Anda di halaman 1dari 40

PORTOFOLIO PRAKTIKUM FARMASI SIMULASI I

"PELAYANAN SWAMEDIKASI DI APOTEK II"

Disusun Oleh :

Kelompok 3 - Genap
Dian Rana Yusriyah PO.71.39.1.19.008
Hanifah Dzakirah PO.71.39.1.19.012
Putri Destriyanti PO.71.39.1.19.024
Surista Novia PO.71.39.1.19.032

Kelas : Reguler 2A

Dosen Pembimbing :
1. Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt, M.Kes
2. Dra. Sarmalina Simamora, Apt, M.Kes
3. Dr. Drs. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes
4. Mona Rahmi Rulianti, Apt, M.Farm
5. Mamik Yunita, Amf

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Portofolio yang berjudul


PELAYANAN SWAMEDIKASI DI APOTEK

Disusun oleh :

Dian Rana Yusriyah PO.71.39.1.19.008


Hanifah Dzakirah PO.71.39.1.19.012
Putri Desriyanti PO.71.39.1.19.024
Surista Novia PO.71.39.1.19.032

Telah diperiksa dan telah disetujui keseluruhan isinya sebagai tugas Mata Kuliah Farmasi
Simulasi I Tahun Akademik 2020/2021 di Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan
Farmasi dan dinyatakan telah mendapat Persetujuan sebagai tugas mata kuliah Farmasi
Simulasi I.

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Dra. Sarmalina Simamora, Apt, M.Kes


NIP. 196312131994032003
LEMBAR PENGESAHAN PENGAWAS

Portofolio yang berjudul


PELAYANAN SWAMEDIKASI DI APOTEK

Disusun oleh :

Dian Rana Yusriyah PO.71.39.1.19.008


Hanifah Dzakirah PO.71.39.1.19.012
Putri Desriyanti PO.71.39.1.19.024
Surista Novia PO.71.39.1.19.032

Telah diperiksa dan telah disetujui keseluruhan isinya sebagai tugas Mata Kuliah Farmasi
Simulasi I Tahun Akademik 2020/2021 di Poltekkes Kemenkes Jurusan Farmasi dan
dinyatakan telah mendapat Persetujuan sebagai tugas Mata Kuliah Farmasi Simulasi I.

Mengetahui,

Dosen Pengawas

Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti,. M.kes Mona Rahmi Rulianti, Apt., M.Farm
NIP. 196610161992032001 NIP : 198803162014022003
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya lah kami dapat menyusun portofolio yang berjudul “Pelayanan Swamedikasi di
Apotek” yang bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Farmasi Simulasi I yang
mana portofolio ini ditujukan sebagai pedoman praktikum Farmasi Simulasi I khususnya
memonitoring efek samping obat .

Kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan portofolio praktikum Farmasi Simulasi


I ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak terutama para dosen, maka
dari itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan portofolio ini masih banyak kekurangan
dan juga kesalahan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
agar kami dapat menyusun portofolio selanjutnya dengan lebih baik dan kiranya portofolio
ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih
dan meminta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan portofolio ini.

Palembang, Maret 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Undang – Undang No. 23 tahun 1992 kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya
pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Dari data World Health Organization (WHO), di banyak negara sampai 80%
episode sakit dicoba diobati sendiri oleh penderita (Suryawati, 1997). Sedangkan
berdasarkan hasil Susenas tahun 2009, BPS mencatat bahwa terdapat 66% orang sakit di
Indonesia yang melakukan swamedikasi. Angka ini relatif lebih tinggi dibandingkan
persentase penduduk yang berobat jalan ke dokter (44%).
Sesuai dengan Visi Departemen Kesehatan yaitu masyarakat yang mandiri untuk
hidup sehat, dan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
maka diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan dan diselenggarakan bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, upaya kesehatan harus dilakukan secara integral oleh
seluruh komponen, baik pemerintah, tenaga kesehatan maupun masyarakat. Oleh karena
itu masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan kesehatannya sendiri.
Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah
swamedikasi. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhankeluha dan
penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk,
influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Swamedikasi
menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan
pengobatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat
akan obat dan penggunaannya. Dalam hal ini Apoteker dituntut untuk dapat memberikan
informasi yang tepat kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat terhindar dari
penyalahgunaan obat (drug abuse) dan penggunasalahan obat (drug misuse). Masyarakat
cenderung hanya tahu merk dagang obat tanpa tahu zat berkhasiatnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi Swamedikasi ?
2. Apa saja jenis-jenis obat yang bisa dilayani secara swamedikasi ?
3. Bagaimana cara pelayanan swamedikasi yang benar ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menyebutkan definisi swamedikasi.
2. Dapat Menyebutkan apa saja jenis-jenis obat yang bisa dilayani secara swamedikasi.
3. Dapat melayani pasien swamedikasi yang baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. SWAMEDIKASI
1. Pengertian Swamedikasi
Menurut WHO Definisi swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan
obat modern, herbal, maupun obat tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi
penyakit atau gejala penyakit (WHO, 2010). Swamedikasi berarti mengobati segala
keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang sederhana yang dibeli bebas di
apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter (Rahardja,2010).
Swamedikasi atau pengobatan sendiria dalah perilaku untuk mengatasi sakit
ringan sebelum mencari pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan. Lebih dari
60% dari anggota masyarakat melakukan swamedikasi, dan 80% di antaranya
mengandalkan obat modern (Anonim, 2010).Swamedikasi merupakan bagian dari
self-care di mana merupakan, usahapemilihan dan penggunaan obat bebas oleh
individu untuk mengatasi gejala atausakit yang disadarinya (WHO, 1998).
Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk peningkatan kesehatan, pengobatan
sakit ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter.
Sementara itu, peran pengobatan sendiri adalah untuk menanggulangi secara cepat
dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban
pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta meningkatkan
keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan (WHO, 1998 dalam
Supardi, 2005).

2. Keuntungan Swamedikasi
Keuntungan pengobatan sendiri menurut Tan, H, T, dan Kirana, R (1993),
adalah obat untuk gangguan sehari-hari seringkali memang sudah tersedia dirumah.
Selain itu bagi orang yang tinggal di desa terpencil, dimana belum ada praktek
dokter, pengobatan sendiri akan menghemat banyak waktu dan biaya yang
diperlukan untuk pergi ke kota mengunjungi seorang dokter..
Kekurangan pengobatan sendiri yaitu obat dapat membahayakan kesehatan
apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, penggunaan obat bisa salah karena
informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu dan biaya apabila salah
menggunakan obat, dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan, seperti
sensitivitas, alergi, efek samping atau resistensi. Selain itu juga bisa tidak efektif
karena salah diagnosis dan pemilihan obat, serta sulit bertindak objektif karena
biasanya pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman di masa lalu dan lingkungan

