Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
2. 3 Segitiga Tekstur
b. Struktur
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang
menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang
bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil
proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di
mana partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain.
c. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan
daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir
tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut ditunjukkan dari
daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk.
Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya
pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan.
d. Porositas
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong)
yang terdapat dalam satuan volume tanah yang ditempati oleh
air dan udara, sehingga merupakan indicator kondisi drainase
dan aerasi tanah. Porositas adalah salah satu sifat batuan yang
menyatakan ketersediaan ruang bagi hidrokarbon dalam suatu
batuan atau tanah. Porositas ini terbagi menjadi 5 macam
porositas primer, sekunder, bersambung, potensial dan efektif
e. Temperatur Tanah
Temperatur tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang
sangat berpengaruh terhadap proses-proses dalam tanah, seperti
pelapukan dan penguraian bahan organik dan bahan induk
tanah, reaksi-reaksi kimia , dll. Temperatur juga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman melalui perubahan kelembaban tanah,
aerase, aktivitas mikroorganisme, ketersediaan unsur hara, dll.
Temperatur tanah lapisan atas selalu berubah-ubah selama 24
jam/hari.
f. Warna Tanah
Warna tanah merupakan sifat fisik yang bersifat nyata dan
mudah di kenali. Warna tanah dapat di gunakan sebagai
petunjuk sifat-sifat tanah seperti kandungan bahan organik,
kondisi drainase, aerase serta menggunakan warna tanah dalam
mengklasifikasikan tanah dan mencirikan perbedaan horizon-
horizon dalam tanah.
g. Lengas tanah
Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat
oleh berbagai kakas (matriks, osmosis, dan kapiler)
2. Sifat kimia tanah
Sifat kimia tanah terdiri atas:
a. Reaksi Tanah (pH)
Reaksi tanah adalah parameter tanah yang dikendalikan oleh
sifat-sifat elektokimia koloid-koloid tanah. Reaksi tanah
menunjukkan sifat kemasaman dan kebasahan tanah
b. Koloid Tanah
Koloid adalah bahan penyusun tanah yang terdiri dari bahan
mineral dan bahan organik tanah yang sangat halus, mempunyai
luas permukaan sangat tinggi per satuan massa
c. Kapasitas Tukar Kation
Koloid lempung mengandung muatan negatif, sehingga kation-
kation tertarik pada mineral lempung. Kation-kation tersebut
diikat secara elektrostatik pada permukaan lempung. Kerapatan
ion paling tinggi pada permukaan lempung, kation ini disebut
kation terjarap
d. Pertukaran Anion
Dalam tanah pertukaran ion tidak hanya melibatkan kation tetapi
juga melibatkan proses pertukaran anion. Pertukaran anion
terutama terjadi pada mineral-mineral amorf, lempung Al dan
Fe oksida.
e. Kejenuhan basa didefenisikan sebagai perbandingan antara
jumlah kation-kation basah dengan jumlah semua kation (kation
basa dan aktion asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan
tanah
BAB 3
METODE PRAKTEK
K = permeabilitas (cm/jam)
Q = jumlah air yang keluar selama pengukuran (ml)
L = tebal contoh tanah (cm)
t = tinggi muka air di permukaan tanah (cm)
h = waktu pengukuran (jam)
A = luas pengukuran contoh tanah (cm2)
Nilai Harkat
<0,125 Sangat lambat
0,125 – 0,5 Lambat
0,5 – 2,0 Agak lambat
2,0 – 6,25 Sedang
6,25 – 12,5 Agak cepat
12,5 – 25,0 Cepat
>25,0 Sangat cepat
2. Persiapan contoh tanah dan Penetapan kadar air
d. Alat yang digunakan
1. Lumpang dan penumbuk porselin
2. Timbangan analitik
3. Ayakan ukuran diameter 2mm dan 0,5mm
4. Oven pengering
5. Cawan
6. Alat Tulis Menulis
7. Kantong plastic
8. Kertas label
e. Bahan yang digunakan
1. Contoh tanah yang diambil dari lapangan sebanyak 2 kg yang
telah dikering-anginkan
f. Cara kerja
1. Ambil contoh tanah yang sudah dikeringanginkan ± 2 minggu,
lakukan penimbangan untuk mendapatkan conton tanah.
2. Ambil agregat tanah asli dengan ukuran diameter ± 2cm 2
sebanyak 3-4 buah, tempatkan pada kantong plastik yang telah
disiapkan, jangan lupa catat nomor tanah.
3. Haluskan sisa contoh tanah menggunakan lumpang porselin
dengan cara digerus. Perhatikan, penghalusan contoh tanah
dilakukan sedemikia rupa sehingga fraksi pasir dan atau fraksi
kasar tanah tidak pecah/hancur. Kesalahan dalam prosedur
penghalusan contoh tanah akan membawa pada hasil pengukuran
seluruh sifat fisik dan kimia tanah menjadi tidak akurat. Lakukan
penghalusan untuk seluruh contoh tanah.
4. Lakukan pengayakan dengan ayakan berdiameter 2mm sebanyak
150 gram, ambil 250 gram contoh tanah diameter > 2mm untuk
dihaluskan kembali, lakukan penyaringan dengan ayakan
diameter 0,5mm. tempatkan contoh tanah yang lolos saring pada
kantong plastik yang telah disiapkan, jangan lupa catat nomor
contoh tanah dan diameter sampel tanah.
5. Timbang 3 cawan kosong dengan timbangan analitik dan catat
beratnya (a gr)
6. Masukkan 1 buah agregat tanah, contoh tanah lolos saring 2mm
sebanyak ± 2gr dan contoh tanah lolos saring 0,5mm sebanyak ±
2gr ke dalam cawan yang sudah ditimbang satu persatu, timbang
kembali dengan timbangan analitik dan catat beratnya (b gr)
7. Lakukan pengeringan dengan menggunakan oven bersuhu standar
(150°C) selam ≥ 4 jam.
8. Ambil contoh tanah kering dari oven, masukkan ke dalam
eksikator untuk proses pendinginan hingga suhu kamar. Lakukan
penimbangan ulang setelah proses pengeringan oven dan catat
beratnya (c gr)
Perhitungan :
kehilangan bobot
%Air= x 100 %
bobot contohtanah kering oven
( b−c)
Ka= x 100 %
( c−a)
c. Analisis Besar Butir dan Perhitungan NPD
g. Alat yang digunakan
1. Timbangan analitis
2. Cawan penguap
3. Gelas arloji
4. Gelas piala berukuran 1000ml, cawan penimbang, penangas air,
tabung sedimentasi berukuran 1 liter, pengaduk, oven, saringan
50 mikron)
5. Seperangkat alat pipetisasi
h. Bahan yang digunakan
1. Reagen (H2O2 30%, HCL 1N, Na4P2O7)
2. Sampel tanah
3. Contoh tanah lolos saring 2 mm
i. Cara kerja
1. Timbang contoh tanah kering angin ϕ 2mm sebanyak 10 gr dan
masukkan ke dalam gelas piala 1000ml kemudian tambahkan air
sampai dengan 200 ml.
2. Tambahkan 15 ml H2O2 30% dan biarkan semalam. Tempatkan
gelas piala di atas pengangas air.
3. Keesokan harinya penangas air dihidupkan, apabila air yang ada
di penangas telah mendidih tambahkan lagi H2O2 30% ± 15 ml
sambil diaduk hingga reaksi oksidasi selesai dengan ditandai
larutan di atas tanah berwarna kuning dan timbulnya buih sudah
sangat berkurang. Apabila masih bereaksi, penambahan H2O2
30% diulangi lagi (maksimal 3 kali)
4. Tambahkan HCl 1 N sebanyak 25 ml, diamkan ± 15 menit.
Kemudian api dimatikan.
5. Larutan tanah dinetralkan dengan cara mengencerkan dengan
ditambah air hingga volume menjadi 900ml, kemudian diaduk
dan dibiarkan sampai mengendap (semalam)
6. Keesokan harinya buanglah air yang jernih dengan hati-hati
jangan sampai ada partikel tanah yang ikut terbuang. Ulangi
pengenceran ini 3-5 kali hingga pH suspensi tanah ± 7.
7. Saring suspensi tanah dengan menggunakan saringan bermata
saring ϕ 75 mikron dan tampung suspensi tanah yang lolos saring.
Bersihkan saringan dengan membilas menggunakan air sambil
disapu dengan kuas halus, kemudian tanah yang tidak lolos saring
ditampung di cawan penguap dan kemudian uapkan dengna oven
bershuru 105°C selama > 4 jam untuk mendapatkan kadar pasir
kasar hingga pasir sangat halus.
8. Larutkan tanah yang lolos saring kemudian ditempatkan ke dalam
tabung sedimentasi dan encerkan dengan air hingga volumenya
menjadi 975 ml.
9. Tambahkan 25 ml peptisator (Na4P2O7) ke dalam tabung
sedimentasi sehingga volumenya menjadi 1000ml.
10. Tutup tabung sedimentasi dengan menggunakan telapak tangan
dan gojok dengan cara menjungkir balikkan tabung sampai
suspensi homogen. Tempatkan tabung tepat di bawah alat
pemipetan sedemikian rupa sehingga ujung pipet berada di tengah
tabung sedimentasi.
11. Pipet suspensi tanah sebanyak 25 ml segera setelah suspensi
digojok (tidak lebih dari 4 detik) dengan kedalaman pemipetan ½
tinggi tabung sedimentasi (± 14,5 cm) untuk mendapatkan kadar
debu + lempung. Pindahkan hasil pemipetan ke dalam cawan
penguap dan uapkan dengan oven bersuhu 105°C selama > 4 jam
(sampai kering)
12. Gojok kembali suspensi tanah sampai homogen dan lakukan
pemipetan sebanyak 25 ml setelah waktu 41 menit dengan
kedalaman pemipetan 1 cm untuk mendapatkan kadar lempung.
Apabila kelupaan pemipetan dapat dilakukan setelah 83 menit
dengan kedalaman 2 cm. pindahkan hasil pemipetan ke dalam
cawan penguap dan uapkan dengan oven bersuhu 105°C selama >
4 jam.
13. Untuk mendapatkan persen pasir sangat halus, sampel pasir dalam
cawan yang telah kering disaring lagi dengan saringan ϕ 0,106
mm.
Penentuan persen pasir, debu, dan lempung:
Perhitungan:
P
%Pasir= x 100 %
P+ L+ D
D
%Debu= x 100 %
P+ L+ D
L
%Lempung= x 100 %
P+ L+ D
( c−b ) 1000 ml
Berat ( debu+lempung ) aktuil ( gram )= .
100 a x
100+ Ka
Berat ( debu+lempung ) total ( gr ) → hasil analisis tekstur
( debu+lempung ) aktuil
NPD= x 100 %
( debu+lempung ) total
53
seluruh bongkah tanah terselimuti, celupkan lagi pada suhu lilin
yang sama.
3. Setelah seluruh permukaan tanah terselimuti lilin yang mengeras,
kmeudian timbang (b gr)
4. Isilah gelas ukur dengan volume tertentu dengan tepat (p ml).
tenggelamkan gumpalan tanah terselimuti lilin ke dalam air dalam
gelas ukur. Catat volume air dalam gelas ukur (q ml)
Berat Jenis (BJ)
1. Timbang piknometer kosong yang bersih lengkap dengan
penutupnya (missal a gr).
2. Isi piknometer dengan air sampai penuh dengan menggunakan
botol pemancar air, caranya isi piknometer dengan air sampai
penuh kemudian pasang tutupnya pelan-pelan, perhatikan air juga
akan mengisi rongga kapiler pada tutup piknometer. Bersihkan
air yang menguap keluar dengan tissue sampai betul-betul tidak
ada air yang menempel pada dinding luar piknometer.
3. Timbang piknometer berisi penuh air (misal b gr), kemudian ukur
suhu dalam piknometer (misal t1°C) dan lihat pada daftar BJ air
pada suhu t1 (misal BJ1)
4. Buang air dalam piknometer dan bilas dengan alcohol dan
uapkan, sehingga piknometer dalam keadaan betul-betul kering.
5. Ambil contoh tanah kering angin ϕ 2mm satu sendok dan
masukkan ke dalam piknometer dengan menggunakan corong
gelas. Perhatikan contoh tanah sampai betul-betul menutup dasar
piknometer dengan ketebalan ± 0,75 cm jika menggunakan
piknometer ukuran 50 cc dan ± 1 cm jika menggunakan
piknometer 25 cc. Pasang piknometer dan timbang (misal c gr)
6. Isi piknometer dengan aquades ± sampai setengahnya, hilangkan
gelembung udara dengan mengaduk-aduk menggunakan kawat
pengaduk. Ambil kawat pengaduk dan bilas sampai bersih.
54
7. Keesokan harinya penghilangan gelembung diulangi lagi dengan
mengaduk dan menggoyang-goyangkan piknometer. Bilas kawat
pengaduk dengan aquades dan biarkan suspensi mengendap.
Tambahkan aquades sampai penuh dengan botol pemancar
dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
suspensi teraduk.
8. Timbang piknometer yang berisi tanah dan air (missal d gr),
kemudian ukur suhu air (missal t2°C), lihat pada daftar BJ air
pada suhu t2 (missal BJ2).
Perhitungan:
100
Berat gumpal tanah kering mutlak =a x gram
100+ Ka
Ka=Kadar air contoh tanah gumpal
( b−a )
Volume Gumpal Tanah=( q− p )− ml
0,87
gram
Berat jenis lilin=0,87
cm3
berat gumpalantanah kering mutlak
BV = gram/cm3
volume gumpal tanah
55
Tabel 3.2 Berat Jenis Air pada berbagai Suhu
° 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
00 0,999 0,999 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 0,999 0,999 0,999
10 0,999 0,999 0,900 0,999 0,999 0,999 0,999 0,998 0,998 0,998
20 0,998 0,998 0,900 0,997 0,997 0,997 0,996 0,996 0,996 0,996
30 0,995 0,995 0,900 0,994 0,994 0,994 0,993 0,993 0,993 0,992
40 0,992 0,991 0,900 0,991 0,990 0,990 0,989 0,989 0,989 0,988
50 0,988 0,987 0,900 0,986 0,986 0,985 0,985 0,984 0,984 0,989
60 0,983 0,982 0,900 0,981 0,981 0,980 0,980 0,979 0,978 0,978
70 0,977 0,977 0,900 0,976 0,975 0,974 0,974 0,973 0,979 0,972
80 0,971 0,971 0,900 0,969 0,969 0,968 0,968 0,967 0,966 0,966
90 0,965 0,964 0,900 0,962 0,962 0,961 0,961 0,960 0,959 0,959
Perhitungan:
100
Berat Tanah Kering Mutlak =( c−a ) x gr
100+ Ka
Ka=Kadar Air contoh tanah ∅ 2 mm
b−a d−c 3
Volumet total butir tanah= − cm
BJ 1 BJ 2
Berat Tanah Kerng Mutlak ( gr )
BJ Tanah=
Volume tanah keringmutlak ( cm3 )
100(c−a) BJ 1. BJ 2
¿ gr /cm 3Porositas Tanah
(100+ Ka ) [BJ 2 ( b−a )−BJ 1 ( d −c ) ]
BV
N= 1− (
BJ )
x 100 %
https://www.academia.edu/18906251/FAKTOR_PEMBENTUKA
N_TANAH_DAN_PROSES_PEMBENTUKAN_TANAH
56