Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja. Secara nasional standar
wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di suatu kecamatan terdapat lebih
dari satu puskemas, maka tanggung jawab ke wilayah kerja di bagi antar puskesmas dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/kelurahan atau dusun/rukun warga (RW).

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya


kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup indikator utama, yaitu lingkunagn sehat,
perilaku sehat , cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan
pendududk. Misi pembangunan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
mandiri dalam hidup sehat.
Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas menyelenggrakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan
kefarmasian yang bermutu.

Pelayanan kefarmasian pada saaat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi obat kepada
pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi
tersebut, maka apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.

Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik
(penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan
pencatatan/penyimpanan)dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan
metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

1.2 Tujuan
 Tujuan Umum :
Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Puskesmas
 Tujuan Khusus :
- Sebagai acuan bagi apoteker dan asisten apoteker untuk melaksanajan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas
- Sebagai Pedoman bagi puskesmas dalam pembinaan pelayanan kefarmasian di setiap
wilayah kerja puskesmas Pucangsewu

1.3 Landasan Hukum


1. Permenkes No. 30 tahun 2014 Tentang standar Pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
2. Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
3. Undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika
4. Kepmenkes RI No. Hk 02.02/menkes/363/2015 Tentang Formularium Nasional tahun 2015

1
BAB II
PENGELOLAAN SUMBER DAYA

2.1. Sumber Daya manusia


Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmsaian di Puskesmas adalah
apoteker. Kompetensi apoteker di puskesmas adalah sebagai berikut :
 Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu
 Mampu mengambil keputudsan secara profesional
 Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun dengan profesi kesehatan yang
lain dengan menggunakan bahasa verbal, non verbal maupun bahasa lokal
 Selalu belajar sepanjang karier baik jalur formal maupun informal, sehingga ilmu dan
ketrampilan yang dimilki selalu baru ( up to date)
Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan apoteker dalam
melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut.

2.2. Prasarana dan Sarana


Prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung
pelayanann kefarmasian, sedangkan sarana adalah suatu tempat, fasilitas dan peralatan yang
secara langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian. Dalam upaya mendukung pelayanan
kefarmasian di puskesmas diperlukan prasarana dan sarana yang memadai disesuaiakan
denganmemperhatikan luas cakupan ketersediaan ruang rawat inap, jumlah karyawan, angka
kunjungan dan kepauasan pasien.
Prasarana dan sarana yang perlu dimiliki Puskesmas untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kefarmasian adalah berikut :

2
 Papan nama “ unit kefarmasian” yang dapat terlihat jelas oleh pasien
 Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
 Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian antara lain : mortir-stamper, gelas ukur,
sealing mechine, plastic spoon dan kertas pembungkus puyer obat
 Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk pelayanan informasi
obat.
 Tersedia tempat dan alat untuk melakuakn peracikan obat yang memadai.
 Tempat penyimpanan khusus seperti lemari es untuk suppositoria dan obat-obat injeksi
yang membutuhkan suhu penyimpanan khusus, dan lemari penyimpanannarkotika dan
psikotropika sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
 Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar pemasukan dan
pengeluaran obat termasuk tanggal kadaluarsa obat dapat terpantau dengan baik.
 Tempat penyerahan obat yang memungkinkan untuk melakukan pelayanan informasi
obat.

2.3. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan


Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan
kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan kesehatan.

2.4. Administrasi
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipan dalam rangka
penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan
perbekalan kesehtan maupun pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, yaitu :
- Perencanaan
- Permintaan obta ke Dinas Kesehatan Kota
- Penerimaan
- Penyimpanan menggunakan kartu stok atau komputer
- Penditribusian dan pelaporan menggunakan buku permintaan poli dan LPLPO (LPLPO sub
unit)
Adminitrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan jenis pasien (BPJS
non BPJS), penyimpanan bendel resep harian secara teratur selama 3 tahun dan
pemusnahan resep yang dilengkapi dengan berita acara.

