Anda di halaman 1dari 22

PENGANTAR ILMU FARMASI

KOMPETENSI APOTEKER DI
PUSKESMAS

Dosen pengampu : Apt. Meta Emilia Surya Dharma, M. farm

Nama : Mutiara Handari


NIM : 2120112367
Kelas : 1C
A. Pengertian Puskesmas

Puskesmas merupakan unit pelaksanaa teknis dinas Kesehatan


kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja
puskesmas adalah suatu kecamatan. Apabila di suatu kecamatan terdapat
lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja di bagi antar
puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu
desa//kelurahan atau dusun/rukun warga (RW).
B. Pelayanan kefarmasian di puskesmas

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi
obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (pharmaceutical care)
sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker atau asisten apoteker
sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan farmasi meliputi :
 Pengelolaan sumber daya (SDM)
 Sarana prasarana
 Sediaan farmasi
 Perbekalan Kesehatan
 Administrasi
 Pelayanan farmasi klinik
1. Penerimaan resep
2. Peracikan obat
3. Penyerahan obat
4. Informasi obat
5. Pencatatan/penyimpanan obat
c. Apoteker sebagai tenaga kefarmasian di puskesmas

Dasar hukum : undang-undang RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan “sumber


daya manusian untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di puskesmas adalah apoteker
Kompetensi apoteker di puskesmas :
1. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan yang
bermutu
2. Mampu mengambil keputusan secara professional
3. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien
maupun profesi kesehatan lainnya dengan menggunakan
Bahasa verbal, nonverbal, maupun Bahasa local
4. selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal
maupun informal, sehingga ilmu dan keterampilan yang
dimiliki selalu baru
(up to date)
Apoteker mempunyai tugas dan menjamin barang atau jasa sampai pasien
dengan memperhatikan aturan perundang-undang. Selain itu, apoteker
memiliki tugas yang penting dalam pelayanan obat yang mencakup
pelayanan resep, konseling, dispensing, PTO, MESO, dan PIO.
D. Prasarana dan sarana

Prasarana dan sarana yang dimiliki puskesmas untuk miningkatkan


kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut :
1. Papan nama “Apotek” atau “Kamar Obat” yang dapat terlihat oleh pasien
2. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
3. Peralatan menunjang pelayanan kefarmasian
4. Tersedia tempat dan alat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam
upaya penyuluhan pasien
5. Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai
6. Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat
7. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es dan lemari terkunci
8. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat
9. Tempat penyerahan obat yang memadai
E. Rangkaian tugas apoteker di puskesmas

A. Administrasi
administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipan
dalam rangka penata laksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sedian
farmasi dan perbekalan kesehatan maupun pengelolan resep supaya lebih mudah
dimonitor dan di evaluasi. Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan
Kesehatan maupun semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, yaitu :
1. Perencanaa
perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan
perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat
dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat di puskesmas.
Perencanaan kebutuhan obat untuk puskesmas setiap peripde
dilaksanakan oleh pengelola obat dan perbekalan Kesehatan di
puskesmas
2. Permintaan obat
Sumber penyedian obat di puskesmas berasal dari dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Obat yang disarankan tersedia di puskesmas adalah obat esensial yang jenisnya telah
ditetapkan oleh mentri Kesehatan dengan merujuk pada daftar obat esensial nasional. Selain
itu, sesuai dengan kesepakatan global maupun keputusan mentri kesehatan No.085 tahun
1989 tentang kewajiban menulis resep dan menggunakan obat generic di pelayanan
kesehatan milik pemerintah dan permenkes RI No.HK>02.02/MENKES/068/1/2010 tentang
kewajiban menggunakan obat generic di fasilitas pelayanan Kesehatan pemerintah, maka
hanya generic yang tersedia di puskesmas.
3. Penerimaan obat
Petugas penerima obat bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan,
pemindahan, pemeliharaan, dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang
menyertainya. Petugas penerima obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang di
serah terimakan, meliputi kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk sediaan sesuai dengan isi
dokumen (LPLPO) dan di tanda tangani oleh petugas penerima serta di ketahui oleh kepala
puskesmas. Petugas penerima dapat menolak apabila terdapat kekurangan dan kerusakan obat.
Setiap penambahan obat di catat dan di bukukan pada buku penerima obat dan kartu stok
4. Penyimpanan obat
Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan
yang diterima agar aman (tidak hilang) dan terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia sehingga mutunya tetap terjamin. Aturan dalam penyimpanan obat meliputi :
1. persyaratan gudang
2. Pengaturan penyimpanan
3. Penyusunan obat
4. Pengamatan mutu
F. Monitoring dan evaluasi

