Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

INFUS KA-EN 1B

DISUSUN OLEH

KELOMPOK III :

Fanisa Millania (1041811035)

Fara Dina Nur F (1041811036)

Farah Fayruz S (1041811037)

Farichatun Nisa (1041811038)

Farida Dewi N (1041811039)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASI SEMARANG

2021
PEMBUATAN SEDIAAN INFUS INTRAVENA

(SEDIAAN VOLUME BESAR DOSIS TUNGGAL)

INFUS KA-EN 1B

I. Tujuan

Dapat membuat dan mengevaluasi sediaan infus.

II. PRAFORMULASI
1. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat

a. Glukosa

Merupakan suatu monosakarida yang dapat diberikan secara peroral mupun


intravena (sediaan infus) sebagai treatment dalam deplesi cairan dan karbohidrat.

b. Natrium klorida (NaCl)

Natrium klorida kira-kira memiliki komposisi berupa cairan ekstraseluler


tubuh. Kira-kira 0,9% larutan NaCl memiliki tekanan oamotik yang sama dengan
cairan tubuh. Natrium Klorida memberikan suplemen elektrolit. Natrium memberikan
kation utama dalam cairan ekstraseluler yang berfungsi mengatur distribusi air,
keseimbangan cairan, elektrolit dan tekanan osmotik cairan tubuh. Natrium bersama
klorida dan bikarbonat dalam keseimbangan regulasi asam basa. Klorida merupakan
anion utama dalam cairan ekstraseluler, mengikuti disposisi fisiologik natrium dan
mengubah keseimbangan asam basa dalam tubuh dengan fisiologik natrium dan
mengubah keseimbangan asam basa dalam tubuh dengan cara mengubah konsentrasi
serum klorida.

Injeksi Natrium Klorida mampu meningkatkan dieresis, tergantung dari


volume administer dan kondisi klinis pasien 0,9%. Natrium Klorida tidak
menyebabkan hemolisis eritrosit (Mc Evory. 2002 : 2547)

c. Carbo Adsorben

Carbo adalah arang halus (nabati/hewani) yang telah diaktifkan melalui proses
tertentu. Obat ini memiliki daya serap pada permukaannya (adsorpsi) yang kuat,
terutama pada zat-zat yang molekulnya besar seperti alkaloida, toksin bakteri atau zat-
zat beracun yang berasal dari makanan. Begitu pula banyak obat dapat diadsorpsi
pada carbo invivo, antara lain asetosal, paracetamol, Phenobarbital, fenotiasin,
digoksin,dll (Tan Hoan Tjay,2007 : 297).

d. Aqua pro injection

Aqua Pro Injection adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas
dengan cara yang sesuai, tidak mengandung bahan anti mikroba atau bahan tambahan
lainnya (Depkes RI, 2014: 112).

2. Tinjauan Sifat Fisikokimia Obat

a. Natrium Klorida (NaCl)

• BM NaCl : 58,44

• Pemerian : Hablur berbentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur


putih; rasa asin

• Kelarutan : Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam etanol
air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol (Depkes RI,2014:
917).

• Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat


menyebabkan pengguratan paertikel dari tipe gelas. (Handbook pf
Excipient,2000 : 672)

• Melting point : 804o C .

(Handbook of Pharmaceutical Exipient Fifth Edition, 2006 : 672 )

• pH stabil infus NaCl : 5,0 – 7,0.(Depkes RI,1979 : 166)

b. Glukosa

• BM :180,18

• Pemerian : hablur tidak berwarna, serbuk granul atau serbuk hablur putih,
tidak berbau, rasa manis
• Kelarutan : mudah larut dalam air mendidih, etanol mendidih, sedikit larut
dalam alkohol (FI IV hal 300)

• Melting point: 146 C

• E NaCl :0,16 (Sprowls hal 187)

• PH : 3,5 – 6,5 (dalam 20%w/v larutan air)

• Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan, dekstrosa stabil dalam keadaan


penyimpanan yang kering, dengan pemanasan tinggi dapat menyebabkan
reduksi pH dan karamelisasi dalam larutan (Martindale 28: 21)

c. Carbo Absorben

• Pemerian : Serbuk hitam, tidak berbau dan tidak berasa

• Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol.

