PELAYANAN KEFARMASIAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi, untuk manusia.
Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan
sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di UPTD Puskesmas Tapen perlu dibuat
standar pelayanan kefarmasian yang merupakan pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien UPTD Puskesmas Tapen.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pelayanan Kefarmasian yang dilaksanakan di UPTD Puskesmas Tapen
meliputi :
1. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai; meliputi:
a. Perencanaan kebutuhan;
b. Permintaan;
c. Penerimaan;
d. Penyimpanan:
e. Pendistribusian;
f. Pengendalian;
g. Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan
h. pemantauan dan evaluasi pengelolaan.
C. Batasan Operasional
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
2. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran.
3. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman dan Penyusunan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
Lembaran Negara tahun 2012 nomor 193.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi,
IzinPraktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (BeritaNegara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 322);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011
tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan
Praktek Klinis Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di puskesmas.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 951/Menkes/SK/I/2000 tahun
2000 tentang Upaya Kesehatan Dasar di Puskesmas
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Kesehatan Masyarakat.
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 131/Menkes/SK/II/2004 tahun
2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 189/Menkes/SK/III/2006
tentang Kebijakan Obat Nasional.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM pelayanan kefarmasian Puskesmas Tapen adalah :
N Kebutuha Jumla
Jenis Tenaga Persyaratan Pendidikan
O n h nyata
B. Distribusi Ketenagaan
A. Denah Ruangan
KAMAR OBAT
Cairan Infus
.
Meja Pelayanan Obat Meja
komputer
Meja
el
Wastaf
Rak / Etalase Obat
GUDANG OBAT
Lemari Buku
Kulkas
Rak Obat
Rak Obat
Meja
Rak Obat
Lemari Narkotika
Psikotropika
Meja
Cairan Infus
Rak Obat
Rak Buku
B. Fasilitas
PELAYANAN OBAT
1. Pasien setelah mendapat pelayanan klinis akan mendapat resep. Resep kemudian diletakkan
di tempat penerimaan resep di kamar obat.
2. Petugas kamar obat mengambil resep sesuai urutan tumpukan resep, kemudian melakukan
analisa resep, apabila diperlukan akan dikonsulkan kepada penulis resep atau dokter yang
bertanggung jawab. Apabila perlu penggantian obat, penulis resep atau dokter yang
bertanggung jawab akan menulis ulang resep.
3. Setelah selesai analisa, petugas mengambilkan obat sesuai permintaan resep.
4. Obat diberi label sesuai resep (yang berisi tanggal, nama, aturan pakai).
5. Obat diberikan kepada pasien dengan menjelaskan aturan pakai, cara minum obat, cara
simpan dan kemungkinan efek samping.
4. Melakukan pendistribusian obat ke Poli Umum, Poli Gigi, Poli KIA/KB, UGD, Perawatan,
Polindes, dan Pustu sesuai prosedur pendistribusian obat
5. Melakukan pengendalian persediaan dan penggunaan obat untuk menghindari kekosongan
dan kelebihan persediaan.
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan atas penggunaan obat, pengembalian obat rusak
dan kadaluarsa.
PERENCANAAN DAN PERMINTAAN OBAT
Penyediaan obat dan bahan medis habis pakai dilakukan melalui permintaan dan
pelaporan ke UPTD Gudang Farmasi Kabupaten Jombang dengan persetujuan Kepala
Puskesmas. Kebutuhan obat, alat medis dan bahan habis pakai dihitung tiap bulan sekali dengan
mempertimbangkan kebutuhan dua bulan yang akan datang. Jika dalam waktu tertentu terdapat
kekosongan pada UPTD Gudang Farmasi maka dilakukan pembelian secara swadaya oleh
puskesmas dengan memperhatikan ketentuan perundang undangan yang berlaku.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
B. Tujuan
Pelayanan farmasi bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan
dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien yang
terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan penggunaan
Obat secara rasional.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpapar
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari
resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
I. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu klinis yang digunakan di Puskesmas Tapen dalam memberikan pelayanan
adalah penulisan obat sesuai formularium oleh dokter.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri
dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada wakil manajemen mutu dan akan disampaikan
kepada semua staf pada saat tinjauan manajemen
BAB IX
PENUTUP