Antalgin Tablet 15
4 Paracetamol syrup Botol 1
5 Paracetamol drop Botol 1
6 Natrium Diklofenak Tablet 10
7 Ibuprofen syrup Botol 1
c. Antivirus dan antifungal
No Nama Obat Satuan Jumlah
1 Clotrimazole Botol 1

d. Cairan irigasi dan obat kumur


No Nama Obat Satuan Jumlah
1 NaOCl 3% Botol 1

Keterangan : ketersediaan dan stok obat-obatan diperbaharui setiap bulannya


dan tercatat dalam kartu stok obat-obatan.
BAB IV
TATA LAKSANA
PELAYANAN
A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN

1. Petugas Penanggung Jawab

 Perawat Gigi

 Petugas Pendaftaran/Rekam Medis

2. Perangkat Kerja

Status Medis

3. Tata Laksana Pendaftaran Pasien Poli Gigi

1. Pendaftaran pasien yang datang ke Poli Gigi dilakukan oleh


pasien/keluarga dibagian pendaftaran atau rekam medis.
2. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar, bagian pendaftaran atau
rekam medis akan memberikan map status rekam medisuntuk diisi
oleh dokter gigi yang bertugas.
B. TATA LAKSANA PELAYANAN PREVENTIF

1. Standar Pembersihan Karang Gigi ( Scaling )

a.D efinisi :Membersihkan karang gigi yang melekat pada permukaan


gigi. b.Rasional : Pembersihan karang gigi dapat mencegah terjadinya
gangguan
jaringan penyangga
gigi. c.Kriteria Input :
1. Adanya sasaran dan tempat

2. Tersedianya alat pemeriksaan dan alat-alat skaling

3. Tersedianya bahan-bahan poles dan


desinfektan d.Kriteria Proses :
1. Menyiapkan posisi sasaran untuk pembersihan karang gigi

2. Melakukan pemeriksaan dengan alat pemeriksaan

3. Melakukan komunikasi terapeutik pembersihan karang gigi

4. Melakukan pembersihan karang gigi per kwadran

5. Melakukan pemolesan pada seluruh permukaan gigi

6. Mengoleskan larutan desinfektan


7. Melakukan instruksi setelah pembersihan karang gigi

e. Kriteria Out Put :

1. Sasaran bebas karang gigi

2. Sasaran terhindar penyakit jaringan penyangga gigi

2. Standar Penumpatan Pit dan Fissure Sealant

a.Definisi :Tindakan untuk mencegah terjadinya karies dengan


melakukan penumpatan pit dan fissure yang dalam
dengan bahan pengisi/ pelapis.
b. Rasional : Dengan penumpatan pit dan fissure yang dalam dengan
recountouring dan polishing yang baik dan benar untuk
mencegah terjadinya karies.
c. Kriteria Input :

a. Adanya pasien

b. Adanya alat pemeriksaan

c. Adanya alat penumpatan pit dan fissure sealant

d. Adanya bahan resin komposit pit dan fissure sealant

e. Adanya cotton roll untuk memblokir saliva

f. Adanya cotton pellet untuk membersihkan/mengeringkan kavitas

d. Kriteria Proses :

a. Mengidentifikasi kasus untuk indikasi perawatan pit dan fissure


sealant
b. Melakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan pit dan fissure
sealant
c. Melakukan pembersihan gigi yang akan di tumpat

d. Melakukan pelarutan mineral email pada pit dan fissure gigi yang
bersangkutan (Etsa)
e. Meletakkan bahan pit dan fissure sealant.

f. Melakukan recountering dan polising

g. Menginstruksikan tidak makan/minum selama ± 1 jam

e. Kriteria Output :

a. Gigi sasaran tertutup oleh bahan tumpatan

b. Tidak ada peninggian gigitan.