3. Peran Farmasis dalam Swamedikasi


Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari drug oriented
menjadi klien oriented yang berdasarkan pada konsep “ Pharmaceutical Care” . Yang
dimaksud dengan Pharmaceutical care adalah tanggung jawab farmakoterapi dari
seorang farmasis untuk mencapai dampak tertentu dalam meningkatkan kualitas
hidup klien (ISFI,2004). Peran farmasis diharapkan tidak hanya menjual obat tetapi
lebih kepada menjamin tersedianya obat yang berkualitas, mempunyai efikasi, jumlah
yang cukup, aman, nyaman bagi pemakaiannya dan harga yang wajar serta pada saat
pemberiannya disertai informasi yang cukup memadai, diikuti pemantauan pada saat
penggunaan obat dan akhirnya di evaluasi. Pekerjaan kefarmasian dilakukan
berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan
perlindungan serta keselamatan klien atau masyarakat yang berkaitan dengan sediaan
farmasi yang memenuhi standart dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan.
Menurut World Health organization (WHO), peran farmasis dalam swamedikasi
yaitu (WHO,1998) .
⚫ Komunikator (Communicator)
Farmasis harus mempunyai inisiatif untuk berdialog dengan klien (dan
dokter, jika dibutuhkan) untuk menggali tentang riwayat kesehatan klien. Untuk
mendapatkan informasi yang benartentang kondisi klien, farmasis mengajukan
beberapa pertanyaan kepada klien misalnya mengenai keluhan atau pengobatan
yang pernah dilakukan klien. Dalam hal ini farmasis harus mampu mengenali
gejala penyakit tanpa melangkahi wewenang dokter.
Farmasis harus memberikan informasi yang objektif yang diperlukan
klien misalnya mengenai cara penggunaan obat atau cara penyimpanan obat.
Untuk itu farmasis harus dapat memenuhi kebutuhan klien sebagai sumber
informasi tentang obat, mendampingi dan membantu klien untuk melakukan
swamedikasi yang bertanggung jawab atau bila perlu memberikan referensi
kepada klien untuk melakukan rujukan kepada dokter.
⚫ Penyedia obat yang berkualitas (quality drug supplier)
Seseorang Farmasis harus menjamin bahwa obat yang disediakan dalam
swamedikasi berasal dari sumber yang dapat dipertanggung jawabkan dan
berkualitas bagus. Selain itu farmasis juga harus menjamin bahwa obat – obat
tersebut disimpan dengan baik.
⚫ Pengawas dan pelatih (trainer and supervisor)
Untuk menjamin bahwa pelayanan yang diberikan berkualitas, maka
farmasis harus selalu membekali diri dengan ilmu – ilmu terbaru untuk
meningkatkan kemampuan profesional seperti mengikuti pendidikan
berkelanjutan.
Farmasis harus menjamin bahwa pelayanan yang dilakukan oleh staf – staf
yang bukan farmasis memiliki kualitas yang sama. Karena itu farmasis harus
membuat protokol sebagai referensi bagi farmasis dan juga protokol bagi pekerja
kesehatan masyarakat yang terlibat dengan penyimpanan dan distribusi obat.
Farmasis juga harus menyediakan pelatihan dan menjadi pengawas bagi staf-staf
yang bukan farmasis.
⚫ Kolaborator (collaborator)
Farmasis harus membangun hubungan profesional yang baik dengan
profesional kesehatan yang lain, asosiasi profesi nasional, industri farmasi,
pemerintah ( Lokal/Nasional ), klien dan masyarakat umum.
Pada akhirnya hubungan yang baik ini dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas dalam swamedikasi.
⚫ Promotor Kesehatan (Health promotor)
Sebagai bagian dari kesehatan, farmasis harus berpartisipasi dalam
mengidentifikasi masalah kesehatan dan resikonya bagi masyarakat,
berpartisipasi dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dan
memberikan saran secara individual untuk membantu dalam menentukan pilihan
informasi tentang kesehatan.
FIP juga merumuskan empat tanggung jawab farmasis dalam swamedikasi
yang dituangkan dalam kesempatan bersama asosiasi industri obat (WSMI).
Empat tanggungjawab tersebut yaitu (FIP,1999) :
Tanggung jawab profesional farmasis untuk memberi informasi dan saran yang

objektif tentang swmedikasi dan obat – obatan yang tersedia untuk swmedikasi.
⚫Tanggung jawab profesional farmasis untuk melapor kepada pemerintah dan
industri farmasi apabila ditemukan adanya efek samping yang muncul pada
individu yang melakukan swamedikasi dengan menggunakan obat produk dari
industri farmasi tersebut.
⚫Tanggung jawab profesional farmasis untuk merekomendasikan rujukan kepada
dokter apabila swamedikasi yang dilakukan tidak tepat.
⚫Tanggung jawab profesional farmasis untuk memberi penjelasan kepada
masyarakat bahwa obat adalah produk khusus dan harus disimpan serta diberi
perhatian khusus. Farmasis juga tidak diperbolehkan melakukan hal yang dapat
memicu masyarakat membeli obat dalam jumlah banyak sekaligus.

Terdapat beberapa hal yang harus di kuasai oleh seorang farmasis pada pelayanan
swamedikasi, yaitu (Blenkinsopp & paxton,2002) :
1) Membedakan antara gejala minor dan gejala yang lebih serius.
“Triaging” adalah istilah yang diberikan untuk membedakan tingkat
keseriusan gejala penyakit yang timbul dan tindakan yang harus di ambil.
Farmasis telah memiliki prosedur untuk mengumpulkan informasi dari klien,
sehingga dapat memberikan saran untuk melakukan pengobatan atau
menyarankan rujukan ke dokter.
2) Kemampuan mendengarkan (Listening skills)
Farmasis membutuhkan informasi dari klien untuk membatu membuat
keputusan dan merekomendasikan suatu terapi. Proses ini dimulai dengan suatu
pertanyaan pembuka dan penjelasan kepada klien kemungkinan diajukannya
pertanyaan yang bersifat lebih pribadi. Hal ini diperlukan agar farmasis dapat
mengenali gejala lebih jauh, sehingga dapat merekomendasikan terapi yg benar.
3) Kemampuan bertanya (Questioning skills)
Farmasis harus memiliki kemampuan untuk mengajukan pertanyaan dalam
usaha untuk mengumpulkan informasi tentang gejala klien. Farmasi harus
mengembangkan suatu metode untuk mengumpulkan informasi yang terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan dasar yang harus diajukan. Ada dua metode umum yang
digunakan.
a) Yang pertama disingkat sebagai WHAM
W :Who is the patient and what are the symptoms (siapakah klien dan apa
gejalanya)
H : How long have the symptoms (berapa lama timbulnya gejala)
A : Action taken (Tindakan yang sudah dilakukan)
M : Medication being taken (obat yang sudah digunakan)
b) Yang kedua dikembangkan oleh Derek Balon, seorang farmasis di london
yaitu ASMETHOD
A : Age / appearance (Usia klien)
S : Self or someone else (dirinya sendiri atau orang lain yang sakit)
M : Medication (regularly taken on preskription or OTC) (Pengobatan yang
sudah digunakan baik dengan resep maupun dengan non resep)
E : Extra medicine (Usaha lain untuk mengatasi gejala sakit)
T : Time persisting (lama gejala)
H : History (riwayat klien)
O : Other symptoms (gejala lain)
D : Danger symptom (Gejala yang berbahaya).

