PUSKESMAS BALONG
KABUPATEN PONOROGO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga Puskesmas BALONG
Kabupaten Ponorogo pada Tahun 2023 ini mendapat kesempatan untuk menyusun
pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut.
Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut bagi Puskesmas BALONG
Kabupaten Ponorogo sangatlah penting untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
kepuasan bagi pasien serta masyarakat.
Harapan kami mudah mudahan pedoman pelayanan ini dapat memberi
manfaat dan bagi Puskesmas BALONG, sehingga akreditasi di Puskesmas
BALONG Kabupaten Ponorogo berjalan lancar dan menjadi Puskesmas yang lebih
baik.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja. Puskesmas BALONG adalah salah satu dari UPT Dinas
Kesehatan Kabupaten Ponorogo dengan wilayah kerja yang mencakup 4 desa-
kelurahan yang ada di Kecamatan Sawoo.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
BALONG adalah “Terwujudnya Masyarakat wilayah kerja puskesmas BALONG
Sehat Dan Mandiri”
B. TUJUAN PEDOMAN
1. TUJUAN UMUM
Terlaksananya pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bermutu di
Puskesmas BALONG.
2. TUJUAN KHUSUS
Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas BALONG.
3
C. SASARAN PEDOMAN
Sasaran Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut adalah Petugas
Pelayanan di unit PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT Puskesmas
BALONG.
E. BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional dalam Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut
adalah proses pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien diberikan di
unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut, mulai pengkajian, perencanaan
layanan, pelaksanaan layanan dan evaluasi pemberian layanan.
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. JADWAL KEGIATAN
Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Puskesmas BALONGbuka setiap hari
kerja sesuai jam pelayanan sebagai berikut :
- Senin s/d Kamis : 08.00 – 12.00
- Jumat : 08.00 – 10.00
- Sabtu : 08.00 – 11.00
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
Sarana adalah suatu tempat, fasilitas dan peralatan yang langsung terkait
dengan Pelayanan klinis. Sedangkan prasarana adalah tempat, fasilitas dan
peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kesehatan. Dalam
upaya mendukung Pelayanan Puskesmas diperlukan sarana dan prasarana yang
memadai.
MEJA
PELAYANAN
LEMARI ALKES
DENTAL CHAIR
MEJA ALAT
KETERANGAN :
a. Luas ruangan 6 x 4 m²
b. Ruangan kering dan tidak lembab
c. Memiliki ventilasi yang cukup
d. Memiliki cahaya yang cukup
e. Lantai terbuat dari keramik
f. Dinding dicat warna cerah
B. STANDAR FASILITAS
Standar Fasilitas Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut di Puskesmas BALONG
menurut Permenkes Nomer 75 Tahun 2014 adalah sebagai berikut :
JUMLAH
MINIMAL YANG
No JENIS PERALATAN
HARUS
TERSEDIA
I. SET KESEHATAN GIGI DAN MULUT
1. Atraumatic Restorative Treatment (ART) 1 Buah
Enamel Access Cutter 1 Buah
6
Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Kecil (Spoon 1 Buah
Excavator Small)
Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Sedang (Spoon 1 Buah
Excavator Medium)
Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Besar (Spoon 1 Buah
Excavator Large)
Double Ended Applier and Carver 1 Buah
Spatula Plastik 1 Buah
Hatchet 1 Buah
Batu Asah 1 Buah
2. Bein Lurus Besar 1 Buah
3. Bein Lurus Kecil 1 Buah
4. Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand Piece 1set
(Kecepatan Tinggi) (round, inverted dan fissure)
5. Bor Intan Kontra Angle Hand Piece Conventional (Kecepatan 1set
Rendah) (round, inverted dan fissure)
6. Ekskavator Berujung Dua (Besar) 5 Buah
7. Ekskavator Berujung Dua (Kecil) 5 Buah
8. Gunting Operasi Gusi (Wagner) (12 cm ) 1 Buah
9. Handpiece Contra Angle 1 Buah
10. Handpiece Straight 1 Buah
11. Kaca Mulut Datar No.4 Tanpa Tangkai 5 buah
12. Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu Standar) 1 Buah
13. Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri dari:
Kursi Gigi 1 buah
Cuspidor Unit 1 buah
Meja Instrumen 1 buah
Foot Controller untuk Hand Piece 1 buah
Kompresor Oilless 1 PK 1 buah
14. Jarum exterpasi 1 set
