di Industri Farmasi
Indonesia
Standar
Kompetensi
Apoteker Masalah
Indonesia yang
dihadapi
Kompetensi
Apoteker di
Indonesia
Apoteker di
Industri Farmasi
di Indonesia
Implementasi
Peran dan
Pharmaceuti Fungsi Tujuan dan Tanggung
cal Care Apoteker di Jawab Utama Apoteker
Industri di Industri Farmasi
Farmasi
Pendahuluan
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker (PP RI, 2009). Menurut Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker
02
Indonesia Nomor : 058/SK/PP.IAI/IV/2011 Tentang Standar Kompetensi Apoteker Indonesia adalah :
03
Mampu melakukan praktik kefarmasian secara profesional dan etik.
Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan sediaan farmasi.
Mampu melakukan dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Mampu memformulasi dan memproduksi sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai
04
standar yang berlaku.
Mempunyai keterampilan dalam pemberian informasi sediaan farmasi dan alat
kesehatan. 05
Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat.
Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan standar yang
berlaku. 06
Mempunyai keterampilan organisasi dan mampu membangun hubungan interpersonal
dalam melakukan praktik kefarmasian.
Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan
dengan kefarmasian.
01
02
Apoteker sebagai pelaku utama pelayanan kefarmasian yang bertugas
sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai 03
dengan kompetensi pendidikan yang diperolehnya, sehingga terkait erat
dengan hak dan kewajibannya. Kompetensi dan kewenangan apoteker 04
tersebut menunjukkan kemampuan profesional yang baku dan merupakan
standar profesi untuk tenaga kesehatan tersebut. Apoteker kesehatan yang
05
melaksanakan tugas sesuai standar profesinya akan mendapatkan
perlindungan hukum.
06
01
02
Apoteker sebagai pendukung upaya kesehatan dalam menjalankan
tugasnya harus diarahkan dan dibina sesuai dengan ketentuan
03
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembinaan dilakukan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi dan
04
kemampuannya, sehingga selalu tanggap terhadap permasalahan
kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan pengawasan
05
dilakukan terhadap kegiatannya agar tenaga kesehatan tersebut dapat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebijaksanaan peraturan
06
perundang-undangan dan sistem yang telah ditetapkan.
02 Kompetensi Apoteker di Industri
Farmasi
01
02
03
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh
tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat 04
untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK 05
Mendiknas nomor 045/U/2002).
06
01
02
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2009 yang mengatur tentang pekerjaan kefarmasian, dalam 03
bagian ketiga yaitu tentang pekerjaan kefarmasian dalam produksi
sediaan farmasi, menyebutkan bahwa industri farmasi harus 04
memiliki setidaknya 3 (tiga) orang apoteker sebagai penanggung
jawab masing-masing pada bidang pemastian mutu, produksi, dan
05
pengawasan mutu setiap produksi sediaan farmasi. Untuk
memenuhi tuntutan peran apoteker di industri farmasi, maka
06
seorang apoteker harus memiliki beberapa kompetensi antara lain:
01
02
PP no 59/2009; Pasal 2 :
Definisi (1)PP ini mengatur 03
Pharmaceutical Care Pekerjaan Kefarmasian
PP no 59/2009
dalam pengadaan ,
Pelayanan Kefarmasian
produksi , distribusi atau 04
adalah suatu pelayanan
penyaluran dan pelayanan
langsung dan bertanggung
sediaan farmasi.
jawab kepada pasien yang (2)Pekerjaan kefarmasian 05
berkaitan dengan Sediaan sebagaimana dimaksud pd
Farmasi dengan maksud ayat (1) harus dilakukan
mencapai hasil yang pasti 06
oleh tenaga kesehatan
untuk meningkatkan mutu
yang mempunyai keahlian
kehidupan pasien
dan kewenangan untuk itu
01
02
03
Pekerjaan Kefarmasian dilakukan berdasarkan
pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan, 04
keseimbangan, dan perlindungan serta
keselamatan pasien atau masyarakat yang 05
berkaitan dengan Sediaan Farmasi yang
memenuhi standar dan persyaratan
06
keamanan, mutu, dan kemanfaatan.
04 Peran dan Fungsi Apoteker di Industri
Farmasi 01
02
PP no 51 th 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
• Pasal 7 03
(1) Pekerjaan Kefarmasian dalam produksi Sediaan Farmasi harus memiliki Apoteker
penanggung jawab 04
• Pasal 9
(1) Industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang Apoteker sebagai penanggung jawab
masing-masing pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap 05
produksi Sediaan Farmasi
• Pasal 10
Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi sebagaimana dimaksud 06
dalam Pasal 7 harus memenuhi ketentuan Cara Pembuatan yang Baik yang ditetapkan
oleh Menteri.
01
• Pasal 11
1) Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana dimaksud 02
dalam Pasal 7 ayat (2) harus menetapkan Standar Prosedur Operasional.
2) Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui
secara terus menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan 03
teknologi di bidang farmasi dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan 04
• Pasal 12
Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan dengan proses produksi dan pengawasan
mutu Sediaan Farmasi pada Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi wajib dicatat oleh 05
Tenaga Kefarmasian sesuai dengan tugas dan fungsinya.
• Pasal 13
Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas 06
Produksi Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang produksi dan pengawasan mutu
05 Tujuan dan Tanggung Jawab Utama
Apoteker di Industri Farmasi 01
02
03
• Berperan serta dalam upaya kesehatan rakyat dengan
memproduksi sediaan farmasi
04
• Sediaan Farmasi yang diproduksi harus memenuhi
standart dan persyaratan keamanan, mutu dan 05
kemanfaatan.
06
06 Apoteker di Industri Farmasi (di Indonesia)
01
02
06
Masalah yang dihadapi Apoteker yang
bekerja di Industri Farmasi (Lanjutan...) 01
02
02
Thank You 03
04
05
06