(Depkes RI. 2014: 137)

d. Aqua Pro Injection

• Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

• Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)

• Kegunaan : Pembawa dan melarutkan

(FI IV hal 112, FI III hal 97)

3. Cara Sterilisasi Bahan

a. NaCl

Larutan disterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi. (Martindale 28, hal: 635)

b. Glukosa

Sterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 116 - 117°C selama 30 menit atau
filtrasi. (Martindale 28, hal 50)

c. Carbo Adsorben
Carbo Adsorben diaktifkan dengan oven suhu 100o C selama 30 menit .

(Depkes RI,1979 : 97)

d. Aqua p.i

Aqua p.i cara sterilisasi A atau B (Depkes RI,1979 : 97)

4. OTT
• NaCl
➔ Inkompatibilitas dengan logam Ag, Hg, dan Fe. (Hand Book of Excipient,
2000:440)
• Glukosa

→ Sianokobalamin, kanamisin SO4, novobiosin Na dan wafarin Na,Eritromisin,


Vit B komplek ( martindale 28 hal: 21)

• Carbo Adsorben

▫ Alkaloid, garam2 alkaloid tidak boleh digerus bersama-sama → akan


diabsorbsi.

▫ Magosii Peroxidum tidak boleh digerus bersama-sama → akan dioksidasi.

▫ Oxidator2 seperti KClO3, KMnO4, NaNO3 → terjadi ledakan

• Aqua p.i
→ bereaksi dengan obat dan bahan tamban yang mudah terhidrolisis
5. Cara Penggunaan
➔ Infus digunakan secara parenteral intravena dan harus dilakukan oleh tenaga
medis (perawat atau dokter)

III. FORMULASI
1. Permasalahan dan Penyelesaian

No PERMASALAHAN PENYELESAIAN
1 Sediaan infus harus steril Sterilisasi infus meliputi sterilisasi alat
dan sediaan (sterilisasi akhir dengan
otoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit)

2 Salah satu syarat dari sediaan infus Dilakukan depirogenasi dengan


adalah harus bebas pirogen menambahkan norit yang sudah
diaktifkan sebanyak 0,1% selagi hangat
atau dihangatkan bila perlu (600 – 700C)
(Jr. Wattimena. 1968 : 58)

3 Sifat karbo adsorben adalah menyerap Tiap zat-zat yang dikocok bersama
(daya serap kuat) zat-zat yang dikocok karbo adsorben diberi kelebihan 5%
bersamanya, sehingga dapat menyerap
(Jr.Wattimena. 1968: 107 )
zat-zat termasuk zat berkhasiat

4 Sediaan infus sedapat mungkin dibuat Isohidris : Sediaan dibuat pH 7,


isotonis, isohidris dan isoosmol agar mendekati pH fisiologis tubuh (7,4)
tidak terasa sakit saat disuntikkan. pH
Isoosmol : dengan perhitungan
stabil sediaan adalah antara 5 – 7,0
osmolaritas
dan ,ksediaan infuse harus dibuat pada
pH ± 7,4 (pH fisiologis tubuh).

5 Sediaan infus dilakukan penyaringan Diberi kelebihan 20% untuk membasahi


kertas saring

2. Formula Standar Formula yang dibuat

Na 38,5 mEq Na 38,5 mEq

Cl 38,5 mEq Cl 38,5 mEq

Glukosa 37,5 g Glukosa 37,5 g

Aqua p.i ad 1000 ml Carbo adsorben 0,1 %


(ISO Vol. 51 Halaman 365) Aqua p.i ad 1000 ml

3. Perhitungan Berat dan Volume


a. Volume kelebihan
Kelebihan volume injeksi dalam wadah untuk cairan encer lebih dari 50 ml adalah
2% (Farmakope Indonesia Edisi IV, hal:1044)
Perhitungan
V = vol pembuatan + ( penambahan volume )
= 500 ml + ( 2% x 500 ml )
= 500 ml + 10 ml
= 510 ml.

