Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Visi pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan
sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Misi
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, Puskesma perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang
bermutu.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi
obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical
Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker/asisten apoteker
sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana
prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,
informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga,
dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan.
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Puskesmas
Tujuan Khusus :
Sebagai acuan bagi petugas untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas
C. RUANG LINGKUP
Lingkup Kerja Pelayanan Kefarmasian dan Obat meliputi kegiatan :
A. DI DALAM GEDUNG
1. Pelayanan farmasi yang sesuai standart baik dalam keadaan biasa maupun
dalam keadaan gawat darurat sesuai dengan keadaan pasien maupun
faslilitas yang tersedia.
a. pengkajian dan pelayanan resep
b. pelayanan informasi obat

1
c. konseling penggunan obat
2. Perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penyerahan
perbekalan farmasi.
3. Penyelengaraan pelayanan farmasi yang meliputi : penyiapan, pencampuran,
penyampaian obat, pemantauan obat dalam hal dosis, indikasi efek samping,
perhitungan kadar dan harga.
4. Penyediaan informasi dan edukasi terkait dengan kefarmasian bagi tenaga
kesehatan dan pasien.
B. DI LUAR GEDUNG
1. Pelayanan kefarmasian pada kegiatan bakti sosial/ pengobatan massal
2. Pelayanan kefarmasian bersifat insidentil (ada kegiatan penanggulangan
bencana)
D. BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan yang berorientasi kepada penyediaan
obat yang bermutu sesuai pedoman/standart, termasuk pelayanan farmasi yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Suatu pelayanan langsung yang bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien sesuai Peraturan Pemerintah
RI nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan kesehatan. Pengelolaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan (Lihat pada Buku Pedoman Obat Publik dan Perbekalan Obat di
Puskesmas, Ditjen Yanfar dan Alkes, 2004).
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipan
dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih
mudah dimonitor dan dievaluasi.
Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua
tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, yaitu :
 Perencanaan
 Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/ kota
 Penerimaan
 Penyimpanan mengunakan kartu stok atau computer
 Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-LPO.
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan
pasien (umum, miskin, asuransi), penyimpanan bendel resep harian secara teratur
selama 3 tahun dan pemusnahan resep yang dilengkapi dengan berita acara.
Pengadministrasian termasuk juga untuk:
 Kesalahan pengobatan (medication error)
 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

2
 Medication Record
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
2. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika
3. Ordonansi Obat Berkhasiat Keras (Sterekwerkende geenesmiddelen ordonantie
Stb.1949 /no.419)
4. Kepmenkes No. 125/Kab/B VII/th 1971 tentang Wajib Daftar Obat
5. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)

3
BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SDM
Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas
adalah apoteker (Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Di
puskesmas Burneh di lakukan oleh tenaga terlatih.
No Jabatan Pendidikan Jumlah
1 Penanggung jawab farmasi Dokter Umum 1 Orang
2 Koordinator farmasi SMA 1 Orang
4 Administrasi S1 1 Orang
SMA 2 Orang

STRUKTUR ORGANISASI RUANG FARMASI

B. PENETAPAN JAM KERJA


Pelayanan Kefarmasian dan Obat Untuk Rawat Jalan sesuai dengan jam buka
pelayanan.
Senin – Kamis : jam 08.00 – 13.00
Jumat- Sabtu : jam 08.00 – 11.30

4
Sedangkan untuk Pelayanan UGD dan Rawat Inap dilakukan di Kamar Obat dengan
jam buka 24 jam.

C. JADWAL KEGIATAN
Pengambilan obat ke GFK Dinas Kesehatan dilakukan setiap 2 bulan sekali. Untuk
pendistribusian obat ke Kamar Obat, UGD/ Rawat Inap, Pustu/ Polindes dilakukan setiap
bulan.

5
BAB III
STANDART FASILITAS

A. Denah ruang

B. STANDART FASILITAS
1. SARANA DAN PRASARANA
Prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung
mendukung pelayanan kefarmasian, sedangkan sarana adalah suatu tempat, fasilitas dan
peralatan yang secara langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian. Dalam upaya
mendukung pelayanan kefarmasian di Puskesmas diperlukan prasarana dan sarana yang
memadai disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Puskesmas dengan
memperhatikan luas cakupan, ketersediaan ruang rawat inap, jumlah karyawan, angka
kunjungan dan kepuasan pasien.
Prasarana dan sarana yang dimiliki Puskesmas untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut :
 Papan nama “kamar obat” yang dapat terlihat jelas oleh pasien
 Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
 Tersedia tempat dan alat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam upaya
penyuluhan pasien, misalnya untuk memasang poster, tempat brosur, leaflet, booklet
dan majalah kesehatan. Antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi

6
Spesialite Obat Indonesia (ISO) dan Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI)
 Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai.
 Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria, serum dan vaksin,
dan lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
 Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar
pemasukan dan pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, dapat
dipantau dengan baik.
 Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk melakukan
pelayanan informasi obat.
2. PERALATAN
Peralatan yang digunakan untuk pelayanan kefarmasian adalah :
NO JENIS PERALATAN JUMLAH
A PERALATAN KAMAR OBAT
1. Penggerus Obat 1
2. Tempat sampah 1
Jumlah 2
B PERALATAN GUDANG OBAT
1. Palet 4
2. Rak Obat 2
3. Lemari Obat 3
4. Lemari Narkotika 1
5. Lemari Es 1
6. A C 2
7. Suhu Ruangan 1
8. Suhu Kulkas 1
9. Tempat Sampah 1
Jumlah 16
C MEBELAIR KAMAR OBAT
1. Meja kerja ½ biro 1
2. Kursi kerja 1
3. Rak kerja 1
4. Lemari simpan obat 1

7
5. Komputer 1
Jumlah 5
D MEBELAIR GUDANG OBAT
1. Meja kerja 2
2. Kursi kerja 3
3. Meja komputer 1
4. Komputer 1
5. Printer 1
6. Lemari simpan obat 3
7. Rak obat 2
Jumlah 13
E BAHAN HABIS PAKAI
1. Plastik obat Sesuai kebutuhan
2. Kertas puyer Sesuai kebutuhan
3. Etiket Sesuai kebutuhan

8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PELAYANAN RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang
meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan
resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan
resep dilakukan sebagai berikut :
1. PENERIMAAN RESEP
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter/ tenaga
paramedis, paraf dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara
penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan alamat pasien
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
c. Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan
kesesuaian dosis.
d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau
obatnya tidak tersedia
2. PERACIKAN OBAT
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat,
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat
b. Peracikan obat
c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru untuk
obat luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan obat dalam
bentuk larutan
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.
3. PENYERAHAN OBAT
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali

9
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah obat.
b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik
dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya
kurang stabil
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya
d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman
yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat,
dll.
B. PELAYANAN INFORMASI OBAT
Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak
bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat
yang rasional oleh pasien. Sumber informasi obat adalah Buku Farmakope
Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Informasi Obat Nasional
Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta buku-buku lainnya. Informasi obat
juga dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat yang berisi :
 Nama dagang obat jadi
 Komposisi
 Bobot, isi atau jumlah tiap wadah
 Dosis pemakaian
 Cara pemakaian
 Khasiat atau kegunaan
 Kontra indikasi (bila ada)
 Tanggal kadaluarsa
 Nomor ijin edar/nomor registrasi
 Nomor kode produksi
 Nama dan alamat industry
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah :
a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,
apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah
obat diminum sebelum atau sesudah makan.
b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan

10
meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan untuk
mencegah timbulnya resistensi.
c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan.
Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan
obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral obat
tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga,
suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.
d. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat yang akan dirasakan, misalnya
berkeringat, mengantuk, kurang waspada, tinja berubah warna, air kencing
berubah warna dan sebagainya
e. Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya efek samping obat, interaksi obat
dengan obat lain atau makanan tertentu, dan kontraindikasi obat tertentu dengan
diet rendah kalori, kehamilan, dan menyusui.
 Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak
diharapkan serta terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran
normal.
 Salah guna obat adalah penggunaan bermacam-macam obat tetapi efeknya
tidak sesuai, tidak rasional, tidak tepat dan tidak efektif.
 Bahaya salah guna obat antara lain menimbulkan efek samping yang tidak
diinginkan, pengeluaran untuk obat menjadi lebih banyak atau pemborosan,
tidak bermanfaat atau menimbulkan ketagihan.
C. CARA PENYIMPANAN OBAT
Penyimpanan Obat secara Umum adalah :
1. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan
2. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat
3. Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung.
4. Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
5. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali
jika tertulis pada etiket obat.
6. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak
7. Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama.
8. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
Beberapa sistem yang umum dalam pengaturan obat :
a. Alfabetis berdasarkan nama generik

11
Obat disimpan berdasarkan urutan alphabet nama generiknya. Saat menggunakan
sistem ini, pelabelan harus diubah ketika daftar obat esensial direvisi atau
diperbaharui.
b. Kategori terapetik atau farmakologi
Obat disimpan berdasarkan indikasi terapetik dan kelas farmakologinya.
c. Bentuk sediaan
Obat mempunyai bentuk sediaan yang berbeda-beda, seperti sirup, tablet, injeksi,
salep atau krim. Dalam sistem ini, obat disimpan berdasarkan bentuk sediaannya.
Selanjutnya metode-metode pengelompokan lain dapat digunakan untuk
mengatur obat secara rinci.
d. Frekuensi penggunaan
Untuk obat yang sering digunakan (fast moving) seharusnya disimpan pada ruangan
yang dekat dengan tempat penyiapan obat.

KONDISI PENYIMPANAN KHUSUS


Beberapa obat perlu disimpan pada tempat khusus untuk memudahkan pengawasan, yaitu.
 Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari
khusus dan terkunci
 Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari pendingin untuk
menjamin stabilitas sediaan
 Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan dalam
lemari yang berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar dan
peralatan elektronik. Cairan ini disimpan terpisah dari obat-obatan.

D. PENATAAN OBAT
1. Ruang dalam kondisi bersih, tidak lembab, cukup ventilasi dan penerangan.
2. Mempunyai meja untuk peracikan, plastik obat, kertas puyer, etiket dan tempat
sampah tertutup
3. Etiket atau label pada tempat penyimpanan obat harus lengkap dan tertib untuk
mempermudah pengambilan obat dan mencegah kesalahan pengambilan obat.
4. Penyimpanan obat :
a. Obat disimpan di dalam wadah asli atau wadah yang sesuai
b. Obat golongan narkotika disimpan dalam lemari obat yang terkunci
c. Obat di susun teratur rapi dalam rak/ lemari obat dengan sistematika

12
penyimpanan obat sesuai dengan abjad (alfabetis), dengan sistem FIFO (First In
First Out) dan FEFO ( First Expire First Out). Hal ini berguna untuk mengetahui
dengan cepat obat yang rusak dan kadaluarsa.
d. Gudang obat memiliki palet dan rak ntuk mencegah agar obat tidak lembab dan
rusak.
e. Puskesmas rawat jalan dan rawat inap harus memiliki lemari narkotika berkunci
dan terkunci sebagai tempat penyimpanan obat-obatan narkotika dan
psikotropika.
f. Terdapat lemari pendingin yang berfungsi dengan baik untuk penyimpanan obat
suppositoria, vaksin.
E. PELAYANAN KEFARMASIAN
1. Petugas gudang obat menghitung kebutuhan perbekalan obat dan farmasi selama 1
tahun
2. Perencanaan obat dalam 1 tahun dituangkan dalam LPLPO dan dikirimkan ke GFK
dinas kesehatan
3. Petugas gudang obat menuangkan permintaan kebutuhan perbekalan farmasi ke
formulir LPLPO dan mengambil sesuai jadwal yang ditentukan oleh GFK dinas
kesehatan (2 bulan sekali)
4. Petugas gudang obat membuat laporan pemakaian perbekalan farmasi di formulir
LPLPO setiap bulan
5. Petugas gudang obat mencatat pemasukan perbekalan farmasi di buku penerimaan
obat dan mencatat pengeluaran perbekalan farmasi di kartu stok dan buku
pengeluaran.
6. Petugas gudang obat mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan
setiap bulan.

13
BAB V
LOGISTIK

I. JENIS OBAT-OBATAN YANG ADA DI PUSKESMAS TERDIRI DARI :


1. Analgesik, antipiretik, anti inflamasi non steroid dan anti pirai
1.1 Analgesik narkotik
1.2 Analgesik non narkotik
1.3 Antipirai
2. Anestetik
2.1 Anastetik Lokal
2.2 Anastetik umum dan oksigen
3. Anti alergi dan obat untuk anafilaksis
4. Anti dotum dan obat lain untuk keracunan umum dan khusus
5. Anti epilepsi – anti konvulsi
6. Anti infeksi
6.1 Antelmintik
6.2 Antibakteri
a. Beta laktam
b. Anti baktei lain ( Tetrasiklin, kloramfenikol, Sulfa trimetropim,
Makrolid)
c. Anti infeksi khusus (Anti lepra, anti Tuberculosis, antiseptik
saluran kemih)
d. Anti fungi (sistemik dan topikal)
e. Antiprotozoa (antiamoeba, antimalaria)
7. Anti Migren (profilaksis dan serangan akut )
8. Obat yang mempengaruhi darah (anti anemia, obat yang mempengaruhi
koagulasi)
9. Desinfektan dan antiseptik
10. Obat dan bahan untuk gigi dan mulut
11. Diuretik
12. Hormon, obat endokrin lain dan kontraseptik (anti diabetes oral dan
parenteral, kontraseptik, hormon tiroid dan antitiroid, kortikosteroid)
13. Kardiovaskuler (anti angina, anti aritmia, anti hipertensi, anti agregasi platelet,
gagal jantung, obat untuk syok, anti hiperlipidemia)

