D. DAFTAR PUSTAKA
Amrin, H. R. (2017). Sifat Fisik Tanah Mineral Dan Gambut Di Areal
Perkebunan Kelapa Sawit Di Kecamatan Petasia Timur
Kabupaten Morolawi Utara. eJ. Agrotekbis 5 (6)
Handayanto H., Muddarisna, dan Fiqri.2017. Tanah dan Nutrisi
Tanaman
Maslaita. (2022). Pemberian Ketebalan Tanah Mineralpada lahan
gambut untuk memperbaiki pertumbuhan beberapa varietas
padi gogo (orizaSativa L.). Jurnal Agroplasma,
Nursanti, I. &. (2022). Pertumbuhan Legume Cover Crops (Puararia
javanica) Pada Tanah Pasca Penambangan Batubara Plus Zeolit.
Jurnal Media Pertanian, Vol 7 (1), 7-10.
Oktrialdi, B. &. (2018). Tanah Untuk Di Aplikasikan Pada Gardu Induk.
BAB II
PROSES PEMBENTUKAN TANAH
A. Definisi Proses Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah adalah serangkaian peristiwa alam
yang terjadi dalam jangka waktu lama, biasanya ratusan hingga ribuan
tahun, yang mengubah batuan dan material organik menjadi tanah
yang subur dan cocok untuk tumbuh tanaman. Proses ini melibatkan
berbagai faktor seperti iklim, topografi, bahan induk, organisme, dan
waktu.
Proses pembentukan tanah dimulai dari pelapukan batuan induk
menjadi fragmen-fragmen kecil akibat pengaruh iklim dan organisme.
Fragmen-fragmen tersebut kemudian dicampur dengan material
organik yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang hidup di atasnya.
Proses ini disebut dengan humifikasi. Selanjutnya, fragmen-fragmen
dan material organik tersebut akan mengalami dekomposisi oleh
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Proses ini menghasilkan
senyawa-senyawa organik dan mineral yang sangat penting bagi
kehidupan tanah dan tanaman. Proses dekomposisi ini juga
menghasilkan unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang
menjadi nutrisi penting bagi tanaman. Proses selanjutnya adalah
akumulasi, di mana unsur-unsur hara dan senyawa organik akan
berkumpul di lapisan tanah tertentu. Lapisan ini disebut horizon atau
profil tanah. Pembentukan horizon ini terjadi karena pengaruh faktor
topografi dan drainase. Terakhir, proses pembentukan tanah
dilengkapi dengan profilisasi, yaitu pembentukan lapisan-lapisan
vertikal yang terdiri dari horizon-horizon dengan karakteristik yang
berbeda-beda. Horizon ini biasanya diberi label dengan huruf-huruf
seperti O, A, B, dan C, yang mewakili sifat fisik dan kimia dari masing-
masing horizon. Profilisasi ini sangat penting karena dapat
memberikan informasi yang berguna bagi pertanian, seperti
kemampuan menahan air, drainase, dan kesuburan tanah.
D. Daftar Pustaka
Aisyah., B, N., Baskoro, D,P,T., dan Murtilaksono,K., 2022., Pendugaan
Erosi Tanah dan Perencanaan Tutupan Lahan Hulu DAS
Jeneberang, Sulawesi Selatan., Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia., Vol 27 No 2
Dinata. A..2020. Identifikasi Kerentanan Erosi Tanah Berdasarkan
Parameter Morfometri di Sub Das Kikim. Jurnal Ilmiah Bering’s,
Volume 07, No.02
Marizca., M,R., 2013., Analisis Erosi Dan Sedimentasi Lahan Di Sub
Das Panasen Kabupaten Minahasa., Jurnal Sipil Statik., Vol 1 (5)
BAB III
KARAKTERISTIK HORISON TANAH
A. Definisi Horison Tanah
Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan
induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses
pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk
oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah,
pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari
bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga
apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-
lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-
lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari
mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut
Profil Tanah. Tekstur, struktur dan konsistensi tanah merupakan
beberapa komponen yang penting dalam tanah sehingga
pempengaruhi pertumbuhan dari tumbuhan (Pratama Et al,. 2017)
Secara umum, horison tanah dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
horison A, horison B, dan horison C. Horison A adalah lapisan tanah
teratas yang umumnya memiliki kandungan bahan organik yang tinggi
dan berperan penting dalam proses pertumbuhan tanaman.
Horison B adalah lapisan tanah yang terletak di bawah horison
A dan memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda. Horison C adalah
lapisan tanah yang terletak di bawah horison B dan memiliki bahan
induk yang belum terproses menjadi tanah. Horison tanah dapat
terbentuk melalui proses geologis dan biologis yang berlangsung
selama ribuan tahun. Proses-proses tersebut meliputi pelapukan
batuan, deposisi bahan organik, dan pengaruh organisme hidup.
Faktor-faktor seperti iklim, topografi, jenis bahan induk, dan waktu
mempengaruhi pembentukan horison tanah.
E. DAFTAR PUSTAKA
Handayani., S, dan Karnilawati., 2018., Karakterisasi Dan Klasifikasi
Tanah Ultisol Di Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie., jurnal
ilmiah pertanian., vol 14 No 2
Pratama. R. M. I., Yulianti. & Masturi. 2017. Analisis Sebaran Butiran
Agregat Tanah, Sebaran Butir Primer Tanah, Dan Permeabilitas
Tanah Pada Pabrik Teh. Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika Volume 2
(1); 7-9
Robby G., 2010., Karakteristik Morfologi dan Klasifikasi Tanah Di
Lokasi Sariputih Kecamatan Wahaiseram Utara., Jurnal
Budidaya Pertanian., Vol 6 No 2
BAB IV
KARAKTERISTIK PROFIL TANAH
A. Definisi Profil Tanah
Profil tanah merupakan kumpulan berbagai macam lapisan
tanah. Horison-horison tanah diberi tanda dengan huruf, dari lapisan
atas sampai dibawah dengan huruf : O, A, B, C dan R. Horison O
adalah profil tanah bagian atas yang terdiri dari seresah tanah atau
bahan organik tanah yang masih segar, lapisan ini merupakan guguran
dari daun-daun dan ranting pohon yang menutupi lapisan atas tanah.
Bagian horison O merupakan horison "Organik" yang terdiri dari
beberapa lapisan L = litter, F = Fermentation, dan H = Humus
(Maulina, 2019).
Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling
atas hingga ke bebatuan induk tanah, yang biasanya terdiri dari
horizon-horizon O-A-E-B-CR. Empat lapisan teratas yang masih
dipengaruhi cuaca disebut solum tanah, horizon O-A disebut lapisan
tanah atas dan horizon E-B disebut lapisan tanah bawah. (Vera Puji
Rahayu, 2022). Perkembangan tanah dicirikan oleh terjadinya
diferensiasi horizon sebagai wakil proses pedogen baik fisik, kimia dan
biologi yang oleh reaksi dalam profil tanah terjadi penambahan bahan
organik dan mineral berupa bahan padatan, cair atau gas,
menghilangnya bahan diatas tanah, alih tempat bahan dari satu
bagian ke bagian lain dalam tubuh tanah, alih rupa senyawa mineral
dan bahan organik di dalam tubuh tanah. (Horas Manik, 2017)
G. Daftar Pustaka
Harjanti, Intan Muning. 2020. “Penyusunan Profil Desa Sebagai Upaya
Pembaharuan Data Di Desa Pengkol, Kecamatan Tanon,
Kabupaten Sragen.” Pengabdian Vokasi 01(03): 211–14.
Horas Manik, P. M. (2017). Tingkat Perkembangan Tanah Berdasarkan
Pola Distribusi Mineral Liat Di Kecamatan Lumbanjulu
Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Agroekoteknologi, Vol 5 (2),
422-433.
Hutapea, S. (2018). Karakterisasi Dan Klasifikasi Tanah Ultisol Di
Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah Pertanian,
14(2), 52–59.
Maulina, F. P. (2019). Penentuan profil perlapisan tanah berdasarkan
data sondir di kota Pontianak . Jurnal Teknik Sipil, 2(1),, 1-12.
Vera Puji Rahayu, A. R. (2022). Identifikasi Sifat Fisika Tanah Dalam
Profil Pada Lahan Perkebunan Kakao (Theobroma Cacao L.) Di
Desa Nambaru Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Mountong .
e-J. Agrotekbis, Vol 10 (3), 155 - 165.
BAB V
KARAKTERISTIK TANAH MINERAL
A. DEFINISI TANAH MINERAL
Tanah mineral adalah lapisan terluar permukaan bumi yang terdiri
dari material mineral yang berasal dari batuan dan kerak bumi yang
telah mengalami pelapukan dan dekomposisi. Tanah mineral terdiri
dari berbagai macam mineral seperti pasir, lempung, dan debu yang
tercampur dengan bahan organik dan air.(Kartikawati et al., 2013)
Tanah mineral adalah jenis tanah yang terdiri dari bahan mineral,
seperti pasir, lempung, dan lumpur, serta mineral-mineral lainnya yang
terdapat di dalamnya. Tanah mineral biasanya terbentuk melalui
proses pelapukan batuan dan endapan sedimen yang berlangsung
selama ratusan hingga ribuan tahun. Kandungan mineral dalam tanah
mineral memiliki peran penting dalam menentukan sifat dan kualitas
tanah, seperti kemampuan menahan air, kepekaan terhadap erosi, dan
kesuburan. Tanah mineral biasanya ditemukan di daerahdaerah yang
memiliki endapan sedimen yang cukup besar, seperti dataran rendah,
dataran sungai, dan lereng bukit.
B. KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TANAH MINERAL
Tanah mineral adalah tanah yang tersusun dari mineral sebagai
bahan utama penyusun tanah. Mineral dalam tanah berasal dari
pelapukan fisik dan kimia dari batuan yang merupakan bahan induk
tanah, rekristalisasi dari senyawa-senyawa hasil pelapukan lainnya
atau pelapukan (alterasi) dari mineral primer dan sekunder yang
ada(Wasis et al., 2019). Berikut adalah beberapa karakteristik sifat
fisik tanah mineral: 1. Tekstur Tekstur tanah mineral mengacu pada
ukuran butir mineral yang ada di dalamnya. Butir-butir tanah mineral
dapat berupa pasir, debu, atau lempung. Tekstur tanah mineral
mempengaruhi kemampuan tanah untuk menahan dan mengalirkan
air, serta ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Tanah mineral yang
berbutir kasar, seperti pasir, cenderung tidak dapat menahan air dan
nutrisi dengan baik, sementara tanah mineral yang berbutir halus,
seperti lempung, dapat menahan air dan nutrisi dengan lebih baik. 2.
Struktur Struktur tanah mineral mengacu pada pengaturan butir-butir
mineral di dalam tanah, seperti apakah butir-butir tersebut terkumpul
menjadi agregat atau tersebar secara acak. Struktur tanah mineral
mempengaruhi kemampuan tanah untuk menahan air, menyediakan
ruang gerak bagi akar tanaman, serta mempengaruhi kepekaan tanah
terhadap erosi. 3. Porositas Porositas mengacu pada jumlah dan
ukuran pori-pori yang ada di dalam tanah mineral. Pori-pori ini
mempengaruhi kemampuan tanah untuk menahan air dan
menyediakan ruang gerak bagi akar tanaman. Tanah mineral yang
memiliki pori-pori yang banyak dan berukuran besar, seperti pasir,
cenderung tidak dapat menahan air dengan baik, sementara tanah
mineral yang memiliki pori-pori yang sedikit dan berukuran kecil,
seperti lempung, cenderung dapat menahan air dengan lebih baik. 4.
Kepadatan Kepadatan tanah mineral mengacu pada berat jenis tanah
mineral yang diukur dengan satuan gram per kubik sentimeter.
Kepadatan tanah mineral mempengaruhi kemampuan tanah untuk
menahan air dan udara, serta ketersediaan nutrisi bagi tanaman.
Tanah mineral yang memiliki kepadatan tinggi, seperti pasir,
cenderung tidak dapat menahan air dan nutrisi dengan baik,
sementara tanah mineral yang memiliki kepadatan rendah, seperti
lempung, dapat menahan air dan nutrisi dengan lebih baik. 5. Warna
Warna tanah mineral dapat memberikan petunjuk mengenai sifat kimia
dan fisik tanah, seperti tingkat keasaman, kadar bahan organik, dan
kandungan nutrisi. Tanah mineral yang berwarna coklat kehitaman
cenderung memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, sementara
tanah mineral yang berwarna kemerahan cenderung memiliki
kandungan oksida besi yang tinggi.
D. DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, S, M P Purba, and K Napitupulu. 2019. “Karakteristik Sifat
Fisika Tanah Pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Kelapa Sawit
Di PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk Unit SEI Merah
Estate.” Agroprimatech 2(2): 86-91
Binarta, M., P. Marpaung, and Sarifuddin. 2017. “Klasifikasi Tanah Di
Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir Berdasarkan
Keys To Soil Taxonomy 2014.” Jurnal Agroekoteknologi 5(1):
120–30.
Wasis, Basuki, Bambang Hero Saharjo, and Robi Deslia Waldi. 2019.
“Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Flora Dan Sifat Tanah
Mineral Di Kawasan Hutan Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.”
Journal of Tropical Silviculture 10(1): 40–44
KESIMPULAN
Proses dan perkembangan tanah pada suatu bentang lahan mineral
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembentukan Tanah: Tanah terbentuk melalui proses fisik, kimia, dan
biologi yang kompleks dalam jangka waktu yang sangat lama. Proses
tersebut meliputi pelapukan batuan, pengendapan bahan organik, dan
aktivitas organisme.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Tanah: Faktor-faktor
seperti iklim, topografi, jenis batuan induk, waktu, dan organisme
mempengaruhi pembentukan tanah.
3. Jenis-jenis Tanah: Tanah dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
berdasarkan kriteria seperti struktur, tekstur, kedalaman, dan
kandungan bahan organik. Jenis tanah ini mempengaruhi kemampuan
tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
4. Kualitas Tanah: Kualitas tanah sangat penting untuk pertanian dan
keberlanjutan lingkungan. Kualitas tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti pH, kandungan nutrisi, dan kepadatan.
5. Tanah mineral adalah jenis tanah yang terdiri dari bahan mineral,
seperti pasir, lempung, dan lumpur, serta mineral-mineral lainnya yang
terdapat di dalamnya. Tanah mineral biasanya terbentuk melalui
proses pelapukan batuan dan endapan sedimen yang berlangsung
selama ratusan hingga ribuan tahun. Tanah ini memiliki unsur hara
sedikit oleh sebab itu tingkat kesuburan tanah rendah dan perlu
dilakukan pengolahan sebelum dilakukan penanaman