b. Untuk proses penyaringan diberi kelebihan 20%


V = volume pembuatan + (penambahan volume)
= 510 ml + (20% x 510 ml)
= 510 ml + 102 ml
= 612 ml

c. Perhitungan Bahan
1 botol infus

No Nama Bahan Perhitungan Jumlah

1. Na 38,5 mEq x = 23,562 mEq 23,562 mEq

2. 38,5 mEq x = 23,562 mEq 23,562 mEq


Cl

3. Glukosa 37,5 gram x = 22,95 gram 22,95 gram

4. Carbo Adsorben x 612 ml = 0,612 gram 0,612 g


5. Aqua p.i Ad 1000 ml x 612 ml

30 botol infus
No Nama Bahan Perhitungan Jumlah

1 NaCl 43,344

gram
=

= 1376 mg → 1,376 gram

Penambahan 5 %

→ bobot NaCl + {5 % x bobot NaCl}

→ 1,376 g + {5 % x 1,376 g}

→ 1,4448 gram

Bahan untuk 30 botol

➔ 30 x 1,4448 gram = 43,344 gram

2 Glukosa = 22,95 gram 722,925


gram
Penambahan 5 %

→ bobot glukosa+{5%xbobot
glukosa}

→ 22,95 g + {5% x 22,95 g}

→ 24,0975 g

Bahan untuk 30 botol

➔ 30 x 24,0975 g = 722,925 gram

3 Carbo Adsorben = 0,612 gram 18,36

Bahan untuk 30 botol gram

→30 x 0,612 g = 18,36 gram


4 Aqua p.i Ad 612 ml 18,36 liter

Bahan untuk 30 botol

→612 ml x 30 = 18360 ml

d. Perhitungan Osmolaritas
❑ BM NaCl = 58,44
❑ BM Glukosa = 180,18
(Depkes RI, 2014)

M Osmol =

M Osmol NaCl = = 76,93 mOsml →
= =2,2483 g/L
M Osmol Glukosa = = 208,12 mOsmol

Total mOsmol = mOsmol NaCl + mOsmoLGlukosa


= 76,93 mOsml + 208,12 mOsmol
= 285,05 mOsmol

Osmolaritas (mOsmol / L) Tonisitas

> 350 Hipertonis

329 – 350 Sedikit Hipertonis

270 – 328 Isotonis

250 – 269 Sedikit Hipotonis

0 – 249 Hipotonis

(Pharmaceutical Dosage Form Parenteral Medication vol 2 hal 60)


CARA PEMBUATAN
Alat – alat disterilkan.

Dikalibrasi botol infus 510 ml dan beaker glass 612 ml.

Ditimbang NaCl sebanyak 1,4448 g, lalu dimasukkan ke dalam beaker glass,


dilarutkan dengan aqua p.i hingga 600 ml (dicek pH 7), kemudian di ad 612 ml.
Ditambahkan glukosa sebanyak 24,0975 g.

Larutan dipanaskan suhu 60°C – 70°C, ditambah Carbo absorben sebanyak 0,612 g
yang telah diaktifkan pada suhu 100°C selama 30 menit, suhu larutan dijaga konstan
60°C - 70°C selama 15 menit sambil diaduk. Guna depirogenasi.

Disaring 2x (saring dengan kertas saring dimasukkan erlenmeyer dan saring kedua
dengan kertas Whatman dimasukkan kedalam botol infus sebanyak 510 ml. Guna
menghilangkan partikel-partikel yang tidak diinginkan.

Fungsi penyaringan 2x :untuk menghilangkan partikel-partikel yang masih ada dalam


sediaan sebab injeksi intravena harusa dalam kondisi jernihfungsi penambahan.

Disterilkan dengan autoklaf pada suhu 115 derajat celcius selama 20 menit,
absorben tidak boleh lebih dari 0,25

Dikemas dan diberi etiket.

(FI Edisi IV 1995)


e. Cara Sterilisasi Sediaan
▫ Pemanasan dalam Autoklaf (Cara A)
Sediaan yang akan disterilkan diisikan kedalam wadah yaang cocok, kemudian
ditutup kedap.

Jika volume tiap wadah tidak lebih dari 1000 ml, sterilisasi dilakukan dengan uap air
jernih pada suhu 115°C - 116°C selama 30 menit.

▫ Penyaringan (Cara C)
Larutan disaring melalui penyaringan bakteri steril

Lalu diisikan kedalam wadah akhir yang steril, kemudian ditutup kedap dengan cara
aseptik.

Larutan harus melalui syarat uji sterilitas yang tertera pada FI.

(Formularium Nasional, 1978 Hal 323 –324)

▫ Sterilisasi Botol Infus (kaca) dengan oven suhu 200°C selama 1 jam.

IV. PELAKSANAAN
1. Penyiapan Alat

No. Alat Jumlah Ukuran Sterilisasi Waktu

1 Botol Infus 30 500 mL Oven 250oC 30 menit

2 Beaker glass 1 1L Autoklaf 15 menit


121oC

3 Batang 1 Besar Autoklaf 15 menit


Pengaduk 121oC

4 Tutup Karet 30 Besar Autoklaf 15 menit


Infus 121oC

5 Pipet Tetes 2 Besar Autoklaf 15 menit


121oC

6 Kertas 2 Besar Autoklaf 15 menit


Whattman 121oC

7 Kertas Saring 2 Besar Autoklaf 15 menit


121oC

8 Termometer 1 Besar Dengan -


alkohol

9 Serbet bersih 2 - - -

10 Corong kaca 1 Besar Autoklaf 15 menit


121oC

11 Plat tetes 1 Kecil - -

12 Karet pipet 2 Besar Autoklaf 15menit


121oC

13 Pinset 1 Kecil Autoklaf 15menit


121oC

14 Sendok logam 2 Besar Autoklaf 15menit


121oC

15 Bunsen 1 Besar - -

16 Erlemeyer 2 1L Autoklaf 15menit


121oC

17 Sudip 2 Besar Dipijarkan 20 detik


dengan api
langsung

18 Asbes & kaki 1 besar - -


tiga

2. Pencucian dan Pembungkusan Alat

a. Alat gelas

Alat – alat gelas direndam dalam larutan teepol 0.5%, kemudian direbus.

Alat – alat gelas direndam dalam larutan teepol 0.5%, kemudian direbus.

Alat – alat gelas tersebut disikat sampai bersih (alat – alat setelah disikat, dibilas
dengan air kran mengalir sebanyak 3 kali).

Alat – alat dibilas dengan air bebas pirogen sebanyak 3 kali.

Alat – alat dikeringkan dengan oven suhu ±100 °C dengan keadaan terbalik.

Alat - alat yang telah kering dilakukan pengecekan terhadap noda, apabila masih kotor
dilakukan pencucian lagi.

Alat yang bersih dan kering kemudian dibungkus rangkap 2 dan dilakukan sterilisasi
dengan menggunakan autoklaf suhu 121 °C selama 15 menit.
b. Alat Karet

Direndam kembali dalam larutan HCl 2% selama 2 hari.

Alat – alat karet direndam dalam larutan campuran Teepol 1% dan Na2CO3 1% selama
1 hari

Dididihkan selama 15 menit (diulangi sampai bersih dengan larutan baru).

Alat karet dalam rendaman dimasukkan di autoklaf pada shu 115 °C selama 15 menit,
lakukan 1 atau 2 kali sampai larutan tersebut jernih.

Alat – alat karet dibilas dengan spiritus dilutes dan aquadestilata sama banyak sampai
bersih.

Alat – alat tersebut dibungkus rangkap 2 dan dilakukan sterilisasi dengan autoklaf pada
suhu 121 °C selama 15 menit.

c. Botol Infus

Botol Infus direndam dalam larutan teepol 0.5%, kemudian direbus.

Botol Infus tersebut disikat sampai bersih (alat – alat setelah disikat, dibilas dengan
air kran mengalir sebanyak 3 kali.

Botol Infus dibilas dengan air bebas pirogen sebanyak 3 kali.


