Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PRAKTIKUM

MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN TERNAK


OBAT BEBAS DAN PENGGOLONGAN OBAT

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kelas B

FEBYLIYA SALSADIAN 200110170030


RINTO 200110170039
MARTINA TRI PUSPITA 200110170143
NABILA FARA DEGA R 200110170204
CAECILIA SANDYASTI N 200110170213
DENI FAUZI 200110170232

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK PERAH


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGATAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar

sehingga kami pada akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya. Makalah ini dibuat sebagai sebelum mengikuti kegiatan praktikum

manajemen kesehatan dan kesejahteraan ternak.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing dan

Asisten laboratorium yang telah memberikan dukungan serta bimbingannya

sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik. Tanpa ilmu serta arahan yang

diberikan, makalah ini tidak akan dapat selesai sesuai yang diharapkan. Tak lupa

ucapan terimakasih kami sampaikan kepada rekan-rekan yang sudah bekerja sama

dan memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah

ilmu serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca. Kami

menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka

dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi

penyusunan makalah manajemen kesehatan dan kesejahteraan ternak dengan tema

serupa yang lebih baik lagi.


Sumedang, Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................ iii

I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1. 1 Latar Belakang ........................................................... 1
1. 2 Identifikasi Masalah .................................................. 2
1. 3 Maksud dan Tujuan ................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 3
III PEMBAHASAN .................................................................. 5
3. 1 Pengertian Obat ........................................................ 5
3. 2 Penggolongan Obat Apotek ....................................... 5
3. 3 Penggolongan Obat Menurut Buku Ilmu Resep ........ 6

3. 4 Obat Generik dan Obat Non Generik ........................ 8

IV PENUTUP ............................................................................ 11
4. 1 Kesimpulan ................................................................ 11
4. 2 Saran .......................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 12

iii
1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat merupakan salah satu unsur penting dalam pelayanan kesehatan.

Diawali dari pencegahan, diagnosa, pengobatan dan pemulihan, obat menjadi

salah satu komponen pokok yang harus selalu tersedia dan tidak tergantikan pada

pelayanan kesehatan. Namun di sisi lain, obat dapat merugikan kesehatan bila

tidak memenuhi persyaratan, bila digunakan secara tidak tepat atau bila

disalahgunakan. Oleh karena itu berbeda dengan komoditas perdagangan lainnya,

peredaran obat diatur sedemikian rupa agar terjamin keamanan, mutu dan

ketepatan penggunaannya.

Obat Bebas Obat bebas yaitu golongan obat yang penggunaannya tidak

membahayakan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 2380/A/SK/VI/83 tertanggal 15 Juni 1983 yang mengharuskan pabrik farmasi

memberikan tanda-tanda khusus yaitu lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna

hitam, untuk obat bebas. Obat bebas dapat diperoleh dari toko obat, pedagang

eceran obat berizin yang dipimpin oleh asisten apoteker dan dan dari apotek. Obat

bebas tersebut dalam kemasan asli dari pabrik dengan disertai tanda lingkaran

hijau sebagai tanda obat bebas dan disertai brosur yang berisi nama obat, nama

dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis atau aturan memakainya, no. batch dan

nomor register, nama pabrik dan alamatnya, dan cara menyimpannya.


2

Di apotek boleh dibungkus kembali dari pengemasan besar, tetapi disertai

etiket apotek dimana ditulis nama obat serta aturan memakainya (dosis) dan hanya

boleh dijual langsung pada oleh pemakai.

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Apa yang dimaksud dengan obat.

(2) Apa saja penggolongan obat menurut apotek.

(3) Bagaimana penggolongan obat menurut ilmu resep.

(4) Apa yang dimaksud dengan obat generik dan non generik.

1.3 Maksud dan Tujuan

(1) Mengetahui pengertian obat.

(2) Mengetahui penggolongan obat apotek.

(3) Mengetahui penggolongan obat menurut buku ilmu resep.

(4) Mengetahui obat generik dan non generik.


3

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1. Obat Bebas


Obat bebas yaitu golongan obat yang penggunaannya tidak
membahayakan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 2380/A/SK/VI/83 tertanggal 15 Juni 1983 yang mengharuskan pabrik farmasi
memberikan tanda-tanda khusus yaitu lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna
hitam, untuk obat bebas. Obat bebas dapat diperoleh dari toko obat, pedagang
eceran obat berizin yang dipimpin oleh asisten apoteker dan dan dari apotek. Obat
bebas tersebut dalam kemasan asli dari pabrik dengan disertai tanda lingkaran
hijau sebagai tanda obat bebas dan disertai brosur yang berisi nama obat, nama
dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis atau aturan memakainya, no. batch dan
nomor register, nama pabrik dan alamatnya, dan cara menyimpannya.
Di apotek boleh dibungkus kembali dari pengemasan besar, tetapi disertai
etiket apotek dimana ditulis nama obat serta aturan memakainya (dosis) dan hanya
boleh dijual langsung pada si pemakai (Anief, 2007 : 140). Obat bebas umumnya
berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok, beberapa analgetik- antipiretik,
dan beberapa antasida. Obat golongan ini dapat dibeli bebas di apotek, toko obat,
toko kelontong, ataupun di warung kecil. Contoh obat bebas antara lain: Aktipet,
Ikadryl, Tuseran, Sanaflu, Combantrin, Cerebrovit, Bronsolvan, Neozep, Konidin,
Inza, Paramex, Betadine, dan lain-lain.

Sesuai Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar

Obat Jadi bahwa yang dimaksud dengan golongan obat adalah penggolongan yang

dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta

pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib

apotik, obat keras, psikotropika dan narkotika. Contoh Obat Bebas adalah :
4

Paracetamol, Aspirin, Promethazine, Guafenesin, Bromhexin HCL,

Chlorpheniramine maleate (CTM), Dextromethorphan, Zn Sulfate, Proliver,

Tripid, Gasflat, Librozym (penyebutan merk dagang, karena obat tersebut dalam

kombinasi
5

III

PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Obat

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau
memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.

3.2. Penggolongan Obat Apotek

Obat-obatan di apotik bermacam-macam sekali jenisnya, sehingga kadang-

kadang kita merasa bingung untuk membelinya. Secara umum obat apotik di

golongkan menjadi 5 jenis yaitu :

(1) Obat Bebas

Tanda : Lingkaran Hijau di kelilingi garis hitam. Obat ini dapat di beli bebas di

apotik tanpa resep dari dokter.

(2) Obat Bebas Terbatas

Tanda : Lingkaran Biru di kelilingi garis hitam.

Obat ini juga dapat di beli bebas di apotik tanpa resep dari dokter. Perbedaannya

dengan obat bebas yaitu ada tanda peringatan di kemasan/kotak obat. contoh :

awas obat keras baca aturan pakainya atau awas obat keras hanya untuk bagian

luar.

(3) Obat Keras

Tanda : Lingkaran Merah dikelilingi garis hitam, ada huruf “K” di dalam

lingkaran tersebut. Obat ini diperoleh di apotik harus dengan resep dokter.
6

(4) Obat Psikotropika

Tanda : sama dengan obat keras

Obat ini juga diperoleh harus dengan resep dokter dan obat ini memiliki efek

ketagihan, contohnya : diazepam. Pembeli harus melengkapi alamat ketika

membeli obat jenis ini (biasanya ketika menebus resep akan ditanya oleh pegawai

apotik)

(5) Obat Narkotika

Obat ini harus dengan resep dokter. Pembeli juga harus melengkapi alamat

ketika membeli obat jenis ini (biasanya ketika menebus resep akan ditanya oleh

pegawai apotik)

3.3 Penggolongan Obat Menurut Buku Ilmu Resep oleh Drs. H. A.

Syamsuni Apt.

1. Menurut Kegunaan Obat:

Untuk menyembuhkan (terapeutik), untuk mencegah (profilaktik), untuk

diagnosis (diagnostik)

2. Menurut cara penggunaan:

Medicamentum ad usum internum (untuk pemakaian dalam) yaitu melalui

oral, diberi etiket putih. Medicamentum ad usum externum (untuk pemakaian luar)
yaitu selain pemakaian melalui saluran pencernaan, diberi etiket putih.