C. TATA LAKSANA PELAYANAN KURATIF

1. Standar Pencabutan Gigi Sulung Goyang Derajat 2 (Dua) atau Lebih

a. Definisi :Mengeluarkan gigi sulung goyang derajat 2(dua) atau lebih


dari socketnya dengan anestesi topikal.
b.Rasional :Pencabutan gigi sulung goyang dari socket, sehingga gigi
permanen/tetap dapat tumbuh dengan baik.
c. Kriteria Input :

a. Adanya sasaran

b. Adanya alat pemeriksaan

c. Adanya alat pencabutan gigi sulung

d. Adanya obat anestesi topical

e. Adanya cotton roll dan tampon

f. Adanya obat antiseptik

d. Kriteria Proses :

a. Melakukan identifikasi kasus sesuai dengan indikasi pencabutan gigi


sulung goyang derajat 2(dua) atau lebih
b. Melakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan pencabutan gigi
sulung goyang derajat 2(dua) atau lebih
c. Melakukan anestesi topikal pada mukosa sekitar gigi yang akan dicabut

d. Melakukan pencabutan gigi

e. Meletakkan tampon dengan antiseptik pada luka bekas cabutan

f. Memberikan instruksi sesudah pencabutan gigi.

e. Kriteria Output :

a. Tercabutnya gigi sulung dengan indikasi pencabutan goyang derajat


2 atau lebih
b. Adanya tampon dengan antiseptik yang menekan luka bekas pencabutan

c. Pasien mengetahui hal-hal yang harus dihindari dan diperhatikan


sesudah pencabutan gigi.
2. Standar Penumpatan Tetap

a. Definisi :Penumpatan bahan sewarna gigi pada gigi dengan karies 1 - 2


bidang.
b. Rasional : Mengembalikan bentuk sesuai anatomisnya dan
mengembalikan fungsi gigi seperti semula.
c. Kriteria Input :

a. Adanya sasaran

b. Adanya alat pemeriksaan

c. Adanya alat untuk preparasi gigi

d. Adanya alat penumpatan dengan bahan sewarna gigi untuk 1-2 bidang

e. Tersedianya bahan untuk desinfeksi kavitas

f. Tersedianya bahan semen dasar

g. Tersedianya bahan sewarna gigi

h. Adanya cotton roll untuk memblokir saliva

i. Adanya cotton pellet untuk membersihkan/mengeringkan kavitas

d. Kriteria Proses :

a. Melakukan identifikasi kasus dengan indikasi penumpatan 1-2 bidang

b. Melakukan komunikasi terapeutik untuk penumpatan 1-2 bidang

c. Melakukan preparasi gigi yang bersangkutan dengan undercut

d. Memblokir area kerja dari saliva

e. Melakukan desinfeksi kavitas

f. Memasang celluloid strip pada tumpatan 2 bidang

g.Memanipulasi semen dasar dengan konsistensi seperti pasta

h.Meletakkan semen dasar pada dasar kavitas secara merata setinggi

dentino enamel junction

i. Memanipulasi bahan tumpatan gigi dengan konsistensi seperti dempul

j. Meletakkan bahan tumpatan pada kavita

k. Membentuk tumpatan sesuai dengan bentuk anatomis gigi

l. Mengecek peninggian
gigitan m.Membuang
kelebihan tumpatan
n. Memoles tumpatan gigi sesudahnya.

o. Memberikan instruksi sesudah penumpatan dengan bahan tambal


e. Kriteria Output :

a. Adanya tumpatan sewarna gigi sesuai bentuk anatomis gigi

b. Tidak ada peninggian gigitan atau over hanging pada gigi yang ditumpat

c. Adanya tumpatan sewarna gigi yang halus, tidak ada step, dan
mengkilat sesuai bentuk anatomis gigi.
3. Standar Pencabutan Gigi Tetap

a.Definisi: Mengeluarkan gigi permanen atau tetap dari socketnya dengan


anestesi blok maupun infiltrasi
b.Rasional : Pencabutan gigi tetap tanpa menimbulkan rasa sakit dan tidak
ada sisa akar tertinggal.
c. Kriteria Input :

a. Adanya sasaran

b. Adanya alat pemeriksaan

c. Adanya alat pencabutan gigi tetap

d. Adanya obat anestesi

e. Adanya cotton roll dan tampon

f. Adanya obat antiseptik.

d. Kriteria Proses :

a. Melakukan identifikasi kasus sesuai dengan indikasi pencabutan


gigi tetap
b. Melakukan komunikasi terapeutik untuk pencabutan gigi tetap

c. Melakukan anestesi pada mukosa sekitar gigi yang akan


dicabut d.Melakukan pencabutan gigi tetap
e. Meletakkan tampon dengan antiseptik pada luka bekas cabutan

f. Memberikan instruksi sesudah pencabutan gigi.

e. Kriteria Output :

a. Tercabutnya gigi tetap

b. Adanya tampon dengan antiseptik yang menekan luka


bekas pencabutan
c. Sasaran mengetahui hal-hal yang harus dihindari dan diperhatikan
sesudah pencabutan gigi
D. TATA LAKSANA SISTEM RUJUKAN

1. Petugas Penanggung Jawab

a. Dokter Gigi
b. Perawat Gigi

2. Perangkat Kerja

a. Formulir rujukan
3. Tata Laksana Sistem Rujukan

a.Definisi :Pelimpahan tindakan terhadap kasus yang di


luar kewenangannya.
b. Rasional : Perawatan dan pengobatan dapat ditindak lanjuti oleh
pihak yang berwenang.
c. Kriteria Input :

a. Adanya sasaran

b. Adanya alat pemeriksaan

c. Adanya formulir untuk rujukan.

d. Kriteria Proses :

a. Melakukan identifikasi kasus untuk rujukan

b. Menulis surat rujukan perawatan ke pihak yang berwenang.

e. Kriteria Output :

Adanya surat rujukan perawatan pasien ke pihak yang berwenang.

E. STANDAR HYGIENE PETUGAS

a.Definisi : Penampilan petugas memakai pakaian kerja, mencuci


tangan, masker dan sarung tangan.
b.Rasional: Penampilan petugas rapi, tangan bersih dan steril untuk
memberikan rasa aman pada pasien melancarkan
pekerjaan petugas klinik dalam kegiatan
pemeriksaan/pengobatan dan menghindarkan terjadinya
infeksi silang dan kontaminasi bakteri.

c. Kriteria Input :

a. Adanya pakaian kerja

b. Adanya masker dan sarung tangan

c. Adanya bahan desinfektan


d. Adanya handuk steril

d. Kriteria Proses :

a. Menyiapkan penampilan kerja secara rapi

b. Melakukan cuci tangan sebelum pelaksanaan

c. Melakukan pemakaian masker dan sarung tangan

d. Melakukan cuci tangan setelah pelaksanaan

e. Kriteria Output :

a. Penampilan operator rapi

b. Operator memakai masker dan sarung tangan

c. Tangan operator bersih

d. Tangan operator steril

F. STANDAR STERILISASI DAN PEMELIHARAAN ALAT KESEHATAN GIGI

a. Definisi : Menyiapkan dan mensterilkan alat hand instrument gigi


(nonkritis, semi kritis, kritis) yang akan dipakai untuk
pemeriksan/pengobatan serta mensterilkan dan
menyimpan alat setelah pemakaian.
b. Rasional : Alat bersih dan steril tersimpan pada tempatnya

c. Kriteria Input:

a. Adanya alat hand instrumen gigi non kritis

b. Adanya alat hand instrumen gigi kritis

c. Adanya sterilisator

d. Adanya bahan desinfektan

e.Adanya lemari penyimpanan

d. Kriteria Proses :

a. Mencuci bersih dan mengeringkan hand instrumen gigi non kritis


dan kritis.
b. Mensterilkan hand instrumen gigi non kritis dengan
menggunakan bahan desinfektan.

c. Mensterilkan hand instrumen kritis dengan autoclave

d. Mensterilkan ulang alat-alat kesehatan gigi minimal 2 minggu


sekali bila tidak digunakan
e. Menyusun dan menyimpan hand instrumen non kritis dan kritis
pada tempatnya sesuai dengan syarat penyimpanan.
e. Kriteria output :

a. Alat steril dan dapat segera digunakan.

b. Alat steril tersimpan dan tersusun rapi pada tempatnya.

G.STANDAR HYGIENE LINGKUNGAN KERJA

a. Definisi : Menata, membersihkan dan merawat peralatan, dental


unit, dental chair serta ruangan.
b. Rasional :Ruangan rapi, bersih terang dan nyaman serta peralatan,
dental unit, dental chair rapi dan bersih untuk
dipergunakan.
c. Kriteria Input :

a. Adanya bentuk dan letak ruangan yang sesuai keperluan

b. Adanya penerangan dan ventilasi baik

c. Adanya dinding kamar yang bersih

d. Adanya lantai dan wastafel yang mudah dibersihkan

e. Adanya ruang tunggu, WC/kamar mandi yang bersih

d. Kriteria Proses :

a. Menata tata letak, peralatan, pencahayaan dan ventilasi ruangan

b. Menjaga kebersihkan ruangan dan membersihkan peralatan

c. Membersihkan dan merawat dental unit dan kelengkapannya

e. Kriteria Output :

a. Ruangan rapi, bersih , terang dan nyaman

b. Peralatan di ruangan bersih dan rapi

c. Dental unit bersih dan siap untuk dipergunakan


BAB V
LOGISTIK

A. Alat dan Bahan Habis Pakai

Alat dan bahan habis pakai Poli Gigi termasuk alat tulis disediakan
oleh Bagian Umum melalui rumah tangga. Semua kebutuhan direncanakan
setiap bulan dan diadakan pengambilan tiap bulannya.

B. Obat dan Alat Kesehatan

Obat dan alat kesehatan disediakan oleh Instalasi farmasi melaui


perencanaan tiap bulan dan dilakukan pengecekan tiap hari oleh perawat
dan pengambilan obat dan alkes dilakukan setiap hari oleh petugas
Instalasi Farmasi.
BAB VI
KESELAMATAN
PASIEN

B. Pengertian

Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

Sistem tersebut meliputi :

 Asesmen resiko

 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien

 Pelaporan dan analisis insiden

 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya

 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya


risiko Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh :
 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan

 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil


C. Tujuan

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak


terjadi pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
D. Standar Keselamatan Pasien

1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

 KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN


( KTD ) ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan
cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah.
KTD yang tidak dapat dicegah
Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir
 KEJADIAN NYARIS CEDERA
( KNC ) Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak
terjadi :
 Karena “ keberuntungan”

 Karena “ pencegahan ”

 Karena “ peringanan ”

 KESALAHAN
MEDIS Medical
Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera
pada pasien.
 KEJADIAN
SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan
atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang
salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
(seperti, amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius
pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

E. TATA LAKSANA

1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi


pada pasien

2. Melaporkan pada dokter jaga IGD

3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga

4. Mengobservasi keadaan umum pasien

5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan


Insiden Keselamatan”
BAB VII
KESELAMATAN
KERJA

A. Pendahuluan

HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV


menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap
hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk
berusia 15
- 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di
Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan
kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan
peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS terjadi
akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk
migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya
melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang
belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan
baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular
melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan
bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada
pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C
dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini
sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas
memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur
yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya
pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “
atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi
nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan
melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara
terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu
tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari
resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan

a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat


melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya


mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

C. Tindakan yang beresiko terpajang

a. Cuci tangan yang kurang benar.

b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.

c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.

d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.

e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.

f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja

Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan


keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene
sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut
dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan


guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai

d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan

e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan


BAB VIII
PENGENDALIAN
MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah


Kepulauan Seribu dalam memberikan pelayanan adalah angka keterlambatan
penanganan pasien gigi dan mulut dengan varibel jumlah pasien yang dilayani
> 45 menit berbanding dengan jumlah pasien pada hari yang sama.

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam


format tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia
mutu dan direktur pelayanan
BAB IX
PENUTUP

Dengan telah tersusunnya buku pedoman pelayanan Poli Gigi Rumah


Sakit Type D Perawang ini, harapan kami semoga dapat dijadikan sebagai
pegangan bagi seluruh staf di Poli Gigi Rumah Sakit Type D Perawang.
Untuk pemerhati diluar organisasi diharapkan dokumen ini bisa
membantu mengenal sisi pengorganisasian di Poli Gigi Rumah Sakit Type D
Perawang secara singkat.
Cetakan pertama ini kami harapkan sebagai pijakan awal dan tentunya
harus senantiasa diperbaiki. Saran dan masukan dari pemerhati dokumen ini
sangat kami harapkan.

Anda mungkin juga menyukai