Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FARMASI KOMUNITAS

TENTANG
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FARMASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : MARIA ULFA

KELAS : 6A FARMASI

NIM : 51704019

DOSEN PEMBIMBING : DENNY PURI A, MARS., Apt.

PROGRAM STUDI S1FARMASI STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa kami telah menyelesaikan
tugas mata kuliah Farmasi Komunitas dalam bentuk makalah. Makalah ini saya tulis berdasarkan
hasil pencarian saya dari beberapa sumber. isi makalah ini mencakup tentang  pengertian dari
farmasi, pengetahuan tentang ruang lingkup pekerjaan kefarmasian, pemahaman tentang
pelaksanaan pekerjaan kefarmasian. Makalah ini di harapkan cukup untuk memberikan
pengertian tentang Pengertian dan Ruang Lingkup Farmasi, walaupun  tidak secara detail. Sudah
tentu makalah ini masih jauh dari sempurna dan juga masih banyak kekurangannya. Maka saran,
petunjuk  pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini mendapat Ridho dari Allah SWT, dan bisa bermanfaat bagi kita semua.
 
 
 
 
 
 
 
 
Palembang, 11 April 2020

Penyusun

 
 
 
 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………........3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...3
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………..4
C. Tujuan……………………………………………………………………………………5

BAB II ISI

1. Pengertian Farmasi………………………………………………………………………6
2. Ruang Lingkup Pekerjaan Kefarmasian………………………………………………....6
3. Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian…………………………………………………….8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan
bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai untuk disalurkan dan digunakan
pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan mengenai
identifikasi, pemilahan (selection), aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan,
analisis dan pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan
kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik
melalui resep dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara lain,
misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual langsung kepada pemakai.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kefarmasian
serta naik tingginya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan, maka dituntut
juga kemampuan dan kecakapan para petugas dalam rangka mengatasi permasalahan
yang mungkin timbul dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat.
Dengan demikian pada dasarnya kaitan tugas pekerjaan farmasis dalam melangsungkan
berbagai proses kefarmasian, bukannya sekedar membuat obat, melainkan juga menjamin
serta menyakinkan bahwa produk kefarmasian yang diselenggarakan adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien. Mengingat
kewenangan keprofesian yang dimilikinya, maka dalam menjalankan tugasnya harus
berdasarkan prosedur-prosedur kefarmasian demi dicapainya produk kerja yang
memenuhi syarat ilmu pengetahuan kefarmasian, sasaran jenis pekerjaan yang dilakukab
serta hasil kerja akhir yang seragam, tanpa mengurangi pertimbangan keprofesian secara
pribadi. (ISFI, Standar Kompetensi Farmasi Indonesia, 2004).
Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian menurut PP 51 tahun 2009 meliputi pekerjaan
kefarmasian dalam pengadaan sediaan farmasi, produksi sediaan farmasi, distribusi dan
peyaluran sediaan farmasi, pelayanan sediaan farmasi. Selain melakukan pelayanan
kefarmasian di Apotek maupun Rumah Sakit yang langsung berhubungan dengan pasien,
peran farmasis juga sangat diperlukan oleh Dinas Kesehatan dalam rangka menjamin
mutu, keamanan, dan kemanfaatan dari sediaan farmasi dan alat kesehatan sehingga
masyarakat dapat terlindungi.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian dari farmasi?
b. Apa saja pengetahuan tentang ruang lingkup pekerjaan kefarmasian?
c. Apa saja pemahaman tentang pelaksanaan pekerjaan kefarmasian?

