Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ANALISIS BENTANG LAHAN


PROSES DAN PERKEMBANGAN TANAH SUATU BENTANG LAHAN
MINERAL

Fisci Patricio Armada


05101382025067

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Lahan Mineral
Lahan mineral adalah lahan yang terbentuk dari bahan mineral
melalui proses pelapukan yang berlangsung baik secara fisis maupun
kimia dibawah pengaruh iklim menyebabkan batuan terdisintegrasi
menjadi bahan induk lepas. Mineral tanah berasal dari hasil pelapukan
batuan-batuan yang menjadi bahan induk tanah. Pada mujlanya
batuan dari bahan induk tanah mengalami proses pelapukan dan
menghasilkan regolit. Pelapukan lebih lanjut menghasilkan tanah
dengan tektur masih kasar (Maslaita, 2022). Tanah mineral dibedakan
berdasarkan tingkat perkembangannya menurut susunan horison yang
terbentuk, terbagi atas: (1) Tanah-tanah yang belum berkembang,
memiliki susunan horison (A)R dan atau A-C, dan (2) Tanah-tanah
yang sudah berkembang, memiliki susunan horison lengkap A-B-C
atau A-E-B-C (Nursanti, 2022).
Sifat fisik tanah mineral umumnya memiliki bahan organik
rendah hingga sedang, bobot isi, sedang, Permeabilitas sedang hingga
cepat, Porositas baik, Kadar air rendah hingga tinggi, Agregat kurang
mantap (Amrin, 2017). Bahan induk tanah mineral berasal dari
berbagai jenis batuan induk, sehingga dalam proses pelapukannya
akan menghasilkan keragaman mineral tanah yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang
erat antara komposisi mineral bahan induk dengan komposisi mineral
batuannya. Sebagai contoh adalah tanah yang terbentuk dari bahan
induk yang berasal dari batuan basalt dan granit, akan memiliki
komposisi mineral tanah sebagai berikut ini, yaitu; mineral kuarsa,
ortoklas, mikroklin, albit, oligoklas, muskovit, dan lain-lain.
B. Sebaran Tanah Mineral
Sebaran tanah mineral dapat bervariasi tergantung pada jenis
batuan dan proses geologi yang membentuknya. Tanah mineral
biasanya terbentuk dari pelapukan batuan atau dari endapan bahan
mineral yang terkonsolidasi dari proses geologi yang lebih lama.
Sebaran tanah mineral juga dapat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan
topografi di suatu daerah. Beberapa daerah dengan sebaran tanah
mineral yang cukup luas antara lain:
• Padang rumput: Sebagian besar wilayah padang rumput di
dunia merupakan lahan mineral yang terbentuk dari batuan
sedimen, seperti lempung atau pasir. Tanah di daerah ini
umumnya kurang subur dan kering, tetapi dapat mendukung
pertumbuhan rumput dan tanaman tahan kekeringan lainnya.
• Gurun: Lahan mineral di daerah gurun terbentuk dari batuan
beku, seperti granit atau basal, serta endapan pasir dan tanah
liat. Tanah di daerah gurun cenderung sangat kering dan
kurang subur, namun beberapa tanaman kaktus dan sukulen
dapat tumbuh dengan baik di sana.
• Pegunungan: Sebagian besar wilayah pegunungan terbentuk
dari batuan beku dan sedimen yang kaya akan mineral, seperti
granit, batu kapur, dan batuan metamorf.
Namun, perlu diingat bahwa sebaran mineral dapat
berubah seiring waktu karena faktor-faktor seperti penemuan
cadangan baru, penambangan yang semakin sulit, dan
perubahan harga pasar. Distribusi mineral liat tidak terlepas dari
genesis tanah yang membenarkan bahwa terdapat warisan
mineral pada masa lalu, sehingga walaupun sulit dideteksi
dengan kajian morfologi tetapi dapat ditentukan berdasarkan
susunan mineral liat yaitu dengan sistem koordinat grafik nisbi
hubungan mineral dengan kedalaman tanah.
C. Peranan tanah Mineral Untuk Pertanian
Tanah merupakan media tempat tumbuhnya tanaman.
Tanaman menyerap makanan dari dalam tanah untuk proses
pertumbuhannya. Sehingga kesuburan tanaman tergantung pada
kandungan unsur hara dalam tanah. Unsur hara dapat diserap oleh
tanaman dari dalam tanah adalah unsur hara yang dalam bentuk
tersedia. Tanah merupakan penyedia makanan bagi tumbuhan.
Kesuburan tanah adalah aspek hubungan tanah tanaman, yaitu
pertumbuhan tanaman dalam hubungannya dengan unsur hara yang
tersedia dalam tanah (Handayanto et al., 2017). Unsur hara tersebut
diperlukan tanaman untuk proses-proses pertumbuhan seperti proses
fisiologi dan pembentukan struktur tanaman.
Beberapa peran penting tanah mineral dalam pertanian antara
lain: Menyediakan nutrisi: Tanah mineral yang baik dapat
menyediakan nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium,
magnesium, dan sulfur yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh
dan berkembang; Menjaga keseimbangan air: Tanah mineral yang
baik dapat menjaga keseimbangan air yang dibutuhkan oleh tanaman.
Tanah mineral yang kurang subur atau kurang berpasir dapat
mengalami masalah kelebihan air atau kekeringan; Memperbaiki
struktur tanah: Tanah mineral dapat membantu memperbaikistruktur
tanah dengan cara membentuk agregat tanah yang besar dan pori-
pori udara yang cukup untuk menyediakan oksigen dan air bagi akar
tanaman; Menjaga keberlanjutan tanah: Tanah mineral yang dijaga
dengan baik dapat menjamin keberlanjutan pertanian. Tanah mineral
yang buruk akan memerlukan pemupukan berlebihan untuk menjaga
pertumbuhan tanaman yang sehat, sehingga menyebabkan
kerusakanpada lingkungan.
Dalam pertanian, tanah mineral dapat ditingkatkan kualitasnya
melalui ameliorasi, yaitu proses perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Ameliorasi tanah mineral dapat meningkatkan ketersediaan
unsur hara bagi tanaman dan produktivitas tanah. Beberapa cara
ameliorasi tanah mineral antara lain pemberian pupuk organik dan
anorganik, pengapuran, pengolahan tanah, dan pengendalian erosi.

D. DAFTAR PUSTAKA
Amrin, H. R. (2017). Sifat Fisik Tanah Mineral Dan Gambut Di Areal
Perkebunan Kelapa Sawit Di Kecamatan Petasia Timur
Kabupaten Morolawi Utara. eJ. Agrotekbis 5 (6)
Handayanto H., Muddarisna, dan Fiqri.2017. Tanah dan Nutrisi
Tanaman
Maslaita. (2022). Pemberian Ketebalan Tanah Mineralpada lahan
gambut untuk memperbaiki pertumbuhan beberapa varietas
padi gogo (orizaSativa L.). Jurnal Agroplasma,
Nursanti, I. &. (2022). Pertumbuhan Legume Cover Crops (Puararia
javanica) Pada Tanah Pasca Penambangan Batubara Plus Zeolit.
Jurnal Media Pertanian, Vol 7 (1), 7-10.
Oktrialdi, B. &. (2018). Tanah Untuk Di Aplikasikan Pada Gardu Induk.
BAB II
PROSES PEMBENTUKAN TANAH
A. Definisi Proses Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah adalah serangkaian peristiwa alam
yang terjadi dalam jangka waktu lama, biasanya ratusan hingga ribuan
tahun, yang mengubah batuan dan material organik menjadi tanah
yang subur dan cocok untuk tumbuh tanaman. Proses ini melibatkan
berbagai faktor seperti iklim, topografi, bahan induk, organisme, dan
waktu.
Proses pembentukan tanah dimulai dari pelapukan batuan induk
menjadi fragmen-fragmen kecil akibat pengaruh iklim dan organisme.
Fragmen-fragmen tersebut kemudian dicampur dengan material
organik yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang hidup di atasnya.
Proses ini disebut dengan humifikasi. Selanjutnya, fragmen-fragmen
dan material organik tersebut akan mengalami dekomposisi oleh
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Proses ini menghasilkan
senyawa-senyawa organik dan mineral yang sangat penting bagi
kehidupan tanah dan tanaman. Proses dekomposisi ini juga
menghasilkan unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang
menjadi nutrisi penting bagi tanaman. Proses selanjutnya adalah
akumulasi, di mana unsur-unsur hara dan senyawa organik akan
berkumpul di lapisan tanah tertentu. Lapisan ini disebut horizon atau
profil tanah. Pembentukan horizon ini terjadi karena pengaruh faktor
topografi dan drainase. Terakhir, proses pembentukan tanah
dilengkapi dengan profilisasi, yaitu pembentukan lapisan-lapisan
vertikal yang terdiri dari horizon-horizon dengan karakteristik yang
berbeda-beda. Horizon ini biasanya diberi label dengan huruf-huruf
seperti O, A, B, dan C, yang mewakili sifat fisik dan kimia dari masing-
masing horizon. Profilisasi ini sangat penting karena dapat
memberikan informasi yang berguna bagi pertanian, seperti
kemampuan menahan air, drainase, dan kesuburan tanah.

B. Proses Erosi Tanah Dan Dampaknya (Dampak Kehilangan


Tanah)
Erosi tanah adalah proses alami atau buatan yang
mengakibatkan pergeseran atau kehilangan lapisan tanah pada suatu
lokasi. Proses ini biasanya disebabkan oleh faktor alam seperti hujan,
angin, dan air sungai, serta faktor manusia seperti penebangan hutan,
penggembalaan, dan kegiatan pertanian yang tidak terkelola dengan
baik. Terjadinya erosi tanah merupakan interaksi antara sistem lahan
dengan penggunaan lahan, hasil analisis skor kerentanan sub DAS
Kikim masuk zona paling rentan terjadinya erosi tanah dengan skor
3,05.
Pemicu utama terjadinya erosi adalah curah hujan yang tinggi,
pada sub DAS Kikim rata-rata curah hujan harian maksimum sebesar
106 mm yang termasuk dalam kategori tinggi dengan skor 3,5
sehingga potensi pasokan air menjadi tinggi dan berpotensi terjadinya
banjir maupun erosi tanah. Dampak kehilangan tanah akibat erosi
dapat sangat merugikan. Salah satu dampaknya adalah menurunnya
produktivitas lahan pertanian, karena lapisan tanah subur terkikis dan
nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman menjadi semakin sedikit. Selain
itu, kehilangan tanah juga dapat memicu terjadinya banjir dan longsor,
karena kemampuan tanah untuk menahan air dan memperkuat lereng
menurun. Kehilangan tanah akibat erosi juga dapat menyebabkan
degradasi lingkungan yang merugikan manusia dan hewan. Tanah
yang terkikis dapat terbawa air hujan ke sungai dan menyebabkan
pencemaran air, termasuk penurunan kualitas air dan ketersediaan air
untuk kebutuhan manusia dan hewan. Selain itu, erosi tanah juga
dapat mengakibatkan kehilangan keanekaragaman hayati, karena
hilangnya habitat alami bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan.
Dalam jangka panjang, erosi tanah dapat memicu penurunan
kualitas hidup manusia dan lingkungan secara keseluruhan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan upaya pengelolaan lahan yang baik dan
berkelanjutan untuk mencegah terjadinya erosi tanah dan dampak
negatifnya. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan melalui
pengendalian penggunaan lahan, rehabilitasi tanah, serta penggunaan
teknologi yang ramah lingkungan dalam kegiatan pertanian dan
kehutanan.

C. Proses Sedimentasi Tanah Dan Dampaknya (Dampak


Penambahan Tanah)
Proses sedimentasi tanah adalah proses alami yang terjadi
ketika material yang terbawa air atau angin, seperti butiran pasir dan
lumpur, terendapkan dan terakumulasi pada suatu lokasi tertentu.
Proses ini biasanya terjadi di tempat-tempat yang memiliki aliran air
atau angin yang cukup kuat untuk memindahkan material-material
tersebut dari suatu tempat ke tempat lainnya. Sedimentasi tanah
memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan dan
kehidupan manusia.
Dampak positif dari sedimentasi tanah adalah penambahan
endapan sedimen yang dapat membantu memperbaiki kualitas tanah
dan meningkatkan kesuburan tanah. Endapan sedimen juga dapat
membantu membangun lingkungan baru yang dapat dihuni oleh
berbagai spesies tumbuhan dan hewan. Namun, dampak negatif dari
sedimentasi tanah jauh lebih besar. Penambahan endapan sedimen
yang terjadi secara berlebihan dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan dan bencana alam seperti banjir dan longsor. Endapan
sedimen yang terkumpul di saluran air juga dapat menyebabkan
terjadinya sedimentasi sungai, yang dapat mengurangi kapasitas
saluran air dan meningkatkan risiko banjir. Selain itu, sedimentasi
tanah juga dapat mempengaruhi kualitas air. Material yang terbawa
oleh air dan terendapkan di suatu lokasi dapat mengendapkan
berbagai bahan kimia yang terkandung di dalam air, seperti pestisida
dan logam berat. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
dan merusak kualitas air yang digunakan oleh manusia dan hewan.

D. Daftar Pustaka
Aisyah., B, N., Baskoro, D,P,T., dan Murtilaksono,K., 2022., Pendugaan
Erosi Tanah dan Perencanaan Tutupan Lahan Hulu DAS
Jeneberang, Sulawesi Selatan., Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia., Vol 27 No 2
Dinata. A..2020. Identifikasi Kerentanan Erosi Tanah Berdasarkan
Parameter Morfometri di Sub Das Kikim. Jurnal Ilmiah Bering’s,
Volume 07, No.02
Marizca., M,R., 2013., Analisis Erosi Dan Sedimentasi Lahan Di Sub
Das Panasen Kabupaten Minahasa., Jurnal Sipil Statik., Vol 1 (5)
BAB III
KARAKTERISTIK HORISON TANAH
A. Definisi Horison Tanah
Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan
induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses
pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk
oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah,
pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari
bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga
apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-
lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-
lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari
mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut
Profil Tanah. Tekstur, struktur dan konsistensi tanah merupakan
beberapa komponen yang penting dalam tanah sehingga
pempengaruhi pertumbuhan dari tumbuhan (Pratama Et al,. 2017)
Secara umum, horison tanah dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
horison A, horison B, dan horison C. Horison A adalah lapisan tanah
teratas yang umumnya memiliki kandungan bahan organik yang tinggi
dan berperan penting dalam proses pertumbuhan tanaman.
Horison B adalah lapisan tanah yang terletak di bawah horison
A dan memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda. Horison C adalah
lapisan tanah yang terletak di bawah horison B dan memiliki bahan
induk yang belum terproses menjadi tanah. Horison tanah dapat
terbentuk melalui proses geologis dan biologis yang berlangsung
selama ribuan tahun. Proses-proses tersebut meliputi pelapukan
batuan, deposisi bahan organik, dan pengaruh organisme hidup.
Faktor-faktor seperti iklim, topografi, jenis bahan induk, dan waktu
mempengaruhi pembentukan horison tanah.

3.2. Karakteristik Dan Ciri Horizon Tanah


Setiap horizon memiliki karakteristik dan ciri khasnya sendiri yang
membedakan satu horison dengan horison lainnya. Karakteristik horizon
dapat memberikan informasi mengenai sifat-sifat tanah dan potensi
produktifitas tanah. Berikut adalah beberapa karakteristik dan ciri horison
tanah.
1. Tekstur: Tekstur tanah merujuk pada ukuran partikel tanah dan
distribusinya di dalam horison. Setiap horison memiliki tekstur yang
berbeda-beda, tergantung pada faktor-faktor geologis dan
klimatologis yang mempengaruhinya. Horison atas cenderung memiliki
tekstur yang lebih halus, sedangkan horison bawah cenderung lebih
kasar.
2. Struktur: Struktur tanah merujuk pada susunan partikel tanah ke
dalam agregat-agregat yang lebih besar. Setiap horison memiliki jenis
struktur yang berbeda, tergantung pada sifat-sifat fisik tanah di
daerah tersebut. Beberapa jenis struktur yang umum ditemukan di
horison tanah adalah struktur granuler, struktur blok, dan struktur
prisma.
3. Warna: Setiap horison memiliki warna yang berbeda-beda, tergantung
pada komposisi dan konsentrasi zat-zat kimia di dalamnya. Pada
umumnya, horison atas memiliki warna yang lebih terang
dibandingkan dengan horison bawah. Warna juga dapat memberikan
petunjuk tentang keadaan lingkungan di masa lalu, misalnya warna
merah pada horison bawah menunjukkan keberadaan zona reduksi
atau zona lempung merah yang mengandung besi yang telah
teroksidasi.
4. Kedalaman: Setiap horison memiliki kedalaman yang berbeda-beda,
tergantung pada keadaan lingkungan di masa lalu dan saat ini.
Horison atas cenderung lebih tipis dibandingkan dengan horison
bawah, terutama di daerah yang banyak tererosi. Kedalaman horison
juga dapat memberikan informasi tentang tingkat ketergantungan
tanaman pada sumber air dan nutrisi di dalam tanah. Dalam
kesimpulannya, pemahaman mengenai karakteristik dan ciri horison
tanah sangat penting untuk mengidentifikasi potensi dan kendala
yang mungkin dihadapi dalam pengelolaan tanah. Dengan memahami
karakteristik dan ciri horison tanah, petani dapat membuat keputusan
yang lebih baik dalam memilih jenis tanaman dan teknik pengolahan
tanah yang tepat untuk memaksimalkan produktivitas lahan. Selain
itu, pemahaman mengenai horison tanah juga penting bagi para ahli
lingkungan.
5. Konsistensi: Konsistensi merujuk pada tingkat kepadatan dan
kelembaban tanah. Setiap horison memiliki konsistensi yang
berbedabeda, tergantung pada sifat-sifat fisik tanah di daerah
tersebut. Horison atas cenderung lebih lembut dan lebih mudah diolah
dibandingkan dengan horison bawah yang lebih keras.

2.1. Karakteristik Dan Ciri Sub Horison Tanah


Sub horison tanah adalah lapisan atau zona yang terletak di bawah
horison tanah utama. Karakteristik dan ciri-ciri sub horison sangat penting
untuk memahami kondisi dan sifat tanah, serta potensinya untuk
keberlanjutan pertanian dan pengelolaan sumber daya tanah yang
berkelanjutan. Berikut adalah beberapa karakteristik dan ciri sub horison
tanah:
1. Warna: Sub horison tanah biasanya memiliki warna yang berbeda dari
horison tanah utama. Warna dapat menjadi lebih terang atau lebih
gelap, atau bahkan memiliki nuansa warna yang berbeda sepenuhnya.
Warna ini dapat mengindikasikan adanya perbedaan dalam
konsentrasi bahan organik, mineral, atau senyawa kimia lainnya yang
mempengaruhi karakteristik tanah.
2. Tekstur: Tekstur sub horison dapat berbeda dari horison tanah utama,
tergantung pada kondisi lingkungan yang mempengaruhi
pembentukan tanah. Misalnya, sub horison tanah di daerah yang lebih
lembap cenderung memiliki tekstur yang lebih halus, sedangkan sub
horison di daerah yang lebih kering cenderung memiliki tekstur yang
lebih kasar.
3. Konsistensi: Sub horison tanah dapat memiliki konsistensi yang
berbeda dari horison tanah utama, yang dapat mempengaruhi
kemampuan tanah untuk menyimpan air dan nutrisi. Misalnya, sub
horison yang lebih padat dapat menghambat aliran air dan menahan
nutrisi di dekat permukaan tanah, sementara sub horison yang lebih
lunak dapat lebih mudah mengalirkan air dan nutrisi ke akar tanaman.
4. Struktur: Struktur sub horison tanah juga dapat berbeda dari horison
tanah utama, dan dapat mempengaruhi permeabilitas dan
ketersediaan air serta sirkulasi udara. Sub horison yang lebih padat
dan padat dapat menghambat sirkulasi udara dan air, sementara sub
horison yang lebih longgar dan berpori dapat memfasilitasi sirkulasi
udara dan air yang lebih baik.
5. Komposisi Kimia: Sub horison tanah juga dapat memiliki komposisi
kimia yang berbeda dari horison tanah utama. Misalnya, kandungan
nutrisi, konsentrasi garam, atau kandungan bahan organik dapat
berbeda di sub horison. Ini dapat mempengaruhi kesuburan tanah,
ketersediaan nutrisi bagi tanaman, dan bahkan potensi keracunan
tanaman jika konsentrasi bahan kimia berbahaya terlalu tinggi. Dalam
rangka mengelola sumber daya tanah dengan berkelanjutan, penting
untuk memahami karakteristik dan ciri-ciri sub horison tanah. Ini
dapat membantu petani dan pengelola sumber daya tanah untuk
memilih metode pengelolaan tanah yang tepat untuk meningkatkan
kesuburan tanah dan mengurangi dampak negatif pada lingkungan.

E. DAFTAR PUSTAKA
Handayani., S, dan Karnilawati., 2018., Karakterisasi Dan Klasifikasi
Tanah Ultisol Di Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie., jurnal
ilmiah pertanian., vol 14 No 2
Pratama. R. M. I., Yulianti. & Masturi. 2017. Analisis Sebaran Butiran
Agregat Tanah, Sebaran Butir Primer Tanah, Dan Permeabilitas
Tanah Pada Pabrik Teh. Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika Volume 2
(1); 7-9
Robby G., 2010., Karakteristik Morfologi dan Klasifikasi Tanah Di
Lokasi Sariputih Kecamatan Wahaiseram Utara., Jurnal
Budidaya Pertanian., Vol 6 No 2
BAB IV
KARAKTERISTIK PROFIL TANAH
A. Definisi Profil Tanah
Profil tanah merupakan kumpulan berbagai macam lapisan
tanah. Horison-horison tanah diberi tanda dengan huruf, dari lapisan
atas sampai dibawah dengan huruf : O, A, B, C dan R. Horison O
adalah profil tanah bagian atas yang terdiri dari seresah tanah atau
bahan organik tanah yang masih segar, lapisan ini merupakan guguran
dari daun-daun dan ranting pohon yang menutupi lapisan atas tanah.
Bagian horison O merupakan horison "Organik" yang terdiri dari
beberapa lapisan L = litter, F = Fermentation, dan H = Humus
(Maulina, 2019).
Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling
atas hingga ke bebatuan induk tanah, yang biasanya terdiri dari
horizon-horizon O-A-E-B-CR. Empat lapisan teratas yang masih
dipengaruhi cuaca disebut solum tanah, horizon O-A disebut lapisan
tanah atas dan horizon E-B disebut lapisan tanah bawah. (Vera Puji
Rahayu, 2022). Perkembangan tanah dicirikan oleh terjadinya
diferensiasi horizon sebagai wakil proses pedogen baik fisik, kimia dan
biologi yang oleh reaksi dalam profil tanah terjadi penambahan bahan
organik dan mineral berupa bahan padatan, cair atau gas,
menghilangnya bahan diatas tanah, alih tempat bahan dari satu
bagian ke bagian lain dalam tubuh tanah, alih rupa senyawa mineral
dan bahan organik di dalam tubuh tanah. (Horas Manik, 2017)

B. Bentuk Profil Tanah Sederhana (A/B/C/R)


Bentuk profil tanah sederhana biasanya terdiri dari tiga horison
utama yaitu horison A, B, dan C. Horison A adalah lapisan paling atas
yang terdiri dari bahan organik, mineral halus, dan biasanya berwarna
lebih gelap karena kandungan humus yang tinggi. Horison A sering
disebut sebagai top soil atau tanah permukaan. Horison B terletak di
bawah horison A dan memiliki kandungan mineral yang lebih tinggi,
sedikit bahan organik, dan berwarna lebih pucat dibandingkan horison
A. Horison B sering disebut sebagai subsoil atau tanah bagian bawah.
Horison C terletak di bawah horison B dan terdiri dari batuan atau
endapan geologis yang belum mengalami perubahan menjadi tanah.
Horison C terletak di bawah lapisan tanah yang aktif dan bisa sangat
beragam dalam bentuk dan sifat fisiknya. Kombinasi dari ketiga
horison tersebut membentuk bentuk profil tanah sederhana yang
dapat memberikan gambaran tentang karakteristik dan sifat tanah di
suatu lokasi. Namun, terdapat pula berbagai macam jenis profil tanah
yang lebih kompleks tergantung pada kondisi geologis dan iklim di
daerah tersebut.

C. Bentuk Profil Tanah Penambahan (Atipis/A/B/C/R)


Bentuk profil tanah penambahan mengacu pada perubahan
bentuk atau struktur tanah akibat adanya penambahan bahan organik
atau material lainnya ke dalam tanah. Penambahan bahan organik ke
dalam tanah dapat meningkatkan kesuburan dan kualitas tanah
dengan meningkatkan kandungan nutrisi dan kemampuan menahan
air.
Horison A ini biasanya sangat subur dan mengandung banyak
nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Ciri kedua dari profil tanah
penambahan adalah adanya lapisan bawah tanah yang terbentuk
akibat penambahan material mineral baru ke permukaan tanah.
Lapisan ini disebut sebagai horison B atau lapisan pengendap.
Horison B ini memiliki warna yang lebih muda dari horison A
dan mengandung banyak mineral yang berasal dari batuan di
bawahnya. Ciri ketiga dari profil tanah penambahan adalah adanya
lapisan C atau lapisan dasar. Lapisan ini merupakan lapisan tanah
yang paling dalam dan terletak di bawah horison B.
Lapisan C biasanya terdiri dari batuan yang telah dipecah
menjadi butiranbutiran kecil oleh proses pelapukan. Lapisan C ini
biasanya memiliki karakteristik yang sama dengan batuan di
bawahnya. Ciri keempat dari profil tanah penambahan adalah adanya
lapisan R atau lapisan batuan dasar. Lapisan ini terletak di bawah
lapisan C dan merupakan batuan yang tidak mengalami pelapukan.
Lapisan R ini biasanya terdiri dari batuan sedimen, batuan beku, atau
batuan metamorfik. Ciri kelima dari profil tanah penambahan adalah
keberadaan horison E atau lapisan pelapukan.
Horison E terletak di atas lapisan C dan terbentuk akibat proses
pelapukan pada batuan di bawahnya. Horison E biasanya memiliki
karakteristik yang mirip dengan horison A, tetapi memiliki kandungan
nutrisi yang lebih rendah karena sebagian besar nutrisi telah diserap
oleh akar tanaman. Dalam profil tanah penambahan, terdapat tiga
horison utama yaitu A, B, dan C. Selain itu, terdapat juga horison E
dan R. Horison A adalah lapisan permukaan yang subur dan kaya akan
nutrisi, sedangkan horison B adalah lapisan yang mengandung banyak
mineral dan nutrisi yang berasal dari batuan di bawahnya. Horison C
adalah lapisan dasar yang terletak di bawah horison B dan biasanya
memiliki karakteristik yang sama dengan batuan di bawahnya. Horison
E terletak di atas lapisan C dan terbentuk akibat proses pelapukan
pada batuan di bawahnya, sedangkan horison R adalah lapisan batuan
dasar yang tidak mengalami pelapukan.
D. Bentuk Profil Tanah Pengurangan (Atipis/B/C/R atau B/C/R)
Bentuk profil tanah pengurangan ditandai dengan kehilangan
sebagian atau seluruh horison permukaan tanah atau A-horizon,
sehingga hanya terdapat horison B, C, dan R. Proses pengurangan ini
dapat terjadi karena adanya faktor seperti erosi, pengikisan, atau
perubahan kondisi lingkungan alami yang menyebabkan pergeseran
horison. Dalam bentuk profil tanah pengurangan, horison B menjadi
horison paling atas dan diikuti dengan horison C dan R di bagian
bawah.
Beberapa ciri umum yang dapat ditemukan pada profil tanah
pengurangan antara lain: Kehilangan lapisan atas tanah: Profil tanah
pengurangan biasanya memiliki lapisan tanah bagian atas yang tipis
dan kurang subur karena telah hilang akibat proses pengurangan.
Batuan atau bahan asli yang terlihat.
Ciri khas dari bentuk profil tanah pengurangan adalah
terlihatnya perubahan warna antara horison B dan horison C. Hal ini
disebabkan oleh penumpukan tanah yang lebih halus dan mineral pada
horison C, yang menghasilkan warna yang lebih kemerahan atau
kuning. Sedangkan horison B yang terdapat pada permukaan tanah
memiliki warna yang lebih gelap karena lebih banyak mengandung
bahan organik dan nutrisi tanaman. Pada beberapa kasus, horison C
dan R dalam bentuk profil tanah pengurangan dapat lebih terlihat
dalam bentuk bebatuan atau batuan dasar. Hal ini menandakan bahwa
proses pengurangan terjadi cukup lama dan intens sehingga bagian
permukaan tanah telah terkikis dan hanya meninggalkan bebatuan
atau batuan dasar. Bentuk profil tanah pengurangan dapat
memberikan dampak negatif pada kehidupan dan pertanian, terutama
pada ketersediaan nutrisi tanaman yang tersedia pada horison tanah.
Kondisi pengurangan tanah dapat membuat nutrisi pada tanah
menjadi tidak seimbang dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman
yang ada. Oleh karena itu, pengelolaan tanah pada bentuk profil tanah
pengurangan perlu dilakukan dengan baik agar nutrisi yang diperlukan
oleh tanaman tetap terjaga.

E. Bentuk Profil Tanah Komposit (A/B/A/bB/bC/bR atau


A/B/C/bA/bB/bC/bR)
Profil tanah komposit yang paling umum terdiri dari kombinasi
horison A dan B. Horison A merupakan bagian paling atas dari profil
tanah yang kaya akan bahan organik dan nutrisi, sedangkan horison B
terdiri dari bahan mineral yang kurang lempung dibandingkan horison
A. Kombinasi ini dapat terjadi karena adanya pengaruh manusia,
seperti penambahan bahan organik di atas tanah yang kurang subur.
Bentuk profil tanah komposit lainnya adalah gabungan antara horison
B dan C. Horison B yang terdiri dari bahan mineral menjadi bagian
atas dan horizon C yang lebih dalam dan terdiri dari batuan induk
tanah. Kombinasi ini dapat terjadi karena proses alami seperti erosi
yang menghilangkan lapisan atas tanah, meninggalkan lapisan mineral
di atas batuan induk.
Kombinasi antara horison A dan C juga dapat terjadi dalam
bentuk profil tanah komposit. Kombinasi ini umumnya terjadi karena
proses pengendapan dari sedimen yang membentuk lapisan mineral
dan organik di atas batuan induk. Bagian atas tanah yang subur
(horison A) terbentuk kemudian setelah proses pengendapan selesai.
Ada pula bentuk profil tanah komposit yang terdiri dari gabungan
horison A, B, dan C. Kombinasi ini biasanya terjadi akibat interaksi
antara proses alami dan aktivitas manusia, seperti pengolahan tanah
untuk pertanian atau pembangunan. Horison A dan B terbentuk akibat
proses pengolahan tanah, sedangkan horison C merupakan batuan
induk yang masih terdapat di bawah permukaan tanah. Terakhir,
bentuk profil tanah komposit dapat terjadi akibat adanya pengaruh
topografi pada lokasi tersebut. Contohnya, pada lereng bukit, tanah
cenderung bergerak dan menumpuk pada bagian bawah. Hal ini dapat
menghasilkan gabungan horison A dan B di bagian atas tanah,
sedangkan horison C terdapat di bagian bawah.

F. Bentuk Profil Tanah Komplek (A/ B/ C/ bA/ bB/ bC/ 2bA/


2bB/ 2bC/ 2bR dst)
Profil tanah kompleks merupakan deskripsi mengenai lapisan-
lapisan tanah yang terdapat di dalam suatu kompleks tanah atau area
yang memiliki topografi yang berbeda-beda. Profil tanah kompleks
terdiri dari beberapa horison atau lapisan, dimulai dari lapisan paling
atas yang biasanya merupakan lapisan organik seperti dedaunan atau
sisa-sisa tanaman yang terdekomposisi. Lapisan ini disebut sebagai
horison O atau lapisan organik. Kemudian, di bawah lapisan organik
tersebut terdapat lapisan tanah yang paling atas dan paling luas yang
disebut sebagai horison A atau lapisan topsoil. Lapisan ini biasanya
memiliki struktur tanah yang baik dan kaya akan unsur hara, sehingga
sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Setelah horison A, terdapat
lapisan tanah yang lebih dalam dan memiliki warna yang lebih
kemerahan atau cokelat. Lapisan ini disebut sebagai horison B atau
lapisan subsoil. Horison B ini biasanya memiliki struktur tanah yang
lebih padat dan kurang subur dibandingkan dengan horison A.
Selanjutnya, terdapat lapisan tanah yang terletak di bawah horison B
yang disebut sebagai horison C atau lapisan substratum. Lapisan ini
biasanya merupakan lapisan tanah yang sangat keras dan padat
karena belum terpengaruh oleh proses perubahan tanah yang
disebabkan oleh faktor organic (Harjanti, 2020).

G. Daftar Pustaka
Harjanti, Intan Muning. 2020. “Penyusunan Profil Desa Sebagai Upaya
Pembaharuan Data Di Desa Pengkol, Kecamatan Tanon,
Kabupaten Sragen.” Pengabdian Vokasi 01(03): 211–14.
Horas Manik, P. M. (2017). Tingkat Perkembangan Tanah Berdasarkan
Pola Distribusi Mineral Liat Di Kecamatan Lumbanjulu
Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Agroekoteknologi, Vol 5 (2),
422-433.
Hutapea, S. (2018). Karakterisasi Dan Klasifikasi Tanah Ultisol Di
Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah Pertanian,
14(2), 52–59.
Maulina, F. P. (2019). Penentuan profil perlapisan tanah berdasarkan
data sondir di kota Pontianak . Jurnal Teknik Sipil, 2(1),, 1-12.
Vera Puji Rahayu, A. R. (2022). Identifikasi Sifat Fisika Tanah Dalam
Profil Pada Lahan Perkebunan Kakao (Theobroma Cacao L.) Di
Desa Nambaru Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Mountong .
e-J. Agrotekbis, Vol 10 (3), 155 - 165.
BAB V
KARAKTERISTIK TANAH MINERAL
A. DEFINISI TANAH MINERAL
Tanah mineral adalah lapisan terluar permukaan bumi yang terdiri
dari material mineral yang berasal dari batuan dan kerak bumi yang
telah mengalami pelapukan dan dekomposisi. Tanah mineral terdiri
dari berbagai macam mineral seperti pasir, lempung, dan debu yang
tercampur dengan bahan organik dan air.(Kartikawati et al., 2013)
Tanah mineral adalah jenis tanah yang terdiri dari bahan mineral,
seperti pasir, lempung, dan lumpur, serta mineral-mineral lainnya yang
terdapat di dalamnya. Tanah mineral biasanya terbentuk melalui
proses pelapukan batuan dan endapan sedimen yang berlangsung
selama ratusan hingga ribuan tahun. Kandungan mineral dalam tanah
mineral memiliki peran penting dalam menentukan sifat dan kualitas
tanah, seperti kemampuan menahan air, kepekaan terhadap erosi, dan
kesuburan. Tanah mineral biasanya ditemukan di daerahdaerah yang
memiliki endapan sedimen yang cukup besar, seperti dataran rendah,
dataran sungai, dan lereng bukit.
B. KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TANAH MINERAL
Tanah mineral adalah tanah yang tersusun dari mineral sebagai
bahan utama penyusun tanah. Mineral dalam tanah berasal dari
pelapukan fisik dan kimia dari batuan yang merupakan bahan induk
tanah, rekristalisasi dari senyawa-senyawa hasil pelapukan lainnya
atau pelapukan (alterasi) dari mineral primer dan sekunder yang
ada(Wasis et al., 2019). Berikut adalah beberapa karakteristik sifat
fisik tanah mineral: 1. Tekstur Tekstur tanah mineral mengacu pada
ukuran butir mineral yang ada di dalamnya. Butir-butir tanah mineral
dapat berupa pasir, debu, atau lempung. Tekstur tanah mineral
mempengaruhi kemampuan tanah untuk menahan dan mengalirkan
air, serta ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Tanah mineral yang
berbutir kasar, seperti pasir, cenderung tidak dapat menahan air dan
nutrisi dengan baik, sementara tanah mineral yang berbutir halus,
seperti lempung, dapat menahan air dan nutrisi dengan lebih baik. 2.
Struktur Struktur tanah mineral mengacu pada pengaturan butir-butir
mineral di dalam tanah, seperti apakah butir-butir tersebut terkumpul
menjadi agregat atau tersebar secara acak. Struktur tanah mineral
mempengaruhi kemampuan tanah untuk menahan air, menyediakan
ruang gerak bagi akar tanaman, serta mempengaruhi kepekaan tanah
terhadap erosi. 3. Porositas Porositas mengacu pada jumlah dan
ukuran pori-pori yang ada di dalam tanah mineral. Pori-pori ini
mempengaruhi kemampuan tanah untuk menahan air dan
menyediakan ruang gerak bagi akar tanaman. Tanah mineral yang
memiliki pori-pori yang banyak dan berukuran besar, seperti pasir,
cenderung tidak dapat menahan air dengan baik, sementara tanah
mineral yang memiliki pori-pori yang sedikit dan berukuran kecil,
seperti lempung, cenderung dapat menahan air dengan lebih baik. 4.
Kepadatan Kepadatan tanah mineral mengacu pada berat jenis tanah
mineral yang diukur dengan satuan gram per kubik sentimeter.
Kepadatan tanah mineral mempengaruhi kemampuan tanah untuk
menahan air dan udara, serta ketersediaan nutrisi bagi tanaman.
Tanah mineral yang memiliki kepadatan tinggi, seperti pasir,
cenderung tidak dapat menahan air dan nutrisi dengan baik,
sementara tanah mineral yang memiliki kepadatan rendah, seperti
lempung, dapat menahan air dan nutrisi dengan lebih baik. 5. Warna
Warna tanah mineral dapat memberikan petunjuk mengenai sifat kimia
dan fisik tanah, seperti tingkat keasaman, kadar bahan organik, dan
kandungan nutrisi. Tanah mineral yang berwarna coklat kehitaman
cenderung memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, sementara
tanah mineral yang berwarna kemerahan cenderung memiliki
kandungan oksida besi yang tinggi.

C. KARAKTERISTIK SIFAT KIMIA TANAH MINERAL


Berikut adalah beberapa karakteristik sifat kimia tanah mineral:
• pH pH tanah mineral menunjukkan tingkat keasaman atau
kebasaan tanah. Tanah yang bersifat asam (pH kurang dari 7)
cenderung memiliki kandungan ion H+ yang tinggi, sedangkan
tanah yang bersifat basa (pH lebih dari 7) cenderung memiliki
kandungan ion OH- yang tinggi. Ketersediaan nutrisi tanaman di
tanah sangat dipengaruhi oleh pH, karena beberapa nutrisi
hanya dapat tersedia dalam pH tertentu.
• Kapasitas tukar kation Kapasitas tukar kation (KTK) tanah
mineral adalah kemampuan tanah untuk menahan dan
melepaskan ion positif, seperti kalsium (Ca2+), magnesium
(Mg2+), kalium (K+), dan natrium (Na+). KTK yang tinggi
berarti tanah dapat menahan lebih banyak ion positif, yang
berarti ketersediaan nutrisi bagi tanaman juga dapat lebih
tinggi.
• Kandungan bahan organik Kandungan bahan organik di tanah
mineral mempengaruhi kesuburan tanah dan kemampuan tanah
untuk menahan air dan nutrisi. Bahan organik di tanah
terbentuk dari sisa-sisa tanaman dan hewan yang membusuk
dan menghasilkan unsur hara yang diperlukan tanaman.
• Kandungan unsur hara Tanah mineral mengandung berbagai
unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman, seperti
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Kandungan unsur hara
di tanah dapat mempengaruhi ketersediaan nutrisi bagi
tanaman dan produktivitas tanaman. Kandungan mineral
Kandungan mineral di tanah mineral dapat mempengaruhi sifat
fisik dan kimia tanah, seperti tekstur dan pH. Tanah mineral
yang kaya akan mineral tertentu, seperti lempung atau pasir,
cenderung memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda.

D. DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, S, M P Purba, and K Napitupulu. 2019. “Karakteristik Sifat
Fisika Tanah Pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Kelapa Sawit
Di PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk Unit SEI Merah
Estate.” Agroprimatech 2(2): 86-91
Binarta, M., P. Marpaung, and Sarifuddin. 2017. “Klasifikasi Tanah Di
Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir Berdasarkan
Keys To Soil Taxonomy 2014.” Jurnal Agroekoteknologi 5(1):
120–30.
Wasis, Basuki, Bambang Hero Saharjo, and Robi Deslia Waldi. 2019.
“Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Flora Dan Sifat Tanah
Mineral Di Kawasan Hutan Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.”
Journal of Tropical Silviculture 10(1): 40–44
KESIMPULAN
Proses dan perkembangan tanah pada suatu bentang lahan mineral
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembentukan Tanah: Tanah terbentuk melalui proses fisik, kimia, dan
biologi yang kompleks dalam jangka waktu yang sangat lama. Proses
tersebut meliputi pelapukan batuan, pengendapan bahan organik, dan
aktivitas organisme.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Tanah: Faktor-faktor
seperti iklim, topografi, jenis batuan induk, waktu, dan organisme
mempengaruhi pembentukan tanah.
3. Jenis-jenis Tanah: Tanah dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
berdasarkan kriteria seperti struktur, tekstur, kedalaman, dan
kandungan bahan organik. Jenis tanah ini mempengaruhi kemampuan
tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
4. Kualitas Tanah: Kualitas tanah sangat penting untuk pertanian dan
keberlanjutan lingkungan. Kualitas tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti pH, kandungan nutrisi, dan kepadatan.
5. Tanah mineral adalah jenis tanah yang terdiri dari bahan mineral,
seperti pasir, lempung, dan lumpur, serta mineral-mineral lainnya yang
terdapat di dalamnya. Tanah mineral biasanya terbentuk melalui
proses pelapukan batuan dan endapan sedimen yang berlangsung
selama ratusan hingga ribuan tahun. Tanah ini memiliki unsur hara
sedikit oleh sebab itu tingkat kesuburan tanah rendah dan perlu
dilakukan pengolahan sebelum dilakukan penanaman

Anda mungkin juga menyukai