4. Pemilihan terapi berdasarkan bukti keefektifan.


⚫ Farmasis memiliki dasar pengetahuan farmakologi, terapeutik dan farmasetika
yang dapat digunakan untuk memberikan terapi yang rasional, didasarkan pada
kebutuhan klien. Selain melihat kefektifan bahan aktif suatu obat, farmasis juga
harus memperhatikan interaksi potensial, kontraindikasi, peringatan, dan profil
efek samping dari bahan – bahan tambahan yang terkandung.
⚫ Farmasis dapat menyarankan rujukan kepada dokter jika gejala timbul dalam
waktu yang lama, masalah berulang dan semakin parah, timbul nyeri yang hebat,
penggobatan gagal, timbul efek samping, dan gejala yang berbahaya.
B. OBAT-OBAT SWAMEDIKASI
Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).
1. Obat Over The Counter (OTC)
Obat bebas dikenal juga dengan sebutan obat OTC (Over The Counter), terdiri
atas obat bebas dan obat bebas terbatas.
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter. Obat ini
biasa menjadi pilihan saat ada kebutuhan untuk melakukan pengobatan sendiri.
Pada wadah obat terdapat tanda khusus obat bebas, berupa lingkaran hijau
dengan garis tepi berwarna hitam. Obat bebas dapat dijual secara bebas
diwarung kelontong, toko obat berizin serta apotek. Obat bebas juga dapat dibeli
oleh penderita dalam jumlah yang sangat sedikit. Pemakaian obat bebas tidak
memerlukan pengawasan dari tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk
yang tertera pada kemasan obat karena jenis zat aktif pada obat golongan ini
relatif aman. Jadi pada saat pembelian obat golongan ini lebih baik dibeli
bersama kemasannya (Puspitasari, 2010).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan obat bebas adalah:
1) Apakah obatnya masih baik atau tidak?
2) Lihat tanggal kadaluarsa obatnya
3) Bacalah dengan baik keterangan tentang obat tadi pada brosurnya
4) Lihat indikasi penggunaan, yang merupakan petunjuk kegunaan obat untuk
penyakit.
5) Perhatikan dengan baik dosis yang digunakan, untuk dewasa atau anak-anak.
6) Lihat pula dengan baik komposisi zat berkhasiat dalam kemasan obat.
7) Perhatikan peringatan-peringatan khusus dalam pemakaian obat.
8) Perhatikan pula tentang kontra indikasi dan efek samping obat. (Depkes RI,
2006).
b. Obat Bebas Terbatas
Disebut daftar W, obat golongan ini masih termasuk obat keras tapi dapat
dibeli tanpa resep dokter, sehingga penyerahannya pada pasien hanya boleh
dilakukan oleh Asisten Apoteker penanggung jawab. Obat bebas terbatas
ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan garis tepi lingkaran berwarna
hitam (DitJen POM, 2008). Pada wadah obat terdapat tanda khusus obat bebas
terbatas. Terdapat pula tanda peringatan ”P” dalam labelnya. Kenapa disebut
”terbatas” karena ada batasan jumlah dan kadar isinya. Label ”P” ada beberapa
macam yaitu:
⚫ P.No. 1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
⚫ P.No. 2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur jangan ditelan
⚫ P.No. 3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan.
⚫ P.No. 4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar
⚫ P.No. 5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan
⚫ P.No. 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan
Seharusnya obat golongan ini hanya dapat dijual bebas ditoko obat berizin
karena dipegang seorang Asisten Apoteker (AA) serta apotek yang hanya boleh
beroperasi bila ada Apoteker Pengelola Apotek (APA) karena diharapkan
pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat bebas
terbatas (OBT) (Depkes RI, 2008).

2. Obat Wajib Apotek (OWA)


Merupakan obat keras tanpa resep dokter, tanda: lingkaran hitam, dasar
merahObat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di
apotek tanpa resep dokter. Menurut keputusan mentri kesehatan RI Nomor
347/Menkes/SK/VIII/1990 yang telah diperbaharui Mentri Kesehatan Nomor
924/Menkes/Per/X/1993 dikeluarkan dengan pertimbangan sebagai berikut :
⚫ Pertimbangan utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan pertimbangan obat
yang diserahkan tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan,
dengan meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.
⚫ Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran apoteker di apotek dalam
pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada
masyarakat.
⚫ Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk
pengobatan sendiri. Obat yang termasuk kedalam obat wajib apotek misalnya : obat
saluran cerna (antasida), ranitidine, clindamicin cream dan lain-lain.

3. Kriteria obat yang digunakan


Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat
diserahkan tanpa resep:
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah
usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan
d. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan
e. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
f. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri
BAB III
TELAAH KASUS

TELAAH KASUS I
A. Kasus
Seorang pasien datang mencari obat untuk sela-sela jari kakinya yang gatal, mengering ,
seperti eksim, rasa gatal timbul terutama setelah mengonsumsi makanan tertentu . Lalu
kuku tangannya juga rusak, seperti akan terlepas dari jarinya, rasanya juga sedikit sakit,
berdenyut-denyut.

B. Penyelesaian Kasus
Pada kasus ini saya merekomendasikan :
• Hydrocortison Cream untuk mengobati eksim, inflamasi, kemerahan,serta
gatal-gatal pada kulit serta Antialergi
Aturan Pemakaian : 3 Kali Sehari
Cara Menggunakan (KIE) : Oleskan krim secukupnya 2-3 x pada
bagian yang disela-sela jari kaki yang gatal,
kemerahan, kering selama 2 minggu secara teratur

• Fungiderm Cream untuk mengobati Infeksi jamur pada kulit dan kuku karena
dermatofit, ragi dan jamur lainnya
Aturan Pemakaian : Oleskan 3 Kali Sehari
Cara Menggunakan (KIE) : Cuci terlebih dahulu kuku ,setelah bersih lalu
Oleskan tipis 2-3 kali pada bagian kuku tangan yang
rusak tadi .Selama 2 minggu secara teratur.

• Cetrizine Tablet untuk mengobati Antialergi


Aturan Pemakaian : 2 kali sehari 1 tablet
Cara menggunakan (KIE) : Minum obat dengan Air putih secara teratur.

Dan apabila selama kurang lebih 2 minggu pemakaian belum ada reaksi nya dan
bertambah parah, maka saya menganjurkan untuk Konsultasi Ke Dokter.
Berdasarkan Obat diatas Diantaranya Ada Obat OWA (Obat Wajib Apotek)
Yaitu:
Hydrocortison Cream
Maka Harus Izin Kepada Apoteker untuk memberikan obat tersebut
kepada pasien.
Karena memiliki Golongan Obat Keras

C. Obat Yang Direkomendasikan


1. Hydrocortison Cream

⚫ Indikasi Umum
Obat adrenokortikal steroid yang memiliki sifat anti-inflamasi, anti alergi dan anti
pruritus pada jaringan kulit. Hydrocortison di gunakan untuk mengobati eksim,
inflamasi, kemerahan,serta gatal-gatal pada kulit , beberapa jenis infeksi kulit yang
dapat diobati
⚫ Golongan Obat
Keras
⚫ Deskripsi
Hydrocortison Cream adalah obat adrenokortikal steroid yang memiliki sifat
anti-inflamasi, anti alergi dan anti pruritus pada jaringan kulit. Hydrocortison di
gunakan untuk mengobati eksim, inflamasi, kemerahan,serta gatal-gatal pada kulit ,
beberapa jenis infeksi kulit yang dapat diobati contohnya dermatitis alergi, dermatitis
kontak, dermatitis atopi, pruritus anogenital, neurodermatitis. Dalam penggunaan
obat ini harus sesuai dengan petunjuk Dokter.
⚫ Kategori
Kulit
⚫ Komposisi
Hydrocortisone acetate 1 %
⚫ Dosis
Penggunaan obat ini harus sesuai dengan petunjuk Dokter. Oleskan pada kulit yang
bermasalah 2-3 kali per hari.
⚫ Aturan Pakai
Oleskan tipis pada bagian yang membutuhkan
⚫ Kemasan
Tube @ 5 g
⚫ Kontra Indikasi
Hipersensitif, herpes simplex, vaksinia, varisela
⚫ Perhatian
Harus dengan resep Dokter. Infeksi kulit. Hindari penggunaan jangka panjang.
Hindari penggunaan pada mata, membran mukosa, kulit yang sensitif atau luka
terbuka
⚫ Segmentasi
Red
⚫ Manufaktur
Generic Manufactured
⚫ Efek Samping
Beberapa efek samping yang dapat muncul setelah menggunakan hidrokortison
adalah:
◼ Mual atau muntah
◼ Sakit kepala atau pusing
◼ Nafsu makan meningkat
Gangguan kulit, seperti kulit terasa kering atau menipis, stretch mark, muncul
jerawat, atau pembuluh darah kulit pecah
2. Krim Fungiderm

• Deskripsi
Fungiderm mengandung zat aktif Clotrimazole. Senyawa antijamur spektrum luas
ini merupakan turunan dari imidazole dengan kemampuan antimikotik yang dapat
menghambat biosintesis sterol ergostol yang merupakan bagian penting pada dinding
sel jamur. Fungiderm Cream digunakan untuk mengatasi dermatomikosis atau
infeksi kulit akibat jamur seperti gatal, kutu air, panu, infeksi jamur di kulit kepala,
kurap,kandidiasis pada kulit dan kuku
• Indikasi Umum
Infeksi jamur pada kulit dan kuku karena dermatofit, ragi dan jamur lainnya
• Golongan Obat
Bebas Terbatas
• Kategori
Kulit
• Komposisi
Clotrimazole 1 %
• Dosis
Oleskan (krim) / taburkan (bedak) secukupnya 2-3 x pada bagian yang sakit selama
10-14 hari secara teratur dan tidak berhenti.
• Aturan Pakai
Oleskan tipis pada bagian yang membutuhkan
• Kemasan
Dus, Tube @ 10 g
• Kontra Indikasi
Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif pada
clotrimazole atau obat golongan imidazole lainnya.
• Efek Samping dan Bahaya Fungiderm
Kandungan clotrimazole di dalam Fungiderm bisa menyebabkan efek samping berupa
kulit terasa gatal, perih seperti terbakar, kering, kemerahan, atau muncul benjolan
seperti jerawat. Bila gejala tidak kunjung hilang atau semakin parah, lakukan
pemeriksaan ke dokter.
Segera ke dokter jika muncul efek samping yang parah, seperti timbul lepuh pada
kulit dan reaksi anafilaktik, seperti bibir dan wajah bengkak, sulit bernapas, atau sesak
napas.
• Perhatian
hentikan pemakaian jika timbul reaksi alergi dan hipersensitivitas
• Segmentasi
Blue
• Manufaktur
Konimex

3. Cetrizine

• Indikasi Umum
Informasi hanya untuk kalangan medis. Kondisi alergi seperti rinitis perenial, rinitis
alergi dan urtikaria idiopatik kronik
• Golongan
Keras
• Deskripsi
Cetirizine merupakan obat generik golongan antihistamin yang berfungsi untuk
meredakan gejala alergi seperti mata dan hidung berair, gatal pada mata dan hidung,
bersin-bersin, dan gatal pada kulit. Obat ini bekerja dengan cara memblokir zat
histamin yang menyebabkan alergi pada tubuh. Dalam penggunaan obat ini harus
sesuai dengan petunjuk Dokter
• Kategori
Alergi
• Komposisi
Cetirizine HCl 10 mg
• Dosis
Penggunaan obat ini harus sesuai dengan petunjuk Dokter. Dewasa dan anak diatas
12 tahun: 1 tablet, 1 kali per hari
• Aturan Pakai
Sebelum atau sesudah makan
• Kemasan
Dus, 10 Strip @ 10 tablet
• Kontra Indikasi
Riwayat hipersensitif terhadap cetirizine, menyusui
• Perhatian
Harus dengan resep Dokter. Konsultasikan pada dokter anda sebelum menggunakan
obat ini jika memiliki kondisi penyakit epilepsi, beresiko kejang, gangguan fungsi
hati, gangguan fungsi ginjal, lansia, ibu menyusui, dan ibu hamil. Kategori
kehamilan: Kategori B: Mungkin dapat digunakan oleh wanita hamil. Penelitian
pada hewan uji tidak memperlihatkan ada nya risiko terhadap janin, namun belum
ada bukti penelitian langsung terhadap wanita hamil.
• Segmentasi
Red
• Manufaktur
Generic Manufacturer

D. Perhitungan Obat
◼ Hydrocortison Cream @ 1 Tube 5 g
◼ Fungiderm Cream @ 1 Tube 10 g
◼ Cetirizine @ 1 Strip 10 Tablet
E. Perhitungan Harga
◼ Hydrocortison Cream @ 1 Tube 5 g : Rp. 13.000,-
◼ Fungiderm Cream @ 1 Tube 10 g : Rp. 31.000,-
◼ Cetirizine @ 1 Strip 10 Tablet : Rp. 5.000,-
Total Harga : Rp. 48.000,-
TELAAH KASUS II
A. Kasus
Seorang Ibu, merasakan gatal dibagian organ kewanitaannya, hal ini sangat
mengganggunya. Dia malu ke dokter, sehingga mencari obat ke apotek saja.

