Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang terdiri dari mineral,


bahan organik, dan unsur hara serta air dan udara tanah. Secara fisik
berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang
tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara. Tanah
terdiri dari beberapa lapisan atau horizon tanah. Setiap horizon tanah
memiliki ciri khas yang berbeda sesuai dengan komponen penyusunnya,
yang pada umumnya horizon tanah terdiri atas horizon O,A,B,C,dan R.
K a j i a n y a n g dilakukan saat praktikum geografi tanah adalah
mulai dari keadaan di sekitar tanah, lereng, tekstur, struktur,
konsistensi, keasaman tanah, kandungan bahan organik, sertakandungan
kapur di dalam tanah.
Penyingnya praktikum geografi tanah bagi mahasiswa terutama
manusia dalam kehidupan sehari-hari di bidang pertanian, industry, dan
sebagainya. Oleh karena itu agar mahasiswa dapat memahami tanah lebih
mendalam maka diperlukan cabang geigrafi yaitu geografi tanah.
Utuk mempelajari mata kuliah ini mahasiswa dituntut untuk
mengetahui factor pembentuk tanah, karakteristik setiap horizon yang
dilihat dari sifat fisika, kimia, dan biologi serta analisis laboratorium untuk
mendapatkan nilai permeabilitas, kandungan air, berat jenis, berat volum,
besar butir dan sebagainya. Oleh karena itu mahasiswa perlu melakukan
praktek lapang guna mengaplikasikan materi yang didapat di kampus dan
di lapangan.
1.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi medan pada titik pengambilan sampel
2. Mendeskripsikan kondisi Fisika,Kimia,Biologi tanah yang ada di lapangan
1.2 Manfaat
Untuk mengetahui jenis-jenis tanah yang ada di lapangan,cara
pengambilan sampel dan menggambarkan morfologi tanah di lokasi praktek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tanah


Secara singkat dapat dikatakan: ”Tanah adalah kulit bumi tempat
tumbuhan hidup”. Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari
mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital peranannya bagi semua
kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan
menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah
yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk
bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan
untuk hidup dan bergerak.
2.2 Faktor-Faktor Pembentuk Tanah

Faktor-faktor pembentuk tanah dapat dibedakan atas lima komponen


yakni: iklim, bahan induk, organisme, topografi, dan waktu
1. Iklim
Iklim sangat berpengaruh dalam proses pembentukan tanah. Suhu
dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia
dan fisika di dalam tanah.Setiap suhu naik 10°C maka kecepatan reaksi
menjadi dua kali lipat. Reaksi-reaksi oleh mikroorganisme juga sangat
dipengaruhi oleh suhu tanah.
2. Bahan Induk
Bahan induk berwujud batuan, mineral-mineral, dan zat
organik.Bahan induk sangat berpengaruh terhadap proses
pembentukan tanah.Tanah biasanya dapat mencirikan asal bahan
induknya, namun hal ini tidak selalu terjadi. Isa Darmawijaya (1992)
mendefinisikan tanah yang memperlihatkan sifat-sifat(terutama kimia)
yang sama dengan bahan induknya digolongkan dalam tanah-tanah
endodynamomorf , sedangkan tanah-tanah lainnya yang
memperlihatkan sifat-sifat yang lain dari bahan asalnya digolongkan
dalam tanah tanah ectodynamomorf . Sifat-sifat penting yang
mempengaruhi proses pelapukan antara lain tekstur batuan, struktur
batuan, kadar Ca yang dikandung bahan induk,dan jenis mineral yang
menyusun batuan.
3. Organisme
Pengaruh organisme dalam proses pembentukan tanah tidaklah
kecil. Akumulasi bahan organik, siklus unsus hara, dan pembentukan
struktur tanah yang stabil sangat dipegnaruhi oleh kegiatan organisme
dalam tanah. Disamping itu unsure nitrogen dapat diikat ke dalam
tanah dari udara oleh mikroorganisme baik yang hidup sendiri didalam
tanah maupun yang bersimbiosis dengan tanaman.Demikian juga
dengan vegetasi yang tumbuh di tanah tersebut dapat merupakan
penghalang untuk terjadinya erosi sehingga mengurangi jumlah tanah
permukaan yang hilang
4. Topografi
Topografi suatu daerah dapat dapat menghambat atau mempercepat
pengaruh iklim. Di daerah yang datar atau cekung dimana air tidak
mudah hilang dari tanah atau menggenang, pengaruh iklim menjadi
tidak jelas dan terbentuklah tanah berwarna kelabu atau banyak
mengandung karatan sebagai akibaat genangan air tersebut.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah
sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka
tanah-tanah yang semakin tua juga semakin kurus. Mineral yang
banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan
sehingga tingal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.Profil tanah
juga semakin berkembang dengan meningkatnya umur.Karena proses
pembentukan tanah terus berjalan maka bahan induk tanah berubah
berturut-turut menjadi tanah tanah, dewasa, dan tanah tua
2.3 Sifat fisika dan kimia tanah
1. Sifat fisika tanah
Secara fisik, suatu tanah mineral itu merupakan suatu sistem
berfasa tiga dan bersifat galir, yaitu padat, cair, dan gas. Sifat-sifat
fisika tanah adalah meliputi tekstur, struktur, konsistensi, bobot,
porositas, temperature, dan warna tanah.
Berikut sifat-sifat fisik dari tanah, antara lain;
a. Tekstur
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang
terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi
pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan
Nasional). Menurut USDA Bahan halus tanah dibedakan menjadi:
1) Pasir, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai
dengan 2 mm.
2) Debu, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai
dengan 0,050 mm.
3) Liat, yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm.

2. 3 Segitiga Tekstur
b. Struktur
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang
menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang
bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil
proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di
mana partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain.
c. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan
daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir
tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut ditunjukkan dari
daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk.
Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya
pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan.
d. Porositas
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong)
yang terdapat dalam satuan volume tanah yang ditempati oleh
air dan udara, sehingga merupakan indicator kondisi drainase
dan aerasi tanah. Porositas adalah salah satu sifat batuan yang
menyatakan ketersediaan ruang bagi hidrokarbon dalam suatu
batuan atau tanah. Porositas ini terbagi menjadi 5 macam
porositas primer, sekunder, bersambung, potensial dan efektif
e. Temperatur Tanah
Temperatur tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang
sangat berpengaruh terhadap proses-proses dalam tanah, seperti
pelapukan dan penguraian bahan organik dan bahan induk
tanah, reaksi-reaksi kimia , dll. Temperatur juga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman melalui perubahan kelembaban tanah,
aerase, aktivitas mikroorganisme, ketersediaan unsur hara, dll.
Temperatur tanah lapisan atas selalu berubah-ubah selama 24
jam/hari.
f. Warna Tanah
Warna tanah merupakan sifat fisik yang bersifat nyata dan
mudah di kenali.  Warna tanah dapat di gunakan sebagai
petunjuk sifat-sifat tanah seperti kandungan bahan organik,
kondisi drainase, aerase serta  menggunakan warna tanah dalam
mengklasifikasikan tanah dan mencirikan perbedaan horizon-
horizon dalam tanah.
g. Lengas tanah
Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat
oleh berbagai kakas (matriks, osmosis, dan kapiler)
2. Sifat kimia tanah
Sifat kimia tanah terdiri atas:
a. Reaksi Tanah (pH)
Reaksi tanah adalah parameter tanah yang dikendalikan oleh
sifat-sifat elektokimia koloid-koloid tanah. Reaksi tanah
menunjukkan sifat kemasaman dan kebasahan tanah
b. Koloid Tanah
Koloid adalah bahan penyusun tanah yang terdiri dari bahan
mineral dan bahan organik tanah yang sangat halus, mempunyai
luas permukaan sangat tinggi per satuan massa
c. Kapasitas Tukar Kation
Koloid lempung mengandung muatan negatif, sehingga kation-
kation tertarik pada mineral lempung. Kation-kation tersebut
diikat secara elektrostatik pada permukaan lempung. Kerapatan
ion paling tinggi pada permukaan lempung, kation ini disebut
kation terjarap
d. Pertukaran Anion
Dalam tanah pertukaran ion tidak hanya melibatkan kation tetapi
juga melibatkan proses pertukaran anion. Pertukaran anion
terutama terjadi pada mineral-mineral amorf, lempung Al dan
Fe oksida.
e. Kejenuhan basa didefenisikan sebagai perbandingan antara
jumlah kation-kation basah dengan jumlah semua kation (kation
basa dan aktion asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan
tanah
BAB 3
METODE PRAKTEK

2.1 Waktu Dan Tempat


Pelaksanaan Praktek Lapang Mata Kuliah Ilmu Tanah
dilaksanakan di Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolo Pao,
Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan untuk
analisis sampel, dilaksanakan di Laboratorium Geografi, Jurusan
Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Makassar.
Praktek Lapang Mata Kuliah Ilmu Tanah ini dilaksanakan selama 2
hari, yaitu hari Sabtu hingga Minggu pada tanggal 19-20 November
2016. Dengan rincian waktu sebagai berikut:
1. Lokasi 1:
Daerah : Desa Pakatto, Kec. Bontomarann
Rentang Waktu : 09.00-10.45 WITA,
19 November 2016
2. Lokasi 2:
Daerah : Bili-bili, Kec. Bontomarannu
Rentang Waktu : 11.00-12.50 WITA, 19 November 2016
3. Lokasi 3:
Daerah : Pinus, Kec. Tinggimoncong
Rentang Waktu : 13.10-15.05 WITA, 19 November 2016
4. Lokasi 4:
Daerah : Batulapisi, Kec. Tinggimoncong
Rentang Waktu : 15.20-17.00 WITA, 19 November 2016
5. Lokasi 5:
Daerah : Kanreapia, Kec. Tombolo Pao
Rentang Waktu : 17.15-13.00 WITA, 19-20 November 2016
2.2 Teknik Pengambilan Data di lapangan
1. Pengambilan sampel menggunakan bor tanah
a. Alat yang digunakan :
1) Bor tanah
2) Parang
3) Roll meter
4) GPS
5) ATM
b. Cara pengambilan
1) Membersihkan bagian permukaan tanah yang akan di bor
dengan menggunakan cangkul atau parang untuk
meratakan bagian yang akan di bor.
2) Memulai pengeboran dengan memasukkan mata bor ke
dalam tanah dengan memutarnya secara vertical dan
mengangkatnya pada saat bor tersebut penuh.
3) kemudian tanah hasil pengeboran diletakkan secara
horizontal, sesuai dengan urutan pengeboran agar lebih
mudah untuk diamati setiap horizon tanahnya.
4) Mengukur panjang tanah hasil pengeboran dan kedalaman
bagian titik yang di bor.
5) Mengambil sampel tanah setiap horizon, kemudian
dimasukkan ke dalam kantong sampel dan diberi label.
2. Pengambilan sampel menggunakan ring sampel
a. Alat yang digunakan
1) Ring sampel
2) Pisau lapangan
3) ATM
4) Palu
5) Papan pengalas
6) Kain kasa
7) Karet gelang
8) Kantong sampel
9) Kertas label dan spidol
b. Cara pengambilan
1) Membersihkan bagian permukaan tanah menggunakan
parang
2) Mengambil ring sampel dan meletakkannya di atas
permukaan tanah setiap horison yang rata dengan bagian
yang tajam ke bawah untuk memudahkan ring sampel
masuk ke dalam tanah.
3) Menekan ring sampel agar terisi penuh ke dalam tanah
dengan menggunakan papan pengalas dan palu geologi..
4) Menggali secara perlahan di samping ring sampel agar
tidak menggangu kestabilan di saat akan mengambil ring
sampel, kemudian meratakan bagian ring sampel agar
terlihat rapi.
5) Menutup permukaan dan alas ring sampel dengan kain
kasa dan diikat menggunakan karet gelang agar tidak
lepas.
6) Memasukkan ring sampel pada kantong sampel dan
memberi label.
3. Pembuatan penampang tanah dengan teknik penggalian :
a. Alat yang digunakan
1) Cangkul
2) Sekop
3) Parang
4) Roll meter
b. Cara pembuatan
1) Sebelum membuat penampang tanah, dilakukan penelitian
lokasi untuk membuat singkapan atau penampang tanah.
2) Melakukan penggalian dengan ukuran yang telah
ditentukan menggunakan linggis, cangkul dan sekop.
3) Penggalian dengan kedalaman tertentu, sampai horizon c
terlihat.
4. Mengambil sampel yang berbentuk singkapan
a. Alat yang digunakan
1) Pisau lapang
2) Botol sampel
b. Cara pengambilan
1) Menyiapkan tempat sampel
2) Memasukkan tanah butiran kecil
3) Memasukkan tanah yang berbentuk gumpalan
4) Menambah lagi dengan tanah butiran kecil. Hal ini
dimaksudkan agar gumnpalan tanah yang ada didalamnya
tidak rusak
5. Penentuan tekstur tanah
a. Alat dan bahan
1) Pisau lapangan
2) Air (jika sampelnya kering )
3) Sampel
b. Cara penentuan
1) Mengambil sampel tanah sebesar kelereng.
2) Meremas atau menguli contoh tanah di antara telunjuk dan
ibu jari
3) Jika dalam keadaan kering sukar diremas sehingga harus
dibasahi terlebih dahulu agar mudah diuji.
4) Memeriksa tekstur tanah, kemudian mencocokkan dengan
teori/ketentuan yang berlaku, apakah berpasir, lempung
atau debu
6. Penentuan struktur tanah
a. Alat dan bahan
1) Pisau lapangan
2) Sampel tanah
b. Cara penentuan
1) Mengamati horizon demi horizon dalam profil tanah.
2) Memeriksa struktur tanah dengan mencocokkan dengan teori
/ ketentuan yang berlaku (memnperhatikan tipe, indikator,
dan susunan ped , apakah bulat, lempeng, balok, atau prisma
dan lain-lain).
7. Penentuan warna tanah
a. Alat dan bahan
1) Buku munsell soil colour chart
2) Pisau lapangan
3) ATM
4) Sampel tanah
b. Penentuan warna
1) Mengambil sampel tanah dari tiap-tiap horison dari tiap
lokasi.
2) Mencocokan warna tanah dengan warna tanah yang ada di
buku munselt soil colour.
3) Meneliti warna tersebut maka dapat diketahui jenis-jenis
tanah apa saja yang ada di setiap lokasi.
8. Penentuan kandungan bahan organik tanah
a. Alat dan bahan
1) Tabung reaksi
2) Larutan H2O2
b. Cara penentuan
1. Mengambil sampel tanah
2. Memasukkan tanah ke dalam tabung reaksi.
3. Kemudian memasukkan H2O2 ke dalam tabung reaksi dan
mengamati reaksi yang terjadi (jika berbuih atau
menimbulkan tanda gemercik berarti tanah mengandung
bahan organik).
i. Penentuan pH tanah
b) Menggunakan aquades
Menyiapkan alat untuk mengukur pH tanah.
- Mengambil sampel tanah
- Memasukkan tanah pada tabung reaksi secukupnya
- Memasukkan aquades ke dalam tabung reaksi yang
sudah berisi tanah.
- Menutup mulut tabung dengan plastic kemudian
mengocok tabung hingga tanah tercampur dengan
aquades (bersifat homogen).
- Mendiamkan tabung reaksi hingga mengendap
- Mencelupkan kertas lakmus ke dalam tabung reaksi
dan mengamati perubahan warnanya.
- Membandingkan warna kertas lakmus dengan
indikator yang ada kemudian menentukan pH
berdasarkan warnanya.
- Mencatat hasil pengamatan.
b). Menggunakan KCL 1N
- Menyiapkan alat untuk mengukur pH tanah.
- Mengambil sampel tanah.
- Memasukkan tanah pada tabung reaksi secukupnya
- Memasukkan KCL 1N ke dalam tabung reaksi yang
sudah berisi tanah.
- Menutup mulut tabung dengan plastik kemudian
mengocok tabung hingga tanah tercampur dengan
KCL 1N (bersifat homogen).
- Mendiamkan tabung reaksi hingga mengendap
- Mencelupkan kertas lakmus ke dalam tabung reaksi
dan mengamati perubahan warnanya.
- Membandingkan warna kertas lakmus dengan
indikator yang ada kemudian menentukan pH
berdasarkan warnanya.
- Mencatat hasil pengamatan.

2.3 Teknik yang digunakan di laboratorium


1. Pengukuran Permeabilitas tanah
a. Seperangkat alat permeameter
1) Ring Sampel
2) Alat penetap permeabilitas
3) Sambungan ring sampel
4) Ember
5) Selang
6) Gelas Ukur
7) Stopwatch / Jam
8) Alat Tulis Menulis
b. Bahan yang di gunakan
1. Sampel tanah yang ada di ring sampel
2. Air
c. Cara penentuan
1. Praktikan ditunjukan dan dijelaskan alat-alat dan bahan yang
digunakan di dalam pengukuran permeabilitas. Praktikan
diminta memasang contoh tanah ke dalam alat parameameter.
2. Praktikan diminta mengukur permeabilitas tanah dengan cara
mengukur volume air yang keluar dari permeameter hingga
mendapatkan hasil pengukuran selama 60 menit.
3. Praktikan diminta menghitung permeabilatas tanah atas
contoh tanah yang diukur:
Perhitungan :
QxL
K= cm/ jam
txhx A

K = permeabilitas (cm/jam)
Q = jumlah air yang keluar selama pengukuran (ml)
L = tebal contoh tanah (cm)
t = tinggi muka air di permukaan tanah (cm)
h = waktu pengukuran (jam)
A = luas pengukuran contoh tanah (cm2)

Tabel 3.3 Klasifikasi permeabilitas tanah

Nilai Harkat
<0,125 Sangat lambat
0,125 – 0,5 Lambat
0,5 – 2,0 Agak lambat
2,0 – 6,25 Sedang
6,25 – 12,5 Agak cepat
12,5 – 25,0 Cepat
>25,0 Sangat cepat
2. Persiapan contoh tanah dan Penetapan kadar air
d. Alat yang digunakan
1. Lumpang dan penumbuk porselin
2. Timbangan analitik
3. Ayakan ukuran diameter 2mm dan 0,5mm
4. Oven pengering
5. Cawan
6. Alat Tulis Menulis
7. Kantong plastic
8. Kertas label
e. Bahan yang digunakan
1. Contoh tanah yang diambil dari lapangan sebanyak 2 kg yang
telah dikering-anginkan
f. Cara kerja
1. Ambil contoh tanah yang sudah dikeringanginkan ± 2 minggu,
lakukan penimbangan untuk mendapatkan conton tanah.
2. Ambil agregat tanah asli dengan ukuran diameter ± 2cm 2
sebanyak 3-4 buah, tempatkan pada kantong plastik yang telah
disiapkan, jangan lupa catat nomor tanah.
3. Haluskan sisa contoh tanah menggunakan lumpang porselin
dengan cara digerus. Perhatikan, penghalusan contoh tanah
dilakukan sedemikia rupa sehingga fraksi pasir dan atau fraksi
kasar tanah tidak pecah/hancur. Kesalahan dalam prosedur
penghalusan contoh tanah akan membawa pada hasil pengukuran
seluruh sifat fisik dan kimia tanah menjadi tidak akurat. Lakukan
penghalusan untuk seluruh contoh tanah.
4. Lakukan pengayakan dengan ayakan berdiameter 2mm sebanyak
150 gram, ambil 250 gram contoh tanah diameter > 2mm untuk
dihaluskan kembali, lakukan penyaringan dengan ayakan
diameter 0,5mm. tempatkan contoh tanah yang lolos saring pada
kantong plastik yang telah disiapkan, jangan lupa catat nomor
contoh tanah dan diameter sampel tanah.
5. Timbang 3 cawan kosong dengan timbangan analitik dan catat
beratnya (a gr)
6. Masukkan 1 buah agregat tanah, contoh tanah lolos saring 2mm
sebanyak ± 2gr dan contoh tanah lolos saring 0,5mm sebanyak ±
2gr ke dalam cawan yang sudah ditimbang satu persatu, timbang
kembali dengan timbangan analitik dan catat beratnya (b gr)
7. Lakukan pengeringan dengan menggunakan oven bersuhu standar
(150°C) selam ≥ 4 jam.
8. Ambil contoh tanah kering dari oven, masukkan ke dalam
eksikator untuk proses pendinginan hingga suhu kamar. Lakukan
penimbangan ulang setelah proses pengeringan oven dan catat
beratnya (c gr)
Perhitungan :
kehilangan bobot
%Air= x 100 %
bobot contohtanah kering oven
( b−c)
Ka= x 100 %
( c−a)
c. Analisis Besar Butir dan Perhitungan NPD
g. Alat yang digunakan
1. Timbangan analitis
2. Cawan penguap
3. Gelas arloji
4. Gelas piala berukuran 1000ml, cawan penimbang, penangas air,
tabung sedimentasi berukuran 1 liter, pengaduk, oven, saringan
50 mikron)
5. Seperangkat alat pipetisasi
h. Bahan yang digunakan
1. Reagen (H2O2 30%, HCL 1N, Na4P2O7)
2. Sampel tanah
3. Contoh tanah lolos saring 2 mm

i. Cara kerja
1. Timbang contoh tanah kering angin ϕ 2mm sebanyak 10 gr dan
masukkan ke dalam gelas piala 1000ml kemudian tambahkan air
sampai dengan 200 ml.
2. Tambahkan 15 ml H2O2 30% dan biarkan semalam. Tempatkan
gelas piala di atas pengangas air.
3. Keesokan harinya penangas air dihidupkan, apabila air yang ada
di penangas telah mendidih tambahkan lagi H2O2 30% ± 15 ml
sambil diaduk hingga reaksi oksidasi selesai dengan ditandai
larutan di atas tanah berwarna kuning dan timbulnya buih sudah
sangat berkurang. Apabila masih bereaksi, penambahan H2O2
30% diulangi lagi (maksimal 3 kali)
4. Tambahkan HCl 1 N sebanyak 25 ml, diamkan ± 15 menit.
Kemudian api dimatikan.
5. Larutan tanah dinetralkan dengan cara mengencerkan dengan
ditambah air hingga volume menjadi 900ml, kemudian diaduk
dan dibiarkan sampai mengendap (semalam)
6. Keesokan harinya buanglah air yang jernih dengan hati-hati
jangan sampai ada partikel tanah yang ikut terbuang. Ulangi
pengenceran ini 3-5 kali hingga pH suspensi tanah ± 7.
7. Saring suspensi tanah dengan menggunakan saringan bermata
saring ϕ 75 mikron dan tampung suspensi tanah yang lolos saring.
Bersihkan saringan dengan membilas menggunakan air sambil
disapu dengan kuas halus, kemudian tanah yang tidak lolos saring
ditampung di cawan penguap dan kemudian uapkan dengna oven
bershuru 105°C selama > 4 jam untuk mendapatkan kadar pasir
kasar hingga pasir sangat halus.
8. Larutkan tanah yang lolos saring kemudian ditempatkan ke dalam
tabung sedimentasi dan encerkan dengan air hingga volumenya
menjadi 975 ml.
9. Tambahkan 25 ml peptisator (Na4P2O7) ke dalam tabung
sedimentasi sehingga volumenya menjadi 1000ml.
10. Tutup tabung sedimentasi dengan menggunakan telapak tangan
dan gojok dengan cara menjungkir balikkan tabung sampai
suspensi homogen. Tempatkan tabung tepat di bawah alat
pemipetan sedemikian rupa sehingga ujung pipet berada di tengah
tabung sedimentasi.
11. Pipet suspensi tanah sebanyak 25 ml segera setelah suspensi
digojok (tidak lebih dari 4 detik) dengan kedalaman pemipetan ½
tinggi tabung sedimentasi (± 14,5 cm) untuk mendapatkan kadar
debu + lempung. Pindahkan hasil pemipetan ke dalam cawan
penguap dan uapkan dengan oven bersuhu 105°C selama > 4 jam
(sampai kering)
12. Gojok kembali suspensi tanah sampai homogen dan lakukan
pemipetan sebanyak 25 ml setelah waktu 41 menit dengan
kedalaman pemipetan 1 cm untuk mendapatkan kadar lempung.
Apabila kelupaan pemipetan dapat dilakukan setelah 83 menit
dengan kedalaman 2 cm. pindahkan hasil pemipetan ke dalam
cawan penguap dan uapkan dengan oven bersuhu 105°C selama >
4 jam.
13. Untuk mendapatkan persen pasir sangat halus, sampel pasir dalam
cawan yang telah kering disaring lagi dengan saringan ϕ 0,106
mm.
Penentuan persen pasir, debu, dan lempung:

Pasir ( P )=berat ( cawan+ pasir ) −berat cawan


1000
Lempung ( L ) =( berat ( cawan+lempung )−berat cawan ) x
volume pemipetan
Debu ( D )=( berat debu+lempung )−berat lempung

Perhitungan:

P
%Pasir= x 100 %
P+ L+ D
D
%Debu= x 100 %
P+ L+ D
L
%Lempung= x 100 %
P+ L+ D

( c−b ) 1000 ml
Berat ( debu+lempung ) aktuil ( gram )= .
100 a x
100+ Ka
Berat ( debu+lempung ) total ( gr ) → hasil analisis tekstur

K = Kadar Air contoh tanah ϕ 2mm


a = 25 ml
X

( debu+lempung ) aktuil
NPD= x 100 %
( debu+lempung ) total

Kelas tekstur ditentukan dengan menggunakan segitiga tekstur


dari USDA.
Gambar 3.1 Segitiga Tekstur Tanah
d. Pengukuran BV dan BJ serta porositas tanah
j. Alat yang digunakan
1. Piknometer + kawat pengaduk
2. Thermometer
3. Cawan pemanas
4. Gelas ukur
5. Spiritus
6. Timbangan analitik
7. Botol pemancar
8. Corong gelas
9. Kuas halus
k. Bahan yang digunakan
1. Aquades
2. Alcohol
3. Benang
4. Lilin
5. Sampel tanah lolos saring 2mm dan agregat tanah
6. Tissue
l. Cara kerja
Berat Volume (BV):
1. Ambil gumpalan asli ϕ 2-3 cm sehingga dapat masuk ke dalam
gelas ukur dengan longgar. Bersihkan dengan hati-hati butir-butir
tanah yang melekat pada permukaan gumpalan tanah dengan
menggunakan kuas halus kemudian ikat dengna benang. Timbang
gumpalan tanah tersebut (missal a gr)
2. Dengan menggunakan cawan pemanas, lilin dicairkan di atas api
spiritus. Perhatikan suhu lilin jangan sampai melampaui batas
ukur thermometer. Celupkan gumpalan tanah ke dalam lilin cair
bersuhu 60°C, sebentar saja kemudian diangkat dan biarkan lilin
yang menyelimuti bongkah tanah membeku. Apabila belum

53
seluruh bongkah tanah terselimuti, celupkan lagi pada suhu lilin
yang sama.
3. Setelah seluruh permukaan tanah terselimuti lilin yang mengeras,
kmeudian timbang (b gr)
4. Isilah gelas ukur dengan volume tertentu dengan tepat (p ml).
tenggelamkan gumpalan tanah terselimuti lilin ke dalam air dalam
gelas ukur. Catat volume air dalam gelas ukur (q ml)
Berat Jenis (BJ)
1. Timbang piknometer kosong yang bersih lengkap dengan
penutupnya (missal a gr).
2. Isi piknometer dengan air sampai penuh dengan menggunakan
botol pemancar air, caranya isi piknometer dengan air sampai
penuh kemudian pasang tutupnya pelan-pelan, perhatikan air juga
akan mengisi rongga kapiler pada tutup piknometer. Bersihkan
air yang menguap keluar dengan tissue sampai betul-betul tidak
ada air yang menempel pada dinding luar piknometer.
3. Timbang piknometer berisi penuh air (misal b gr), kemudian ukur
suhu dalam piknometer (misal t1°C) dan lihat pada daftar BJ air
pada suhu t1 (misal BJ1)
4. Buang air dalam piknometer dan bilas dengan alcohol dan
uapkan, sehingga piknometer dalam keadaan betul-betul kering.
5. Ambil contoh tanah kering angin ϕ 2mm satu sendok dan
masukkan ke dalam piknometer dengan menggunakan corong
gelas. Perhatikan contoh tanah sampai betul-betul menutup dasar
piknometer dengan ketebalan ± 0,75 cm jika menggunakan
piknometer ukuran 50 cc dan ± 1 cm jika menggunakan
piknometer 25 cc. Pasang piknometer dan timbang (misal c gr)
6. Isi piknometer dengan aquades ± sampai setengahnya, hilangkan
gelembung udara dengan mengaduk-aduk menggunakan kawat
pengaduk. Ambil kawat pengaduk dan bilas sampai bersih.

54
7. Keesokan harinya penghilangan gelembung diulangi lagi dengan
mengaduk dan menggoyang-goyangkan piknometer. Bilas kawat
pengaduk dengan aquades dan biarkan suspensi mengendap.
Tambahkan aquades sampai penuh dengan botol pemancar
dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
suspensi teraduk.
8. Timbang piknometer yang berisi tanah dan air (missal d gr),
kemudian ukur suhu air (missal t2°C), lihat pada daftar BJ air
pada suhu t2 (missal BJ2).

Perhitungan:
100
Berat gumpal tanah kering mutlak =a x gram
100+ Ka
Ka=Kadar air contoh tanah gumpal

( b−a )
Volume Gumpal Tanah=( q− p )− ml
0,87
gram
Berat jenis lilin=0,87
cm3
berat gumpalantanah kering mutlak
BV = gram/cm3
volume gumpal tanah

55
Tabel 3.2 Berat Jenis Air pada berbagai Suhu

° 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
00 0,999 0,999 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 0,999 0,999 0,999

10 0,999 0,999 0,900 0,999 0,999 0,999 0,999 0,998 0,998 0,998

20 0,998 0,998 0,900 0,997 0,997 0,997 0,996 0,996 0,996 0,996

30 0,995 0,995 0,900 0,994 0,994 0,994 0,993 0,993 0,993 0,992

40 0,992 0,991 0,900 0,991 0,990 0,990 0,989 0,989 0,989 0,988

50 0,988 0,987 0,900 0,986 0,986 0,985 0,985 0,984 0,984 0,989

60 0,983 0,982 0,900 0,981 0,981 0,980 0,980 0,979 0,978 0,978

70 0,977 0,977 0,900 0,976 0,975 0,974 0,974 0,973 0,979 0,972

80 0,971 0,971 0,900 0,969 0,969 0,968 0,968 0,967 0,966 0,966

90 0,965 0,964 0,900 0,962 0,962 0,961 0,961 0,960 0,959 0,959

Perhitungan:
100
Berat Tanah Kering Mutlak =( c−a ) x gr
100+ Ka
Ka=Kadar Air contoh tanah ∅ 2 mm
b−a d−c 3
Volumet total butir tanah= − cm
BJ 1 BJ 2
Berat Tanah Kerng Mutlak ( gr )
BJ Tanah=
Volume tanah keringmutlak ( cm3 )
100(c−a) BJ 1. BJ 2
¿ gr /cm 3Porositas Tanah
(100+ Ka ) [BJ 2 ( b−a )−BJ 1 ( d −c ) ]
BV
N= 1− (
BJ )
x 100 %

https://www.academia.edu/18906251/FAKTOR_PEMBENTUKA
N_TANAH_DAN_PROSES_PEMBENTUKAN_TANAH

56

Anda mungkin juga menyukai