3. Menurut cara kerja:

Lokal: bekerjapada jaringan setempat, contoh: pemakaian topikal / pada

kulit

Sistemik: obat didistribusikan ke seluruh tubuh melalui oral


7

4. Menurut undang-undang:

Narkotika (obat bius atau daftar O = opium), dapat menimbulkan

ketagihan harus dg pengawasan dokter, contoh: candu, opium, morfin.

Psikotropika (obat berbahaya), memengaruhi proses mental, contoh:ekstasi,

diazepam, barbital. Obat Keras (daftar G = Geverlijk = berbahaya) adalah obat

yang memiliki dosis maksimum atau terdaftar sebagai obat keras, diberi tanda

khusus berupa lingkaran merah dengan hurup K, semua obat baru, dan seidaan

parenteral. Obat bebas terbatas (daftar W = waarschuwing = peringatan), dengan

lingkaran berwarna biru serta diberikan tanda peringatan. Obat bebas, yaitu dapat

dibeli secara bebas dan tidak membahayakan dengan tanda lingkaran berwana

hijau.

5. Menurut sumber obat: dapat bersumber dari

Tumbuhan, misalnya: digitalis, kina. Hewan, misalnya: minyak ikan, cera,

adeps lanae. Mineral, misalnya: iodikalii, parafin, vaselin. Sintetis, misalnya:

kamfer sintetis, vitamin C. Mikroba, misalnya: antibiotik penisilin.

6. Menurut bentuk dan sediaan obat:

Bentuk padat: serbuk, tablet, pil, kapsul, suppositoria. Bentuk setengah

padat: salep, krim, pasta, gel, serata, occulenta. Bentuk cair/larutan: potio, sirup,

eliksir, tetes mata, obat kumur, injeksi, infus, lotio, dll. Bentuk gas:

inhalasi/spray/aerosol.

7. Menurut proses fisiologi dan biokimia dalam tubuh:

Obat farmakodinamis, yang bekerja dengan mempercepat atau

memperlambat proses fisiologis atau fungsi biokimia tubuh, contoh: hormon,

diuretik, hipnotik, dan obat-obat otonom. Obat kemoterapetik, dapat membunuh

parasit dan kuman di dalam tubuh, misal: antikanker, antibiotik, antiparasit. Obat
8

diagnostik, yaitu membantu untuk melakukan diagnosis atau pengenalan penyakit,

misalnya barium sulfatuntuk diagnosis penyakit saluran lambung-usus.

3.4 Obat Generik dan Non Generik

Dewasa ini di seluruh tanah air sedang digalakkan penulisan resep obat

generik. Bagi banyak orang, istilah-istilah di sekitar masalah obat generik ini

masih terasa membingungkan sehingga kerap kali orang membuat interpretasi

sendiri-sendiri. Generik adalah semua hal yang berhubungan dengan suatu genus

atau klas; jadi tidak harus perlu berhubungan dengan obat. Dalam bidang obat

berarti berhubungan dengan nama “umum” atau international non - priorietary

name (INN) obat tersebut.

Nama generik (INN) adalah nama obat atau zat kimia yang disebut dengan

nama internasional, yang telah dibakukan oleh Panitia International Non -

prorietary Names. Bisa disebut dalam bahasa Latin, Inggris, Perancis, dan

sebagainya, yang ejaannya di-Indonesia-kan. Dalam Farmakope Indonesia dipakai

ejaan Latin (tetrasiklina), tetapi dalam penulisan resep dan pembahasan dalam
Ilmu Kedokteran disebut dengan ejaan Inggris yang di-Indonesiakan (tetrasiklin).

Obat generik (unbranded drug) adalah obat-jadi yang dipasarkan dengan

nama generik (kapsul tetrasiklin 250 mg). Biasanya ditulis dengan huruf kecil di

tengah kalimat. Bisa juga obat generik disediakan dalam bentuk bahan baku untuk

racikan di apotek, misalnya teofilin. Obat-jadi dengan nama generik tidak boleh

dipatenkan, sehingga bila suatu produsen membuat kapsul bernama “Ampisilin”

misalnya, nama ini tidak mungkin dipatenkan dan harus digolongkan ke dalam

obat generik.
9

Obat bernama dagang (branded drug) adalah obat-jadi yang dipasarkan

dengan nama dagang (proprietary name), biasanya terkait dengan nama dan logo

pabrik (misalnya kapsul Dumocycline, 250 mg atau Steclin, 250 mg, yang

keduanya mengandung tetrasiklin 250 mg) Branded generic, dengan sendirinya

merupakan salah kaprah dalam peristilahan, karena akan berarti branded-

unbranded drug. Istilah ini sebaiknya tidak digunakan, karena hanya merupakan

politik pabrik obat kecil (di Eropa) untuk dapat ikut dalam perlombaan produksi

obat generik. Yang dimaksud dengan istilah ini misalnya ialah “Dumocycline”,

yang sebenarnya sama dengan suatu branded drug.

Logo adalah lambang atau huruf dengan bentuk spesifik sebagai tanda

pengenal suatu pabrik obat, seperti yang di- emboss di atas tablet atau brosur.

Logo termasuk dalam hak paten nama dagang.

Product patent yaitu paten yang diberikan pada zat kimia atau obat baru,

yang berlaku sekitar 7 tahun atau lebih dan berarti tidak boleh ditiru pembuatan

bahan bakunya oleh pabrik lain. Tentunya ini hanya berlaku untuk negara yang

mengikuti perjanjian hak paten internasional. Obat yang masih dalam masa paten

tidak boleh diproduksi dan dijual dengan nama generik; tentunya tidak berlaku

untuk negara yang tidak mengakui perjanjian hak paten produk.

Paten atas obat jadi adalah paten terhadap nama dagang (misalnya

Dumocycline). Tidak ada pabrik lain yang boleh memakai nama dagang ini untuk

obat-jadi yang mengandung tetrasiklin ataupun lain obat.

Generic prescribing disesuaikan dengan peraturan Menteri Kesehatan

nomor 85/1989, ialah menulis resep obat dengan nama generik (versi Inggris

dengan ejaan Indonesia), dan harus disediakan dan diberikan oleh apotek dalam

bentuk obat-jadi generik, kecuali bila belum dapat disediakan oleh Pemerintah.
10

Obat paten adalah suatu pengertian yang salah dalam percakapan sehari-

hari, yang mungkin dimaksudkan dengan obat-jadi yang diimpor. Perlu diketahui

bahwa 95% obat-jadi tidak diimpor lagi dalam bentuk obat jadi, tapi dalam bentuk

bahan baku. Pengertian awam ini juga dapat membingungkan karena tidak jelas

yang dimaksud dengan “paten” itu paten produk atau paten nama dagang. Obat-

jadi adalah obat dalam bentuk yang siap untuk diberikan pada penderita misalnya

tablet, kapsul, sirup, ampul, supositoria, salep, bubuk, dan sebagainya. Lawannya

ialah bahan baku.


11

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa obat adalah suatu bahan atau

paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan

diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit

atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau

hewan dan untuk me mperelok atau memperindah badan atau bagian badan

manusia termasuk obat tradisional.

Obat-obatan di apotik bermacam-macam sekali jenisnya, sehingga kadang-

kadang kita merasa bingung untuk membelinya. Secara umum obat apotik di

golongkan menjadi 5 jenis yaitu : obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat

psikotropika, obat narkoba.

5.2 Saran

Kita sebagai generasi muda harus lebih banyak lagi mengkaji artikel-

artikel tentang obat. Selain untuk menambah wawasan, juga sebagai pengetahuan

agar kita lebih selektif dalam memilih obat.


12

DAFTAR PUSTAKA

Anief M. 2007. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

DepKes RI, 1983. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas. Jakarta.

Depkes RI, 1989. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat


2010. Jakarta.

Drs. H. Syamsuni, Apt. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta:
Buku Kedokteran.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 917/Menkes/Per/x/Tahun 1993 Tentang Wajib


Daftar Obat Jadi.

Anda mungkin juga menyukai