B. Penyelesaian Kasus
Dalam hal ini kami menyarankan pasien untuk menggunakan Lactacyd Feminine
Hygiene yang komposisinya adalah Lactoserum dan Lactic Acid. Lactacyd Feminine
Hygiene digunakan 2 kali sehari ketika mandi pagi dan sore. Cara pemakaiannya adalah
tuangkan secukupnya ke telapak tangan dan bersihkan area intim (vagina) dengan
diusapkan selama 15-30 detik, kemudian bilas hingga bersih. Pemakaian tetap
dilanjutkan hingga 2 minggu meskipun keluhan sudah tidak dirasakan untuk mencegah
kekambuhan.
Kami juga menyarankan pasien untuk menggunakan celana dalam dengan bahan yang
menyerap keringat seperti bahan katun untuk mencegah area kewanitaan menjadi
lembab.

C. Obat yang disarankan

⚫ Deskripsi Obat
Lactacyd Feminine Hygiene merupakan sabun kewanitaan yang mengandung
Lactoserum dan Lactic acid dari ekstrak susu yang berfungsi untuk membersihkan
dan melindungi serta menjaga pH alami area kewanitaan. Lactacyd Feminine
Hygiene juga digunakan untuk mengatasi rasa gatal dan bau tak sedap.
Lactacyd Feminine Hygiene merupakan produk konsumen yang dapat dibeli secara
bebas.
⚫ Keterangan
◼ Golongan : Produk Konsumen
◼ Kategori : Antiseptik
◼ Zat Aktif : Lactoserum 0,9 gr dan Lactic Acid 1gr
◼ Bentuk : Larutan Cair
◼ Kemasan : Botol @ 60 ml
◼ Produsen : Sanofi Aventis
⚫ Dosis
2 (Dua) kali sehari ketika mandi pagi dan sore.
⚫ Aturan Pakai
Tuangkan secukupnya ke telapak tangan dan bersihkan area intim (vagina) dengan
diusapkan selama 15-30 detik, kemudian bilas hingga bersih.
⚫ Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
⚫ Perhatian
Kocok dahulu sebelum digunakan. Tidak boleh dipakai terlalu dalam mengenai
organ kewanitaan. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

F. Perhitungan Obat
1 Botol @ 60 ml

G. Perhitungan Harga
1 Botol @ 60 ml Lactacyd Feminine Hygiene : Rp. 30.000,-
TELAAH KASUS IV
A. Kasus
Seorang Ibu, anaknya selalu menggaruk daerah pipinya setiap kali setelah bermain dan
keringatan, ibunya mengecek ternyata warna kulit di daerah wajahnya agak sedikit
berubah pinggirannya putih-putih seperti panu.

B. Penyelesaian Kasus
Dalam kasus ini kami memberikan obat yang cocok untuk anaknya yaitu Daktarin
cream yang isinya adalah miconazol 2%, karena daktarin terbukti aman untuk
mengatasi penyakit kulit yang diakibatkan oleh infeksi jamur, seperti panu, kutu air dan
kurap, dengan aturan pemakaiannya untuk anak-anak dioleskan 2 kali sehari, selama 2-6
minggu. Kami juga menyarankan pasien untuk selalu menjaga kebersihan mengingat
proses penyembuhan infeksi akibat jamur memakan waktu yang tidak sebentar.

C. Obat Yang Direkomendasikan


Daktarin Cream

• Deskripsi Obat
Daktarin cream merupakan sediaan topikal atau obat oles kulit yang mengandung zat
aktif Miconazole Nitrate 2%. Miconazole bekerja dengan menghancurkan bakteri
dan jamur penyebab infeksi. Dengan demikian, maka obat ini digunakan untuk
mengatasi penyakit infeksi kulit yang diakibatkan oleh berbagai jenis jamur serta
infeksi yang disebabkan karena bakteri gram positif.
• Keterangan
◼ Golongan : Obat Bebas Terbatas
◼ Kategori: Antifungi atau Anti jamur
◼ Zat Aktif : Mikonazol nitrat 20 mg
◼ Bentuk : Krim
◼ Kemasan : Tube @5gr
◼ Produsen : Taisho Pharmaceutical
• Dosis
Dewasa : Dioleskan 2 kali sehari, selama 2-6 minggu.
Anak-anak : Dioleskan 2 kali sehari, selama 2-6 minggu.
Penggunaan krim harus dilanjutkan setidaknya 7 hari setelah hilangnya semua
tanda-tanda infeksi hilang dengan tujuan untuk mencegah infeksi kembali kambuh.
• Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi selama penggunaan Daktarin yaitu:
a. Kemerahan
b. iritasi pada kulit
c. Gatal-gatal dan ruam kulit
• Aturan Pakai
Oleskan krim setelah bagian yang sakit dibersihkan dan dikeringkan.
• Kontra Indikasi
Pengunaan krim ini tidak dianjurkan untuk individu dengan hipersensitif atau alergi
terhadap mikonazol atau mikonazol nitrat, atau turunan imidazol lain.
• Perhatian
a. Pasien penderita hipersensitivitas berat.
b. Tidak boleh bersentuhan dengan mulkosa mata.
• Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu 15-30 derajat Celcius, serta terhindar dari sinar matahari langsung.

D. Perhitungan Obat
1 Dus @ 1Tube @ 5gr
E. Perhitungan Harga
1 Tube Daktarin Cream Rp. 24.000,-
TELAAH KASUS 5
A. Kasus
Seorang ibu ingin membeli obat luka bakar, karena tangannya terbakar minyak panas
saat memasak.

B. Penyelesaian Kasus
Dalam hal ini kami menyarankan pasien untuk menggunakan NB Topical salep 5 gr. NB
Topical salep 5 gr merupakan golongan obat keras dan termasuk dalam daftar OWA
sehingga TTK perlu meminta izin kepada apoteker untuk memberikan obat kepada
pasien. Dan penyerahan obat kepada pasien harus diiringi dengan pengarahan yang jelas
mengenai obat yang diberikan. NB Topical mengandung neomycin sulfate dan zinc
bacitracin sebagai zat aktifnya. Untuk aturan pakai NB Topical salep yaitu 3 kali sehari
dengan cara dioleskan tipis-tipis pada area kulit yang terluka. Pasien dilarang untuk
menggandakan dosis obat. Efek samping NB Topical yang mungkin terjadi ialah
menimbulkan reaksi hipersensitif. Apabila luka tidak kunjung membaik setelah
menggunakan NB Topical salep selama 1 minggu, segera konsultasikan ke dokter.

C. Obat yang disarankan

⚫ Deskripsi Obat
NB Topical adalah obat antibiotik topikal (digunakan pada permukaan kulit) yang
mengandung neomycin sulfate dan zinc bacitracin sebagai zat aktifnya. NB Topical
digunakan untuk mengobati infeksi kulit menular, luka bakar, luka setelah
pembedahan, infeksi kulit yang disebabkan oleh kosmetika, dan infeksi kulit yang
disebabkan oleh kuman. NB Topical tidak dapat dipergunakan untuk luka yang
dalam atau luka bakar yang berat.
⚫ Keterangan
◼ Indikasi : Mengobati impetigo, luka bakar, pembedahan kosmetika,
pioderma, folikulitis barbe, furunkulosis, akne nekrotikan, dekubitus ulseratif,
dan eksim terinfeksi.
◼ Kandungan / Komposisi : Tiap gram salep mengandung Neomycin sulfate 5
mg dan Zn bacitracin 500 IU.
◼ Cara Pemakaian : Dioleskan langsung pada daerah yang
terinfeksi.
◼ Kemasan : Tube 5 gram salep
◼ Golongan : Obat Keras
◼ Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap komponen obat ini.
◼ Efek Samping : Kadang kala sensitifitas lokal, super infeksi.
◼ Perhatian Khusus : Jangan dipergunakan untuk luka yang dalam atau
luka bakar yang berat.
◼ Cara Penyimpanan : Simpan pada tempat sejuk dan kering, serta
terlindung dari cahaya

D. Perhitungan Obat
1 Tube 5 gram salep

E. Perhitungan Harga
1 Tube salep @5 gram : Rp. 19.000,-
BAB IV
SKENARIO

SKENARIO KASUS I
Di pagi hari di Apotek Farmasi Simulasi, datang seorang pasien, ia mengeluh gatal
pada sela-sela kakinya dan juga kulit seperti mengering seperti eksim, rasa gatal muncul
terutama saat mengkonsumsi makanan. Ia juga mengeluhkan kuku tangan rusak dan sakit.
Dan menanyakan obat apa yang bisa ia gunakan.

TTK : Selamat siang mbak. Selamat datang di apotek Farmasi Simulasi, Saya Putri
Dessriyanti sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian yang bertugas pada hari ini.
Apakah ada yang bisa saya bantu mbak ?

Pasien : Siang mbak, saya mau mencari obat untuk kuku saya mbak

TTK : Umurnya berapa ya mbak?

Pasien : Umur saya 26 tahun

TTK : Keluhan apa saja mbak yang mbak rasakan?

Pasien : Ini mbak sela-sela jari kaki saya terasa gatal, mengering, seperti eksim, rasa
gatal muncul ketika saya mengonsumsi makanan.

TTK : Makanan apa yang mba makan sebelumnya?

Pasien : Saya sebelumnya makan makanan ikan laut mba. Setelah itu rasa gatal itu
timbul disela-sela kaki saya

TTK : Selain itu apakah ada gejala lain mbak ?

Pasien : Kuku tangan saya juga mbak, rusak seperti mau terlepas, lalu sakit juga mbak
terasa berdenyut denyut. Itu aja mbak keluhan dan gejalah saya. (sambil
menunjukan kukunya)

TTK : Sudah berapa lama keluhan tersebut terjadi mbak?

Pasien : 1 mingguan mungkin mbak


TTK : Apakah mbak sebelumnya sudah kasih obat untuk kukunya mbak ?

Pasien : Belum sama sekali mbak. Saya bingung mau kasih obat apa mba?

TTK : Baik mbak, maaf apakah mbak mempuyai riwayat penyakit tertentu? dan apakah
punya alergi terhadap obat tertentu mbak ?

Pasien : Tidak ada mbak, Tidak alergi obat juga

TTK : Baiklah mbak, berdasarkan keluhan tadi mbak mengalami alergi terhadap
makanan ikan laut ya mbak, jadi akibatnya yaitu jari kaki yang terasa gatal,
mengering, seperti eksim dan mengalami infeksi jamur pada kuku tangan yang
mengakibatkan kuku ingin tereklupas dan rasa sakit yang berdenyut-denyut mbak.

TTK : Baiklah mbak, mohon tunggu sebentar ya saya ambilkan terlebih dahulu obatnya

Pasien : Baik mbak

TTK : Pada kasus ini saya merekomendasikan Obat Krim Hydrocortison Untuk
mengobati eksim, inflamasi,antialergi kemerahan,serta gatal-gatal pada kulit.
Obat Salep Fungiderm untuk mengobati Infeksi Jamur pada kuku, Dan Cetrizine
Tablet untuk Obat Minum Antialergi nya mba .

TTK :Untuk Obat Krim Hydrocortisom nya aturan pemakaiannya 3 kali sehari cara
menggunakannya Oleskan Tipis pada bagian sela-sela jari kaki yang gatal dan
kemerahan seperti eksim. Dan Juga Untuk krim fungiderm aturan pemakaiannya
dipakai 2-3 kali sehari Cara MenggunakannyaOleskan tipis-tipis (krim) pada
bagian yang kuku yang sakit selama 10-14 hari secara teratur sebelum dioleskan
cuci bersih kuku yang akan dioleskan Dan Untuk Obat Cetrizine aturan pemakaian
nya 2 kali sehari 1 tablet sesudah makan minum dengan air putih.

Pasien : Baik mbak, untuk obat ini ada efek samping enggak ya mbak?

TTK : Untuk efek samping krim fungiderm ini mungkin pada saat pemakaian mbaknya
terasa kulit terasa gatal, perih seperti terbakar, kering, kemerahan. Dan Untuk efek
samping Krim Hydrcortison adalah kulit terasa kering atau menipis, stretch mark,
muncul jerawat. Apabila mba mengalami hal yang seperti tersebut itu hanya efek
dari obat tersbut mba dan tidak memiliki efek samping yang serius mbak.

Pasien : baik mbak terimakasih. terimakasih juga atas saranya, kalau untuk penyimpanan
nya gimana ya mba?
TTK : untuk penyimpanannya ibu bisa simpan pada suhu kamar dan terlindung dari
cahaya matahari

Pasien : Iya mbak

TTK : ada lagi mbak yang mau ditanya? Atau ada yang kurang jelas?

Pasien : tidak ada mbak sudah jelas

TTK : baik mbak saran dari saya agar tidak terjadi timbulya alergi lagi hindari makan
ikan lautnya ya mbak, lalu diperhatikan untuk kebersihan kukunya jangan sampai
sering basah atau lembab agar jamur pada kuku tidak mudah berkembang. Jika
basah cepat dikeringkan ya mbak.Lalu jika terjadi infeksi yang lebih serius atau
tidak sembuh dalam 10-14 minggu .Saya anjurkan untuk konsultasi ke dokter ya
mbak.

Pasein : baik mbak ,siap terima kasih sarannya

TTK : baik mbak untuk harga krim fungiderm Rp 31.000 , Krim Hydrocortison
Rp.13.000, Cetrizine 1 Strip 10 Tablet Rp.5.000,Jadi total harganya Rp 49.000

Pasien : Iya mbak ini uangnya.

TTK : Uangnya pas ya mba, Terima kasih mba, semoga cepat sembuh mbak

Pasien : Iya sama-sama mba.


SKENARIO KASUS II

Di suatu hari, seorang Ibu datang ke Apotek Simulasi Farma Sekip Jaya, Ia mengeluh gatal
pada area kewanitaannya.

TTK : Selamat siang Ibu, selamat datang di Apotek Simulasi Farma. Saya Dian Rana.

Apa ada yang bisa saya bantu?

Pasien : Siang mba. Saya mau beli obat untuk area V nih..

TTK : Maaf sebelumnya Ibu, boleh saya tahu namanya?

Pasien : Boleh, saya Inka mba.

TTK : Baik Ibu Inka, obat nya untuk ibu sendiri atau untuk siapa bu?

Pasien : Untuk saya mba..

TTK : oh iya.. Ibu umurnya berapa?

Pasien : 40 tahun mba.

TTK : Apa sekarang Ibu sedang hamil bu?

Pasien : Engga mba.

TTK : Oh iya ibu, boleh tolong dijelaskan gejala yang Ibu rasakan..

Pasien : Area V saya itu gatal mba, juga sedikit bau dan ada lendir putih juga

TTK : Ooh begitu, kondisi seperti ini sudah berapa lama bu?

Pasien : Sudah satu minggu mba, saya itu sudah biasa ya keputihan. Tapi biasanya tidak

gatal mba..

TTK : Apa Ibu Inka sudah menggunakan obat sebelumnya, atau sudah pergi ke dokter?

Pasien : Belum mba.. Malu saya ke dokter hhe. Saya juga belum pakai obat apapun

TTK : Baik Bu Inka, saya menyarankan Ibu untuk mengunakan sabun kewanitaan dulu.

Disini kami punya Lactacyd feminine Hygiene. Ini bisa untuk mengatasi gatal dan
bau tidak sedapnya yaa, Lactacyd ini membantu membersihkan dan menjaga pH

area V. Jika kelembapan atau pH area V-nya sudah normal, nanti keputihannya juga
akan hilang bu..

Pasien : Heem.. Kalau cara pakainya gimana ya mba?

TTK : Lactacidnya digunakan 2 kali sehari bu, ketika mandi pagi dan sore. Cara pakainya
itu, dituangkan secukupnya ke tangan lalu usapkan ke area V dengan pelan-pelan
selama 15-30 detik kemudian dibilas hingga bersih ya bu..

Lactacidnya dikocok dahulu sebelum digunakan. Tidak boleh dipakai terlalu dalam
mengenai organ kewanitaanya yaa.

Pasien : Oh Iyaa..

TTK : iya ibu.. Juga nanti walau keluhannya sudah tidak terasa, penggunaanya tetap
harus dilanjutkan yaa, hal ini dimaksudkan untuk mencegah kekambuhan bu..

Pasien : Ooh begitu ya mba..

TTK : Iya, saya juga menyarankan Ibu Inka untuk menggunakan celana dalam yang
bahannya menyerap keringat, bahan katun misalnya bu. Supaya area V-nya tidak
menjadi lembab

Pasien : Baik mba.. Saya mau Lactacyd-nya. Berapa ya mba harganya?

TTk : Ibu Inka mau beli berapa?

Pasien : 1 dulu aja mba

TTK : Baik Ibu, ini satu botolnya isi 60 ml. Harganya 30.000 yaa

Pasien : Okee. Ini uangnya mba (Menyerahkan Uang)

TTK : Saya Terima ya Bu uangnya 50.000, saya siapkan obatnya dulu ya, sekalian
kembaliannya

Pasien : Iya mba

TTK : Ibu Inka ini obat nya dan kembaliannya. Jika nanti tidak terlihat ada perubahan,

Ibu harus segera cek ke Dokter yaa.. Obatnya disimpan ditempat sejuk, lindungi dari
sinar matahari langsung dan jauhkan dari jangkauan anak-anak ya buu. Apa sudah
jelas Bu? Atau ada yang ingin ditanyakan Bu?

Pasien : Tidak mba, sudah jelas. Terimakasih yaa..

TTK : Iya mba, sama-sama semoga lekas sembuh yaa..


SKENARIO KASUS IV
Seorang Ibu, anaknya selalu menggaruk daerah pipinya setiap kali setelah bermain dan
keringatan, ibunya mengecek ternyata warna kulit di daerah wajahnya agak sedikit berubah
pinggirannya putih-putih seperti panu.

TTK : Selamat siang bu, selamat datang di apotek Simulasi Farma saya Hanifah selaku
TTK, ada yang bisa saya bantu?

Pasien : Siang mbak, saya mau beli obat untuk anak saya

TTK : Maaf ibu, kalau boleh saya tau keluhan anak ibu apa ya bu?

Pasien : Akhir-akhir ini anak saya kalau habis bermain dan keringatan selalu
menggaruk-garuk daerah pipinya, sebagian wajahnya agak sedikit berubah,
pinggirannya jadi berwarna putih seperti panu, obat yang cocok untuk anak saya apa
ya mbak?

TTK 1 : Sebelumnya apakah ibu sudah pernah memberikan obat kepada anak ibu?

Pasien : Belum kok mbak, saya belum memberikan obat apapun kepada anak saya

TTK 1 : Anak ibu sekarang umur nya berapa ya?

Pasien : Umur anak saya 6 tahun mbak

TTK 1 : Sudah berapa lama anak ibu mengalami hal ini?

Pasien : Setau saya baru akhir-akhir ini mbak

TTK 1 : Apakah anak ibu ada alergi obat?

Pasien : Sejauh ini tidak ada mbak

TTK 1 : Baik ibu, sebentar ya saya ambilkan dulu obatnya

Pasien : Iya mbak

TTK 1 : Dari keluhan yang ibu sampaikan tadi, saya menyarankan obat Daktarin Cream ini
untuk anak ibu, karena anak ibu terkena infeksi yang di akibatkan oleh jamur.
Pasien : Obat nya aman tidak ya mbak untuk anak saya?

TTK 1 : Iya ibu obat Daktarin Cream ini aman untuk anak, juga mengatasi penyakit kulit
yang diakibatkan oleh infeksi jamur, seperti panu, kutu air dan kurap, jadi ibu jangan
khawatir ya bu

Pasien : Untuk Pemakaiannya berapa kali sehari ya mbak?

TTK 1 : Pemakaian obat Daktarin cream ini kalau untuk anak-anak Dioleskan 2 kali sehari,
selama 2-6 minggu bu

Pasien : Untuk penyimpanannya gimana ya mbak?

TTK 1 : Untuk penyimpananannya, simpan pada suhu ruangan ya bu, pada suhu 15-30
derajat celcius.

Pasien : Oh iya mbak, kalau begitu saya ambil satu Daktarin cream nya 1 ya mbak.

TTK 1 : Baik bu, sebentar ya saya siapkan dulu obatnya

Pasien : Iya mbak

TTK 1 : Ini obatnya ya bu

Pasien : Oh iya mbak

TTK 1 : Saya sarankan sebaiknya anak ibu menjaga kebersihan kulit, hindari terlalu banyak
berkeringat ya bu, hindari juga berjemur atau paparan sinar matahari berlebih karna
berjemur menyebabkan panu lebih mudah terlihat.

Pasien : Baik mbak, terimakasih atas sarannya, jadi harganya obatnya berapa ya mbak?

TTK 1 : Harga Daktarin creamnya Rp.24.000.- ibu

Pasien : Ini ya mbak uangnya

TTK 1 : Iya bu, uangnya pas ya, terimakasi bu, semoga anaknya lekas sembuh

Pasien :Iya,terimakasih juga ya mbak


SKENARIO KASUS V

Seorang ibu ingin membeli obat luka bakar, karena tangannya terbakar minyak panas saat
memasak

TTK : Selamat siang, Bu. Selamat datang di Apotek Simulasi Farma. Saya Surista Novia
TTK di apotek ini ada yang bisa saya bantu?

Pasien : Pagi mbak, Emh jadi begini mbak saya mau mencari obat untuk luka bakar, ada
mbak?

TTK : Maaf ibu, kalau boleh tau obatnya untuk ibu sendiri atau orang lain ya?

Pasien : Untuk saya sendiri mbak.

TTK : Maaf dengan ibu siapa dan umurnya berapa ya bu?

Pasien : Ibu Nora 34 tahun mbak.

TTK : Emh, Ibu Nora kalau boleh tau penyebab luka bakarnya karena apa dan sudah
berapa lama bu?

Pasien : Oh ini lukanya baru tadi pagi mbak, lengan saya terkena minyak panas yang
tumpah ketika saya memasak.

TTK : Apakah ibu sudah menggunakan obat sebelum ke apotek ini bu?

Pasien : Emh kalau obat sih belum, tapi setelah terkena tumpahan minyak tadi saya
langsung mengolesinya dengan pasta gigi, karena kan banyak yang bilang seperti
itu, tapi setelah beberapa jam bukannya baikan malah tambah parah, jadi saya
memutuskan untuk ke apotek.

TTK : Jadi begini bu, mengolesi luka bakar dengan pasta gigi/margarin/air es bukanlah
tindakan yang benar, memang hal tersebut yang sering kita dengar tapi ternyata hal
tersebut merupakan kesalahan, bukannya menyembuhkan malah dapat memperparah
luka. Tindakan yang benar yaitu dengan mengalirkan air ke daerah yang terkena
percikan minyak panas selama beberapa menit, jadi ibu Nora jangan mengulangi
kesalahan yang sama lagi ya bu. Oh iya bu apakah saya boleh melihat lukanya bu?

Pasien : Oh boleh mbak. (Ibu Nora memperlihatkan lukanya)


TTK : Luka bakarnya ini termasuk luka bakar yang sedang bu karena ini sudah melepuh
beruntung tidak terlalu lebar lukanya dan tidak parah, masih bisa diobati dengan
salep luka bakar. Oh iya ibu, apakah ibu merasakan keluhan lain bu?

Pasien : Oh untuk saat ini tidak ada

TTK : Apakah ibu punya alergi terhadap obat tertentu bu ?

Pasien : Tidak ada juga mbak.

TTK : Baik ibu tunggu sebentar ya, saya ambilkan dulu obatnya.

Pasien : Iya mbak.

(TTK mengambilkan obat NB Topikal Salep 5 Gram, obat tersebut merupakan golongan
obat keras dan termasuk dalam daftar OWA, jadi TTK meminta izin kepada apoteker
sebelum menyerahkan obat dan penyerahan obat dilakukan diiringingi dengan pengarahan
yang jelas agar pasien paham tentang obat yang ia diterima )

TTK : Baik bu ini obatnya NB Topikal Salep untuk pemakaian luar tidak boleh ditelan, ini
adalah obat bentuk salep untuk luka bakar. Untuk aturan pakainya yaitu 3 kali sehari
dengan cara dioleskan tipis-tipis pada area kulit yang terluka. Perlu diingat ya bu
tidak boleh menggandakan dosis obat. Untuk efek samping NB Topical yang
mungkin terjadi ialah menimbulkan reaksi hipersensitif, jika setelah ibu
menggunakan salep ini terjadi sensitivitas terhadap kulit ibu maka penggunaan obat
boleh dihentikan, namun jika tidak terjadi boleh dilanjutkan ya bu. Sebelum
menggunakan obat cuci tangan dahulu dan pastikan area yang luka dalam keadaan
kering. Apabila luka tidak kunjung membaik setelah menggunakan NB Topical salep
selama 1 minggu, ibu bisa segera konsultasikan ke dokter ya.

Pasien : Oh baik mbak.

TTK : Apakah sudah jelas bu mengenai penjelasan tentang salepnya atau ada yang mau
ditanyakan bu?

Pasien : Sudah jelas mbak, dan saya sudah paham. Oh ya mbak untuk harga salepnya berapa
ya?

TTK : Untuk harga NB Topikal Salepnya Rp. 19.000,00 bu.


Pasien : Oh baik mbak saya mau ambil salepnya.

TTK : Baik ibu, oh ya bu untuk penyimpanan salepnya disimpan di tempat yang kering,
hindarkan terkena sinar matahari, dan jauhkan dari jangkauan anak-anak ya bu.

Pasien : Oh baik mbak. Ini uangnya mbak

TTK : Iya bu, ini uangnya saya terima ya, Terimakasih bu semoga cepat sembuh.

Pasien : Iya mbak, sama-sama.


BAB V
PEMBAHASAN

Mahasiswa telah menyelesaikan praktikum di Apotek Simulasi Farma dengan pokok


bahasan Swamedikasi. Praktikum ini dilakukan pada Hari Jumat, 2 April 2021di Apotek
Simulasi Farma Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang. Pada praktikum kali ini, terdapat 4
kasus yang telah diselesaikan. Pada ke-empat kasus ini, pelayanan obat dengan
Swamedikasi yang dilakukan TTK sudah baik semua, informasi obat, efek samping obat,
edukasi pasien, komunikasi dari TTK ke pasien sudah baik. Seluruh TTK memberikan
pilihan obat yang tepat dengan setiap keluhan yang di sampaikan oleh pasien. Secara
keseluruhan setiap TTK sudah melakukan setiap tugasnya dengan baik.
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada praktikum swamedikasi praktikan telah melaksanakan praktikum dengan cukup
baik, komunikasi, pelayanan obat, informasi obat serta edukasi kepada pasien sudah
dijelaskan dengan baik, tetapi masih harus lebih teliti dan komunikatif dalam
menganalisa keluhan pasien.

B. SARAN
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan lebih baik dari praktikum kali ini. Dan untuk
praktikan diharapkan untuk lebih teliti dan komunikatif lagi dalam pelayanan obat .
DAFTAR PUSTAKA

ISO. 2019. ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat. Volume 52, PT. ISFI Penerbitan,
Jakarta.
ISO. 2017. ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat. Volume 51, PT. ISFI Penerbitan,
Jakarta.
ISO. 2007. ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat. Volume 41, PT. ISFI Penerbitan,
Jakarta.
ISO. 2014. ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat. Volume 49, PT. ISFI Penerbitan,
Jakarta
Depkes RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, Jakarta, Departemen Kesehatan RI.
Tjay, T. H., & Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya,Halaman 63, 65, 66, Edisi kelima, Jakarta, PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai