PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faktor lingkungan yang meliputi air bersih dan sanitasi ini memiliki
peranan sangat penting sebagai media penularan dan dominan dalam siklus
penularan penyakit diare. Biasanya anak-anak mudah dan sering terkena diare,
klasifikasi usia anak yang dimaksudkan adalah antara usia 5-11 tahun menurut
Depkes RI (2009). Dikarenakan anak-anak senang sekali jajan sembarangan yang
tentunya makanan tersebut tidak terjamin kebersihan serta keamanan makanannya
sehingga anak tersebut mengalami diare. Anak usia sekolah pada umumnya juga
belum paham betul akan arti kesehatan bagi tubuhnya.
B. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSTIPASI
1. Definisi
Orang normal setidaknya buang air besar paling sedikit tiga kali
dalam seminggu. Beberapa definisi sembelit meliputi, kurang dari tiga kali
dalam satu minggu untuk wanita dan lima kali dalam seminggu untuk pria
meskipun diet residu tinggi atau periode lebih dari tiga hari tanpa buang
air besar (Dipiro. 2005 hal 684)
2. Epidemiologi
Sebanyak 40% dari yang berusia lebih dari 65 tahun melaporkan
mengalami sembelit. Hasil dari 42.375 relawan dari Intenational Health
Interview Survei tentang gangguan saluran pencernaan menunjukkan
bahwa tidak ada peningkatan insiden terkait usia yang jarang terkait usia.
Namun, ada peningkatan insiden terkait usia penggunaan pencahar.
Frekuensi subjek melaporkan dua atau lebih sedikit adalah 9% untuk
penderita kurang dari 4 tahun ; 3,8% untuk subjek 60-69 tahun dan 6,3%
untuk usia lebih dari 80 tahun. Dalam perspektif 3166 orang lebih dari
17,26% wanita dan 15,8% pria (Dipiro. 2005 hal 684)
3. Patofisiologi
Sembelit bukan penyakit tetapi merupakan gejala yang
medasarinya penyakit atau masalah. Pendekatan untuk pengobatan
konstipasi harus dimulai dengan upaya untuk menentukan penyebabnya.
Penyebab kemungkinan sembelit ; Gangguan pada saluran GI (Syphlis,
TBC, hernia), Kehamilan (motilitas usus tertekan), obat yang menginduksi
konstipasi (analgetik, antikoliergik), Konstipasi neurogenik (tumor CNS),
Gangguan metabolisme (Diabetes), pola hidup. (Dipiro. 2005 hal 685)
4. Tanda dan Gejala
a. Tinja keras ukurannya kecil atau kering
b. Perut kembung
c. Keram perut dan ketidaknyamanan
d. Sulit BAB
e. Perut berasa begah (Dipiro 2005 hal 685)
5. Diagnosa
Amnesia yang lengkap harus diperoleh sehingga gejala-gejala
pasien dapat dievaluasi dan diagnosis konstipasi dikonfirmasi. Diagnosis
konstipasi disarankan oleh kurang dari 3 buang air besar perminggu.
Konsistensi tinja yang keras mengenjan, BAB dalam waktu lama. Riwayat
keluarga keluarga lengkap harus diperoleh, terutama yang berkaitan
dengan penyakit radang usus dan kanker usus besar catatan lengkap resep
dan obat-obatan yang dijual bebas wajib untuk mengidentifikasi terkait
obat penyebab sembelit. Dalam banyak kasus, tidak ada penyebab sembelit
yang mendasarinya dan pemeriksaan fisik dan rektal normal. (Dipiro,
2008)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Sigmoidoskopi, Proktoskopi, kolonoskopi yaitu uji untuk
menentukan adanya patologi kolorektal
b. Uji tes tiroid untuk menentukan adanya gangguan metabolisme atau
endokrin
c. Pengecekan cairan elektrolit dalam tubuh
7. Algoritma Terapi
B. DIARE
1. Definisi
Diare merupakan peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi
feses dalam buang air besar dalam bentuk cair lebih dari tiga kali dalam
sehari biasanya disertai sakit dan kejang perut (Dipiro. 2009 hal 256)
2. Epidemiologi
Masalah utama dipusat perawatan. Virus dan bakteri organisme
untuk sebagaian besar kejadian menular. Bakteri yang sering
menyebabkan diare yaitu Shigella, Staphylococuc, E. Coli (Dipiro. 2005
hal 677)
3. Patofisiologi
Empat mekanisme patofisiologi umu yang mengganggu air dan
elektrolit penyeimbang menyebabkan diare yaitu : (1) Perubahan dalam
transpor ionaktif oleh salah satu penurunan penyerapan Natrium atau
peningkatan sekresi Klorida. (2) Perubahan motilitas usus. (3) peningkatan
osmolaritas tinja. (4) Peningkatan dalam tekanan hidrostaltik jaringan.
Mekanisme ini terkait empat kelompok diare klinis yaitu diare sekretori
ketika ada suatu zat yang merangsang (pencahar), diare osmotik yaitu zat
yang diserap buruk mempertahankan cairan usus, diare eksudatif yaitu
radang saluran pencernaan dengan keluarnya lendir, protein, atau darah ke
usus (Dipiro. 2009 hal 257)
4. Tanda dan Gejala
a. Tanda (Depkes. 2007 hal 48)
1) Frekuensi buang air besar melebihi normal
2) Kotoran encer / cair
3) Sakit / kejang perut
b. Gejala (Depkes. 2007 hal 48)
1) Dehidrasi ringan / sedang ; gelisah ; mata cekung ; mulut kering ;
sangat haus ; kulit kering
2) Dehidrasi berat ; lesu ; mata sangat cekung ; mulut sangat kering ; kulit
sangat kering
5. Diagnosa
Penderita diare harus ditanyai tentang onsetnya dari gejala,
perjalanan terakhir diare, sumber air dan penggunaan obat. Pertimbangan
penting lainnya termasuk durasi dan tingkat keparahan diare bersama
dengan perhitungan adanya nyeri perut atau muntah terkait darah dalam
tinja, konsistensi tinja, penampilan tinja frekuensi tinja, dan penurunan
berat badan. Meskipun sebagai besar kasus diare bersifat swasembada,
bayi, anak-anak, orang tua, dan pasien immunocomprised beresiko
mengalami peningkatan morbiditas. Temuan pada pemeriksaan fisik dapat
membantu dalam menentukan status hidrasi dan keparahan penyakit
kehadiran darah dalam tinja menunjukkan adanya organisme invasif, suatu
peradangan proses, atau mungkin neoplasma tinja volume besar
menyarankan gangguan usus kecil, sedangkan tinja vol kecil,
menunjukkan gangguan usus besar atau dubur, penderita yang lama atau
parah gejala munngkin memerlukan evaluasi kolonoskopi untuk
mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya. (Dipiro, 2008).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Studi analisis tinja meliputi pemeriksaan mikroorganisme, darah,
lendir, lemak, osmolalitas, pH, elektrolit dan mineral konsentrasi dan
budaya.
b. Test kit tinja berguna untuk mendeteksi virus gastrointestinal
khususnya rotavirus.
c. Pengujian serologis antibodi menunjukkan peningkatan titer selama
3-6 hari titik, tetapi tes ini tidak praktis dan tidak spesifik.
d. Kadang-kadang total volume tinja harian juga ditentukan.
e. Visualisasi endoskopi langsung dan biopsi usus mungkin dilakukan
untuk menilai adanya kondisi seperti radang usus atau kanker.
f. Studi radiografi membantu dalam kondisi neoplastik dan inflamasi
7. Algoritma Terapi
KASUS
Ny. B usia 28 tahun datang ke apotek mengeluhkan susah BAB. Sudah 2 hari
dikarenakan tidak suka makan sayur. Keadaan sedang hamil 7 bulan
Riwayat obat : belum mengkonsumsi obat apapun, hanya banyak minum air
putih saja tetapi mbaih susah BAB.
Selain itu Ny. B juga menanyakan obat diare untuk anaknya umur 3 tahun
yang mengeluhkan diare sejak kemarin akibat makan-makanan pedas BABnya
menjadi encer, dengan frekuensi BAB 4 kali sehari, tidak ada demam dan
tidak ada darah.
Riwayat pengobatan: -
Riwayat penyakit: -
Pasien : “Iya siang mba, saya mau membeli obat untuk susah buang air
besar mba..“
A. Kesimpulan
Swamedikasi merupakan pengobatan sendiri sebagai upaya untuk
mengatasi gejala-gejala penyakit yang timbul sehingga dapat memperbaiki
kesehatan. Dalam kasus ini penggalian informasi menggunakan metode
ashmethod. Pemilihan Lactulax sirup (laktulosa) yang bekerja dengan
mengalirkan cairan ke usus sehingga membuat tinja menjadi lebih lunak dan
mudah untuk dikeluarkan. Untuk diare diberikan lini pertama yaitu Indoralyte
sachet (oralit) dan Zincid sirup yang digunakan untuk mengatasi kondisi
kekurangan elektrolit dan mineral didalam tubuh akibat dehidrasi pada diare anak.
DAFTAR PUSTAKA
KELAS / KELOMPOK: E1 / 10
DISUSUN OLEH:
JAKARTA
2019