▫ B
o
t
o
l
▫ B
Botol Infus dikeringkan dalam oven suhu ± 100 °C odengan keadaan terbalik.
t
▫ B
o
ol
Botol Infus yang telah kering dilakukan pengecekan terhadap noda, apabila masih
kotor dilakukan pencucian lagi. t
oI
▫ lnB
fo
Botol Infus yang bersih dan kering kemudian dibungkus rangkap 2 dan dilakukan
sterilisasi dengan menggunakan autoklaf suhu 121Iut°C selama 15 menit.
nso
fl
V. DATA EVALUASI: PROSEDUR KERJA ud
1. Uji Kejernihan (Lachman, 1994 Hal 1356) siI
kn
Diletakkan sediaan infus KA-EN1B pada layar berwarna hitam.
def
▫ iru B
Diamati adanya partikel asing didalamnya. kis o
en t
▫ rgd B
o
Dibolak – balik infus dan diamati adanya partikel yang
ik ol melayang.
nak t
gne oI
2. Uji Ph (FI Edisi IV, 1995 Hal 1039 – 1040) kr ln
Diambil secukupnya infus KA-3N1B dengan spuitadi f
na Iu
▫lg nsB
Ditempatkan pada plat tetes dak f o
amudt
▫ln si B
o
ao klo
Diukur pH dengan menggunakan pH indikator universal
vd edt
m
pH infus = 7
ea ir oI
onl ki ln
va enf
esmrgIu
nu iksn
3. Uji 5 – HMF
Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan 1,0 g dekstrosa

▫ B
Encerkan dengan air hingga 250,0 ml. o
t
▫ B
o
Ukur serapan pada panjang gelombang serapan olmaksimum lebih kurang 284 nm
t 0,25.
menggunakan air blangko : serapan tidak lebih dari
oI
Syarat lain : Memenuhi syarat seperti tertera pada injeksi
ln
(FI Edisi V, 2014 Hal 297
f
Perhitungan : Iu
37,5 gram/1000 ml dekstrosa
1 gram / 250 ml x 100% = 0,4% ns
1 gram/250 ml dekstrosa
V1 . C1 = V2 . C2 f
V1 . 3,75% = 25 ml . 0,4% =ud → 9,375 g/250 ml

V1 = 2,6 ml ad 25 ml si
= x 100 % = 3,75 %
k
de
Dipipet 25 ml infus KA-EN1B
ir
ki
▫ B
en
Dimasukkan labu takar 250 ml di ad dengan aqua p.io diukur dengan serapan pada α
rg
284 nm menggunakan spektrofotometer UV. t
ik
o
na FI Edisi V, 2014 Hal 297
l
gn
4. Uji Pirogen k
I
ad
Larutan dipanaskan pada suhu 250˚Cn selama 30 menit
na
f
l
▫ Bu
da
o s dari asbes
saring dengan penyaring bakteri
am
t
l
▫ B od
ao
Lewatkan dalam kolom Al2O3 , panaskan dalam ol iarang pengabsorbsi 0,1% pada
mv
suhu 60˚C selama 5-10 menittsambil diaduk
k
e
oI e
on
ln r
▫ B
o
Kemudian disaring dengan kertas saring rangkap 2 atau dengan filter asbes
t
o
l
V. WADAH

a. Etiket I
n

PT. KELU FARMA f


No. Reg : GKL 1882217843B2 u

INFUS KA-EN 1B s
Dekstrosa dan NaCl
Steril dan Bebas Pirogen
d
LARUTAN INFUS UNTUK PEMAKAIAN
INTRA VENA i
Komposisi :
Setiap 500 ml mengandung : k
Na 38,5 mEq e
Cl 38,5 mEq
Glukosa 37,5 g r
Carbo adsorben 0,1 % i
Aqua p.i ad 1000 ml
n
BATCH : 704286513