C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui  pengertian dari farmasi
b. Untuk mengetahui ruang lingkup pekerjaan kefarmasian
c. Untuk memahami pelaksanaan pekerjaan kefarmasian

BAB II

ISI
1. PENGERTIAN FARMASI
Kata farmasi diturunkan dari bahasa Yunani “pharmakon”, yang berarti cantik
atau elok, yang kemudian berubah artinya menjadi racun, dan selanjutnya berubah lagi
menjadi obat atau bahan obat. Oleh karena itu seoranh ahli farmasi (Pharmacist) ialah
orang yang paling mengetahui hal tentang obat. Seorang Pharmacist satu-satunya ahli
mengenai obat, karena pengetahuan keahlian mengenai obat memerlukan pengetahuan
yang mendalam mengenai semua aspek kefarmasian.
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan
bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai untuk disalurkan dan digunakan
pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan mengenai
identifikasi, pemilahan (selection), aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan,
analisis dan pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan
kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik
melalui resep dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara lain,
misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual langsung kepada pemakai.

2. RUANG LINGKUP PEKERJAAN KEFARMASIAN


Ruang lingkup pekerjaan kefarmasiaan meliputi lingkungan kegiatan, tanggung
jawab, kewenangan dan hak. Seluruh ruang lingkup kefarmasian harus dilaksanakan
dalam kerangka system pelayanan kesetahan yang berorientasi pada masyarakat.
Adapun bentuk pekerjaan kefarmasian dapat dilakukan diberbagai bidang antara
lain sebagai berikut :
a. Bidang Industri
Farmasi di industri farmasi terlibat dalam fungsi pemasraan produk,
pengendalian kualitas, produksi dan administrasi atau manajemen. Fungsi
perwakilan pelayanan medis atau “detailman” yang bertugas langsung
berhubungan dengan Dokter dan Apoteker untuk mengenalkan produk yang
dihasilkan industri farmasi. Namun paling ideal apabila fungsi itu dipegang oleh
seorang farmasis karena latar belakang pengetahuannya. Saat ini memang tidak
banyak Farmasis yang mengisi jabtan ini karena jumlahnya belum mencukupi,
dan lebih dibutuhkan di tempat pengabdian profesi yang lain. Peningkatan karir
supervisor dalam pemasaran produk dalam organisasi industri farmasi. Pada unit
produksi dan pengendalian kualitas industri dipersyaratan seorang apoteker.
Untuk bidang riset dan pengembangan biasanya diperlukan lulusan pendidikan
pascasarjana, meskipun bukan merupakan persyaratan.
b. Bidang Klinis/Rumah Sakit
Farmasi Rumah Sakit ialah pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di
Rumah Sakit pemerintah maupun swasta. Fungsi kefarmasian ini yang sudah
sangat berkembang dinegara maju, juga sudah mulai dirintis di Indonesia dengan
pembukaan program spesialisasi Farmasi Rumah Sakit. Jumlah kebutuhan
Farmasis di Rumah Sakit akan semakin meningkat karena meningkatnya
kebutuhan untuk perawatan yang lebih baik di Rumah sakit, fungsi dan peranan
Farmasis Rumah Sakit akan lebih meningkat dalam berbagai aspek mengenai
penggunaan dan pemantauan obat dan factor pertambahan penduduk.
c. Bidang Pemerintahan
Departemen Kesehatan adalah instansi pemerintah yang paling banyak
menyerap tenaga Farmasis, terutama Jenderal Pengawasan Obat dan Minuman
(Ditjen POM) dan jajaran Pusat Pemeriksaan Obat (PPOM) dan Balai
Pemeriksaan Obat dan Makanan (Balai POM) di daerah. Fungsi utama Farmasis
pada instansi pemerintah ialah administrasi, pemeriksaan, bimbingan dan
pengendalian. Sebagai tenaga kesehatan, seorang Farmasis atau Apoteker
diwajibkan untuk mengabdi pada Negara selama 3 tahun setelah lulus ujian
Apoteker sebelum dapat berpraktek swasta perorangan. Wajib kerja sarjana ini
dikenal sebagai Masa Bakti Apoteker (MBA) yang dapat dilaksanakan pada
instansi pemerintah atau penugasan khusus dari Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan sebagai Wakil Menteri Kesehatan di daerah. Dengan
dihapuskannya Kantor Wilayah, tugas ini diambil alih oleh Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
d. Bidang Pengawasan Obat dan Makanan
Farmasi adalah dunia yang mempelajari tentang berbagai obat baik obat
tradisional, obat herbal, obat modern yang di dapat dari bahan yang berasal dari
tumbuhan maupun zat kimia. Di bidang farmasi ini para ahli mempelajari,
meneliti, dan mengetahui baik buruknya makanan atau obat.
e. Bidang Penanganan dan Pengawasan Narkotika dan Psikotropik
Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan dan dokter. Apotek hanya dapat menyerahkan
narkotika kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan,
dokter dan pasien. Rumah sakit, apotek, puskesmas, dan balai pengobatan hanya
dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.
Penyerahan narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan dalam hal
menjalankan praktek dokter dan diberikan melalui suntikan, menolong orang sakit
dalam keadaan darurat melalui suntikan atau menjalankan tugas didaerah
terpencil yang tidak ada apotek.
f. Bidang Komunitas
Farmasis atau Apoteker memberikan kesan umum bahwa tempat kerja
seorang farmasi hanyalah di Apotik, yaitu salah satu tempat pengabdian profesi
seorang Apoteker. Seorang Farmasis di Apotik langsung berhadapan dengan
masyarakat sehingga fungsi tersebut dikelompokkan dalam Farmasi Masyarakat.
Fungsi Farmasis Masyarakat di Apotik merupakan kombinasi seorang
professional dan wiraswastawan. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
No. 25/80 tentang Apotik, bahwa Apotik adalah tempat pengabdian profesi
seorang Apoteker, maka makin besar harapan yang diberikan pemerintah kepada
para Farmasis, baik dari segi jumlah tenaga farmasi maupun dari segi kemampuan
profesionalnya.
g. Bidang Akademik
Sesuai dengan tugas tridarma perguruan tinggi, farmasis yang bekerja di
lembaga pendidikan tinggi di tuntut juga dapat melakukan penelitian bidang
Farmasi. Penelitian yang dikerjakan oleh lembaga swasta khusus dibidang obat-
obatan masih sangat kurang. Belakangan ini telah terjadi peningkatan perhatian
dari lembaga industri dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian
pengembangan tanaman obat menjadi produk sediaan obat. Hal ini ditunjukkan
mulai bannyak dikenal produk fitofarmaka yang beredar dimasyarakat.

3. PELAKSANAAAN PEKERJAAN KEFARMASIAN


Adapun penjelasan mengenai aplikasi yang dilakukan dalam melaksanakan pekerjaan
kefarmasian diantaranya sebagai berikut :
a. Pharmaceutical Care
Pharmaceutical Care adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab profesi
Apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku untuk dapat melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan
obat dan mengetahui tujuannya sehingga sesuai harapan dan terdokumentasi
dengan baik. Dalam meningkatkan kualitas pelayanan farmasi yang berdasarkan
Pharmaceutical Care di Apotek dibutuhkan tenaga Apotek yang professional,
bahwa penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker disertai pemberian informasi
obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan. Selain itu aplikasi
Pharmaceutical Care terkait obat lainnya yang terdapat di Dinas Kesehatan
terlihat pada fungsi pembiayaan dan pengendalian obat, alkes, makanan-
minuman, narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya dan obat tradisional serta
kosmetika.
b. Practice Business Plan
Dinas Kesehtan Provinsi dengan apotek tidak berhubungan secara
langsung. Adapun bentuk hubungan tersebut antara lain :
-Pendirian Apotek
Kepmenkes No. 1332/Menkes/SK/X/2002 sebagai perubahan atas Permenkes No.
922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek.
Dalam pasal 4 disebutkan bahwa izin apotek diberikan oleh Mneteri Kesehatan
yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan
pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, pencabutan izin
apotek kepada Menteri Kesehatan tembusan Dinas Kesehatan Provinsi.
Pengurusan Izin Apotek (SIA) diajukan oleh pemohon kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan diketahui oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
Untuk memperoleh SIA, pemohon harus memiliki SP/SK yang diajukan ke
Departemen Kesehatan.
-Pelaporan dan Pengawasan Narkotika dan Psikotropika
Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 30, Departemen Kesehatan juga
melaksanakan pembinaan dan pengawasan apotek. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota menerima record dan report penggunaan narkotik dan
psikotropik di apotek melalui Sistem Pelaporan Narkotika Psikotropika (SIPNAP)
serta mengawasi proses pemusnahannya, yang selanjutnya dikirim ke Dinas
Kesehatan Provinsi. Pelaporan penggunaan narkotika psikotropika oleh apotek
ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang kemudian
diteruskan kepada Kepala Balai POM dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi. Dinas Kesehatan Provinsi bekerja sama dengan instansi terkait seperti
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Balai Besar POM juga melakukan
pengawasan dan pembinaan tentang penyimpanan dan pengamanan sediaan
narkotika dan psikotropika.
c. Public Health
Kebijakan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan pada Subdin PSD yang
terkait dengan public health adalah merencanakan dan merumuskan
kebijaksanaan teknis opersional, menetapkan pedoman penyuluhan dan kampanye
kesehatan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian promosi kesehatan, dan
upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat. Selain itu Dinas Kesehatan juga
mengadakan promosi kesehatan yang melibatkan petugas Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebagai implementasi kebijakan Dinas Kesehatan Provinsi yang
merupakan fasilitator bimbingan teknis dan koordinator, antara lain promosi
penggunaan obat secara rasional kepada masyarakat melalui media-media,
penyuluhan pengobatan secara teratur, seminar dan brosur.
d. Research and Development
-Data record bases R & D
Data penyakit disetiap Kabupaten/Kota  profil penyakit  hal yang perlu
dilakukan untuk pengobatan dan pencegahan.
-People based R & D
Survey gizi buruk balita di seluruh kabupaten/kota  angka prevalensi  hal
yang perlu dilakukan untuk pengobatan dan pencegahan.
e. Continuous Professionalism Development
Continuous Professionalism Development merupakan upaya belajar secara
berkelanjutan untuk mengembangkan profesionalisme diri. Sebagai seorang
Apoteker apabila berkesempatan untuk melaksanakan praktek profesi di lembaga
pemerintahan khususnya Dinas Kesehatan, maka peningkatan kemauan untuk
terus belajar dan mengikuti perkembangan terhadap perundangan dan peraturan
yang berlaku yang berhubungan dengan bidang kesehatan harus terus dilakukan.
Hal ini dikarenakan lembaga pemerintahan adalah institusi yang senantiasa
berhubungan dengan regulasi.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan bahan
obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai untuk disalurkan dan digunakan pada
pengobatan dan pencegahan penyakit. Adapun bentuk pekerjaan kefarmasian dapat dilakukan
diberbagai bidang yaitu bidang industri, bidang klinis/rumah sakit, bidang pemerintahan, bidang
pengawasan obat dan makanan, bidang penanganan dan pengawasan narkotika dan psikotropika,
bidang komunitas, dan bidang akademik.

Adapun penjelasan mengenai aplikasi yang dilakukan dalam melaksanakan pekerjaan


kefarmasian diantaranya sebagai berikut :

a. Pharmaceutical Care
Pharmaceutical Care adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab profesi Apoteker
dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
b. Practice Bussines Plan : Pendirian apotek, pelaporan dan pengawasan narkotika dan
psikotropika
c. Public Health
Kebijakan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan pada Subdin PSD yang terkait dengan
public health adalah merencanakan dan merumuskan kebijaksanaan teknis opersional
d. Research and Development : data record based R&D dan people based R&D
e. Continuous Professionalism Development
Continuous Professionalism Development merupakan upaya belajar secara berkelanjutan
untuk mengembangkan profesionalisme diri
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2004, Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor.1027/Menkes/SK/IX/2004.

Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di


Apotek. Jakarta : Depkes RI

http://www.academia.edu/25625050/MAKALAH_FARMASI_RUANG_LINGKUP_FA
RMASI

https://id.scribd.com/doc/135694935/Makalah-Pengantar-Farmasi

http://agustinaws.blogspot.com/2014/09/ruang-lingkup-farmasi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai