Anda di halaman 1dari 10

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kentang

Kentang memiliki nama ilmiah Solanum tuberosum L. Dalam dunia

tumbuhan, kentang diklasifikasikan sebagai berikut (Ratnasari, 2010).

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum L.

Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae

yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang". Tanaman

ini berasal dari daerah subtropika, yaitu dataran tinggi Andes Amerika Utara.

Daerah yang cocok untuk budi daya kentang adalah dataran tinggi atau

pegunungan dengan ketinggian 1.000-1.300 meter di atas permukaan laut, curah

hujan 1.500 mm per tahun, suhu rata-rata harian 18-21oC, serta kelembaban udara

80-90%. Tanaman kentang adalah salah satu tanaman budidaya tetraploid yang

merupakan (tanaman pendek tidak ber kayu) semusim. Kentang membentuk umbi

di bawah permukaan tanah dan menjadi sarana perbanyakan secara vegetatif.

Dalam budidaya kentang, perbanyakan dilakukan melalui model ini sehingga

keragaman kentang di ladang sangat rendah (Gklinis, 2009 cit. Ratnasari, 2010).
Kentang merupakan tanaman dikotil bersifat musiman, berbentuk

semak/herba dengan filotaksis spiral. Tanaman ini pada umumnya ditanam dari

umbi (vegetatif) sehingga sifat tanaman generasi berikutnya sama dengan

induknya. Stolon tumbuh secara horizontal sepanjang 12,5-30 cm, menebal bagian

ujungnya untuk membentuk umbi. Periode inisiasi pembentukan umbi terjadi pada

5-7 minggu setelah tanam. Pada saat ini, tinggi bagian tanaman yang tumbuh di

atas permukaan tanah berkisar antara 15-30 cm. Jumlah umbi yang tinggi

memerlukan kondisi yang baik selama minggu pertama dan kedua periode inisiasi

pembentukan umbi (Ratnasari, 2010).

Batang kentang kecil, lunak, bagian dalamnya berlubang dan bergabus.

Bentuknya persegi, tertutup dan dilapisi bulu-bulu halus. Pada dasar batang utama

akan tumbuh akar dan stolon. Stolon yang beruas ini akan membentuk umbi,

tetapi ada yang tumbuh menjadi tanaman baru. Dengan demikian, stolon

merupakan perpanjangan dari batang. Dengan kata lain umbi kentang merupakan

batang yang membesar. Sementara itu, akarnya bercabang membentuk akar

rambut yang berfungsi menyerap hara makanan dari dalam tanah (Sunarjono,

2007).

Helaian daun berbentuk lonjong, dengan ujung meruncing, memilki anak

daun primer dan sekunder, tersusun dalam tangkai daun secara berhadap hadapan

(daun majemuk) yang menyirip ganjil. Warna daun hijau atau hijau keputihan.

Posisi tangkai daun utama terhadap batang membentuk sudut kurang dari 450.

Pada dasar tangkai daun terdapat tunas ketiak yang dapat berkembang menjadi

cabang sekunder (Rukmana, 2006).


Bunga kentang tumbuh di ketiak daun, dan berjenis kelamin dua serta

berwarna kuning keputihan atau ungu. Putik lebih cepat masak dari pada benang

sari dengan tangkai yang dilingkari oleh benang sari berwarna kekuning-kuningan

(Setiadi & Surya, 1994).

Akar memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tunggang bisa

menembus sampai kedalaman 45 cm. Sedangkan akar serabutnya tumbuh

menyebar (menjalar) ke samping dan menembus tanah dangkal. Akar berwarna

keputih-putihan, halus dan berukuran sangat kecil. Dari akar-akar ini ada akar

yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi bakal umbi (stolon) dan

akhirnya menjadi umbi (Setiadi, 2009).

Kentang adalah sumber karbohidrat yang juga kaya mineral dan vitamin.

Khasiat dari kentang antara lain adalah mencegah kanker, pengobatan asam urat,

ginjal, sistem lambung dan jantung, untuk kesehatan lever, jaringan otot, untuk

proses peremajaan kulit. Kandungan gizi kentang dalam 100 g kentang antara

lain: Protein 2,00 g, lemak 0,30 g, karbohidrat 19,10 g, kalsium 11,00 mg, fosfor

56,00 mg, serat 0,30 g, besi 0,30 mg, vitamin B1 0.09 mg, vitamin B2 0,03 mg,

vitamin C 16,00 mg, dan niacin 1,40 mg. Namun demikian terdapat zat racun

yang terkandung dalam kentang yaitu Solanin. Kentang yang mengandung zat ini

diindikasikan berwarna hijau (Mlandhing, 2008 cit. Dewi, 2015).

B. Pembibitan Kentang

Kegiatan pemeliharaan dan pembibitan kentang bibit lebih intensif dari

pada kentang konsumsi. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada pembibitan

selain pengendalian hama dan penyakit juga dilakukan seleksi tanaman (rouging).
Rouging adalah membuang tanaman yang menyimpang dari tanaman utama

dengan tujuan untuk menjaga kemurnian tanaman. Tanaman yang menyimpang

tersebut dapat berupa campuran dari varietas lain, tanaman abnormal, tanaman

sakit, tanaman yang terserang virus, dan gulma (Sulaeman et al., 1997).

Waktu panen tanaman kentang untuk pembibitan yang baik adalah ketika

bagian atas tanaman sudah mati dan mengering. Umur panen tergantung varietas

dan iklim. Umbi yang siap panen dapat dilihat dari kulit umbi yang melekat

dengan daging umbi dan tidak terkelupas jika ditekan. Umbi yang telah dipanen

harus di sortasi dan grading di lapangan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk

mencegah terbawanya kentang bibit yang telah terinfeksi penyakit ke gudang

penyimpanan. Pembibitan kentang adalah kegiatan menghasilkan umbi kentang

yang diarahkan untuk dipergunakan sebagai bahan tanam musim berikutnya

(Sahat et al.,1989). Tanaman kentang pada umumnya diperbanyak dengan umbi.

Umbi kentang terbentuk dari pembengkakan stolon. Kentang yang diperbanyak

melalui umbi yaitu penanaman umbi kentang yang telah mengalami pertunasan

dan siap tanam. Ada 5 bentuk bibit kentang yaitu bibit dorman, bibit muda (apical

dominance), bibit normal, bibit dengan tunas bercabang dan bibit yang sudah tua.

Bibit dorman adalah bibit yang masih dalam masa istirahat dan tidak memiliki

tunas. Bibit muda (apical dominance) yaitu bibit yang memiliki satu mata tunas

yang tumbuh pada ujung umbi (tunas apikal). Bibit normal yaitu bibit yang

memiliki banyak tunas (multiple sprout growth) sedangkan bibit dengan tunas

yang telah bercabang (branched sprout growth) mulai memasuki fase tua. Bibit

yang sudah tua (senility) yaitu tunas bibit telah bercabang dan umbi telah keriput
karena kehilangan bobot yang tinggi akibat respirasi dan kekurangan cadangan

makanan (Beukema & Zaag 2007 cit. Jufri 2011).

Ukuran umbi bibit yang digunakan petani dalam budidaya tanaman

kentang yaitu 30-80 g/umbi, sedangkan menurut Setiadi (2009) ukuran umbi bibit

yang baik adalah 30-60 g/umbi. Pada dasarnya semua berat umbi bibit kentang

dapat dipakai untuk dijadikan sebagai bibit. Ukuran umbi untuk dijadikan bibit

mempunyai berat per umbi 30-80 g. Apabila memilih bibit yang beratnya kurang

dari 30 g bahkan dibawah 20 g produksinya akan rendah (Arifin et al., 2014).

C. Penyimpanan Bibit Kentang

Umbi kentang memiliki masa dormansi dan membutuhkan waktu untuk

bertunas. Lama dormansi tergantung varietas, cuaca, keadaan saat tanam, umur

umbi ketika panen dan kondisi gudang penyimpanan. Kondisi gudang

penyimpanan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan selama umbi

mengalami masa dormansi. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan selama

penyimpanan umbi yaitu suhu, kelembaban dan sirkulasi udara pada gudang.

Suhu yang rendah selama penyimpanan dapat memperpanjang umur fisiologis dan

meningkatkan produksi (Sahat et al., 1989).

Penyimpanan bibit kentang dengan suhu di bawah 200C akan merusak

pertumbuhan tunas sedangkan penyimpanan umbi pada suhu tinggi (180-250C)

dapat mempercepat pertunasan. Kelembaban gudang yang baik untuk pembibitan

yaitu sekitar 75-90%. Kelembaban yang terlalu kering akan menyebabkan

besarnya kehilangan bobot pada umbi, sedangkan kelembaban yang terlalu tinggi

dapat mempermudah pengembunan yang menyebabkan umbi lembab dan akan


mengalami pembusukan. Sirkulasi udara gudang yang baik akan mencegah infeksi

hama dan penyakit pada umbi. Sirkulasi udara pada gudang dapat dijaga dengan

tidak menumpuk umbi terlalu padat (Jufri, 2011).

D. Dormansi

Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme

hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak

mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu

reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat

fisik, kimiawi dan biologi. Lama dormansi tergantung varietas, cuaca, keadaan

bibit, umur umbi ketika panen dan kondisi gudang penyimpanan, kondisi gudang

penyimpanan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan selama umbi

mengalami masa dormansi. Faktor - faktor yang perlu diperhatikan selama

penyimpanan umbi yaitu suhu, kelembaban dan sirkulasi udara pada gudang.

Dormansi pada umbi kentang yaitu umbi tidak akan bertunas sampai

waktu tertentu walaupun telah diberikan kondisi pertumbuhan tunas yang paling

optimum. Dormansi pada umbi kentang dipengaruhi oleh varietas, umur umbi

ketika panen, keadaan lingkungan saat tanam, dan kondisi simpan umbi (Beukema

& Zaag, 2007 cit. Jufri, 2011)

Umbi bibit kentang jika ditanam masih dalam masa dormansi,

pertumbuhannya akan lambat dan produktivitasnya akan rendah, bahkan jika

penanaman dilakukan pada musim hujan, maka umbi bibit bisa membusuk

sebelum bertunas. Demikian juga, umbi bibit yang disimpan terlalu lama sampai
tunasnya sudah panjang sekali sebaiknya tidak digunakan sebagai bibit (Samadi,

2007).

Umbi bibit yang mempunyai panjang tunas lebih pendek memiliki kondisi

yang kuat dan tidak rawan patah saat penanaman, berbeda dengan panjang tunas

yang lebih panjang diduga kondisinya lebih rentan dan rawan patah saat

penanaman, sehingga tanaman justru memerlukan waktu yang lebih lama untuk

muncul ke permukaan (Senjayani, 2001 cit. Arifin et al., 2014).

Dormansi umbi kentang disebabkan oleh faktor internal dan ekternal umbi

yang berpengaruh pada kandungan relatif hormon-hormon dalam kuncup atau

mata tunas yang menentukan pembentukan dan mengakhiri masa dormansi

(Zelleke & Kliwer, 1989 cit. Gosal et al., 2008). Penyebab utama dormansi adalah

inhibitor-ß kompleks. Komponen yang paling banyak pada inhibitor-ß

kompleks.adalah asam absisi (ABA). Masa dormansi kentang dapat dihubungkan

dengan rendahnya kandungan gibberellin dalam umbi. Hasil penelitian yang yang

didasarkan pada analisis cairan xylem tanaman Peach dan tunas-tunas Appel,

konsentrasi asam absisi (ABA) dalam cairan xylem 10 kali lebih tinggi selama

dormansi daripada selama periode pertumbuhan (Wattimena, 1988). Sebaliknya

apabila inhibitor-ß konsentrasinya rendah atau konsentrasi giberellin tinggi dalam

umbi kentang maka akan terjadi pertumbuhan tunas. Peningkatan asam giberellin

menyebabkan terjadinya pertumbuhan karena pengaruh asam absisi (ABA)

ditutupi oleh nisbah giberellin dengan asam absici (ABA) tinggi (Gardner et al.,

1985 cit. Gosal et al., 2008).


Varietas kentang yang berbeda akan mempengaruhi umur dormansi dan

perkembangan fisiologi. Ada 5 tahap perkembangan fisiologi umbi kentang mulai

dari umbi bertunas, membentuk tanaman, induksi dan pertumbuhan stolon,

pembentukan umbi dan pemasakan umbi. Varietas kentang yang berbeda akan

mempengaruhi umur dormansi dan perkembangan fisiologi. Ada 5 tahap

perkembangan fisiologi umbi kentang mulai dari umbi bertunas, membentuk

tanaman, induksi dan pertumbuhan setolon, pembentukan umbi dan pemasakan

umbi. Masa pemasakan umbi akan mempengaruhi waktu panen umbi (Rowe,

1993 cit. Jufri 2011).

Dormansi memiliki keuntungan dan kekurangan dalam musim tanam.

Dormansi dapat mempertahankan umur umbi lebih lama, dapat mencegah

pertunasan di lapangan dan merupakan mekanisme untuk mempertahankan hidup.

Kekurangan dari dormansi yaitu umbi kentang tidak dapat ditanam sepanjang

tahun, dan membutuhkan waktu yang lama untuk bertunas sehingga dibutuhkan

cara untuk mematahkan sifat dormansi pada umbi kentang (Goldsworthy &

Fisher, 1992)

E. Giberelin (GA3)

Giberelin merupakan pengatur pertumbuhan paling aktif. Efeknya yang

paling nyata adalah memodifikasi pertumbuhan. Senyawa giberelin dapat diurai

menjadi serangkaian senyawa yang aktif secara fisiologis. Secara kimia, giberelin

memiliki bagian penting umum yaitu rangka gibban. Aktivitas GA3 dalam daun

tinggi pada saat pembentukan stolon kentang, kemudian turun drastis pada saat

inisiasi umbi. Rendahnya kadar GA3 pada tanaman dapat disebabkan oleh adanya
hari pendek (Ratnasari, 2010). Percobaan pada kentang menunjukan bahwa

giberelin mampu memecahkan dormansi umbi kentang. Cara kerja giberelin

dalam pertunasan diawali dengan terjadinya penyerapan (imbibisi) air,

merangsang sintesis giberelin yang kemudian giberelin berdifusi ke lapisan dalam

dan merangsang sintesis enzim (Davies, 2004 cit. Ulfa, 2015).

Samanhudi (2008) mengemukakan bahwa pada inisiasi umbi, peranan

fitohormon dalam dormansi dapat ditentukan oleh giberelin. Terdapat bukti bahwa

dormansi umbi selama penyimpanan dapat dipatahkan dengan aplikasi GA3

secara eksogen. Pada fase pertumbuhan tanaman selanjutnya, konsentrasi GA3

menurun selama induksi umbi, dan tanaman yang pengumbiannya distimulasi

oleh lingkungan, proses pengumbian dapat dihambat oleh aplikasi GA3 secara

eksogen.

Pada penelitian Dwi et al., 2012. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa

penggunaan giberelin dengan konsentrasi 100 ppm pada umbi subang gladio

mampu memberikan hasil yang paling baik dalam mempercepat masa dormansi,

mempercepat pertunasan, mempercepat waktu muncul daun pertama dan rasio

tunas tumbuh per tunas potensial, terlihat bahwa rerata waktu muncul tunas pada

perlakuan konsentrasi 100 ppm terbukti mampu memunculkan tunas dalam waktu

yang singkat yaitu 14 hari. Variabel waktu munculnya tunas merupakan indikator

suatu subang sudah patah dormansinya. Pengaruh pemberian senyawa pada

berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap waktu munculnya tunas.

Pada banyak varietas atau material perbanyakan kentang , giberelin dapat

mempercepat pertunasan disaat periode dormansi hampir selesai. Terdapat


beragam kombinasi dalam menggunakan konsentrasi giberelin, tingkat

penggunaannya sering kali bergantung pada material umbi dan tahapan

dormansinya. Sangat direkomendasikan menggunakan konsentrasi 5-10 ppm

untuk mematahkan dormansi dari berbagai macam umbi khususnya yang sudah

tua atau memiliki banyak luka dan potongan. Konsentrasi yang lebih tinggi

dibawah 100 ppm dapat diterapkan pada umbi yang baru saja dipanen (Bryan,

1989).

Pada penelitian Sari 2012, menunjukan bahwa lama perendaman dengan

tiga taraf, yaitu 30 menit, 45 menit dan 60 menit tidak berbeda nyata. Sedangkan

pemberian konsentrasi GA3 pada umbi bibit kentang mampu mempercepat

muncul tunas pertama dan jumlah hari untuk bertunas 50% pada konsentrasi 30

ppm dan berpengaruh terhadap panjang tunas terpanjang pada konsentrasi 20

ppm. Sedangkan pada jumlah tunas yang muncul perumbi dan jumlah hari untuk

bertunas 100% tidak berbeda nyata.

F. Hipotesis

Diduga giberelin mampu mematahkan dormansi bibit kentang. konsentrasi

giberelin yang paling baik untuk mematahkan dormansi bibit kentang adalah 100

ppm

Anda mungkin juga menyukai