MD : Maret 2031
g
ED : Maret 2021 k
500 ml a
Simpan pada suhu (25-30℃) n

d
a
l
a
m

o
v
e
n

s
b. Kemasan

INFUS KA-EN 1B

Komposisi :
Setiap 500 ml mengandung :
HARUS DENGAN
Dextrosa 2,5 %
RESEP DOKTER
NaCl 0,45 %
INFUS KA-EN 1B Carbo adsorben 0,1 %
INFUS KA-EN 1B
Dextrosa dan NaCl Aqua p.i ad 500 ml Dextrosa dan NaCl
Jangan Diterima
Steril dan Bebas Pirogen Steril dan Bebas Pirogen Bila Kemasan Rusak
Indikasi :
Sebagai infus awal pasien
usia 3th/15 kgBB

No. Reg : GKL 1882217843B2


KETERANGAN LEBIH BATCH : 704286513
LANJUT LIHAT PADA
MD : Maret 2031
BROUSUR
ED : Maret 2021

Netto : 500 ml Netto : 500 ml

PT. KELU FARMA PT. KELU FARMA


INDONESIA INFUS KA-EN 1B
INDONESIA
c. brosur

INFUS KA-EN 1B
Komposisi:
Setiap 500 ml mengandung :
Na 38,5 mEq
Cl 38,5 mEq
Glukosa 37,5 g
Carbo adsorben 0,1 %
Aqua p.i ad 1000 ml
MEKANISME KERJA OBAT
Senyawa ini meningkatkan kadar glukosa darah sehingga
dapat memenuhi kebutuhan kalori dan dapat sebagai larutan
pengganti saline normal
INDIKASI
Sebagai infus awal pasien usia 3th/15kgBB
KONTRA INDIKASI
Hipersensitivitas, retensi natrium dan edema, gagal jantung
kongensif, gsgsl ginjal
EFEK SAMPING
Pengingkatan glukosa darah, pembekuan darah, mual
CARA PEMBERIAN
Diinjeksikan langsung secara intravena
DOSIS
Dewasa 500 – 1000 ml secara lv
Kecepatan infus 300 – 500/ jam (dewasa) dan 50 – 100 ml/jam
(anak – anak )
KEMASAN
BATCH : 704286513
Larutan infus 500 ml
Simpan pada suhu (25-30℃) MD : Maret 2021
PT. KELU FARMA ED : Maret 2021

VI. DAFTAR PUSTAKA


• Anonim. 2017. Informasi Spesialite Obat (ISO). Volume 51. Jakarta:
PT ISFI.
• Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
• Anonim. 1978, Formularium Nasional, Edisi Kedua, Departemen
Kesehatan. Republik Indonesia.
• Ansel, H.C. Popovich, N.G. and Allen., L.. Jr., 1995, Pharmaceutical
Dosage Form and Drug Delivery Systems. 6th , Lea and Febriger.
• DepKes, RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, depkes RI, Jakarta.
• Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik. Indonesia Nomor 5. Jakarta: Depkes RI.
• Handbook of Pharmaceutical Excipients, Fifth. Edition, 346,
Pharmaceutical Press, UK.
• Kementerian Kesehatan RI, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V,
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
• Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi Kedua, UI Press, Jakarta.
• Martindale : The Extra Pharmacopoeia 28th ed., 1982. The
Pharmaceutical Press,London.
• Sprowls Jr.,JB.,1970. Prescription Pharmacy, 2nd ed., 247 Lippincott.,
Philadelphia.
• Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting
Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262,
269-271, PT. Elex Media Komputindo, JakartaSprowls Jr.,JB.,1970.
Prescription Pharmacy, 2nd ed., 247 Lippincott., Philadelphia.
• Usman suwandi. 1988. Uji Pirogenitas dengan kelinci dan limulus
amebhoechyl lysate. Cermin Dunia Kedokteran no.52.
• Wattimena, J.R. 1987. Farmakodinamik dan Terapi Antibiotika.
Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Semarang, 3 Maret 2021

Dosen Pengampu Praktikan

Apt. Lilies Wahyu A, M.Sc Fanisa Millania P

Apt. Suwarmi, M.Sc Fara Dina Nur F

Farah Fayruz S
Farichatun Nisa

Farida Dewi N

Anda mungkin juga menyukai