14
14. Obat topikal untuk kulit (anti bakteri, anti fungi, anti inflamasi dan anti pruritik,
anti scabies dan anti pedikulosis, kaustik, keratolitik dan keratoplastik)
15. Larutan elektrolit, nutrisi dan lain-lain (oral dan parenteral dll)
16. Obat untuk saluran cerna (antasida dan anti ulkus, anti emetik, anti hemoroid,
anti spasmodik, obat untuk diare, katartik)
17. Obat untuk saluran nafas ( anti asma, antitusif, ekspektoran)
18. Obat yang mempengaruhi sistem imun (serum dan immunoglobin, vaksin)
19. Obat untuk telinga, Hidung, dan Tenggorokan
20. Vitamin dan mineral
II. OBAT EMERGENCY DAN BAHAN HABIS PAKAI YANG HARUS TERSEDIA
DALAM JUMLAH CUKUP PADA RUANG UNIT GAWAT DARURAT ADALAH :
1. Adrenalin 1 : 1000
2. Ephedrine
3. Sulfas atropine
4. Antihistamin
5. Aminophillin 240 mg/ 10 ml
6. Diphenhidramint
7. Diazepam ampul
8. Antipiretika
9. Koagulantia
10. Anti kejang
11. Cairan infu Ringer Laktat, Na Cl 0,9%, Glucose 5%
12. Infuset
13. Uterotonika
14. MgSo4

III. OBAT YANG TERSEDIA UNTUK BIDAN SESUAI DENGAN KEPUTUSAN


MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
900/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 25 JULI 2002 ADALAH :
1. Vaksin
2. Syok Anafilaktik
a. Adrenalin 1 : 1000
b. Antihistamin Hidrokortison
c. Aminophillin 240 mg/ 10 ml

15
3. Sedativa
4. Antibiotika
5. Cairan infus
6. Uterotonika
7. Koagulantika
8. Anti kejang
9. Obat luka

16
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada lima sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
5. Tidak Terjadinya pasien jatuh
Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien
tersebut adalah :
1. IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien
dan alamat, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
b. Pasien diidentifikasi sebelum  melakukan pemberian obat, atau tindakan
lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.
2. MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Cara komunikasi yang efektif di puskesmas:
a. Menggunakan teknik SBAR (Situation – Background – Assessment –
Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar pemberi layanan.
 Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
 Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan   kondisi
pasien terkini
 Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
 Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
pasien saat ini.
b.   Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/baca kembali
 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima
instruksi/ laporan.

17
 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali oleh
penerima instruksi/ laporan.
 Instruksi/ laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh individu
pemberi instruksi/ laporan.
 Untuk istilah yang sulit atau obat – obatan kategori LASA (Look Alike Sound
Alike) diminta penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup  misalnya :
UBRETID
3. MENINGKATKAN KESELAMATAN PENGGUNAAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH ALERT)
Obat- obatan yang perlu diwaspadai adalah : NORUM (Nama Obat Rupa
Ucapan Mirip) / LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip
dan  kedengarannya mirip. Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai:
 Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi penandaan
yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High Alert”
 Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA.
 Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien
tanpa pengawasan.
 Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat menerima /
memberi instruksi
Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi yang ada di
Puskesmas:
a. Golongan Opiod
- Kodein HCL
b. Antiaritmia
- Lidokain
c. Obat antagonis adrenergik
- Efinefrin
d. Sound Alike Look Alike Drugs

Penerapan 7 BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT yaitu :


1. Benar obat
2. Benar pasien
3. Benar dosis

18
4. Benar waktu pemberian
5. Benar cara pemberian
6. Benar pemberian informasi
7. Dokumentasi
4. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
A. Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
B. Semua petugas di Puskesmas termasuk dokter melakukan kebersihan tangan
pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH : dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB : dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik
5. PENGURANGAN RISIKO CEDERA AKIBAT PASIEN JATUH
Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan
oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat rIsiko jatuh pasien
guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

19
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh pasien


dan keluarga pasien maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja semakin
tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas, pengunjung/pengantar
pasien, pasien sekitar puskesmas ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan
kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian
pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di puskesmas yang
tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui
upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus menjamin
kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja
maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di Ruangan Pemeriksaan Umum merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal
kesehatan dan keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, keluargapasien,
masyarakat sekitar.
Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas,
aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan lancar.

