TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Kentang
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang". Tanaman
ini berasal dari daerah subtropika, yaitu dataran tinggi Andes Amerika Utara.
Daerah yang cocok untuk budi daya kentang adalah dataran tinggi atau
hujan 1.500 mm per tahun, suhu rata-rata harian 18-21oC, serta kelembaban udara
80-90%. Tanaman kentang adalah salah satu tanaman budidaya tetraploid yang
merupakan (tanaman pendek tidak ber kayu) semusim. Kentang membentuk umbi
keragaman kentang di ladang sangat rendah (Gklinis, 2009 cit. Ratnasari, 2010).
Kentang merupakan tanaman dikotil bersifat musiman, berbentuk
semak/herba dengan filotaksis spiral. Tanaman ini pada umumnya ditanam dari
induknya. Stolon tumbuh secara horizontal sepanjang 12,5-30 cm, menebal bagian
ujungnya untuk membentuk umbi. Periode inisiasi pembentukan umbi terjadi pada
5-7 minggu setelah tanam. Pada saat ini, tinggi bagian tanaman yang tumbuh di
atas permukaan tanah berkisar antara 15-30 cm. Jumlah umbi yang tinggi
memerlukan kondisi yang baik selama minggu pertama dan kedua periode inisiasi
Bentuknya persegi, tertutup dan dilapisi bulu-bulu halus. Pada dasar batang utama
akan tumbuh akar dan stolon. Stolon yang beruas ini akan membentuk umbi,
tetapi ada yang tumbuh menjadi tanaman baru. Dengan demikian, stolon
merupakan perpanjangan dari batang. Dengan kata lain umbi kentang merupakan
rambut yang berfungsi menyerap hara makanan dari dalam tanah (Sunarjono,
2007).
daun primer dan sekunder, tersusun dalam tangkai daun secara berhadap hadapan
(daun majemuk) yang menyirip ganjil. Warna daun hijau atau hijau keputihan.
Posisi tangkai daun utama terhadap batang membentuk sudut kurang dari 450.
Pada dasar tangkai daun terdapat tunas ketiak yang dapat berkembang menjadi
berwarna kuning keputihan atau ungu. Putik lebih cepat masak dari pada benang
sari dengan tangkai yang dilingkari oleh benang sari berwarna kekuning-kuningan
Akar memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tunggang bisa
keputih-putihan, halus dan berukuran sangat kecil. Dari akar-akar ini ada akar
yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi bakal umbi (stolon) dan
Kentang adalah sumber karbohidrat yang juga kaya mineral dan vitamin.
Khasiat dari kentang antara lain adalah mencegah kanker, pengobatan asam urat,
ginjal, sistem lambung dan jantung, untuk kesehatan lever, jaringan otot, untuk
proses peremajaan kulit. Kandungan gizi kentang dalam 100 g kentang antara
lain: Protein 2,00 g, lemak 0,30 g, karbohidrat 19,10 g, kalsium 11,00 mg, fosfor
56,00 mg, serat 0,30 g, besi 0,30 mg, vitamin B1 0.09 mg, vitamin B2 0,03 mg,
vitamin C 16,00 mg, dan niacin 1,40 mg. Namun demikian terdapat zat racun
yang terkandung dalam kentang yaitu Solanin. Kentang yang mengandung zat ini
B. Pembibitan Kentang
selain pengendalian hama dan penyakit juga dilakukan seleksi tanaman (rouging).
Rouging adalah membuang tanaman yang menyimpang dari tanaman utama
tersebut dapat berupa campuran dari varietas lain, tanaman abnormal, tanaman
sakit, tanaman yang terserang virus, dan gulma (Sulaeman et al., 1997).
Waktu panen tanaman kentang untuk pembibitan yang baik adalah ketika
bagian atas tanaman sudah mati dan mengering. Umur panen tergantung varietas
dan iklim. Umbi yang siap panen dapat dilihat dari kulit umbi yang melekat
dengan daging umbi dan tidak terkelupas jika ditekan. Umbi yang telah dipanen
melalui umbi yaitu penanaman umbi kentang yang telah mengalami pertunasan
dan siap tanam. Ada 5 bentuk bibit kentang yaitu bibit dorman, bibit muda (apical
dominance), bibit normal, bibit dengan tunas bercabang dan bibit yang sudah tua.
Bibit dorman adalah bibit yang masih dalam masa istirahat dan tidak memiliki
tunas. Bibit muda (apical dominance) yaitu bibit yang memiliki satu mata tunas
yang tumbuh pada ujung umbi (tunas apikal). Bibit normal yaitu bibit yang
memiliki banyak tunas (multiple sprout growth) sedangkan bibit dengan tunas
yang telah bercabang (branched sprout growth) mulai memasuki fase tua. Bibit
yang sudah tua (senility) yaitu tunas bibit telah bercabang dan umbi telah keriput
karena kehilangan bobot yang tinggi akibat respirasi dan kekurangan cadangan
kentang yaitu 30-80 g/umbi, sedangkan menurut Setiadi (2009) ukuran umbi bibit
yang baik adalah 30-60 g/umbi. Pada dasarnya semua berat umbi bibit kentang
dapat dipakai untuk dijadikan sebagai bibit. Ukuran umbi untuk dijadikan bibit
mempunyai berat per umbi 30-80 g. Apabila memilih bibit yang beratnya kurang
bertunas. Lama dormansi tergantung varietas, cuaca, keadaan saat tanam, umur
penyimpanan umbi yaitu suhu, kelembaban dan sirkulasi udara pada gudang.
Suhu yang rendah selama penyimpanan dapat memperpanjang umur fisiologis dan
besarnya kehilangan bobot pada umbi, sedangkan kelembaban yang terlalu tinggi
hama dan penyakit pada umbi. Sirkulasi udara pada gudang dapat dijaga dengan
D. Dormansi
hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat
fisik, kimiawi dan biologi. Lama dormansi tergantung varietas, cuaca, keadaan
bibit, umur umbi ketika panen dan kondisi gudang penyimpanan, kondisi gudang
penyimpanan umbi yaitu suhu, kelembaban dan sirkulasi udara pada gudang.
Dormansi pada umbi kentang yaitu umbi tidak akan bertunas sampai
waktu tertentu walaupun telah diberikan kondisi pertumbuhan tunas yang paling
optimum. Dormansi pada umbi kentang dipengaruhi oleh varietas, umur umbi
ketika panen, keadaan lingkungan saat tanam, dan kondisi simpan umbi (Beukema
penanaman dilakukan pada musim hujan, maka umbi bibit bisa membusuk
sebelum bertunas. Demikian juga, umbi bibit yang disimpan terlalu lama sampai
tunasnya sudah panjang sekali sebaiknya tidak digunakan sebagai bibit (Samadi,
2007).
Umbi bibit yang mempunyai panjang tunas lebih pendek memiliki kondisi
yang kuat dan tidak rawan patah saat penanaman, berbeda dengan panjang tunas
yang lebih panjang diduga kondisinya lebih rentan dan rawan patah saat
penanaman, sehingga tanaman justru memerlukan waktu yang lebih lama untuk
Dormansi umbi kentang disebabkan oleh faktor internal dan ekternal umbi
(Zelleke & Kliwer, 1989 cit. Gosal et al., 2008). Penyebab utama dormansi adalah
dengan rendahnya kandungan gibberellin dalam umbi. Hasil penelitian yang yang
didasarkan pada analisis cairan xylem tanaman Peach dan tunas-tunas Appel,
konsentrasi asam absisi (ABA) dalam cairan xylem 10 kali lebih tinggi selama
umbi kentang maka akan terjadi pertumbuhan tunas. Peningkatan asam giberellin
ditutupi oleh nisbah giberellin dengan asam absici (ABA) tinggi (Gardner et al.,
pembentukan umbi dan pemasakan umbi. Varietas kentang yang berbeda akan
umbi. Masa pemasakan umbi akan mempengaruhi waktu panen umbi (Rowe,
Kekurangan dari dormansi yaitu umbi kentang tidak dapat ditanam sepanjang
tahun, dan membutuhkan waktu yang lama untuk bertunas sehingga dibutuhkan
cara untuk mematahkan sifat dormansi pada umbi kentang (Goldsworthy &
Fisher, 1992)
E. Giberelin (GA3)
menjadi serangkaian senyawa yang aktif secara fisiologis. Secara kimia, giberelin
memiliki bagian penting umum yaitu rangka gibban. Aktivitas GA3 dalam daun
tinggi pada saat pembentukan stolon kentang, kemudian turun drastis pada saat
inisiasi umbi. Rendahnya kadar GA3 pada tanaman dapat disebabkan oleh adanya
hari pendek (Ratnasari, 2010). Percobaan pada kentang menunjukan bahwa
fitohormon dalam dormansi dapat ditentukan oleh giberelin. Terdapat bukti bahwa
oleh lingkungan, proses pengumbian dapat dihambat oleh aplikasi GA3 secara
eksogen.
penggunaan giberelin dengan konsentrasi 100 ppm pada umbi subang gladio
mampu memberikan hasil yang paling baik dalam mempercepat masa dormansi,
tunas tumbuh per tunas potensial, terlihat bahwa rerata waktu muncul tunas pada
perlakuan konsentrasi 100 ppm terbukti mampu memunculkan tunas dalam waktu
yang singkat yaitu 14 hari. Variabel waktu munculnya tunas merupakan indikator
untuk mematahkan dormansi dari berbagai macam umbi khususnya yang sudah
tua atau memiliki banyak luka dan potongan. Konsentrasi yang lebih tinggi
dibawah 100 ppm dapat diterapkan pada umbi yang baru saja dipanen (Bryan,
1989).
tiga taraf, yaitu 30 menit, 45 menit dan 60 menit tidak berbeda nyata. Sedangkan
muncul tunas pertama dan jumlah hari untuk bertunas 50% pada konsentrasi 30
ppm. Sedangkan pada jumlah tunas yang muncul perumbi dan jumlah hari untuk
F. Hipotesis
giberelin yang paling baik untuk mematahkan dormansi bibit kentang adalah 100
ppm