Anda di halaman 1dari 27

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu sumber protein

nabati yang cukup penting dalam pola menu makanan di masyarakat. Produksi

kacang tanah di Indonesia menempati urutan kedua setelah kedelai. Kacang

tanah dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai sayur,

saus, dan digoreng atau direbus.

Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan kedua terpenting

setelah tanaman kedelai di Indonesia. Tanaman ini sebetulnya bukanlah

tanaman asli Indonesia, melainkan tanaman yang berasal dari benua Amerika,

tepatnya di daerah Brazilia (Amerika Selatan), namun saat ini telah menyebar

luas ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis (Tim Bina Karya

Tani, 2009).

Kacang tanah merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki nilai

gizi yang tinggi. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak yang bergizi tinggi,

kacang tanah mengandung lemak 40% -50%, protein 27%, karbohidrat, serta

vitamin (A, B, C, D, E, dan K). Disamping itu juga mengandung bahan-bahan

mineral antara lain Ca, Cl, Fe, Mg, P, K, dan S (Suprapto, 2006).

Produksi kacang tanah di Indonesia tahun 2013 - 2014 menurun. Menurut

Badan Pusat Statistik (2014), produksi kacang tanah tahun 2014 sebesar

638,90 ribu ton biji kering, menurun sebesar 62,78 ribu ton (8,95 persen)

dibandingkan tahun 2013. Penurunan produksi tersebut terjadi di Jawa dan di

luar Pulau Jawa masing-masing sebesar 46,48 ribu ton dan 16,31 ton.

Penurunan produksi kacang tanah tersebut terjadi karena penurunan luas


panen seluas 19,72 ribu hektar (3,80 persen) dan penurunan produktivitas

sebesar 0,73 kuintal/hektar (5,40 persen).

Selain itu, di Indonesia diantara jenis-jenis kacang-kacangan lainnya,

produksi kacang tanah mencapai urutan kedua setelah kedelai, tetapi untuk

memproduksi tanaman ini memiliki kendala yang besar. Kendala tersebut

berupa pengolahan tanah dan pemeliharaan yang belum optimal, serangan

hama penyakit, penanaman varietas berproduksi rendah, mutu benih yang

rendah, dan kekeringan (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Produktivitas kacang tanah dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu varietas

yang ditanam, serangan hama penyakit dan tanah sebagai media tumbuh

tanaman (Marzuki, 2007). Dengan demikian pengelolaan tanah merupakan

kunci sukses dalam budidaya kacang tanah. terkait hal tersebut perlu upaya

menciptakan perbaikan sifat tanah melalui pengolahan tanah.

B. Tujuan

Makalah dengan judul tanaman kacang tanah ini dibuat yang bertujuan

untuk mengetahui deskripsi kacang tanah, klasifikasi, morfologi, syarat

tumbuh, dan bagaimana teknik budidaya kacang tanah mulai dari persiapan

lahan hingga proses panen dan pasca panen.


II. PEMBAHASAN

A. Kacang Tanah

Kacang tanah ( Arachis hypogea L) adalah tanaman polong-polongan atau

kacang kacangan dari family fabiodeae yang juga merupakan tanaman penting

dari keluarga polong-polongan kedua setelah tanaman kedelai. Kacang tanah

merupakan salah satu tanaman tropic yang tumbuh secara perdu yang

memiliki tinggi 30-50 cm dan tanaman yang mengeluarkan daun yang kecil.

Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari

amerika selatan, tepatnya berasal dari Brazilia.

B. Klasifikasi

Menurut Suprapto (2006), Kingdom : Plantae, Sub kingdom :

Tracheobionta, Super divisi : Spermatophyta, Divisi : Magnoliophyta, Kelas:

Magnoliopsida, Sub Kelas : Rosidae, Ordo : Fabales, Famil : Fabaceae, Genus

: Arachis, Spesies : Arachis hypogaea L.

C. Syarat Tumbuh

Tanaman kacang tanah dapat tumbuh secara baik pada daerah berdataran

tinggi maupun daerah berdataran rendah mulai dari ketinggian lahan 200 - 800

meter di bawah permukaan air laut (mdpl). Cara budidaya yang sangat mudah

sehingga memberikan kemudahan bagi para pekebun untuk membudidaya

kacang tanah secara organik di lingkungan tempat mereka tinggal. Pada jenis

tanah liat berpasir atau tanah liat berlempung, tumbuhan kacang tanah dapat

tumbuh dengan optimal. Jenis tanah lain yang cocok untuk pertumbuhan dan

perkembangan kacang tanah adalah tanah liat berhumus, tanah andosol, tanah

jenis aluvial, serta di tanah merah.


Kondisi cuaca dan iklim yang cukup sejuk akan sangat menguntungkan

tanaman ini, sebab tanaman ini cukup beradaptasi pada lingkungan yang sejuk

juga yang terkadang ekstrem. Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman

kacang tanah sehingga proses dalam penananam kacang tanah juga harus

dilakukan secara benar artinya dilakukan di lahan terbuka seperti di sawah,

area kebun, ladang, dan daerah-daerah strategis yang memungkinkan dapat

dijadikan wilayah budidaya kacang tanah.

Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kacang tanah adalah 700 - 1.200

mm/tahun, temperatur 87% dengan suhu optimum lingkungan mulai kisaran

suhu 20 - 32 derajat celcius. Meskipun begitu, tanaman kacang tanah juga

dapat tumbuh baik meskipun kondisi lingkungan yang terkadang kurang atau

sama sekali tidak menguntungkan

D. Morfologi

1. Akar

Kacang tanah merupakan tanaman herba semusim dengan akar

tunggang dan akar-akar lateral yang berkembang baik. Akar tunggang

biasanya dapat masuk ke dalam tanah hingga kedalaman 50–55 cm, sistem

perakarannya terpusat pada kedalaman 5–25 cm dengan radius 12–14 cm,

tergantung tipe varietasnya. Sedangkan akar-akar lateral panjangnya

sekitar 15–20 cm, dan terletak tegak lurus pada akar tunggangnya (Rao

1988).

Seluruh aksesi kacang tanah memiliki nodul (bintil) pada akarnya.

Keragaman terlihat pada jumlah, ukuran bintil, dan sebarannya. Jumlah

bintil beragam dari sedikit hingga banyak, dengan ukuran kecil hingga
besar, dan terdistribusi pada akar utama atau akar lateral. Sebagian besar

aksesi memiliki bintil akar dengan ukuran sedang dan menyebar pada akar

lateral (Gambar 2).

2. Batang

Terdapat empat pola percabangan pada kacang tanah, yaitu berseling

(alternate), sequensial, tidak beraturan dengan bunga pada batang utama,

dan tidak beraturan tanpa bunga pada batang utama (IBPGR 1985). Pola

percabangan berseling (Gambar 3.1) dicirikan dengan cabang dan

bunganya terbentuk secara berselang-seling pada cabang primer atau

sekunder dan batang utamanya tidak mempunyai bunga, cabang lateral

biasanya melebihi panjang batang utama, jumlah cabang dalam 1 tanaman

berkisar antara 5–15 cabang, umur panennya panjang, berkisar antara 4–5

bulan (Purseglove 1977). Pola percabangan sequential (Gambar 3.2)

dicirikan dengan buku subur terdapat pada batang utama, cabang primer

maupun pada cabang sekunder, tumbuhnya tegak, cabangnya sedikit (3–8

cabang) dan tumbuhnya sama tinggi dengan batang utama. Bunganya

terbentuk pada batang utama dan ruas cabang yang berurutan (Gambar 3).

Berdasarkan adanya pigmentasi antosianin pada batang kacang tanah,

warna batang dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu warna merah

atau ungu, dan hijau. Batang utama ada yang memiliki sedikit bulu dan

ada yang berbulu banyak.

3. Daun

Kacang tanah memiliki empat helaian daun yang disebut tetrafoliate

yang muncul pada batang dengan susunan melingkar pilotaksis 2/5. Daun
mempunyai beragam bentuk antara lain bulat, elips, sampai agak lancip,

dengan ukuran bervariasi (2,4 x 0,8 cm sampai 8,6 x 4,1 cm) tergantung

varietas dan letaknya. Warna daun hijau dan hijau tua. Daun-daun pada

bagian atas biasanya lebih besar dibandingkan dengan yang di bawah.

Daun yang terletak pada batang utama umumnya lebih besar dibandingkan

dengan yang muncul pada cabang. Ukuran dan bentuk daun tercermin dari

panjang daun, lebar daun, serta rasio panjang dan lebar daun.

Perbandingan panjang dan lebar daun ini menentukan bentuk daun, di

mana untuk tipe-tipe Spanish bentuk daun umumnya lebih mendekati

bulat-oval, sedangkan pada tipe Valencia umumnya lebih lancip. Semakin

besar nilai perbandingan menunjukkan semakin lancip (lanceolate) bentuk

daunnya. Trustinah (2009) melaporkan, dari 148 aksesi plasma nutfah

kacang tanah lokal yang hampir seluruhnya tipe Spanish, kisaran panjang

daun 3,72–5,95 cm, lebar daun 1,91–3,04 cm, dan rasio panjang dan lebar

daun 1,70–2,32. Sedangkan dari 73 aksesi kacang tanah introduksi yang

terdiri dari tipe Spanish dan tipe Valencia, kisaran panjang daun 4,01–6,17

cm, lebar daun 1,86–2,91 cm, dan rasio panjang dan lebar daun 1,77–2,67

(Tabel 1). Daun kacang tanah memiliki daun penumpu (stipula) yang

panjangnya 2,5–3,5 cm, dan tangkai daun (petiola) yang panjangnya 3–7

cm. Berdasarkan adanya bulu/rambut permukaan daun kacang tanah

dibedakan menjadi: tidak berbulu, berbulu sedikit dan pendek, berbulu

sedikit dan panjang, berbulu banyak dan pendek, serta berbulu banyak dan

panjang.

4. Bunga
Kacang tanah termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri, yakni kepala

putik diserbuki oleh tepung sari dari bunga yang sama dan penyerbukan

terjadi beberapa saat sebelum bunga mekar (kleistogam). Oleh karena itu

jarang terjadi penyerbukan silang. Bunganya tersusun dalam bentuk bulir

yang muncul di ketiak daun, dan termasuk bunga sempurna, yaitu alat

kelamin jantan dan betina terdapat dalam satu bunga. Bunga kacang tanah

berbentuk seperti kupu-kupu, terdiri dari kelopak (calyx), tajuk atau

mahkota bunga, benang sari (anteridium), dan kepala putik (stigma).

Mahkota bunga berwarna kuning terdiri dari 5 helai yang bentuknya

berlainan satu dengan yang lain. Helaian yang paling besar disebut

bendera, pada bagian kanan dan kirinya terdapat sayap yang sebelah

bawah bersatu membentuk cakar, di dalamnya terdapat kepala putik yang

berwarna hijau muda. Kelopak bunga kacang tanah berbentuk tabung

sempit sejak dari pangkal bunga yang disebut hipantium dan panjangnya

berkisar antara 2–7 cm. Bunga memiliki 10 benang sari, 2 di antaranya

lebih pendek.

5. Ginofor

Setelah terjadi persarian dan pembuahan, bakal buah akan tumbuh

memanjang yang pertumbuhannya bersifat geotropik disebut ginofor.

Ginofor terus tumbuh hingga masuk menembus tanah sedalam 2–7 cm,

kemudian terbentuk rambut-rambut halus pada permukaan lentisel, di

mana pertumbuhannya mengambil posisi horizontal. Waktu yang

dibutuhkan untuk mencapai permukaan tanah dan masuk ke dalam tanah

ditentukan oleh jarak dari permukaan tanah. Ginofor-ginofor yang


letaknya lebih dari 15 cm dari permukaan tanah biasanya tidak dapat

menembus tanah dan ujungnya mati. Varietas-varietas dengan pola

percabangan berlanjut (sequential) biasanya banyak menghasilkan bunga

dari buku-buku pada bagian bawah cabang, sehingga mempunyai ginofor

lebih pendek dibandingkan varietas-varietas dengan pola percabangan

berseling (alternate). Warna ginofor umumnya hijau, dan bila ada pigmen

antosianin warnanya menjadi merah atau ungu, setelah masuk ke dalam

tanah warnanya menjadi putih. Perubahan warna ini disebabkan ginofor

mempunyai butir-butir klorofil yang dimanfaatkan untuk melakukan

fotosintesis selama di atas permukaan tanah, dan setelah menembus tanah

fungsinya akan bersifat seperti akar.

6. Polong

Polong kacang tanah bervariasi dalam ukuran, bentuk, paruh, dan

kontriksinya. Berdasarkan ukuran polong, kacang tanah dibedakan ke

dalam: (1) polong sangat kecil (panjang <1,5 cm, ukuran 35–50 g/100

polong), (2) polong kecil (panjang 1,6–2,0 cm, ukuran 51–65 g/100

polong), (3) polong sedang (panjang 2,1–2,5 cm, ukuran 66–105 g/100

polong), (4) polong besar (panjang 2,6–3,0 cm, ukuran 106–155 g/100

polong), dan (5) polong sangat besar (panjang >3,0 cm, ukuran >155 g/100

polong). Karakter kualitatif polong meliputi: pinggang polong/konstriksi

(tanpa pinggang, agak berpinggang, berpinggang agak dalam, dan

berpinggang sangat dalam), paruh/pelatuk polong (tanpa paruh, paruh

sangat kecil, paruh menonjol, paruh sangat menonjol) dengan bentuk


paruh (lurus dan lengkung), kulit polong/retikulasi (halus, agak kasar,

kasar) (Gambar 6) (Rao dan Murty 1994).

Jumlah biji per polong dituliskan dalam bentuk angka 2, 3 atau lebih

dengan penamaannya angka pertama menunjukkan frekuensi terbanyak,

disusul angka-angka berikutnya. Sebagai contoh jumlah biji/polong

dengan kode 2-1-3 menunjukkan sebagian besar polong memiliki 2 biji,

ada yang satu biji, dan sangat sedikit yang 3 biji. Jumlah biji per polong

diklasifikasikan menjadi 7 kelompok: (1) 2-1, (2) 2-3-1 atau 2-1-3, (3) 3-

2-1 atau 3-1-2, (4) 2-3-4-1 atau 2-4-3-1 atau 2-4-1-3 atau 2-1-3-4 atau 2-1-

4-3, (5) 3-2-4-1 atau 32-1-4, (6) 3-4-2-1 atau 3-4-1-2, dan (7) 4-3-2-1 atau

4-2-3-1 (IBPGR/ICRISAT 1985; Upadhayaya dan Gowda 2009).

7. Biji

Biji kacang tanah beragam warna, bentuk, dan ukurannya (Gambar 7).

Berdasarkan ukuran biji, kacang tanah dibedakan ke dalam: kacang tanah

biji kecil (<40 g/100 biji), kacang tanah biji sedang (40–55 g/100 biji), dan

kacang tanah biji besar (>55 g/100 biji) (Rao dan Murty 1994). Karakter

kualitatif biji meliputi: kulit ari biji (putih, rose, merah, coklat), dan bentuk

biji (bulat, lonjong, pipih) (Rao dan Murty 1994). Warna kulit ari biji ada

yang satu warna atau lebih dari satu warna. Dengan menggunakan kode

warna standar dari Royal Horticultural Society colour chart, warna utama

biji kacang tanah dikelompokkan menjadi beragam kelas mulai warna

putih (155B), agak putih (off white, 158A), coklat sangat pucat (very pale

tan, 27C), coklat pucat (pale tan, 27A), coklat terang (light tan, 173D),

coklat (tan, 174D), coklat gelap (dark tan, 172D), rose (181C), salmon
(179D), merah terang (180D), merah (181A), merah gelap (178A), merah

keunguan (187A), ungu cerah (59A), ungu gelap (79B), ungu sangat

tua/kehitaman (201A) (Maggioni et al 2009). Sedangkan warna sekunder

dapat berupa bintik (blotched), flek atau garis yang jelas atau kabur.

Kombinasi warna pada kulit ari biji antara lain merah dengan putih, ungu

dan putih, coklat cerah dan coklat gelap, coklat dan ungu.

Trustinah et al. (2006) melaporkan bahwa dari 148 aksesi varietas

lokal kacang tanah yang sebagian besar dikoleksi dari Jawa, Bali, NTB,

dan NTT, 94,6% diantaranya tergolong ke dalam tipe Spanish (2-1 atau 2-

1-3 biji/polong), dan sisanya adalah tipe Valencia (3-2-4-1 atau 3-4-2-1

biji/polong). Dari jumlah tersebut 93,3% memiliki warna dasar kulit ari

biji coklat muda, (2,4%) berwarna merah, dan sisanya berwarna coklat

cerah (light tan) dan coklat kusam (dark tan). Polong kacang tanah varietas

lokal sebagian besar berparuh, berpinggang dengan guratan polong yang

agak kasar. Umur berbunga berkisar 27–31 hari dan umur panen 95–103

hari. Panjang polong 2,10–4,10 cm, diameter polong 1,05–1,60 cm, dan

bobot 100 polong 70,5–159,90 g. Bobot 100 biji 25,6– 56,0 g, panjang biji

1,10–1,64 cm, dan diameter biji 0,60–0,98 cm (Tabel 1). Dengan

menggunakan kriteria Rao dan Murty (1994), sebanyak 40% aksesi

memiliki ukuran polong yang besar dan 60% berukuran sedang.

Sedangkan aksesi yang memiliki ukuran biji kecil dan sedang, proporsinya

sama yakni 50%.

E. Macam-macam Varietas unggul


Jenis tanaman kacang tanah yang ada di Indonesia ada dua macam yaitu

tipe tegak dan tipe menjalar. Tipe tegak adalah jenis kacang yang tumbuh

lurus atau sedikit miring keatas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat

rumpun, umurnya genjah atau berumur pendek. Dan selain itu kemasakan

buahnya serempak. Sedangkan tipe menjalar adalah jenis yang tumbuh kearah

samping, batang utama berukuran panjang, buahnya terdapat pada ruas-ruas

yang berdekatan dengan tanah, dan umumnya berumur panjang.

Varietas kacang tanah yang biasanya ditanam petani di sebagian wilayah

Indonesia adalah varietas gajah dan varietas banteng, namun sebenarnya

masih banyak varietas kacang tanah yang dapat dipilih dan dijadikan

perbandingan sehingga manghasilkan hasil yang paling optimal, adapun

beberapa varietas kacang tanah dan spesifikasi keunggulannya :

Keunggulan
No. Varietas Umur Produksi
Lain lain
(Hari) (Ton/Ha)

1 Banteng 100-110 1,2 - 1,8

2 Gajah 100-110 1,2 - 1,8 Tahan Layu

3 Kidang 100-110 1,2 - 1,8 Tahan Layu

4 Macan 100-110 1,2 - 1,8 Tahan Layu


Tahan Layu, Tahan
karat daun dan bercak
5 Anoa 100-110 1,8-1,9 coklat daun

6 Tapir 95-100 1,8- 2,0 Tahan Layu

7 Garuda Biga 85-90 2,25 Tahan Layu

8 Garuda Dua 85-90 2,3 Tahan Layu


Tahan Layu, Tahan
karat daun dan bercak
daun tahan penaungan
9 Bison 90-95 3,6 intensitas 25%
Tahan karat daun dan
10 Domba 90-95 3,6 bercak daun

F. Budidaya Kacang Tanah

Dalam teknik budidaya tanaman kacang tanah ini meliputi beberapa langkah-

langah, yaitu :

1. Persiapan Lahan

Penyiapan lahan merupakan cara untuk menyiapkan lahan yang akan

digunakan dalam proses budidaya tanaman yang meliputi kegiatan seperti

pembukaan lahan, pembuatan bedengan untuk tanaman dan pembersihan

dari gulma. Tujuan dari penyiapan lahan ini adalah untuk membuka dan

membersihkan lahan dari berbagai tanaman yang tidak diinginkan

sehingga dapat digunakan dalam proses budidaya tanaman.

Teknik persiapan lahan untuk tanaman kacang tanah dilakukan dengan

cara pembersihan area yang akan ditanami oleh kacang tanah,

pencangkulan yang dilakukan dapat mencabut akar tanaman yang tidak

diinginkan (gulma) yang berada disekitar areal lahan sehingga lahan bersih

dari berbagai tanaman yang tidak diinginkan dan juga pengukuran lahan

yang akan digunakan karena dapat menghitung jumlah populasi kacang

tanah yang akan digunakan sehingga dapat menghemat biaya dan juga

dapat menghemat penggunaan benih kacang tanah.

2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan salah satu kegiatan membalikkan tanah

dengan cara mekanik maupun manual sehingga dapat menciptakan

suasana tanah yang gembur (memiliki tekstur yang relative halus) dan

memudahkan dalam proses penanaman tanaman serta menguraikan

endapan-endapan sisa pemupukan dari penanaman sebelumnya.

Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan

sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk lereng agak

curam jarak tanam cukup 0,5 m dan untuk lahan yang tidak begitu miring

bisa antara 30-40 meter. Sedangkan untuk tanah datar, luas bedengan

adalah 10-20 meter atau 2 x 10 meter. Ketebalan bedengan antara 20-30

cm. Untuk tanaman kacang tanah pengolahan tanah dilakukan dengan cara

manual seperti pencangkulan dengan menggunakan tenaga manusia.

Untuk penggunaan tenaga mesin tidak dilakukan karena dapat

menimbulkan dampak negative pada tanah terutama sifat fisik seperti

kadar air tanah, Bulk Density, dan ketahanan tanah dalam penetrasi dari

luar sedangkan pada kacang tanah dapat berakibat jumlah polong semakin

sedikit, dan berat polong semakin ringan.

3. Pengairan

Pengairan merupakan salah satu kegiatan dalam produksi tanaman

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Faktor yang

mempengaruhi dalam proses pengairan adalah faktor iklim, faktor tanaman

dan faktor sifat tanah atau lahan. Faktor iklim pada proses pengairan

sangat berpengaruh terutama curah hujan dan intensitas matahari. Curah


hujan yang tinggi memiliki ketersedian air yang tinggi sedangkan curah

hujan yang lebih rendah mempengaruhi ketersediaan air dalam tanah.

Pengairan dalam proses pertumbuhan kacang tanah digunakan sistem

irigasi permukaan dengan tipe alur karena tanaman kacang tanah ini

merupakan tanaman yang memiliki perakaran yang dangkal dan selalu

menginginkan tanah yang lembab. Tanaman kacang tanah membutuhkan

air pada saat berumur 3 minggu. Pengairan dilakukan dengan frekuensi

yang berbeda-beda pada saat musim hujan dan musim kemarau. Pada saat

musim kemarau digunakan pengairan dengan frekuensi 6-8 kali tetapi pada

saat musim kemarau juga disesuaikan oleh dengan banyaknya hujan yang

turun. Pengairan terhadap bedengan tanaman kacang tanah dapat

dilakukan pada saat pagi hari sekitar jam 6 sampai jam 8 pagi hari atau

dilakukan pada setelah jam 15 sore hari (AAK, 1999).

4. Pemupukan

Pemupukan adalah senyawa yang mengandung unsur hara yang di

berikan pada tanaman yang bertujuan agar terpeliharanya keseimbangan

unsur hara dalam tanah, karna setiap pemupukan tidak semua unsur hara

hilang dari tanah dan juga pemupukan dapat meningkatkan pertumbuhan

dan produksi tanaman.

a. Pada pupuk Anorganik Jenis dan dosis pupuk setiap hektar yang

dianjurkan adalah Urea = 60-90 kg ditambah TSP = 60-90 kg ditambah

KCl=50 kg. Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam. Pupuk

dimasukkan di kanan dan kiri lubang tugal dan tugal dibuat kira-kira 3

cm.
b. Pada pupuk Organik Pemupukan dilakukan sebanyak 1 kali saja ketika

umur tanaman berusia 2 bulan. Pada bulan ke-2 tersebut tanaman dapat

dipupuk menggunakan pupuk kandang organik dari sisa-sisa kotoran

hewan unggas yang telah difermentasikan (dikeringkan). Pemupukan

dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk di sekitar pusat tanaman.

Kebutuhan pupuk kandang untuk masing-masing tanaman adalah 2

genggam tangan orang dewasa, atau setara dengan 5 - 7 ton untuk satu

hektar lahannya. Untuk hasil tanam kacang tanah yang berbuah banyak

sangat dianjurkan untuk menggunakan pupuk kandang dari kotoran

ayam yang terbukti banyak mengandung unsur hara Nitrogen (N) dan

Fosfor (P) karena kandungan unsur hara tersebut sangat baik juga

untuk pertumbuhan dan perkembangan organ tanaman.

5. Pemilihan Varietas (Bibit Unggul)

Memilih bibit kacang tanah yang unggul dengan umur benih sekitar

100 hari. Berwarna kehitaman dan tidak memiliki selaput di bagian dalam

kacang merupakan ciri kacang yang dapat dijadikan benih. Ciri benih yang

baik diantaranya yaitu berasal dari tanaman varietas unggul dengan daya

tumbuh tinggi yang lebih dari 90% dan sehat, memiliki kulit bening yang

mengkilap dan tidak cacat, merupakan kacang tanah murni yang tidak

tercampur dengan varietas lain dengan kadar air benih sekitar 9-12%.

Setelah benih dipananen, dilakukan sortasi dan dijemur sekitar 4-5 hari

dan disimpan sekitar 3-6 bulan. Sebaiknya cangkang kacang tidak dikupas

ketika masa penyimpanan dan buka ketika akan digunakan.


6. Penanaman

a. Penentuan Pola Tanam

Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada

tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan

jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 20 cm. Pada tanah yang kurang

subur dapat ditanam lebih rapat yaitu 40 x 10 cm atau 20 x 20 cm.

b. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm dengan tugal dengan jarak

seperti yang telah ditentukan di atas

c. Cara Penanaman

Pilih benih kacang yang telah memenuhi syarat benih bermutu

tinggi. Masukan benih satu atau dua butir ke dalam lubang tanam

dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering

adalah pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada

bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II).

Sedangkan untuk lahan bukaan terlebih dahulu dilakukan inokulasi

hizobium (benih dicampur dengan inokulan dengan dosis 4 gram/kg)

kemudian benih langsung ditanam paling lambat 6 jam.

7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pada umumnya tanaman kacang tanah cukup kebal terhadap beberapa

jenis hama dan penyakit parasit tertentu. Akan tetapi jenis hama yang

sering menyerang tanaman kacang tanah adalah jenis ulat bulu dan ulat

hijau. Ulat hijau dan ulat bulu ini seringkali menyerang organ daun

sehingga akibatnya daun tanaman menjadi berlubang-lubang (bopeng).


Beberapa jenis penyakit layu fusarium dan jamur parasit juga seringkali

menginfeksi bagian bintil akar tanaman kacang tanah sehingga akan

menghambat proses fiksasi Nitrogen oleh bintil akar. Penanggulan hama

pada tanaman kacang tanah dapat ditempuh dengan cara meningkatkan

frekuensi penyiraman/pengairan.

a. Hama

Hama yang umum menyerang kacang tanah pemakan daun

(Spidoptera litura dan Helicoverpa armigera), pengisap daun

(Empoasca spp dan Aphis crassivora) dan trips. Berikut jenis hama dan

penyakit kacang tanah beserta cara mengatasinya.

1) Penghisap Daun

Hama ini dikenal dengan nama sikada. Ia menyerang tanaman

dengan menghisap cairan daun muda dari permukaan bawah daun.

Akibatnya, urat daun menjadi putih. Serangan pada tanaman muda

menyebabkan tanaman layu dan ujung daun muda berwarna

kuning membentuk huruf V pada tanaman dewasa yang terserang.

Organisme penyebab serangan ini Empoasca sp.

Cara mengatasinya, tanam kacang tanah secara serempak

dengan pengairan cukup. Atau, tanam secara tumpang sari dengan

tanaman jagung. Gunakan lampu petromaks di area penanaman


pada pukul 18.00-21.00 untuk menarik ngengat. Penanganan secara

kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif metaldehida.

Dosis penggunaan sesuai petunjuk label kemasan.

2) Trips

Jenis trips yang menyerang kacang tanah yang cukup banyak.

Spesies yang paling dominan merusak kacang tanah yakni

Schirtothrips dorsalis, Caliothrips indicus dan Frankliniella

schultzei. Schirtothrips dorsalis dewasa dan nimfa menghisap

cairan daun. Pada serangan berat menyebabkan daun keriting dan

tanaman kerdil. Caliothrips indicus memakan permukaan atas

daun. Sementara Frankliniella schultzei dewasa dan nimfa

memakan daun muda dan kuncup daun. Hama ini menjadi vektor

penyakit yang diakibatkan virus. Kehilangan hasil akibat serangan

ketiga hama ini mencapai 40%.

3) Kutu daun
Hama ini menghisap cairan tanaman sehingga daun mengerut,

klorosis dan tumbuh kerdil. Selain menyerang daun, ia juga

menyerang bunga dan polong muda. Serangan kutu daun

disebabkan Aphis craccivora. Ia juga dapat menularkan virus

belang atau virus kerdil.

Serangan hama ini banyak di musim kemarau. Itu karena

perkembangan serangga ini sangat dipengaruhi oleh cuaca kering

dan tanaman inang. Ia berkembang biak dengan cepat dan sangat

banyak. Betina mampu menghasilkan 15-124 nimfa. Stadia nimfa

terdiri dari empat instar dengan lama masing-masing instar 1-2

hari. Kehilangan hasil polong akibat serangan hama ini mencapai

40%.

Untuk menghindari serangan kutu daun, tanam kacang tanah

secara serempak pada waktu tanam yang tepat. Tidak mundur dari

waktu kebiasaan tanam. Penanganan secara kimia menggunakan

insektisida berbahan aktif propargit seperti Ample 570 EC, Antimit

570 EC, Mitisun 570 EC dan Omite 570 EC. Dosis sesuai petunjuk

pada label kemasan.

4) Ulat Grayak
Serangan ini bersifat kosmopolitan yang dapat menyerang

kedelai, kentang, ubi jalar, bawang dan tembakau. Ngengat betina

meletakkan telur pada permukaan daun bagian bawah dan

berkelompok. Setiap kelompok terdiri 30-700 butir dengan lama

stadium telur 3 hari. Ulat yang keluar dari telur tinggal di sekitar

telur dan memakan epidermis daun bagian bawah. Akibatnya, daun

mengering. Ulat ini bersembunyi di dalam tanah pada siang hari

dan aktif makan pada malam hari. Penyebabnya Spodoptera litura

yang sering disebut cutdown.

Serangan ulat yang baru menetas terlihat pada daun yang hanya

bersisa tulang daunnya saja. Ulat daun bersembunyi pada

permukaan daun bagian bawah. Ulat dewasa terlihat pada bagian

atas permukaan daun. Serangan berat menyebabkan produksi

polong menurun 60-80%. Itu karena tanaman yang bersisa tinggal

tulang daun.

Pencegahan serangan ulat grayak dengan menanam

tanaman secara serempak pada satu hamparan. Gunakan seks

feromon. Apabila serangan melebihi nilai ambang ekonomi,

gunakan insektisida berbahan aktif tiodikarb. Dosis penggunaan

petunjuk pada label kemasan.

5) Ulat Jengkal Hijau

Serangan ini bersifat polifag karena dapat menyerang kedelai,

kacang hijau, kacang tunggak, kentang, tomat dan jagung. Ngengat

betina meletakkan telurnya pada permukaan bawah daun secara


berkelompok sebanyak 50 telur. Telur itu kemudian menetas dan

menjadi ulat jengkal yang memakan daun tanaman tua sehingga

daun berlubang. Serangan berat menyebabkan tanaman menjadi

gundul tanpa daun. Penyebab serangan ini Chrysodeixis chalcites.

Penanganannya, semprotkan insektisida berbahan aktif lamda

sihalotrin. Diantaranya, Brantas 25 EC, Dobeldor 50 EC, matador

25 EC dan Hamasid 25 EC. Dosis penggunaan sesuai petunjuk

pada label kemasan.

6) Lundi

Penyebab serangan ini Holotrichia spp. Hama ini bersifat

polifag sehingga mampu menyerang padi gogo, jagung, sorgum,

tebu, dan kacang-kacangan. Larva yang baru menetas ,memakan

bulu akar dan bintil akar. Sementara larva instar ketiga memakan

akar tanaman, sehingga layu lama-kelamaan mati.

Untuk mengatasinya, genangi lahan hingga tanah jenuh air.

Penanganan secara kimia dengan menyemprotkan insktisida

granular berbahan aktif karbofuran. Selain serangan hama,

serangan pada kacang tanah juga dapat berupa penyakit. Jenis

penyakit yang sering menyerang kacang tanah bercak daun, layu

bakteri, belang, bilur dan sapu setan. Jika intensitas serangan besar,

produksi dapat menurun hingga 60-80%.

b. Penyakit

Berikut Penyakit-penyakit yang sering menyerang tanaman kacang

Tanah :
1) Bercak daun

Bercak daun muncul saat tanaman berumur 3 minggu pasca

tanam atau mendekati akhir pertumbuhan, ketika hampir panen.

Penyakit ini dijumpai hampir di seluruh area pertanaman kacang

tanah. Hanya intensitas serangan saja yang berbeda. Penyebab

bercak daun awal yakni cendawan Cercosporaarchidicola,

sedangka bercak daun di akhir penanaman, Cercospora

personatum. Penularannya melalui tanah yang terpercik air hujan

dan sisa tanaman sakit yang tertinggal dari tanaman sebelumnya.

Gejala serangan ini berupa bercak bulat berwarna coklat tua

hingga hitam di permukaan bawah daun. Bercak berwarna

kemerahan sampai hitam pada permukaan atas daun. Selain daun,

serangan juga terdapat pada tangkai daun dan batang. Serangan

parah menyebabkan daun kering dan rontok. Adanya bercak daun

dapat memunculkan penyakit lain, seperti karat daun yang sering

menyerang pangkal batang tanaman muda.

Penyakit ini dapat menular melalui tanah sehingga

pengendalian secara kultur teknis sangat dianjurkan. Seperti,

membersihkan sisa-sisa tanaman dari lahan dan membakar sisa


tanaman sakit. Penanganan lain secara kimia. Semprotkan

fungisida berbahan aktif klorotalonil.

2) Layu Bakteri

Gejala penyakit layu bakteri, tanaman muda tiba-tiba layu

dengan warna daun tetap hijau. Daun layu tampak seperti bekas

tersiram air panas. Selain itu, tanaman menjadi kering dan mati

tanpa menghasilkan polong. Pada tanaman tua, gejala layu terjadi

bertahap sehingga hanya sebagian saja yang tampak layu.

Pencegahan penyakit ini, tanam varietas tahan layu bakteri

seperti varietas gajah, macam, pelanduk, kidang, tapir, pasuruan

dan presi. Lakukan rotasi tanaman dengan jagung, kedelai dan ubi

jalar. Penanganan secara biologis dengan memanfaatkan

Actinomycetes yang bersifat antagonis terhadap bakteri P.

Solanacearum.

3) Belang

Gejala penyakit ini, muncul bentuk belang yang tidak teratur

berwarna hijau tua dan hijau muda pada daun. Permukaan daun

tidak rata dengan pinggiran daun melengkung ke atas. Warna daun

yang terinfeksi menjadi belang dengan cincin-cincin klorosis.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan, hindari penanaman

secara terus menerus pada lahan yang sama. Rotasikan lahan

dengan padi atau jagung. Gunakan benih yang sehat saat

penanaman. Hindari penanaman kacang tanah di sekitar tanaman

inang (kedelai dan kacang tunggak).


4) Bilur

Gejala penyakit ini berupa strip klorotik terputus-putus

disepanjang tulang daun lateral dari daun-daun muda. Di Indonesia

gejala penyakit ini ada dua macam : belang dan garis klorotik.

Namun, gejala belang dominan daripada klorotik

5) Sapu Setan

Ciri khas penyakit ini daun yang terbentuk menjadi kecil,

menggerombol (seperti sapu), dan tanaman mengerdil. Karena

penampilan tanaman yang tampak kerdil, bertunas banyak dan

berdaun kecil ia kerap disebut sapu setan. Penyebab penyakit ini

adalah Mycoplasma-like Organism (MLO). Tanaman kacang tanah

yang terserang virus ini tidak dapat membentuk polong. Inang dari

penyakit ini adalah kedelai, kacang hijau dan ubi jalar.

Penanganannya, buatlah kondisi lingkungan berkelembapan

tinggi karena serangga vektor tidak menyukai kondisi lembap.

Caranya dengan merapatkan jarak tanam pada musim kemarau,

dari yang biasanya 40 cm x 20 cm menjadi 30 cm x 10 cm atau 30

cm x 15 cm. Lakukan rotasi tanaman dengan jagung, cabai dan

terong. Berantas serangga vektor menggunakan pestisida berbahan

aktif diazinon mulai umur 30 dengan dosis sesuai anjuran serta

cabut dan bakar tanaman yang telah terserang agar tidak menjadi

sumber infeksi.

6) Penyakit Karat
Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada

daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna

karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan

varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.

Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

8. Teknik Panen dan Pasca Panen

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan

pemanenan kacang tanah. Salah satu yang harus diperhatikan adalah

perubahan warna daun saat masa panen datang. Kesalahan masa panen

akan menghasilkan kacang polong yang keriput dan tidak layak jual.

Berikut beberapa hal yang perlu di perhatikan :

a. Penentuan masa panen

Kacang tanah sudah bisa dipanen ketika daun berubah menjadi

kekuningan juga kulit kacang sudah mengeras. Tanda fisik lainnya

adalah kulit sudah mulai menampakkan seratnya dan kacang polong

telah terisi penuh, sehingga ketika digoyangkan tidak terdengar bunyi.

Pemanenan kacang tanah biasanya dapat dilakukan setelah empat

bulan dari masa tanam, namun ini juga tergantung dari varietas dan

kesuburan tanah.

b. Teknik pemanenan

Sama halnya dengan kedelai, teknik pemanenan kacang tanah

dilakukan secara manual yaitu menggunakan tangan. Caranya pun

cukup mudah, hanya dengan mencabut kacang tanah. Yang perlu

diperhatikan adalah tingkat kekerasan tanah pada saat pencabutan.


Usahakan tanah dibuat segembur mungkin untuk memudahkan dalam

mencabut kacang tanah. Setelah itu, pisahkan polongnya dari akarnya

dan biarkan sebentar terkena matahari sebelum diangkut.

c. Pengangkutan

Pengangkutan biasanya dilakukan setelah kacang tanah disortasi

terlebih dahulu. Sortasi biasanya dilakukan menurut kualitas dan

ukuran juga derajat ketuaan kacang tanah tersebut. Setelah disortasi

kacang kemudian diangkut menggunakan alat angkut. Tidak seperti

hasil kebun lain, wadah yang dapat digunakan untuk mengangkut

kacang tanah bisa terbuat dari apa saja. Ini dikarenakan kacang tanah

dilindungi oleh kulit kacang sehingga kerusakan biji tidak akan terjadi.

d. Pengeringan

Pengeringan kacang tanah bisa dilakukan dibawah sinar matahari

secara langsung. Tindakan pengerikan dilakukan guna mengurangi

kadar air dalam kacang tanah sehingga akan tetap menjaga mutu dan

kualitasnya. Penundaan waktu pengeringan akan meningkatkan resiko

kacang tanah terkena jamur, karena pada saat basah, kandungan air

dalam kacang tanah cukup tinggi. Standar kandungan air yang terdapat

pada kacang tanah paling tidak harus sekitar 7%.

e. Penyimpanan

Teknik penyimpanan pada kacang tanah dapat berbentuk masih

polong atau sudah biji. Kacang tanah termasuk dalam golongan semi

perishable sehingga penyimpanan harus sesuai dengan kondisi yang

dibutuhkan. Tempat penyimpanan bisa terbuat dari karung goni atau


wadah lain yang kemudian ditempatkan pada ruangan yang kering

dengan kelembaban sekitar 70%.

f. Perontokan

Untuk mendapatkan biji kacang tanah yang sesuai standar mutu,

perontokan dapat menggunakan cara tradisional seperti menggunakan

tangan. Cara ini mempunyai keunggulan karena biji kacang yang

dihasilkan akan berbentuk sempurna dan tidak pecah. Sedangkan

kelemahan dari cara ini adalah waktu yang dibutuhkan relatif lama

karena dalam satu jam hanya menghasilkan 1 kg per-jam. Cara

moderna yang dipakai untuk merontokkan kacang yaitu dengan

menggunakan mesin mekanik seperti pada padi. Keunggulan dari cara

ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk merontokkan relatif singkat

yaitu hingga 50 kg per-jam. Kelemahan dari cara ini adalah biji kacang

kadang menjadi remuk walaupun kekuatan penggilingan sudah diatur.

9. Permasalahan Pasca Panen

a. Tumbuhnya jamur yang dapat mengurangi hasil produksi pasca panen

kacang Tanah. Penyebab umumnya adalah pengeringan yang tidak

merata.

b. Resiko panen berkurang karena metode pencabutan yang tidak efektif

dan pengangkutan yang sembarangan sehingga bisa bisa

mengakibatkan kuantitas kacang Tanah yang menurun.

Anda mungkin juga menyukai