20
Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan
KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan rawat inap puskesmas.
Alat Keselamatan Kerja
1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. APD (alat Pelindung Diri)
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut
7. Pembersih tangan di depan tiap-tiap ruangan pasien.
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja,
b. Pakailah APD saat bekerja,
c. Orientasi pada petugas baru,
d. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran,
e. Harus mengetahui cara mencuci tangan dengan benar,
f. Buanglah sampah pada tempatnya,
g. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik,
h. Dilarang merokok.

21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur dan menilai
mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian mutu pada
pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan
langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya
berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat
tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian
mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan
kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.
Pada unit Ruangan Pemeriksaan Umum Puskesmas Burneh selalu dilakukan
survey kepuasan pelanggan untuk mengetahui tingkat kepuasan penerima layanan di
Puskesmas Burneh. Hasil dari survey pelanggan di analisa sehingga dapat
merumuskan follow up dari permasalahan yang ada. .
Jika ada KTD, KTC, KPC dan KNC segera melaporkan pada Ketua Tim Mutu
dan Keselamatan Pasien untuk segera di follow up bersama-sama dengan Anggota
Tim Mutu dan keselamatan pasien Puskesmas Burneh.

22
BAB IX
PENUTUP

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan


meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Konsep kesatuan upaya kesehatan (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif) menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas
kesehatan termasuk Puskesmas yang merupakan unit pelaksana kesehatan tingkat
pertama (primary health care). Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah
pelayanan yang bersifat pokok (basic health services) yang sangat dibutuhkan
oleh sebagian besar masyarakat termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di
Puskesmas.
Dengan bergesernya paradigma kefarmasian yang semula
hanya berfokus pada pengelolaan obat menjadi pelayanan yang
komprehensif, maka diharapkan dengan tersusunnya buku Pedoman
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas ini akan terjadi peningkatan mutu
pelayanan kefarmasian di Puskesmas kepada masyarakat.
Disamping itu pula diharapkan pedoman ini bermanfaat bagi petugas di
Puskesmas dalam memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu agar tercapai
penggunaan obat yang rasional.

23
Lampiran 1
CONTOH RESEP YANG LENGKAP

Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan


PUSKESMAS BURNEH

Tanggal...................
R/

Pro :
Tanggal Lahir :
Alamat :

24
Lampiran 2
CONTOH ETIKET

Obat Luar

PUSKESM
AS BURNEH
JL.KH.MUN IF 28 BURNEH
BANGKALAN

Tgl: No.

OBAT LUAR

PUSKES MAS BURNEH


JL.KH.MUN IF 28 BURNEH
BAN GKALAN

Tgl: No.

..................x sehari.................tab/cap/bks/sendok

Untuk Sediaan Cair

KOCOK DAHULU
Lampiran 3

BERITA ACARA PEMUSNAHAN RESEP


Pada hari ini ........................ tanggal................ bulan..................... tahun .....................
mengacu pada berita acara pemusnahan resep di Apotek (Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik nomor : Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek), kami
yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Apoteker : ................................................................


No.S.I.K : ...............................................................
Nama Puskesmas : ................................................................
Alamat Puskesmas : ................................................................

Dengan disaksikan oleh :


1. Nama : ................................................................
Jabatan : ................................................................
NIP : ...............................................................
2. Nama : ................................................................
Jabatan : ................................................................
NIP : ................................................................

Telah melakukan pemusnahan resep pada Puskesmas kami, yang telah melewati batas
waktu penyimpanan selama 3 (tiga) tahun, yaitu :
Resep dari tanggal .......................................... sampai dengan tanggal ..............................
Seberat .............................. kg.
Resep Narkotik.................. lembar
Tempat dilakukan pemusnahan : .....................................................................................
Demikianlah berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab. Berita
acara ini dibuat rangkap 2 (dua) dan dikirim kepada :
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
2. Satu sebagai arsip di Puskesmas

Bangkalan,
Yang membuat berita acara
Petugas Gudang

ANISAH
Nip. 19761026200172010

SAKSI 1 SAKSI 2

drg.Hj. HANDAYANINGSIH SAMSUL HADI


Nip. 196403061992032003 Nip. 196108241985031008

Anda mungkin juga menyukai