3
BAB III
PELAYANAN FARMASI KLINIK

3.1. Pelayanan Resep


Resep adalah permintaan terrtulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang
berlaku. Pelayanan reesp adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis
yang yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep peracikan obat sampai dengan
penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan resep dilakukan sebagai berikut :
3.1.1. Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Persyaratan administratif , yaitu : Nama, No. SIP Dokter, Paraf/tanda tangan


dokter,tanggal resep,ruangan/unit asal resep, umur, jenis kelamin, berat badan dan
alamat pasien
b. Persyaratan farmasetik, yaitu bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat,
stabilitas dan ketersediaan, aturan dan cara penggunaan obat, inkompatibilitas
(ketidakcampuran obat).
c. Pertimbangan klinik seperti ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat,
duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan efek samping obat, kontra indikasi, efek
adiktif.
d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya
tidak tersedia.

3.1.2. Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :


- Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat,
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa dan keadaan fisik obat
- Peracikan obat
- Pemberian etiket untuk penandaaan obat
- Memasukan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.

3.1.3. Penyerahan obat


Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah obat.
b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan
sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat.
c. Memastikan bahwayang menerima adalah pasien atau keluarganya
d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain terkait dengan obat
tersebut, antara lain : nama obat, kekuatan obat, frekuensi minum obat,
sebelum/saat/sesudah makan, makanan dan minuman yang harus dihindari,

4
kemungikanan efek samping yang mungkin terjadi dan tindakan yang harus
dilakukan, serta cara penyimpanan obat di rumah.

3.2. Pelayanan Informasi Obat


Pelayanan Informasi Obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,
bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh
pasien. Sumber informasi obat dapat berupa buku dan brosur obat.
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah
- Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali sehari obat digunakan , apakah waktu
pagi,siang sore atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum, saat
atau sesudah makan.
- Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan
meskipun sudah merasa sembuh. Obat antibiotik harus dihabiskan untuk mencegah
timbulnya resistensi.
- Cara menggunakan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh
karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cra penggunaaan obat yang
benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, tetes mata, salep mata,
obat tetes hidung, obat tetes hidung,tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal dan
tablet vagina.

BAB IV
PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI

Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai merup[akan salah satu kegiatan pelayanan
kefarmasian yang dimulai dari perencanaan , permintaan , penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya
adalah menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan bahan habis habis pakai
yang efisien, efektif dan rasional.
Kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai meliputi
1. Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis pakai untuk
menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :
a. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan bahan medis pakai yang mendekati kebutuhan
b. Meningkatkan penggunaaan obat yang rasional

5
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat

Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola
penyakit dan pola komsumsi obat periode sebelumnya serta mengacu pada formularium nasional
namun tetap menyesuaikan dengan peresepan obat yang dibutuhkan oleh pasien dilayanan
sesuai dengan terapi obat yang ditentukan oleh dokter.
Daftar obat yang tersedia di unit unit kefarmasian Puskesmas Pucangsewu : (Terlampir)

2. Permintaan Obat dan Bahan Medis habis Pakai


Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi kebutuhan obat dan
bahan medis habis pakai di Puskesmas Pucangsewu, sesuai dengan perencanaan kebutuhan
yang telah di buat. Permintaan obat dan bahan medis habis pakai ditujukan pada Dinas Kesehatan
Kota Surabaya.

3. Penerimaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai


Penerimaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima Obat
Dan Bahan Medis Habis Pakai dari Gudang Farmasi Kota (GFK) Surabaya sesuai dengan
permintaan yang telah diajukan.
Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesai dengan kebutuhan puskesmas berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas Pucangsewu.
Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan, keadaan, jumlah obat dan bentuk obat sesuai
dengan dokumen (LPLPO), ditandatangani oleh petugas penerima dan diketahui oleh Kepala
Puskesmas. Apabila tidak memenuhi syarat, maka petugas dapat melakukan penolakan terhadap
obat yang diterima dengan mengisi berita acara penolakan obat.

4. Penyimpanan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai


Penyimpanan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu kegiatan pengaturan
terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakam fisik maupun kimia
dan mutunya tetap terjamin sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan
persyaratan yang telah diteapkan
Penyimpanan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai dengan mempertimbangkan ha-hal sebagai
berikut :
a. Bentuk dan jenis sediaan
b. Stabilitas (suhu, cahaya dan kelembaban)
c. Mudah atau tidaknya meledak/mudah terbakar/korosif
d. Narkotika dan Psikotropika disimpan dalam lemari khusus

5. Pendistribusian Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai


Pendistribusian Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan
penyerahan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit pelayanan dan Puskesmas Pembantu.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit pelaanan kesehatan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Pucangsewu dengan jenis , mutu, jumlah dan waktu yang tepat.

