B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud swamedikasi?
2. Apa yang dimaksud dengan diare dan konstipasi
3. Bagaimana tanda dan gejala diare dan konstipasi?
4. Bagaimana epidemiologi dan fisiologi diare dan konstipasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Swamedikasi
2. Untuk mengetahui apa itu diare dan konstipasi
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala diare dan konstipasi
4. Untuk mengetahui epidemiologi dan fisiologi diare dan konstipasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Diare adalah frekuensi yang meningkat dan penurunan konsistens itinja
sebagai dibandingkan dengan pola usus normal seseorang. Ini sering merupakan
gejala sistemik penyakit. Diare akut umumnya didefinisikan sebagai durasi lebih
pendek dari 14 hari, diare persisten selama durasi lebih dari 14 hari, dan diare kronis
lebih lama durasi dari 30 hari. Sebagian besar kasus diare akut disebabkan oleh
infeksi virus, bakteri, atau protozoa, dan umumnya terbatas sendiri.
Satu definisi sembelit kurang dari tiga tinja per minggu untuk wanita danlima
untuk pria meskipun diet residu tinggi, atau periode lebih dari 3 hari tanpa buang air
besar, mengejan di atas tinja lebih dari 25% dari waktu dan / atau dua atau lebih
sedikitfeses per minggu, dan mengejan saat buang air besar dan kurang dari satu feses
setiap hari dengan minimalupaya. American Gastroenterological Association
mendefinisikan sembelit sebagaibagian tinja yang sulit atau jarang, pada waktu-waktu
berhubungan dengan mengejan atau perasaanbuang air besar tidak lengkap.
B. Epidemiologi
Sebagian besar kasus diare pada orang dewasa ringan dan sembuh dengan
cepat. Bayi dan anak-anak (terutama di bawah 3 tahun) adalah sangat rentan terhadap
efek dehidrasi diare, dan efeknya Kejadian pada kelompok usia ini harus dianggap
serius.
Perhatian medis, dan sekitar sepertiga pasien dengan konstipasi mencari
perawatan medis. Konstipasi terjadi padasekitar 20% dari populasi.2 Sekitar 2.5juta
kunjungan dokter dan 90.000 rawat inap per tahun di IndonesiaAmerika Serikat
disebabkan oleh konstipasi 3,4 Banyak obatdan beberapa keadaan penyakit
berhubungan dengan konstipasi.Sembelit dikaitkan dengan biaya sosial ekonomi yang
tinggi danmemiliki konsekuensi kualitas hidup yang cukup besar. 5 Pasien lanjut usia,
non-Kaukasia, wanita, dan mereka yang lebih rendahtingkat pendidikan dan sosial
ekonomi lebih mungkin untuk dilaporkan sedang sembelit. Konstipasi pada anak bisa
terjadi karenadari perubahan dalam diet biasa atau asupan cairan, penyimpangan
darirutinitas toileting biasa seperti selama liburan, atau menghindaribuang air besar
karena rasa sakit yang terkait dengan memiliki bangku. Anak-anak yang didiagnosis
dengan sembelit parah di usia muda cenderung terus menderita melalui pubertas.
C. Patofisiologi
Diare adalah ketidakseimbangan dalam penyerapan dan sekresi air dan
elektrolit. Mungkindikaitkan dengan penyakit spesifik saluran gastrointestinal (GI)
atau dengan penyakitdi luar saluran GI. Empat mekanisme patofisiologis umum
mengganggu keseimbangan air dan elektrolit, menyebabkan diare :
1. Perubahan transpor ion aktif baik dengan penurunan natriumpenyerapan atau
peningkatan sekresi klorida
2. Perubahan motilitas usus
3. Peningkatan osmolaritas luminal, dan
4. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan.
Mekanisme ini telah dikaitkan dengan empat kelompok diare klinis yang luas:
sekretori,transit usus osmotik, eksudatif, dan diubah.
• Diare sekretoris terjadi ketika suatu zat perangsang (misalnya Usus vasoaktif peptida
[VIP], pencahar, atau toksin bakteri) meningkatkan sekresi atau mengurangi
penyerapan sejumlah besar air dan elektrolit.
• Penyakit radang saluran pencernaan dapat menyebabkan diare eksudatif dengan
keluarnya lendir, protein, atau darah masuk ke usus. Dengan transit usus yang
berubah, usus motilitas diubah oleh berkurangnya waktu kontak di usus kecil,
pengosongan prematur usus besar, atau pertumbuhan berlebih bakteri.
F. Pemeriksa penunjang
Diare akut :
1. Kultur tinja
2. Analisis untuk lendir, lemak, osmolalitas, leukosit tinja, ph
3. Volume tinja dan elektrolit dalam volume besar tinja berair untuk menentukan
apakah diare osmotik/sekretori
4. CBC dan kimia darah dapat membantu pasien dengan gejalanya menetap. Kehadiran
anemia, leukositosis/neutropenin dapat memberikan petunjuk lebih lanjut penyebab
yang mendasarinya
Diare kronis :
1. Semua tes yang dijelaskan untuk diare akut akan digunakan untuk menegakkan
diagnosa diare kronis karena diferensial dengan lebih rumit. Data yang diperoleh
dapat membantu mengkategorikan diare besar, radang/berlemak, mempersempit
fokus pada gangguan primer.