15. Jarum K-File (15-40) 1 set
16. Jarum K-File (45-80) 1 set
17. Light Curing 1 buah
18. Mikromotor dengan Straight dan Contra Angle Hand Piece 1 buah
(Low Speed Micro Motor portable)
19. Pelindung Jari 1 buah
20. Pemegang Matriks (Matrix Holder) 1 buah
21. Penahan Lidah 1 buah
22. Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Distal) 1 buah
23. Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Mesial) 1 buah
24. Penumpat Plastis 1 buah
25. Periodontal Probe 1 buah
26. Penumpat Semen Berujung Dua 1 buah
27. Pinset Gigi 5 buah
28. Polishing Bur 1 set
29. Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kiri (Type Chisel/Mesial) 1 buah
30. Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kanan (Type Chisel/Mesial) 1 buah
31. Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Hook) 1 buah
32. Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type Chisel/Mesial) 1 buah
33. Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type Chisel/Mesial) 1 buah
34. Skeler Ultrasonik 1 buah
35. Sonde Lengkung 5 Buah
36. Sonde Lurus 5 Buah
37. Spatula Pengaduk Semen 1 buah
38. Spatula Pengaduk Semen Ionomer 1 buah
39. Set Tang Pencabutan Dewasa (set)
7
Tang gigi anterior rahang atas dewasa 1 buah
Tang gigi premolar rahang atas 1 buah
Tang gigi molar kanan rahang atas 1 buah
Tang gigi molar kiri rahang atas 1 buah
Tang molar 3 rahang atas 1 buah
Tang sisa akar gigi anterior rahang atas 1 buah
Tang sisa akar gigi posterior rahang atas 1 buah
Tang gigi anterior dan premolar rahang bawah 1 buah
Tang gigi molar rahang bawah kanan/kiri 1 buah
Tang gigi molar 3 rahang bawah 1 buah
Tang sisa akar rahang bawah 1 buah
40. Set Tang pencabutan gigi anak
Tang gigi anterior rahang atas 1 buah
Tang molar rahang atas 1 buah
Tang molar susu rahang atas 1 buah
Tang sisa akar rahang atas 1 buah
Tang gigi anterior rahang bawah 1 buah
Tang molar rahang bawah 1 buah
Tang sisa akar rahang bawah 1 buah
41. Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar) 1 buah
42. Skalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil) 1 buah
43. Skalpel, Tangkai Pisau Operasi 1 buah
44. Tangkai kaca mulut 5 buah
II. PERLENGKAPAN
1. Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup 1 buah
2. Korentang, Penjepit Sponge (Foerster) 1 buah
3. Lampu Spiritus Isi 120 cc 1 buah
4. Lemari peralatan 1 buah
5. Lempeng Kaca Pengaduk Semen 1 buah
6. Needle Destroyer 1 buah
7. Silinder Korentang Steril 1 buah
8. Sterilisator kering 1 buah
9. Tempat Alkohol (Dappen Glas) 1 buah
10. Toples Kapas Logam dengan Pegas dan Tutup (50 x 70 mm) 1 buah
11. Toples Pembuangan Kapas (50 x 75 mm) 1 buah
12. Waskom Bengkok (Neirbeken) 1 buah
III. BAHAN HABIS PAKAI
1. Betadine Solution atau Desinfektan lainnya Sesuai Kebutuhan
2. Sabun tangan atau antiseptic Sesuai Kebutuhan
3. Kasa Sesuai Kebutuhan
4. Benang Silk Sesuai Kebutuhan
5. Chromik Catgut Sesuai Kebutuhan
6. Alkohol Sesuai Kebutuhan
7. Kapas Sesuai Kebutuhan
8. Masker Sesuai Kebutuhan
9. Sarung tangan Sesuai Kebutuhan
IV. MEUBELAIR
1. Kursi Kerja 3 buah
2. Lemari arsip 1 buah
3. Meja Tulis ½ biro 1 buah
V. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Buku register pelayanan Sesuai Kebutuhan
2. Kartu Rekam Medis Sesuai Kebutuhan
3. Formulir Informed Consent Sesuai Kebutuhan
4. Formulir rujukan Sesuai Kebutuhan
8
5. Surat Keterangan Sakit Sesuai Kebutuhan
6. Formulir dan Surat Keterangan lain sesuai kebutuhan Sesuai Kebutuhan
pelayanan yang diberikan
9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan di Unit PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT adalah :
1. Pengkajian Awal
2. Perencanaan Layanan Klinis
3. Persetujuan Tindakan Medis (informed consent)
4. Penyuluhan / edukasi pasien dan/atau keluarga
5. Perencanaan Rujukan
6. Tata laksana tindak lanjut pasien rujuk balik
B. LANGKAH KEGIATAN
1. Pengkajian Awal
Ketika pasien diterima di Puskesmas untuk memperoleh pelayanan perlu
dilakukan kajian awal yang lengkap dalam menetapkan alasan kenapa pasien
perlu mendapat pelayanan klinis di Puskesmas. Pada tahap ini, Puskesmas
membutuhkan informasi khusus dan prosedur untuk mendapat informasi,
tergantung pada kebutuhan pasien dan jenispelayanan yang harus diberikan.
Kajian dilaksanakan oleh setiap disiplin dalam lingkup praktik, profesi,
perizinan, undang-undang dan peraturan terkait atau sertifikasi. Dalam hal ini,
di unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut, kajian awal dilakukan oleh
perawat gigi dan dokter gigi.
Pengkajian awal dilakukan dengan prinsip SOAP, yaitu :
- Subyektif
Data subyektif pasien didapatkan dari anamnesa pasien / keluarganya.
Data subyektif antara lain memuat keluhan utama, keluhan tambahan,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat alergi, informasi lainnya yang dibutuhkan untuk
membantu menegakkan diagnosa.
- Obyektif
Data obyektif pasien didapatkan dari pemeriksaan yang dilakukan oleh
petugas terhadap pasien, baik pemeriksaan fisik maupun penunjang.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : keadaan umum,
kesadaran, tanda – tanda vital, odontogram, dan pemeriksaan fisik lain
yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan penunjang dilakukan apabila dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosa, misalnya pemeriksaan laboratorium dan
10
sebagainya. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan tetapi tidak
dapat dilakukan di Puskesmas BALONG, maka dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan lain yang bekerja sama dengan Puskesmas
BALONG.
- Assesment
Temuan pada kajian awal dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis dan menetapkan pelayanan/tindakan sesuai kebutuhan
serta rencana tindak lanjut dan evaluasinya.
Temuan dan kajian awal juga dapat digunakan untuk membuat
keputusan perlunya review/kajian ulang pada situasi yang meragukan.
- Planning (Perencanaan Layanan)
Rencana layanan ditetapkan berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan
dalam bentuk diagnosis. Dalam menyusun rencana layanan perlu
dipandu oleh panduan praktik klinis dokter gigi dan pedoman asuhan
keperawatan gigi.
Hasil dari pengkajian awal ditulis di lembar pengkajian awal pasien dengan
penyakit gigi dan mulut, kemudian disimpan dalam berkas rekam medik
pasien.
2. Perencanaan Layanan Klinis
Rencana layanan ditetapkan berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan dalam
bentuk diagnosis. Dalam menyusun rencana layanan perlu dipandu oleh
panduan praktik klinis dokter gigi dan pedoman asuhan keperawatan gigi.
Pasien mempunyai hak untuk mengambil keputusan terhadap layanan yang
akan diperoleh. Pasien/keluarga diberipeluang untuk bekerjasama dalam
menyusun rencana layanan klinis yang akan dilakukan. Dalam menyusun
rencanalayanan tersebut harus memperhatikan kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan nilai-nilai budaya yang dimiliki
oleh pasien.
Pada kondisi tertentu pasien membutuhkan layanan terpadu yang melibatkan
tim kesehatan. Rencana layanan terpadu meliputi: tujuan layanan yang akan
diberikan, pendidikan kesehatan pada pasien dan/atau keluarga pasien,
jadwal kegiatan, sumber daya yang akan digunakan, dan kejelasan tanggung
jawab tiap anggota tim kesehatan dalam melaksanakan layanan.
Pelaksanaan layanan terpadu / antar profesi dilaksanakan dengan rujukan
internal Puskesmas.
3. Persetujuan Tindakan Medis (informed consent)
Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang
pelayanan yang diterimanya adalah dengancara memberikan informed
11
consent/informed choice. Untuk menyetujui/memilih tindakan, pasien harus
diberipenjelasan/konseling tentang hal yang berhubungan dengan pelayanan
yang direncanakan, karena diperlukan untuk suatu keputusan persetujuan.
lnformed consent dilakukan sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu
yang berisiko. Pasien dan keluarga dijelaskan tentang tes/tindakan, prosedur,
dan pengobatan mana yang memerlukan persetujuan dan bagaimana
mereka dapat memberikan persetujuan secara tertulis pada lembar inform
consent.
4. Penyuluhan / edukasi pasien dan/atau keluarga
Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu ada kerjasama antara
petugas kesehatan dan pasien/keluarga.Pasien/keluarga perlu mendapatkan
penyuluhan kesehatan dan edukasi yang terkait dengan penyakit dan
kebutuhanklinis pasien, oleh karena itu penyuluhan dan pendidikan
pasien/keluarga perlu dipadukan dalam pelayanan klinis.
Setiap kali selesai melakukan edukasi kepada pasien / keluarga maka
dilakukan penilaian terhadap efektivitas penyampaian informasi kepada
pasien/keluarga pasien agar mereka dapat berperan aktif dalam proses
layanan dan memahami konsekuensi layanan yang diberikan. Hasil
pelaksanaan edukasi ditulis di dalam lembar catatan penyampaian edukasi
dan disimpan di dalam berkas rekam medis.
5. Perencanaan Rujukan
Jika kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi oleh Puskesmas, maka pasien
harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan pelayanan
yang dibutuhkan oleh pasien. Pasien/keluarga pasien mempunyai hak untuk
memperoleh informasi tentang rencana rujukan. Informasi tentang rencana
rujukan harus disampaikan dengan cara yang mudah dipahami oleh
pasien/keluarga pasien. Informasi tentang rencana rujukan diberikan kepada
pasien/keluarga pasien untuk menjamin kesinambungan pelayanan.
Informasi yang perlu disampaikan kepada pasien meliputi: alasan rujukan,
fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas kesehatan lainnya,
jika ada, sehingga pasien/keluarga dapat memutuskan fasilitas yang mana
yang dipilih, serta kapan rujukan harus dilakukan. Untuk memastikan
kontinuitas pelayanan, informasi mengenai kondisi pasien dikirim bersama
pasien. Salinan resume pasien tersebut diberikan kepada fasilitas kesehatan
penerima rujukan bersama dengan pasien. Resume tersebut memuat kondisi
klinis pasien, prosedur dan pemeriksaan yang telah dilakukan dan kebutuhan
pasien lebih lanjut.
6. Tata laksana tindak lanjut pasien rujuk balik
12
Jika puskesmas menerima umpan balik rujukan pasien dari fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi atau fasilitas kesehatanlain, maka perlu dilakukan
tindak lanjut terhadap pasien melalui proses kajian, dan sesuai prosedur yang
berlaku, dengan memperhatikan rekomendasi tindak lanjut dari sarana
kesehatan yang memberikan umpan balik rujukan.
13
BAB V
LOGISTIK
14
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
15
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang
dilayani oleh bagian farmasi dikurangi kejadian kesalahan pemberian obat dibagi
jumlah seluruh pasien yang mendapat pelayanan obat.
4. Tidak terjadi kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
Dalam melaksanakan tindakan medis dan keperawatan, petugas harus selalu
melaksanakannya sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Identifikasi pasien
yang akan mendapatkan tindakan medis dan keperawatan perlu dilakukan
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian prosedur.
5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi di puskesmas
Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas Puskesmas BALONG wajib
melaksanakan universal precautions dan menjaga kebersihan tangan dengan
cara mencuci tangan 7 langkah dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
Tujuh langkah cuci tangan pakai sabun (CTPS) harus dilaksanakan pada lima
keadaan, yaitu:
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Setelah kontak dengan pasien
c. Sebelum tindakan aseptik
d. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
16
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
17
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
18
BAB IX
PENUTUP
19
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2013. Standar Puskesmas. Jawa Timur :
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
20