6. Pengendalian Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai

6
Pengendalian Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkansesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar.
Kegiatan pengendalian obat meliputi :
a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian penggunaan
c. Penanganan obat rusak dan kadaluarsa

7. Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan


Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan alam rangka
penatalaksanaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai secara tertib, baik Obat Dan Bahan Medis
Habis Pakai yang di terima , disimpan, didistribusikan dan digunakan di unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan adalah :
a. Bukti bahwa pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai telah dilakukan
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
c. Sumber data untuk membuat laporan

8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan
tujuan untuk :
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan Obat Dan Bahan
Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kaulitas maupun pemerataan pelayanan
b. Memperbaiki secara terus menerus pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

7
BAB V

PENANDAAN OBAT BERDASARKAN WAKTU KADALUARSA

Pemberian tanda di tiap-tiap kemasan obat akan mempermudah penentuan batasan waktu
kadaluarsa untuk tiap-tiap sediaan farmasi. Adapun tanda yang diberikan yaitu berdasarkan tahun
masa kadaluarsa obat. Tanda yang digunakan menggunakan stiker berwarna.
1. Stiker warna Jingga : Tahun 2018 keatas
2. Stiker warna Hijau : Tahun 2017
3. Stiker warna pink : Tahun 2016
Dengan begitu maka untuk kemasan yang ada stiker pink nya dipake lebih dulu dibandingkan
stiker warna hijau dan jingga.

8
BAB VI

PERTANGGUNGJAWABAN PETUGAS FARMASI DAN PASIEN

Resep yang telah dilakukan skrining, kemudian dibelakang resep diberi stempel kolom tanda
tangan petugas dan pasien. Dilakukan peracikan oleh petugas farmasi tahap awal dengan
mengambilkan obat jika akan dilakukan proses peracikan puyer maka obat disiapkan sesuai jumlah
yang tertera pada resep, kemudian pengambil obat tanda tangan pada kolom pada stempel begitu
pula untuk peracikan non puyer. Kemudian obat diberi etiket dan petugas yang memberi etiket juga
tanda tangan pada kolom pada stempel. Setelah itu obat diserahkan dan petugas yang menyerahkan
juga tanda tangan pada kolom penyerah obat. Dan terakhir pasien yang telah menerima penjelasan
obat juga tanda tangan di belakang resep.

9
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragam terhadap
kesehatan,terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang dapat timbul dari
lingkungan tempat kerja,proses kerja,cara kerja,alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan
penyakit akibat kerja.
tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang ditimbulkannya adalah
agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian resiko dengan benar sehingga terhindar
dari berbagai masalah yang ditimbulkan akibat pekerjaan

.Identifikasi Potensi Bahaya di Unit Farmasi

Lokasi Potensi Jehis bahaya Masalah


Bahaya Kesehatan/kecelakaan kerja

1. Pengendalian resiko dengan upaya;


i. Promotif;
a. Menginformasikan potensi bahaya ditempat kerja kpd seluruh petugas
b. Memasang leaflet,brosur budaya kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Melaksanakan latihan fisik,bimbingan rohani,rekreasi
ii. Preventif
a. Penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai sabun,APD,mengganti
alat berbahaya,pengaturan shift kerja
b. Vaksinasi hepatitis

Penatalaksanaan limbah unit Farmasi

No Jenis Limbah Asal Perlakuan

1 Limbah domestik Kegiatan dapur,kardus obat,  Ditampung dalam kantong hitam


plastik lain yang tidak  Selanjutnya di bawa ke TPA

infeksius,terkontaminasi

2 Limbah benda Materi padat yang memiliki  Tidak boleh recapping langsung
tajam sudut lancip ,dapat  Dikumpul dalam safety box atau

menyebabkan luka tusuk kontener lain yang tidak bocor


 Tidak boleh didaur ulang
ataupun iris ;contohnya

10
;jarum suntik,kaca
sedian,infus set,vial obat

3 Limbah infeksius Limbah yang diduga  Ditampung dalam wadah yang


mengandung patogen dalam kuat dan tidak bocor,tidak boleh
jumlah cukup untuk dicampur dengan limbah lain
menyebabkan infeksi  Penyimpanan di pkm tidak boleh

misalnya limbah kultur,stok lebih dari 48 jam sejak mulai dari

agen infeksius dari penyimpanan


 Penyimpanan di ruang
laboratorium.limbah hasil
khusus,tertutup,ada pencatatan
operasi, limbah pasien
jumlah timbulan limbah setiap hari,
dengan penyakit menular
tidak mungkin binatang pengerta
masuk,termasuk pembatasan
orang masuk keruang tersebut.

4 Limbah patologis Limbah berasal dari organ  Masukkan dalam kontener kuat
tubuh misalnya janin,organ dan tidak bocor
tubuh,darah,muntahan.  Perlakuannya sama dengan
limbah infeksius
 Jika limbah padat maka diolah
dengan alat pengolahan limbah
padat
 Jika cair diolah dengan alat
pengolahan limbah cair

5 Limbah Farmasi Limbah yang mengandung  Dapat dikembalikan pada


bahan bahan produsannya
obat,vaksin,produk farmasi,  Bila terjadi tumpahan obat dapat

serum kadaluarsa menggunakan pasir absorben


untk menyerap tumpahan
farmasi,tumpahan farmasi
termasuk sampah B3 dan harus
dikelola dan diolah oleh pihak
yang khusus dapat mengelola
limbah farmasi

6 Limbah Kimia Limbah berasal dri zat kimia  Jika jumlahnya kecil
misalnya formaldehid,zat pengelolaannya sama dengan
rontgen,dll, limbah infeksius.

7 Limbah logam Berasal dari alat medis yang  Penampungannya ditempat yang
berat mengandung logam berat tidak bocor dan kuat
misalnya dari bocoran tensi pengelolaannya bekerjasama

11
air raksa dengan dinas atau lingkugan
hidup

d.Deteksi dini melalui medical check up;pemeriksaan pekerja sebelum masuk


kerja,pindah,pemeriksaan berkala pada pekerja ,pemeriksaan khusus pada
petugas yang terpajan bahan berbahaya seperti petugas lab,radiologi.

iii. Kuratif:
1. Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2. Penatalaksanaaan kecelakaan akibat kerja
3. Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4. Melakukan rujukan kasus

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Manajemen Mutu Pelayanan

12
Mutu pelayanan medik adalah:Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seorang pasien
sebaik-baiknya mealui pengetahuan yang konsisten sesuai dengan pengetahuan
terkini,sehingga probabilitas outcome yang diharapkan meningkat (IOM 1990)
Pelayanan individual yang dilandasi ilmu klinik sebagai kesehatan perorangan meliputi ;aspek
pencegahan primer,pencegahan sekundr,pencegahan tersier berupa rehabilitasi medik.

Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan bakuan
mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja bagi tenaga
pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan bagaimana
prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang
akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan menjamin
konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab poli.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis laboratorium
dan disahkan oleh penanggung jawab poli Puskesmas.
6. Indikator mutu pelayanan rawat jalan

BAB IX
PENUTUP

Pedoman Kefarmasian UPTD Puskesmas Pucang Sewu ini sebagai acuan bagi
petugas unit farmasi Puskesmas Pucang Sewu dalam melaksanakan pelayanan medik dasar
gigi. Demikian Pedoman kefarmasian UPTD Puskesmas Pucang Sewu ini dibuat untuk
dijadikan acuan dalam bertindak dan mengambil keputusan dalam rangka menjalankan sistem

13
manajemen serta tugas, tanggung jawab masing-masing sesuai dengan kapasitas dan
wewenang yang telah diberikan.

Keberhasilan pelayanan medik dasar terkait dengan kepatuhan pemberi


layanan terhadap standar dan prosedur yang ditetapkan. Hal ini mendukung sepenuhnya
pelaksanaan sistem manajemen mutu UPTD Puskesmas Pucang Sewu sebagai komitmen
yang harus dilaksanakan secara konsisten.

14

Anda mungkin juga menyukai