2. Kolanskopi memungkinkan visualisasi dan biopsi usus besar dan lebih disukai jika
darah telah ditemukan ditinja/jika pasien menderita AIDS
Konstipasi
- Tidak ada pengujian laboratorium secara rutin
- Pada pasien yang memiliki gejala gangguan organik ,dilakukan tes khusu(tes fungsi
tiroid,elektrolit,glukosa,perhitungan darah lengkap)berdasarkan presentase klinis
- Protoskopi,sigmoidoskopi,kotonoskopi,barium enema.
Algoritma Therapy
Diare Akut (Pharmacotherapy handbook. 2015 hal : 202)
BAB III
Sumber :
- Panduan Social Tata Laksana Diare Balita, 2011
- ISO Indonesia vol 49 tahun 2014-2015, hal 450
- ISO Indonesia vol 49 tahun 2014-2015, hal 368
Dialog swamedikasi
Pasien : Permisi
Apoteker : Iya, Ada yg bisa saya bantu ?
Pasien : Saya mencari obat untuk anak saya yang lagi diare sekarang, apakah
ada ?
Apoteker : Maaf dengan ibu siapa ya sebelumnya ?
Pasien : Dengan B mba
Apoteker : Baik ibu B, Sebelumnya perkenalkan saya Apoteker T yg bertugas di
Apotek ini. Kalau boleh tau umur anak ibu berapa ya bu ?
Pada praktikum kali ini, hasil diskusi yang akan kami uraikan mengenai penyakit
Diare dan Konstipasi. Pada kasus ini diceritakan bahwa datang seorang Ny. B umur 28 tahun
dating ke apotek mengeluhkan susah BAB sudah 2 hari karena tidak suka makan sayur
keadaan sedang hamil 7 bulan. Selain itu, Ny. B juga menanyakan obat diare untuk anaknya
umur 3 tahun mengeluhkan diare sejak kemarin akibat makan makanan pedas, BAB nya
menjadi encer dengan frekuensi BAB menjadi 4x sehari tidak ada demam dan tidak ada darah
Penggalian informasi dalam swamedikasi ada 2 metode menurut WHO 1998, yaitu:
A. Konstipasi
Hamil merupakan salah satu factor pada konstipasi (Dipiro,2015). Pasien juga
kurang makan sayur dan tidak BAB 2 hari. Seseorang dapat dikatakan mengalami
konstipasi jika tidak BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu sehingga menurut
kelompok kami, tidak perlu memberikan rekomendasi obat kepada pasien. Terapi non
farmakologi diberikan kepada pasien agar BABnya lancar seperti perbanyak makan
sayur, buah-buahan yang berserat tinggi dan perbanyak minum air putih.
B. Diare
Obat diare yang dipilih pada kasus ini menurut buku panduan sosialiasi diare
pada balita 2011, setelah dinilai derajat dehidrasinya. Anak baru 4 kali mengalami
diare, tidak muntah, masih bisa menangis dan tidak gelisah. Sehingga dapat
dikatatakan anak mengalami dehidrasi tingkat ringan, terapi yang diberikan ada oralit
untuk mencegah dehidrasi dan zinc sebagai pelindung sel epitel pada mukosa di
saluran pencernaan agar tidak terjadi diare berdarah dan mencegah diare agar tidak
menjadi parah.
Oralit yang digunakan adalah Pharolit yang mengandung natrium, kalium,
glucose, clorida dan sitrat. Diminum 3 jam pertama 3 gelas sebagai tindakan awal dan
terapi pemeliharaan adalah 1 gelas setiap mencret dapat digunakan sebelum atau
sesudah makan.(ISO 49, 2015). Kemudian kami juga merekomendasikan Daryazinc
20mg/5ml untuk mencegah dehidrasi pada anak dengan aturan minum satu kali sehari
satu sendok takar selama 10 hari berturut-turut meskipun diare telah berhenti. (ISO
49, 2015)
Terapi non farmakologi juga kami informasikan kepada pasien seperti
menghindari factor penyebab dari diare anak tersebut yaitu makanan-makanan pedas
serta perbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi pada anak.
BAB V
KESIMPULAN
Pada kasus kali ini, Ny. B mengeluhkan sembelit selama 2 hari dan jarang makan
sayur serta dalam keadaan hamil. Rekomendasi obat kepada Ny.B tidak ada karena hamil
merupakan salah satu factor pada konstipasi, pasien juga kurang makan sayur dan tidak BAB
2 hari sehingga hanya terapi non farmakologi saja yang diberikan kepada Ny. B seperti
perbanyak makan sayur, makan buah-buahan berserat tinggi dan perbanyak minum air putih.
Kemudian anak Ny.B mengalami diare 4x sehari dan konsistensinya encer. Rekomendasi
obat yang diberikan adalah Pharolit untuk menggantikan cairan tubuh anak yang hilang dan
Daryazinc untuk mencegah dehidrasi pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Apoteker Indonesia. 2015. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 49 2015-
2016. PT. ISFI Penerbitan : Jakarta.
Anonym. 2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018. Kementerian Kesehatan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan.
Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. The Mc. Graw Hill
Company.
Dipiro.JT., 2009, Pharmacoterapy Handbook 7th edition, McGraw Hill, New York.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.
Fauci AS, Kasper DL, Longo D, Braunwald E, Hauser SL, Loscalzo J, et al. Harrison's
Principles of Internal Medicine, 17th Edition. United States of America: Mcgraw-hil; 2008:
hlm 201-204
Fauci AS, Kasper DL, Longo D, Braunwald E, Hauser SL, Loscalzo J, et al. Harrison's
Principles of Internal Medicine, 17th Edition. United States of America: Mcgraw-hil; 2008:
hlm 233-235