  Monitoring merupakan kegiatan pemantauan terhadap pelayanan kefarmasian dan


evaluasi merupakan proses penilian kinerja pelayanan kefarmasian itu sendiri.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan memantau kegiatan pelayanan
kefarmasian mulai dari pelayanan resep sampai kepada pelayanan informasi obat
kepada pasien sehingga diperoleh gambaran mutu pelayanan kefarmasian sebagai dasar
perbaikan pelayanan kefarmasian di puskesmas selanjutnya
  Hal-hal yang perlu di monitor dan dievaluasi dalam pelayanan kefarmasian di
puskesmas, antara lain :
 Sumber daya manusia (SDM)
 Pengelolaan sediaan farmasi (perencanaan, dasar perencanaan, pengadaan,
penerimaan dan distribusi)
 Pelayanan farmasi klinik ( pemeriksaan kelengkapan resep, skrining resep,
penyimpanan sediaan, pengecekan hasil peracikan dan penyerahan obat yang di
sertai informasinya
 Mutu pelayanan (tingkat kepuasan konsumen)
  Untuk mengukur kinerja pelayanan kefarmasian tersebut harus ada indicator yang
digunakan. Indikator yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat keberhasilan
pelayanan kefarmasian di puskesmas antara lain :
1. Tingkat kepuasan konsumen : dilakukan dengan survey berupa angket melalui
kotak saran atau wawancara langsung
2. Dimensi waktu : lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah ditetapkan)
3. Prosedur tetap (protap) pelayanan kefarmasian : untuk menjamin mutu pelayanan
sesuai standar yang telah ditetapkan
4. Daftar tilik pelayanan kefarmasian di puskesmas ( terlampir)
Prosedur tetap pelayanan kefarmasian

1. Prosedur tetap penerimaan resep


2. Prosedur tetap peracikan obat
3. Prosedur tetap penyerahan obat
Prosedur tetap pelayanan informasi obat

1. Menyediakan dan memasang spanduk, poster, booklet, leaflet yang berisi informasi
obat pada tempat yang mudah dilihat oleh pasien
2. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis, langsung atau tidak langsung
dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis, dan bijaksana melalui
penelusuran literatur secara sistematis untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan
3. Mendokumentasi setiap kegiatan informasi obat secara sistematis
Prosedur tetap penanganan obat rusak dan kadaluarsa

1. Identifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa


2. Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dari penyimpanan obat lainnya
3. Membuat catatan jenis dan jumlah obat yang rusak atau kadaluarsa untuk dikirim
Kembali ke instalasi farmasi kabupaten/kota
Prosedur tetap pencatatan dan penyimpanan resep

1. Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan (umum, gakin/gratis,


asuransi)
2. Membendel resep yang mempunyai tanggal yang sama berdasarkan urutan nomor
resep dan kelompok pembiayaan pasien
3. Membendel secara terpisah resep yang ada narkotiknya
4. Menyimpan bendel resep pada tempat yang ditentukan secara berurutan
berdasarkan tanggal agar memudahkan dalam penelusuran resep
5. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama 3 tahun dengan cara di bakar
6. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirimkan ke dinas Kesehatan
kabupaten/kota
Prosedur tetap pemusnahan resep

1. Memusnahkan resep yang telah disimpan tiga tuhan atau lebih


2. Tata cara pemusnahan (resep narkotik dihitung lembarannya, resep lain ditimbang,
resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar
3. Membuat berita acara pemusnahan sesuai dengan format terlampir
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai