Anda di halaman 1dari 62

I.

PENDAHULUAN

Secara umum Tanah (Soil) berbeda dengan lahan (Land) hal ini disebabkan karena
lahan meliputi tanah beserta faktor-faktor lingkungannya seperti lereng, hidrologi, iklim serta
faktor lainnya. Tanah dipelajari dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman terutama
dalam mempelajari sifat-sifat tanah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dikenal
dengan istilah edaphologi.
Manusia yang hidup dipermukaan bumi amat tergantung kepada tanah. Pada kontek
tanah sebagai lahan perkebunan kelapa sawit, baik buruknya tanah ditentukan oleh sampai
sejauh mana manusia tersebut cukup terampil mengelolanya, bukan justru sebaliknya terjadi
kerusakan-kerusakan terhadap tanah tersebut. Pada bidang pertanian (perkebunan) tanah
diartikan lebih khusus sebagai media tumbuhnya tanaman sehingga mampu menghasilkan
produksi sesuai yang di harapkan.
Mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah membahas tentang pengertian tanah dari berbagai
sudut pandang dan pengertian tanah dari sudut Ilmu Tanah. Untuk mempelajari tanah perlu
diketahui komponen-komponen utama penyusun tanah yaitu fabe padat, fase cair dan fase gas
baik komposisi maupun sifat-sifatnya. Selanjutnya dipelajari pula interaksi antar ke 3 fase
tersebut dalam suatu sistem yang disebut dengan system dispers. Tanah berasal dari batuan,
batuan untuk menjadi tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah seperti bahan
induk, iklim, jasad hidup, topografi, dan waktu. Dalam hal ini dipelajari pula peran faktor-
faktor tersebut terhadap pelapukan batuan yang terdiri atas pelapukan fisik dan kimia, proses
pedogenesis (translokasi dan transformasi), morfologi dan profil tanah, horison-horison
diagnostik tanah dan sifat-sifatnya. Setelah terbentuk tubuh tanah selanjutnya dipelajari sifat-
sifat fisik tanah yang meliputi : tekstur, konsistensi, struktur, kadar lengas tanah, dan warna
tanah; sifat kimia tanah : muatan tanah, koloid tanah, mineral lempung dan sifat-sifatnya,
pertukaran ion (KPK dan KPA), kejenuhan basa, reduksi-oksidasi, pH tanah, sifat biologi
tanah : organisme tanah dan bahan organic tanah.
Jenis tanah di Indonesia sangat beragam, untuk mengetahui jenis-jenis tanah yang ada di
Indonesia perlu dipelajari juga tentang klasifikasi tanah; jenis-jenis tanah di Indonesia (tanah
mineral dan tanah organic), pembentukan, distribusi, sifat dan kesuburannya serta kesesuaian
lahan untuk peruntukan tertentu.
Agar penggunaan tanah sebagai media tanam dapat digunakan secara berkelanjutan
maka dalam Mata kuliah Dasar-dasar Ilmu tanah juga dipelajari konservasi tanah maupun land-
use.
Setelah mendapat kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah diharapkan mahasiswa dapat
mengenal tanah baik asalnya, pembentukannya, sifatnya dan penggolongannya sehingga dapat
mengelolannya sebagai bagian dari lahan pertanian secara berkelanjutan.

A. PENGERTIAN TANAH
Dalam mempelajari tanah kita harus menyamakan persepsi apa yang dimaksud dengan
tanah. Ada beberapa definisi tanah antara lain menurut :
1. HILGARD & DOKUCHAEV ( PAKAR PEDOLOGI) :
Tanah sebagai tubuh alam bebas dan dinamis yang memperoleh sifat-sifatnya sesuai dengan
gaya-gaya alamiah yang mengenainya. Gaya-gaya tersebut meru-pakan faktor-faktor
pembentuk tanah yang mencakup : IKLIM, VEGETASI, BAHAN INDUK, TOPOGRAFI
DAN WAKTU.
2. J.J. BERZELIUS (PAKAR KIMIA) :
Tanah sebagai laboratorium kimia di alam yang didalamnya berlangsung proses-proses
dekomposisi dan sintesis kimia secara tenang. 
3. PAKAR GEOLOG
Tanah merupakan bahan alam yang rapuh yang menempati permukaan bumi
4. PAKAR TEKNIK SIPIL
Tanah merupakan bahan yang menjadi landasan bangunan gedung-gedung, jalan raya dan
landasan lapangan terbang.
5. PAKAR EDAFOLOGI
Tanah sebagai tubuh alam yang bersifat rapuh menempati permukaan bumi, me- ngandung
unsur-unsur hara, sehingga tumbuh-tumbuhan dapat tumbuh di atas-nya.
6. PAKAR AGRONOMI
Tanah adalah medium pertumbuhan ber-macam-macam tanaman yang diusahakan baik
untuk perkebunan maupun pertanian
7. Jooffe dan Marbut dalam Foth and Turk (1972)
Tanah merupakan tubuh alami (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat
bekerjanya gaya-gaya alami (natural force) terhadap bahan-bahan alam (natural material) di
permukaan bumi. Tubuh alam ini dapat terdifferensiasi membentuk horizon-horison mineral
maupun organic yang kedalamannya beragam dan memiliki karakteristik yang berbeda
dengan bahan induk di bawahnya. Definisi ini sama dengan yang dikemukakan oleh
HILGARD & DOKUCHAEV ( PAKAR PEDOLOGI).
Perbedaan ini terutama dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat fisik dan aktivitas
biologinya. Secara ringkas dari difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
a. Tanah terbentuk dan berkembang melalui proses-proses alami.
b. Adanya differensiasi profil tanah membentuk horizon-horison.
c. Terdapat perbedaan yang menyolok antara sifat-sifat bahan induk dengan horizon-
horison tanah yang terbentuk terutama dalam hal morfologi, kimia, fisik dan biologi.
8. Schoeder (1972)
Tanah merupakan suatu system 3 fase yang mengandung air, udara, bahan-bahan mineral
dan organik serta jasad hidup yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap
permukaan bumi dan kurun waktu membentuk berbagai macam perubahan yang memiliki
ciri-ciri morfologi yang khas sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam
tanaman.

Gambar 1. Tanah secara aktual


Di dalam mempelajari tanah definisi inilah yang dipergunakan bahwa tanah terdiri dari 3
fase yaitu (1) fase padat yang terdiri dari bahan mineral (anorganik) dan bahan organic, (2)
fase cair dan (3) fase gas.
Satuan terkecil dari suatu tubuh tanah disebut dengan pedon, luas suatu pedon berkisar
antara 1 – 10 m2 tergantung keragaman sifat yang ada di dalam tanah. Luas tersebut terlalu kecil
sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar dalam pengelompokan tanah untuk kegunaan
klasifikasi dan pemetaan tanah. Dasar pengelompokan tanah di lapang di dasarkan pada
kumpulan pedon-pedon (polypedon) yang mempunyai sifat-sifat yang sama dari suatu tanah.

B. SUSUNAN UTAMA TANAH


Seperti yang dikatakan oleh Schoeder (1972) bahwa tanah secara umum dapat
dikatakan sebagai sistem 3 fase yang selalu dalam keadaan keseimbangan dinamis. Dikatakan
sebagai sistem 3 fase karena tanah terdiri dari 3 bahan yang berbeda bentuknya yaitu (1) fase
padat yaitu bahan yang berupa padatan tanah (Soil matrix), (2) fase cair berupa bahan cairan
(larutan tanah) dan (3) fase gas berupa bahan gas (udara tanah). Proporsi ketiga fase tersebut
dalam keseimbangan dinamis dalam arti ketiga fase tersebut berubah-ubah namun masih dalam
kondisi keseimbangan seperti pada gambar berikut :

Soil Components (volume basis)

Gambar 2. Komponen Penyusun Tanah

1. FASE PADAT:
a. BAHAN ANORGANIK (MINERAL)
Bahan ini merupakan kerangka tanah. Bahan ini berasal dari mineral hasil pelapukan bahan
induk (biasa disebut sebagai mineral primer)
b. BAHAN ORGANIK
Bahan organik tanah terdiri dari sisa-sisa tumbuhan maupun hewan yang berada di dalam
tanah. Bahan organik ini termasuk dalam fase padat karena berbentuk koloid. Bahan organik
tanah merupakan penimbunan dari sisa makhluk hidup yang sebagian telah mengalami
pelapukan. Peranan bahan organik tanah sangat penting, merupakan perekat butiran lepas,
dan sumber utama nitrogen, fosfor, dan belerang. Bahan organik akan mempengaruhi sifat
fisik tanah, misalnya memantapkan agregat tanah dsb. Bahan organik akan meningkatkan
kemampuan tanah menahan air dan menyediakan air bagi tanaman, meningkatkan KTK
tanah, meningkatkan aktivitas mikro organisme tanah. Bahan organik merupakan sumber
energi bagi mikro organisme. Bahan organik merupakan komponen yang sangat penting
dalam menyediakan nutrisi terutama Nitrogen serta merupakan komponen yang memberikan
kontribusi pada peningkatan kandungan koloid organik. Peranan lain dari bahan organik
adalah memperbaiki sifat fisik tanah serta meningkatkan kapasitas penyimpanan dan
pelepasan nutrisi.

Gambar 3. Organic matter is soil gold !

Fase padat terdiri atas PARTIKEL TANAH yang merupakan butir-butir bahan yang menyusun
tanah dalam berbagai ukuran yang disebut FRAKSI.
FRAKSI TANAH adalah Sekelompok partikel-partikel tanah yang mempunyai kisaran ukuran
sama, dibagi menjadi 3 macam : (1). Fraksi pasir, (2) Fraksi debu dan (3). Fraksi lempung
Gambar 4. Illustrasi ukuran partikel-partikel penyusun tanah

Gambar 5. Klasifikasi ukuran partikel (butir-butir) tanah

2. FASE CAIR
Air dalam tanah menempati ruangan pori-pori tanah, yang umumnya pada pori sedang dan
mikro (kapiler). Air tanah pada pori besar (pori drainse) akan mengalir mengikuti gaya
gravitasi atau dibuang (drainase). Air yang ditahan dalam pori sedang akan diisap oleh
tanaman. Sedangkan air pada pori kapiler yang halus yang menyelimuti partikel tanah, pada
batas-batas tertentu sudah tidak bisa lagi diisap oleh tanaman. Hal ini berkaitan dengan daya
tarik antara partikel tanah dan air yang sangat kuat, dibanding dengan kemampuan tanaman
menyerap air. Jadi tidak semua air dalam tanah dapat diserap oleh tanamanTanah terdiri dari
empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik kedua bahan ini dapat
dikatagorikan sebagai bahan padatan, udara dan air tanah.
3. FASE GAS
Udara tanah menempati ruangan yang sama dengan air tanah. Pori yang tidak tersisi air,
maka akan ditempati oleh udara. Komposisi antara udara dan air ini yang menentukan
tingkat aerasi tanah apakah tergolong baik atau buruk. Jadi kadar udara dalam tanah
dipengaruhi oleh hubungan tanah dan air. Pada tanah tergenang hampir seluruh pori diisi air,
dan seballKnya pada daerah kering hampir seluruh pori ditempati oleh udara. Susunan udara
tanah berbeda dengan udara di atmosfer. Udara tanah mengandung CO2 lebih tinggi, O2 lebih
rendah, dan uap air lebih tinggi dibanding udara atmosfer. Hal tsb disebabkan karena ruang
pori tanah bersifat tidak kontinyu artinya pori tanah sering tidak berhubungan satu sama lain,
dan kegiatan organisme dalam dekomposisi bahan organik, serta pemafasan akar tanaman
yang menyerap O2 dan melepaskan CO2.
SISTEM DISPERS
Fase padat, cair dan gas dalam satu kesatuan biasanya disebut sebagai satu system yaitu
sistem dispers.
• Didalam sistem dispers ini fase cair mengelilingi/menyelimuti fase padat sebagai lapisan
yang tipis, dengan adanya gaya tarik menarik antara partikel tanah dengan air (H2O),
dimana semakin dekat letak lapisan air dengan permukaan partikel tanah ikatan antara
keduanya semakin kuat dan sebaliknya semakin jauh letak lapisan air dengan
permukaan partikel tanah maka ikatan antara keduanya semakin lemah.
• Fase gas menempati ruang pori yang kosong, secara bebas, karena udara tidak dapat
berikatan dengan partikel tanah maupun air, gas selalu menempati ruang-ruang yg
kosong.
• Sedangkan fase padat mendominasi dalam sistem tersebut.
II. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

Tanah mineral yang terbentuk dipermukaan bumi secara langsung maupun tidak
langsung, berkembang dari bahan mineral batu-batuan. Tanah terbentuk melalui proses
pelapukan baik secara fisik maupun kimia dibantu oleh pengaruh kondisi atmosfer. Batuan
induk akan terdisintegrasi dan terdekomposisi menghasilkan bahan induk yang lepas-lepas
selanjutnya dibawah pengaruh proses-proses pedogenik berkembang menjadi tanah.
Batuan induk Bahan induk Profil tanah

Pelapukan

Genesa Tanah

2.1 Faktor Pembentuk Tanah

HANS JENNY MEMFORMULASIKAN FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN


TANAH SBB :
S = F (C, O, P, R, T,)

S = SOIL = TANAH
C = CLIMATE = IKLIM
O = ORGANISM = MAKHLUK HIDUP
P = PARENT MATERIAL = BAHAN INDUK
R = RELIEF = TIMBULAN = TOPOGRAFI
T = TIME = WAKTU

Kelima faktor ini bekerja secara berinteraksi sesamanya, tidak sendiri-sendiri. Batuan/bahan
induk harus mengalami proses penghancuran (pelapukan) oleh iklim dan organisme (vegetasi)
pada tempat (topografi) dan dalam waktu tertentu (t), yang selanjutnya menghasilkan tanah.
Dengan demikian terlihat bahwa semakin banyak variasi faktor pembentuk tanah maka makin
banyak jenis tanah yang dijumpai. Dan juga sifat dan ciri tanah akan tergantung dari kualitas
faktor pembentuknya.
a. Bahan (Batuan) Induk
Batuan induk merupakan bahan baku dalam proses pembentukan tanah. Secara pedologis
bahan induk dapat dikatagorikan menjadi bahan induk batuan (anorganik) dan bahan induk
organik. Tanah mineral berasal dari bahan induk batuan, sedangkan tanah gambut berasal
dari bahan induk organik. Batuan yag tersusun dari berbagai mineral primer dengan sifat dan
komposisi tertentu dalam proses pelapukan akan membebaskan berbagai unsur hara. Sifat-
sifat batuan induk atau bahan induk organik akan sangat menentukan sifat dari tanah.
Keberadaan mineral-mineral di dalam tanah tergantung pada tingkat kestabilannya (Wilding,
Smeck, and Hall, 1983), yang dipengaruhi oleh : (a) perbedaan unsur-unsur penyusunnya,
(b) perbedaan lingkungan hancuran iklim, dan (c) ukuran dan mineral tersebut. Setiap
mineral mempunyai kandungan unsur hara yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan
terhadap tanah-tanah yang terbentuk. Batuan basa mengandung banyak unsur hara (mineral)
yang bersifat basa sehingga cenderung membentuk tanah basa, begitu sebaliknya dengan
batuan masam akan membentuk tanah-tanah masam yang miskin unsur hara. Pada Tabel di
bawah ini disajikan urut-urutan tingkat kestabilan mineral.
Tabel 1 : Jenis-jenis Batuan Utama dan Mineral penyusunnya (Fitzpatrick, 1980)

Jenis Batuan Susunan Mineral


Ultra Basa Peridotit Dominan Olivin
Lainnya Augit, Hornblende, Plagioklas, Biotit,
Magnrtit, Spinel
Serpentin Dominan Antigont, Crysotil
Lainnya Magnetit
Basa Basatl Dominan Plagioklas, Augit
Lainnya Olivin, Magnetit, Apatit
Dolerit / Diabas Dominan Labradorit, Augit
Lainnya Olivin, Hiperstin, Enstatit, Hornblende,
Biotit, Apatit, Kuarsa, Ilmenit, Magnetit

Gabro Dominan Plagioklas, Ensatit, Hiperstin, Augit


Lainnya Olivin, Hornblende, Biotit, Ilmenit,
Magnetit
Intermedier Andesit Dominan Plagioklas, Feldspar

Lainnya Augit, Ensatit, Hornblende, Biotit


Amphibolit Dominan Hornblende, Plagioklas, Garnet
Lainnya Magnetit, Spinel
Diorit Dominan Plagioklas, Hornblende
Biotit, Augit, Olivin, Magnetit, Ilmenit,
Spinel, Apatit
Sierit (dan Trachit) Dominan Alkali, Felspar, Hornblende, Biotit
Lainnya Biotit, Augit, Kuarsa, Spinel, Zirkon,
Apatit, Magnetit, Ilmenit
Masam Konglomerat Dominan Kuarsa, Felspar, Fragmen, Batuan
Granit Dominan Alkali, Felspar, Kuarsa
Lainnya Plagioklas, Biotit, Muskovit, Hornblende,
Turmalin, Epidot, Augit, Apatit, Zirkon,
Magnetit, Spinel

Gneiss Dominan Alkali, Felspar, Kuarsa


Lainnya Biotit, Muskovit, Hornblende
Obsidean Dominan Glass Volkanik (>65% SiO2)
Rhiolit / Liparit Dominan Alkali, Felspar, Kuarsa
Lainnya Biotit, Hornblende, Magnetit, Apatit,
Zirkon
Sandstone Dominan Kuarsa, Felspar
Lainnya Biotit, Muskofit, Hornblende, Spinel,
Ilmenit, Magnetit
Kuarsa - Phorphyry Dominan Kuarsa, Felspar
Lainnya Mika, Augit
Sangat Kuarsit Dominan Kuarsa
Masam Lainnya Muskovit, Turmalin, Magnetit
Schist Dominan Kuarsa, Felspar
Lainnya Biotit, Muskovit, Garnet
Slate Dominan Kuarsa
Lainnya Muskovit, Klorit
Phyllit Dominan Kuarsa
Karbonat Limestone Kalsit dengan dan atau tanpa dolomite
Marble Kalsit
Chalk Sisa-sisa Forminifera
Dolomite CaCO3 dan MgCO3
Organik Batu bara Senyawa Karbon
Tabel 2: Urutan Stabilitas Mineral (Wilding, Smeck, and Hall, 1983)
Mineral Primer Stabilitas Mineral Mineral Sekunder
Zirkon Anatas
Rutil Paling Stabil Gibsit
Turmalin Hematit (Gutit)
Ilmenit Kaolinit
Garnet Klorit Pedogenik
Kuarsa Smektit
Epidot Vermikulit
Sphene Ilit
Muskovit Halosit
Mikroklin Sepiolit (Paligorskit)
Orthoklas Alofan (Imogolit)
Plagioklas Kalsit
Hornblende Gypsum (Pyrit)
Klorit Halit
Augit
Paling Tidak Stabil
Biotit
Serpentin
Glas Volkanik
Apatit
Olivin

.
Tabel 3 : Beberapa jenis Bahan Mineral yang Terdapat dalam Tanah dan Kandungan Unsur
Hara yang Dominan (Klein dan Hurlbut, 1985)

Mineral Rumus Kimia Unsur Dominan


SiO2 -
Kuarsa
Kalsit CaCo3 Ca
Dolomite CaMg(CO3) Ca, Mg
Felspar – Orthoklas KalSi3O8 K
Felspar – Plagioklas NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8 Na, Ca
Mika – Muskovit KAl2(AlSi3O10)(OH)2 K
Mika – Biotit K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2 K, Mg, Fe
Amfibol (Hornblende) (Ca,Na)2- Ca, Mg, Fe
3(Mg,Fe,Al)5Si6(SiAl)2O22(OH)2
Piroksin (Hiperstin, Augit) (Ca,Na)(Mg,Fe,Al)(SiAl)2O6 Ca, Mg, Fe
Olivin (Mg,Fe)2SiO4 Mg, Fe
Leucit KAlSi2O6 K
Apatit Ca5(PO4)3(F,D,OH) P

Pada Tabel 3. tersebut terlihat bahwa tanah-tanah yang berasal dari batuan Kuarsa maupun
Kuarsit secara dominan mempunyai mineral tanah Kuarsa. Mineral tersebut tidak mempunyai
unsur hara, dengan demikian akan terbentuk tanah yang yang masam dan miskin unsur hara.

b. Iklim
Iklim merupakan faktor yang amat penting dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan
curah hujan dan angin merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi
kimia dan fisika di dalam tanah. Pengaruh iklim terhadap proses pembentukan tanah dapat
terjadi secara langsung maupun tidak langsung misalnya dalam proses pelapukan fisik
maupun kimia, pencucian, translokasi dll, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu
pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetasi. Suhu merupakan komponen dari iklim
merupakan komponen yang sangat berpengaruh pada kecepatan reaksi dalam proses
pembentukan tanah. Suhu sangat menentukan jenis dan jumlah vegetasi yang tumbuh di
permukaan sehingga menentukan jumlah dan jenis bahan organik yang terbentuk. Di dalam
profil curah hujan sangat berpengaruh pada proses pelapukan, pelarutan, translokasi unsur
hara dan bahan lainnya serta pertumbuhan perakaran tanaman. Di luar profil tanah curah
hujan berpengaruh terhadap erosi serta deposisi material tanah. a. PERAN CURAH
HUJAN (AIR) : (1) Air sebagai pelarut, (2) Berperan dalam reaksi-reaksi kimia, (3)
Berperan dalam pelapukan fisik batuan melalui pembekuan air dalam pori-pori batuan.
Daerah yang curah hujannya tinggi (Daerah TROPIS BASAH), sifat-sifat tanah yang

terbentuk adalah :

• SOLUM DALAM,
• PELINDIAN INTENSIF
• TEKSTUR HALUS
• pH MASAM
• UNSUR HARA MUDAH TERSEDIA
• HORIZON-HORIZANNYA LENGKAP
SIfat-sifat tanah di DAERAH KERING (ARID) adalah :
• TEKSTUR KASAR
• pH BASIS
• PELINDIAN JARANG TERJADI
• HORIZON-HORIZON TIDAK TAM-PAK (TIDAK LENGKAP)

3. Organisme
Organisme merupakan faktor penting semenjak permulaan pembentukan profil tanah.
Proses pembentukan profil tanah dimulai sejak tanaman mulai hidup di atas batuan misalnya
jenis Lichenes. Apabila batuan mulai lunak maka tumbuhan yang lebih besar mulai tumbuh dan
akhirnya mati dengan meninggalkan sisa-sisa tanaman (bahan organik) (horison O). Bahan
organik ini akan di rombak oleh mikroorganisme serta dicampur dengan bahan mineral yang
ada di bawahnya sehingga terbentuk horison A yang berwarna gelap Asam organik yang
dihasilkan proses dekomposisi akan meningkatkan proses pelapukan mineral sehingga
terbentuk mineral sekunder dan unsur hara dalam tanah. Adanya air hujan akan terjadi proses
translokasi bahan tersebut dari horison A ke horison di bawahnya, proses ini akan menghasilkan
horison B (horison iluviasi). Beberapa sifat tanah yang dipengaruhi oleh organisme adalah
bentuk struktur tanah dan rongga (void) tanah, konsentrasi bahan organik (Mor, Mull, sward
dan orterde) dan perubahan-perubahan bentuk di permukaan tanah.

4. Relief (Topografi)
Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di dalamnya
adalah perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief atau topografi mempengaruhi proses
pembentukan tanah dengan cara :
1. Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau di tahan masa tanah.
2. Mempengaruhi dalamnya air tanah.
3. Mempengaruhi besarnya erosi.
4. Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya dari suatu
tempat ke tempat lainnya.
Sifat-sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan relief adalah :
1. Tebal solum
2. Tebal dan kandungan bahan organik horison A.
3. Kandungan air tanah (Relative wetness).
4. Warna tanah.
5. Tingkat perkembangan horison.
6. Reaksi tanah (pH).
7. Kandungan garam mudah larut.

Kaitan antara topografi dan jenis tanah adalah umum disebut toposequence dimana
menggambarkan jenis-jenis tanah yang d)jumpai pada setiap posisi lereng (Iereng atas, tengah
dan bawah) serta sifat dan ciri-ciri tanah tsb.. Sifat-sifat tanah menyebar mengikuti pola
topografi suatu daerah. Misalnya tanah Aluvial akan dijumpai pada lereng bawah yang
merupakan daerah endapan, dan sebaliknya pada lereng atas akan dijumpai tanah-tanah dengan
solum dangkal.
Tabel.4. Bentuk Wilayah, lereng dan perbedaan tinggi.

Bentuk Wilayah Lereng Perbedaan Tinggi (m)

Datar (flat) 0–3 <5

Berombak (undulating) 3–8% 5 - 15


Bergelombang (rolling) 8 – 15 15 - 50

Berbukit (hilly) 15 – 30 50 - 200

Bergunung (mountainous) > 30 > 200

Sumber : Hardjowigeno, 2003.

5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang selalu dinamis sehingga akibat pelapukan dan
pencucian maka tanah yang semakin tua maka akan semakin miskin. Mineral yang kaya akan
unsur hara akan habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti
kuarsa atau seskuioksida. Mohr dan van Baren telah mengenal ada 5 fase yang terlibat dalam
perkembangan tanah-tanah tropis yaitu :
1. Fase Pemula: Bahan induk belum mengalami pelapukan (100% b.i & 0% tanah).
2. Fase Juvenil: Pelapukan mulai terjadi, namun sebagian besar bahan aslinya belum dilapuki
(75% b.i. & 25 % tanah)
3. Fase viril : Kebanyakan mineral-mineral mulai terlihat, kandungan KLEI meningkat,
pelapukan masih berjalan lambat (50% b.i. & 50% tanah).
4. Fase Senil : Dekomposisi atau pelapukan tiba pada fase akhir hanya mineral-mineral yang
tahan lapuk yang masih bertahan (25% b.i. & 75 % tanah).
5. Fase akhir : Perkembangan tanah telah sempurna, bahan sudah mengalami pelapukan
(100 % bahan tanah).
Proses pembentukan tanah yang berjalan terus menerus maka bahan induk tanah
berubah berturut-turut menjadi tanah muda (immature soil), tanah dewasa (mature soil), tanah
tua (Old soil atau senil soil). Penjelasan lebih lengkap dapat di lihat pada Gambar 1 dibawah
ini.

A A A1 A1
A2
A3
A3

B1 B1
C C B B2t
Atau
Box

B3

C C C

(a) (b) (c) (d) (e)

a= bahan induk
b= tanah muda
c= tanah dewasa
d + e= tanah tua (d = Ultisol ; e = Oxisol)
Gambar 5. Tingkat perkembangan relatip tanah (Hardjowigeno, 1993).
2.2. PELAPUKAN DAN PROSES PEMBENTUKAN PROFIL TANAH
Pelapukan ialah proses berubahnya batuan menjadi bahan tanah sebagai tanggapan dari
batuan tersebut untuk menyesuaikan dengan keadaan lingkungannya.
Pelapukan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pelapukan fisik/mekanik/desintegrasi
2. Pelapukan kimia/dekomposisi

2.2.1. Proses pelapukan fisik ialah :


Penghancuran bahan atau batuan secara fisik tanpa merubah susunan kimia bahan-
bahan yang terlapukkan.
Pelapukan fisik dapat diakibatkan oleh:
1. Fluktuasi suhu
2. Tenaga air
3. Tenaga angin
4. Cuaca yang membekukan
5. Kegiatan akar tumbuhan-tumbuhan
6. Penurunan tekanan

Gambar 6. Proses Disintegrasi oleh pembekuan air


Gambar 7. Proses Disintegrasi oleh akar tamanan

Proses ini akan meningkatkan LPJ.


6
LPJ = --------
L
1
Jumlah butir = (------)3
L

2.2.2. PELAPUKAN KIMIA


Adalah proses perubahan bahan atau batuan secara kimia. Pelapukan ini menghasilkan
bahan yang susunan kimianya tidak sama dengan batuan/bahan yang mengalami pelapukan.
Kedua proses pelapukan ini (pelapukan fisik & kimia) pada umumnya berlangsung bersama-
sama dan saling pengaruh mempengaruhi, sehingga sukar dibedakan/dipisahkan.
Hasil pelapukan fisik dilanjutkan dengan pelapukan kimia melalui :
a) Pelarutan (agensia yg berperan : air)
b) Hidrolisis (penguraian oleh air terutama ion H+)
c) Hidratasi (penempelan mol. Air)
d) Oksidasi (agensia yang berperan O2)
e) Asidolisis (agensia yang berperan :CO2)
Agen-agen utama yang berperan dalam proses tersebut adalah : H2O, CO2, O2 dan H+
a. Pelarutan (solution)
Terjadi pada garam-garam sederhana, seperti karbonat, klorida, dll.
CaCO3 + 2H+ H2CO3 + Ca+
Dapat juga berupa pelarutan mineral primer tanpa perubahan kimia
b. Hidrasi
Reaksi kimia dimana molekul air terikat oleh senyawa-senyawa tertentu

CaSO4 + 2H2O CaSO4 2H20 (Gypsum)


c. Dehidrasi
Reaksi kimia yang mengakibatkan terlepasnya molekul air dari suatu senyawa

CaSO4 2H2O CaSO4 + 2H2O


d. Hidrolisis
Reaksi kimia yang mengakibatkan pergantian kation-kation dalam struktur kristal oleh
hidrogen sehingga struktur kristal rusak dan hancur
Merupakan pelapukan kimia yang terpenting, karena dapat menghasilkan penghancuran
yang sempurna atau modifikasi drastis terhadap mineral-mineral mudah lapuk
3KAlSi3O8O + 2H+ KAl3Si3O10(OH)2 + 6SiO2 + 2K+
K-felspar Mica Quartz
2KAl3Si3O10(OH)2 + 2H+ + 3H20 3Al2Si2O5(OH)4 + 2K+
Mica Kaolinite
(Hemley clan Jones, 1964 dalam Krauskopf, 1979)

e. Oksidasi
Oksidasi adalah suatu proses dimana elektron-elektron atau muatan listrik negatip menjadi
berkurang. Proses tersebut akan berlangsung baik jika tersedia oksigen secara cukup.
Mineral-mineral tersebut menjadi mudah hancur sebagai akibat perubahan ukuran clan
muatan dari ferro (Fe++) ke ferri (Fe+++)
Oksidasi besi memberi warDa merah, coklat, atau orange Biasanya terjadi setelah
Hidrolisis
Fe++ ------------------------- Fe+++ + elektron
f. Reduksi berarti penambahan elektron dimana dengan proses reduksi dapat merubah besi feri
menjadi fero yang sangat mudah bergerak. Pada kondisi ini besi akan mudah tercuci dan
hilang dari tanah. Bila tidak tercuci maka besi ini akan bereaksi dengan sulfur membentuk
Sulfida atau senyawa lain sehingga membentuk warna hijau-kebiruan yang khas untuk tanah
tereduksi.
Fe+++ + elektron Fe++

Pelapukan pedokimia terjadi pada solum tanah , beberapa proses yang dapat dikatagorikan
sebagai proses pelapukan pedokimia adalah :
1. Proses oksidasi-reduksi dari Fe dan Mn dari mineral primer yang akhirnya membentuk
karatan atau kongkresi dalam solum tanah.
2. Pelepasan Al dari kristal KLEI menjadi hidroksida melalui proses pertukaran kation.
3. Pemindahan K dari mika dimana terjadi pergantian K oleh H pada interlayer mika
sehingga membentuk mineral KLEI vermiculit dan montmorilonit.
4. Pembentukan lapisan Al pada mineral KLEI tipe 2:1
PROSES PEMBENTUKAN TANAH(PEDOGENESIS)
Pada pembentukan tanah terdapat beberapa proses yang mengakibatkan penambahan bahan ke
dalam tanah, kehilangan bahan dari tanah, perubahan bentuk, dan pemindahan dalam solum.
Beberapa proses tersebut adalah :
Tabel : Beberapa Contoh Proses Pembentukan Tanah (Hardjowigeno, 1995)
Proses Keterangan
1 A Eluviasi 4 Pemindahan bahan-bahan tanah dari satu Horison ke Horison lainnya

B Iluviasi 4 Penimbunan bahan-bahan tanah dalam suatu Horison


2 A Leaching 2 Pencucian basa-basa (unsur hara) dari tanah
B Enrichment 1 Penambahan basa-basa (unsur hara) dari tempat lain
3 A Dekalsifikas 4 Pemindahan CaCO3 dari tanah atau suatu Horison tanah
i
b Kalsifikasi 4 Penimbunan CaCO3 dalam suatu Horison tanah
4 a Desalinasi 4 Pemindahan garam-garam mudah larut dari tanah atau suatu Horison
tanah
b Salinasi 4 Penimbunan garam-garam mudah larut dalam suatu Horison tanah
5 a Dealkalinasi 4 Pencician ion-ion Na dari suatu tanah atau Horison
(Solodisasi)
b Alkalinisasi 4 Akumulasi ion-ion Na dari suatu tanah atau Horison tanah
(Solonisasi)
6 a Lessivage 4 Pencucian (pemindahan) KLEI dari suatu Horison ke Horison lainnya
dalam bentuk suspensi (secara mekanik). Dapat terbentuk tanah
Ultisol (Podsolik) atau Alfisol
b Pedoturbasi 4 Pencampuran secara fisik dan biologik beberapa Horison tanah
sehingga Horison-Horison tanah yang telah terbentuk menjadi hilang.
Terjadi pada tanah Vertisol (Grumusol)
7 a Podsolisasi (3,4) Pemindahan Al serta Fe dan / atau bahan organik dari suatu Horison
(Silikasi) ke Horison lain secara kimia. Si tidak ikut tercuci sehingga pada
Horison yang tercuci meningkat konsentrasinya. Dapat terbentuk
tanah Spodosol (Podsol).
b Desilikasi (3,4) Pemindahan silika secara kimia keluar dari solum tanah sehingga
(Feralisasi, konsentrasi Fe dan Al meningkat secara relatif. Terjadi di daerah
Laterisasi, tropika dimana curah hujan dan suhu tinggi sehingga Si mudah larut.
Latosolisasi) Dapat terbentuk Oxisol (Laterit, Latosol).
8 a Melanisasi (1,4) Pembentukan warna hitam (gelap) pada tanah karena pencampuran
bahan organik dengan bahan mineral. Dapat membentuk Mollisol
b Leusinasasi 4 Pembentukan Horison pucat karena pencucian bahan organik
9 a Braunifikasi, (3,4) Pelepasan besi dari menieral primer dan dispersi partikel besi oksida
Rubifikasi, yang makin meningkat. Berdasarkan besarnya oksidasi dan hidrasi
Feruginasi dari oksida-oksida tersebut maka dapat menjadi berwarna coklat
(Brafikasi), coklat kemerahan (Rubifikasi) atau merah ( Feruginasi)
b Gleisasi (3,4) Redukasi besi karena keadaan anaerobik (tergenang air) sehingga
ternentuk warna kebi
10 a Littering 1 Akumulasi bahan organik setebal kurang dari 30 cm di permukaan
tanah mineral
b Humifikasi 3 Perubahan bahan organik kasar menjadi humus
Keterangan :
(1) Penambahan bahan ke tanah (2) Kehilangan bahan dari tanah
(3) Perubahan bentuk (transformasi) (4) Pemindahan dalam solum
Sebagai hasil dari proses-proses yang terjadi dalam pembentukan tanah, maka akan
terbentuk lapisan-lapisan di dalam tanah yang disebut sebagai Horison Tanah.. Ringkasan
penamaan horison tanah disampaikan sebagai berikut :
 Horison O
- Horison organik yang selalu jenuh dengan air atau tidak pemah jenuh air. Kandungan
bahan organik > 20 % (Pasir) atau > 30 % (KLEI)
- Pada tanah mineral biasanya ditemukan pada tanah-tanah di hutan yang belum terganggu
Oi, Oe (nama lama O1)
Tingkat dekomposisi bahan organik kasar (Fibrik = i) atau sedang (Hemik = e)
Oa, Oe (nama lama 02)
Tingkat dekomposisi bahan organik halus (Saprik = a) atau sedang (Hemik = e)

 Horison A

Merupakan horison di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan
bahan mineral berwarna lebih gelap dari horison di bawahnya.

 Horison E

Horison dimana terjadi pencucian (eluviasi) maksimum terhadap KLEI, Fe, Al dan bahan

organik, berwarna pucat.

 Horison B adalah horison bawah yang terbentuk karena berbagai hal :

a) Bt : Penimbunan (iluviasi) KLEI yang berasal dari horison eluviasi (E); atau

b) Bs : Penimbunan (iluviasi) Fe dan Al oksida (seskuioksida) yang berasal dari


horison eluviasi (E); atau

c) Bh : Penimbunan (iluviasi) humus yang berasal dari horison eluviasi (E); atau

d) Bo : Penimbunan relatip (residual) Fe dan Al oksida (seskuioksida) akibat pencucian


Silika (desilikasi); atau

e) Bw : Alterasi (perubahan) dari bahan induk yang membebaskan oksida besi dan
lainnya sehingga warna lebih merah atau membentuk struktur tanah.

f) Bss : Terdapat bidang kilir akibat gesekan agregat tanah yang mengembang dan
mengerut.
 Honson C
Bahan induk (Regolit), sedikit melapuk sehingga lunak dan dapat ditembus akar.
 Honson R
Batuan induk yang keras belum di lapuk, tidak dapat ditembus akar tanaman.

GAMBAR : PROFIL TANAH


III. SIFAT FISIK TANAH

Sebagai benda alam tanah dapat dipelajari tentang sifat kimia dan fisiknya, dimana
kemampuan tanah sangat ditentukan oleh kedua sifat ini. Berbeda dengan sifat kimia, sifat fisik
tanah relatip tetap sehingga disebut sebagai faktor pembatas tetap (permanen). Tekstur tanah
misalnya relatip tidak akan berubah untuk jangka waktu lama. Disisi lain sifat fisik tanah relatip
sulit di rubah misalnya tanah yang mempunyai tekstur KLEI sangat sulit dirubah menjadi
tekstur lempung.
Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh sifat fisik sulit dikenali, biasanya baru
diketahui setelah menunjukkan gejala lanjut. Pada kasus tanah mempunyai lapisan impermeabel
(hardpan) tanaman akan menunjukkan gejala ketidaknormalan. Banyak orang menduga
ketidaknormalan itu disebabkan karena kekurangan unsur hara, padahal permasalahan
utamanya karena akar tidak dapat menembus lapisan tersebut sehingga akar tanaman hanya
mampu mengambil hara dari daerah yang sangat terbatas.
Cabang dari ilmu tanah yang mempelajari sifat fisik tanah di kenal dengan Fisika Tanah,
waktu yang dibutuhkan topik ini sangatlah lama. Pada materi ini hanya dikenalkan secara
umum sifat fisik tanah serta hubungannya dengan pertumbuhan tanaman.
3.1. Tekstur
Tekstur tanah adalah perbandingan relatip persentase fraksi penyusun tanah (fraksi pasir
, debu dan KLEI/lempung.)
Tekstur tanah penting diketahui karena komposisi ketiga fraksi tersebut akan menentukan sifat
fisik, fisikokimia, dan sifat kimia tanah.
Bahan tanah/partikel tanah ukuran > 2 mm disebut bahan kasar (kerikil sampai batu).
Diameter
Pasir: 0,02 - 2 mm
Debu: 0,002 – 0,02 mm;
KLEI: < 0,002 mm
Tekstur tanah menunjukkan kasar-halusnya tanah yang merupakan perbandingan banyaknya
pasir, debu, KLEI.
Di laboratorium penentuan tekstur tanah dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu
(1) metoda pipet, dan (2) metoda Hidrometer.
Kedua metode tsb digunakankan untuk menentukan % ase masing-masing fraksi tanah dan
selanjutnya penggolongan kelas tektur dilakukan dengan menggunakan segitiga tekstur tanah
dengan cara memasukkan data hasil analisa laboratorium. Penetapan tekstur secara kualitatif di
lapangan dilakukan dengan cara memijit tanah basah di antara jari-jari sambil dirasakan halus
kasarnya butiran. Rasa kasar mencirikan pasir, rasa licin mencirikan debu dan rasa lekat
mencirikan KLEI.
Pengetahuan tekstur tanah sangat penting karena tekstur tanah dapat digunakan sebagai
petunjuk dalam penilaian suatu lahan, misalnya :
1. Mudah tidaknya suatu tanah diolah. Bila tekstur tanahnya pasiran maka tanah tersebut
mudah diolah, tetapi bila tanah tersebut tanah lempungan maka tanah tersebut
sukar/berat bila diolah.
2. Untuk mengetahui baik buruknya aerasi tanah dan tata air di dalam tanah.
3. Untuk mengkaji tentang morfologi , genesis, klasifikasi dan pemetaan tanah.
4. Tekstur tanah sangat mempengaruhi sifat-sifat fisik tanah seperti luas permukaan
partikel tanah, plastisitas, permeabilitas, kemampuan tanah mengikat air dan hara,
kekerasan, kemudahan olah tanah, kesuburan dan produktifitas tanah. Tetapi tekstur
tanah ini tidak terlepas dari jenis lempung dan mineral batuan yang terkandung. Tanah
yang bertekstur halus (lempung) memiliki Luas pemukaan jenis (LPJ) yang besar
sehingga kemampuan menyerap air dan unsure hara yang lebih tinggi dari yang
bertekstur kasar, tetapi permeabilitas atau drainase tanah lempungan ini lebih lambat
daripada tanah pasiran. Sedangkan Tanah dengan tekstur pasir mempunyai luas
permukaan jenis kecil (LPJ kecil), sehingga daya serap air rendah dan kapasitas
menjerap kation juga rendah (KPK rendah). Sedangkan tanah-tanah bertekstur lempung
() mempunyai luas permukaan (LPJ) besar sehingga memiliki daya serap air besar dan
KPK lebih tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tekstur
kasar. Dengan demikian, jelas bahwa tekstur sangat menentukan tingkat kesuburan
tanah.
Tekstur tanah yang perlu diperhatikan tidak hanya yang di lapisan permukaan saja tetapi juga
di lapisan yang lebih dalam di dalam profil tanah.
Ciri-ciri dari masing-masing tekstur :
1. Tekstur Pasir :
• Kadar pasir ³ 70%
• Bersifat lepas-lepas
• Tidak liat dan tidak lekat
• Terasa kasar kalau dipilin dan tidak meninggalkan selaput.
• Aerasi dan drainase baik
• Kemampuan menyerap air dan ion rendah
• Ringan bila diolah
Untuk pasir geluhan mempunyai sifat-sifat sbb :
1. Mengandung lempung dan debu sedikit
2. Konsistensi agak liat
3. Bila dipilin diantara 2 jari akan me-ninggalkan sedikit selaput bahan halus pada jari

2. Tekstur geluh/sedang
• Mengandung ke 3 fraksi secara se-imbang sehingga sifat-sifatnya terletak diantara 2
tekstur yang ekstrem
• Tanah ini yang paling disukai oleh tanaman
• Pori makro dan mikro seimbang

3. Tanah lempung
• Mengandung lempung ³ 35 %
• Berat bila diolah
• Sangat liat dan lekat
• Aerasi dan drainase buruk
• Kemampuan mengikat ion dan menyerap air tinggi
GAMBAR : SEGITIGA TEKSTUR USDA

3.2.Struktur
Struktur tanah adalah bentuk susunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer (KLEI, debu
dan pasir) membentuk aggregat-aggregat tanah.
dimana satu aggregat dengan aggregat lainnya di batasi oleh bidang belah alami yang lemah.
Aggregat yang terbentuk secara alami disebut ped, sedangkan istilah clod digunakan untuk
bongkahan tanah hasil pengolahan tanah.
Struktur dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan kelembaban,
porositas, pertumbuhan akar, kegiatan mikroorganisme tanah dan penyediaan nutrisi tanaman.
Terdapat 4 bentuk utama struktur tanah yaitu :
1. Bentuk lempeng : struktur dengan dimensi horisontal lebih berkembang dibanding
vertikal, platy bentuk dari lempeng tebal, sedangkan laminar adalah bentuk dari
lempeng tipis.
2. Bentuk prisma : Sumbu vertikal lebih berkembang dari lainnya, bagian samping agak
datar (flat), menghasilkan bangunan bentuk pilar. Jika puncak ped adalah bulah disebut
struktur columnar, jika datar disebut prisma.
3. Betuk gumpal : Perkembangan ketiga dimensi relatip sama, ped-ped yang terbentuk
serupa kubus dengan muka datar atau bulat. Jika mukanya datar dan pinggiranya
bersudut tajam dinamakan gumpal bersudut (angular bloocky).
4. Bentuk spheroidal : Bentuk bulat atau spheroidal dan semua sumbu lebih kurang sama
panjangnya dengan muka tidak beraturan (irregular). Biasanya ukuran strukturnya kecil
kecil, aggregat-aggregat dari grup ini dinamakan granular jika relatip kurang porous,
jika susunan granular sangat porous dinamakan remah (crumb).

Dikenal dua jenis tanah tidak berstruktur yaitu butir tunggal (single grain) dan massive.
Butir tunggal adalah jika partikel-partikel tanah dalam keadaan lepas (tidak terikat) satu dengan
lainnya biasanya terjadi pada tanah pasir. Massive digunakan untuk tanah-tanah padat yang
ruang pori-porinya telah terisi oleh KLEI. Tiga grup bahan koloid tanah dikenal sebagai bahan
perekat dalam proses pembentukan aggregat-aggregat tanah yaitu :
1. Mineral-mineral KLEI.
2. Oksida-oksida besi dan Mangan yang bersifat koloidal.
3. Bahan organik yang bersifat koloidal, termasuk gum yang dihasilkan oleh aktivitas jasad
renik.
3.3. Warna Tanah
Warna tanah merupakan cirri tanah yang paling nyata dan paling mudah ditentukan.
Warna tanah merupakan peryataan dari :1) jenis dan kadar bahan organic 2) keadaan
drainase dan aerasi tanah dalam hubungannya dengan hidratasi, oksidasi dan pencucian 3)
Tingkat perkembangan tanah 4) Kadar air termasuk pula posisi permukaan air tanah .5)
Adanya bahan-bahan tertentu.
Tanah yang kaya akan bahan organic akan memberikan warna kelam, warna merah
menunjukkan biasanya mengindikasikan kondisi tanah yang drainasenya baik, terdapat pada
daerah cembung (convex) berada diatas batuan yang permeable. Warna merah dapat juga
disebabkan oleh warna bahan induknya. Warna kuning sering dijumpai pada tanah yang
berkembang pada daerah lembab, warna ini disebabkan olek okida besi, warna coklat
disebabkan oleh percampuran antara warna tanah kuning dan bahan organic. Warna tanah
kelabu dan keputih-putohan disebabkan karena bahan tanah terutama kuarsa, kaolin, dan
mineral-mineral KLEI, karbonat Ca dan Mg, senyawa ferro (kondisi tergenang/tereduksi).
Tanah-tanah yang kondisi drainasenya buruk sering ditemui adanya bercak-bercak (mottling)
berwarna kelabu, coklat, merah atau kuning.
Penentuan warna diperlukan suatu patokan warna sebagai pembanding, Munsell Color
Chart sering digunakan untuk menentukan warna tanah. Munsell Color Chart (MCC) teridiri
atas kartu-kartu yang berbeda warna spectrum dominannya di beri istilah Hue, dengan
symbol angka dan hurup besar yang diterangkan pada sudut kanan atas tiap-tiap kartu. Baris
vertical disusun menurut interval yang berbeda warna kelam – cerah atau hubungannya
dengan warna putih dan hitam diberi istilah Value , diberi symbol angka di muka garis
miring. Baris horizontal disusun menurut interval yang berbeda dalam hal kekuatan atau
intensitasnya diberi istilah Chroma, diberi simbul angka dibelakang garis miring.
3.4.Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi di antara partikel-partikel tanah dan
ketahanan (resistensi) massa tanah terhadap perubahan bentuk akibat adanya tekanan dari
luar. Konsistensi ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah. Penetapan konsistensi tanah
dapat dilakukan secara kualitatip dan kuantitatif (Angka Atterberg).
Prinsip penenetapan konsistensi secara kualitatip adalah penentuan ketahanan massa
tanah terhadap remasan, tekanan atau pijitan tanah pada berbagai kondisi kadar air tanah.
Angka atterberg menunjukkan kadar air pada berbagai batas konsistensi, yaitu penetapan
batas cair dan batas plastis suatu tanah yang selanjutnya dapat ditentukan nilai indeks
plastisitasnya.Arti penting konsistensi tanah adalah cara penentuan pengolahan tanah yang
effisien dan menentukan kemampuan penetrasi akar tanaman di dalam tanah.
3.5.Pori-Pori tanah
Pori-porii tanah adalah bagian tanah yang berisi air dan udara. Pori tanah dibedakan pori
kasar (makro) dan pori halus (mikro). Pori kasar berisi udara dan air grafitasl (air yang bergerak
atau mudah hilang karena gaya grafitasi) , sedang pori halus berisi air kapiler atau udara yang
terutama berguna bagi tanaman. Tanah dengan tekstur kasar memiliki pori makro yang lebih
besar dibanding tanah tekstur halus. Akan tetapi tanah tekstur halus memiliki total pori lebih
tinggi dari tanah tekstur kasar. Porositas tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik, tekstur,
dan struktur. Bahan organik tanah akan meningkatkan porositas tanah. Tanah yang struktur
masif (pejal) misalnya karena pemadatan menyebabkan porositas tanah rendah. Pori-pori tanah
dapat ditentukan dengan menghitung nilai Bulk Density dan Partikel density.
Pori-pori tanah (%) = (1 – Bulk density/partikel density) x 100 %
3.6.Bulk Density (Kerapatan Lindak) dan Partikel Density
Bulk density tanah adalah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering
terhadap volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bulk density merupakan petunjuk
kepadatan tanah . Semakin tinggi bulk density maka semakin padat tanah tersebut hal ini akan
memberikan informasi bahwa tanah tersebut sulit melewatkan air atau ditembus oleh akar
tanaman. Pada umumnya bulk density berkisar antara 1.1 – 1.6 g.cm -3. Beberapa tanah memiliki
bulk density kurang dari 0.9 g.cm-3 yaitu Andisol, bahka pada tanah gambut (Histosol) kurang
dari 0.1 g.cm-3 .
Bulk density sangat penting dilakukan pengukuran terutama dibutuhkan untuk
menghitung kebutuhan pupuk dan kandungan air dalam tanah yang didasarkan pada berat tanah
persatuan luasan tanah. Bulk density berbeda dengan partikel density (kerapatan jenis zarah).
Partikel density adalah berat kering tanah persatuan volume partikel-partikel padat tanah tidak
termasuk volume pori-pori tanah. Tanah mineral mempunyai nilai partikel density 2.65 g.cm-3 .

3.7.Air Tanah
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan
kedap air, atau karena keadaan drainage yang kurang baik (Hardjowigeno, 1995).
Fungsi air bagi pertumbuhan tanaman adalah sebagai :
 Unsur hara tanaman
Tanaman memerlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan
karbohidrat dalam proses fotosintesis.
 Pelarut unsur hara
Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman dari larutan
tersebut.
 Bagian dari sel-sel tanaman
 Air merupakan bagian dari protoplasma
Persediaan air di dalam tanah tergantung dari :
 Banyaknya curah hujan atau air irigasi
 Kemampuan tanah menahan air Air
 Besarnya evapotranspirasi
 Tingginya permukaan air tanah
Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan
gravitasi. Adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi :
Air Gravitasi : Air yang diikat (diserap) oleh tanah dengan sangat lemah < dari gaya
gravitasi sehingga air tsb bergerak kebawah tertarik oleh gaya gravitasi dan air ini
tidak dapat diserap oleh tanaman
Air Higroskopik : Air yang diserap dengan sangat kuat oleh tanah sehingga tidak dapat
digunakan tanaman (adhesi antara tanah dengan air)
Air Kapiler : Air di dalam tanah, di mana daya kohesi (tarik menarik antara butir-butir air)
dan daya adhesi (antara air dengan tanah) lebih kuat dari gaya gravitasi. Air ini dapat bergerak
ke samping atau ke atas karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan air
yang tersedia (dapat diserap) oleh tanaman.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan penentuan jumlah air tersedia bagi tanaman ,
adalah:
Kapasitas Lapang : Keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan
oleh tanah tersebut terns menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah
makin lama semakin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air
tersebut sehingga tanaman menjadi layu (titik layu permanen)
Titik Layu Permanen : Kandungan air tanah di mana akar-akar tanaman mulai tidak mampu
lagi menyerap air dari tanah sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik
pada siang atau malam hari.
Air Tersedia : Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman merupakan selisih antara kadar air
pada kapasitas lapang dikurangi kadar air pada titik layu permanen .
Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air

(Moisture Tension) dalam tanah yang disebut dengan POTENSIAL LENGAS TANAH.
Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air
tersebut di dalam tanah. Tegangan air diukur dalam Bar, Atmosfir, Cm Air, atau Logaritma dari
Cm Air yang disebut pF. Satuan Bar dan Atmosfir sering dianggap sarna karena 1 atm = 1.0127
bar. Pada Tabel di bawah ini disajikan hubungan antara kondisi air di dalam tanah dengan
tegangan air.

Tabe1: Klasifikasi Kelembaban Tanah dan Tegangan Air


Klasifikasi kelembaban Tanah Tegangan
Bar (atm) pF
Jenuh Air (air Grafitasi, hilang dari tanah) 0 0
Kapasitas Lapang (Air Kapiler, dapat diserap tanaman) 1/3 2.53
Titik Layu permanen (Air Kapiler, tidak dapat diserap tanaman) 15 4.18
Koefisien hidroskopik, tidak dapat diserap tanaman) 31 4.5

Kering Oven 10,000 7

IV. SIFAT KIMIA TANAH

Kemampuan tanah dalam menyediakan unsure-unsur hara bagi tanaman merupakan


persoalan uatama dalam produksi tanaman. Secara menyeluruh unsure hara merupakan salah
satu faktor dari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Faktor-
faktor lingkungan tersebut adalah : 1) Temperatur, 2) Radiasi matahari, 3) Kelebababn,
4) Reaksi tanah, 5) Udara tanah, 6) Susunan atmosfere, 7) Ketersediaan unsure hara, 8) Faktor
biotis.
4.1.Reaksi Tanah (pH Tanah)
Reaksi tanah menunjukkan tingkat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam tanah.
Nilai pH adalah berkisar dari 0 - 14. Makin besar angka pH berarti makin bersifat basa, dan
sebaliknya makin rendah berarti makin masam. Angka 7 berarti bahwa reaksinya netral dengan
kata lain konsentrasi H+ dan OH- sama besar. Semakin tinggi H+ makin masam dan sernakin
tinggi OH- semakin basa.
Beberapa reaksi kimia dan reaksi biokimia dalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah antara lain :
 Pelapukan batuan dan mineral primer akan terjadi lebih cepat apabila dalam suasana
lingkungan masam. Kondisi ini dapat dilihat pada tanah-tanah bereaksi masam (pH rendah)
cadangan mineral mudah lapuk sangat rendah. Pada tanah-tanah muda dimana pH tanah
masih netral atau sedikit alkalis ditemukan banyak bahan-bahan mineral mudah lapuk.
 Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumnya unsur hara
mudah diserap tanaman atau dalam bentuk tersedia adalah pada pH sekitar netral. Unsur
mikro umumnya ketersediannya meningkat pada pH masam. Sedangkan unsur makro,
ketersediaan meningkat pada pH naik. Misalnya, unsur P tidak tersedia bagi tanaman pada
suasana masam karena terikat oleh AI dan Fe. Sebaliknya pada pH alkalis., P juga tidak
tersedia karena diikat oleh Ca.
 Kemasaman tanah menentukan spesies Al yang dominan dalam tanah. Tanah dengan pH < 5
spesies Al yang dominan adalah heksamonomerik trivalent Al yang dapat mencapai
kejenuhan yang tinggi sehingga meracuni tanaman. Pada pH > 5tidak akan terjadi keracunan
Al karena heksamonomerik trivalent Al di konversi menjadi Al polimerik Al
((Al(OH)n(OH2)6-n)3-n.
 pH tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat kelarutan (solubilitas) senyawa-senyawa sukar
larut dalam air, diantaranya fosfat alam, kapur (kalsit dan dolomit).
 pH tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsure hara mikro terutama Fe dan Cu.
 pH tanah akan berpengaruh pada muatan listrik bersih pada permukaan tapak jerapan,
terutama tanah-tanah yang memiliki muatan variable.
 Mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Bakteri berkembang dengan baik pada pH
5.5 atau lebih, seperti bakteri pengikat nitrogen. Semakin tinggi pH umumnya aktivitas
organisme 1anah akan lebih baik.

4.2.Kapasitas Tukar Kation (KTK)


Kapasitas tukar bkation tanah dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid
tanah menjerap dan mempertukarkan kation. KTK diwujudkan sebagai banyaknya kation yang
dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah, yang dinyatakan dalam miliekivalen per 100 gr
tanah (me/100 gr). KTK menunjukkan jumlah maksimum kation yang dapat dijerap tanah. KTK
tiap koloid tanah berbeda-beda, dimana humus (bahan organik) memiliki KTK yang paling
tinggi, yaitu 100 -300 me/100 gr, Montmorilonnit 80 -150 me/100 gr, Kaolinit 3 -15 me/100
gr; dan seskuioksida 0 - 3 me/100 gr. Tipe mineralKLEI 2:1 (montmorillonit, vermikulit, illit)
memiliki KTK lebih besar dari tipe 1:1 ( kaolinit, haloisit). Pengetahuan tentang KTK
merupakan syarat mutlak untuk mempelajan kesuburan dan kemasaman tanah, karena KTK
memiliki hubungan yang sangat menentukan tingkat kesuburan tanah. Nilai KTK juga
dipengaruhi oleh tingkat kemasaman, dimana pH naik maka KTK akan meningkat. Tanah
dengan KTK tinggi mempunyai kemampuan menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik
dari yang KTK rendah. Selain itu, unsur hara pada tanah KTK tinggi tidak mudah tercuci.
Tanah bertekstur halus, memiliki KTK lebih besar, Jadi nilai KTK tanah dipengaruhi oleh:
Kadar bahan organik, tekstur, jenis mineral KLEI, tingkat kemasaman.
Besarnya KTK biasanya dinyatakan dalam milliequivalents per 100 g tanah.
1 equivalen adalah suatu jumlah yang secara kimia setara dengan 1 g Hidrogen, 1 me
= 1 mg Hidrogen
KTK 1 me/l00 g tanah, artinya tanah tersebut dapat menjerap 1 mg H setiap 100 g tanah.
Satuan milliequivalent (me) dapat dirubah menjadi satuan berat (misal fig) :
Bobot Equivalen (BE) = Bobot Atom (BA) : Valensi
1 me H = 1 mg (berat atom H = 1, valensi 1)
1 me K = 39 mg (berat atom K = 39, valensi 1)
1 me Na = 23 mg(beratatomNa=23,valensi 1)
1 me Ca = 40/2 mg (berat atom Ca = 40, valensi 2)
1 me Mg = 24/2 mg (berat atom Mg = 24, valensi 2)
Contoh arti perhitungan di atas :
Untuk menggantikan 1 me H diperlukan 20 mg Ca atau 39 mg K dll.
, demikian juga satuan me/l00 g dapat dirubah menjadi ppm :
contoh :
K = 7 me/l00 g = 7 x BE_K x (1,000,000: 100,000) ppm
= 7 x 39 x 10 ppm
= 2,730 ppm
Kapasitas tukar kation tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah :
 Jenis mineral KLEI atau koloid tanah
Seskuioksida 0 - 3 me/l00g
Kaolinit 3 - 15 me/l00g
Haloisit 2H2O 5 - 10 me/l00g
Illit 10 - 40 me/l00g
Chlorit 10 - 40 me/l00g
Haloisit 4H20 40 - 50 me/l00g
Montmorilonit 80 - 150 me/l00g
Humus 100 - 300 me/l00

Adanya muatan tergantung pH pada tanah, maka dalam penetapan KTK di laboratorium harus
didasarkan pada pH larutan yang telah ditentukan :
 Bila tanah dicuci (diekstrak) dengan 1 N KCI (garam netral) pada pH tanah yang
sebenarnya maka air cuciannya (Leachate) akan mengandung H+ dan A13+ yang disebut H+
dan Al3+ yang dapat ditukar (Exchangable). Disamping itu di dalam air cucian tersebut juga
mengandung kation-kation lain seperti Ca2+, Mg2+, K+ dan Na+ dan lain-lain. Jumlah semua
kation H+ + Al3++ Ca2+ + Mg2+ + K+ + Na++ kation-kation lain yang terdapat dalam air
cucian dengan 1 N KCI tersebut (dalam me/100g) disebut KTK Efektif Muatan yang
menimbulkan efektif ini diperkirakan berasal daari muatan permanen dalam mineral KLEI
sehingga sering disebut pula sebagai KTK tetap (Permanent CEC). Walaupun demikian
karena mineral dalam tanah sering diselaputi oleh oksida-oksida Fe atau Al (terutama tanah-
tanah didaerah tropika) sehingga besarnya muatan permanen yang sesungguhnya sudah
tidak jelas lagi maka penggunaan istilah KTK efektif = KTK tetap tidakiah begitu tepat
(Sanchez, 1976). Pada Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1987), karena W dalam muatan
tetap jumlahnya sangat sedikit dibanding dengan AI, maka KTK efektif dihitung sebagai
berikut : KTK efektif = Al dapat ditukar (ekstraksi dengan 1 N KCI) + jumlah basa dapat
ditukar NH4OAc pH 7)

 Menggunakan ekstraksi Barium Chlorida + Triethanolamine (BaCl 2 - TEA) yang disangga


pada pH 8.2.

- Bila tanah yang telah diekstrak dengan 1 N KCI tersebut kemudian diekstrak lagi
dengan BaCl2 - TEA pada pH 8.2 maka H+ yang berasal dari bukan muatan tetap akan
terekstrak (disebut Extractable Acidity = EA). Hidrogen ini berasal dari gugusan OH
dari ujung-ujung (patahan) kristal KLEI atau gugusan karboksil dari bahan organik yang
akan berdisosiasi hila pH naik (Tisdale, Nelson, and Beaton, 1975). Banyaknya H + yang
terekstrak dengan BaCl2 - TEA pH 8,2 (dalam me/l00g) merupakan muatan atau KTK
Tergantung pH dari tanah.

KTK Total Tanah = KTK Efektif + KTK tergantung pH.

Besarnya nilai KTK ekstraksi dengan NH4Oac pH7 terletak antara KTK efektif (1 N KCI) dan
KTK total BaCl2 - TEA).

KTK Jumlah Kation (Soil Survey Staff, 1975) = jumlah basa dapat ditukar NH 4OAc pH 7) +
EA (BaCI2 - TEA pH 8,2).

Kapasitas tukar kation mei-upakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan
tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari
pada tanah dengan KTK rendah, karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan
koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air.

4.3. Pertukaran Anion

Kapasitas Tukar Anion (KT A) banyak ditemukan pada mineral KLEI amorf, dan KLEI Al
serta Fe-oksida. KT A ditemukan pula pada kaolinit dalam jumlah yang lebih sedikit. KT A
umumnya lebih rendah dibandingkan dengan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Muatan positif
pada mineral KLEI silikat disebabkan oleh adanya patahan-patahan kristal atau akibat
penggantian gugusan OH oleh anion-anion lain (Sanchez, 1976). Pada oksida-oksida Fe dan AI
timbulnya muatan positif terutama akibat penggantian gugusan OH - oleh anion-anion lain.
Mengingat koloid-koloid ini bermuatan positif maka terjadilah pertukaran anion. Secara umum,
hila tanah banyak mengandung muatan positip maka :

 Terjadi penjerapan anion seperti Nitrat (NO3-), Chlor (CI-) dan lain-lain.

 Kation-kation seperti Ca, Mg dan K tidak dijerap tanah tetapi tetap dalam larutan tanah
sehingga mudah tercuci dari tanah.

 Fosfat dan sulfat dapat difiksasi oleh tanah, yang mengakibatkan ketersediaan P sangat
rendah.

Kejenuhan Basa

Kejenuhan menunjukan perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan semua kation
(kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Termasuk kation-
kation basa adalah Ca++, Mg++, K+ dan Na+, sedangkan yang termasuk kation-kation asam adalah
H+ dan AI+++. Jumlah maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya nilai
kapasitas tukar kation tanah tersebut.

Jumlah kation-kation basa

Kejenuhan Basa (KB) = x 100%


KTK

Jumlah kation-kation basa


KB (NH4OAc) = x 100%
KTK (NH4Oac)

Jumlah kation-kation basa


KB (Jumlah Kation) = x 100%
KTK (jumlah kation)

Kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman, dan umumnya mudah
tercuci, sehingga tanah dengan kejenuhan basa yang tinggi menunjukan bahwa tanah tersebut belum
banyak mengalami pencucian serta merupakan tanah yang subur. Kejenuhan basa berhubungan erat
dengan pH tanah, dimana tanah-tanah dengan pH tinggi umumnya mempunyai kejenuhan basa tinggi,
sedangkan tanah-tanah dengan pH yang rendah mempunyai kejenuhan basa yang rendah. Komplek
jerapan pada tanah yang mempunyai pH rendah (tanah masam) lebih banyak terisi oleh kation-kation
asam, yaitu AI+++ dan H+. Jumlah kation asam terlalu banyak, terutama Al+++, dapat meracuni tanaman.
Kejenuhan Basa menunjukkan tingkat kemudahan basa-basa tersedia bagi tanaman. Tanah dengan
nilai KB 50% akan lebih mudah menyediakan kation dibanding dengan KB 30%. Kondisi ini juga
dipengaruhi oleh sifat koloid tanah, yaitu tanah yang kaya bahan organik atau mineral KLEI 1:1 dapat
menyediakan kation basa-basa kepada tanaman pada persen kejenuhan basa yang lebih kecil dari
pada tanah-tanah yang kaya akan mineral KLEI 2:1.

Penilaian Data Analisa Sifat Kimia Tanah PPT, 1983)


Sifat Tanah Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
Rendah Tinggi
C (%) <1 1-2 2.01 - 3.01 – > 5.00
3.00 5.00
N (%) < 0.1 0.1 - 0.2 0.21 - 0.51 – > 0.75
0.50 0.75
C/N <5 5 - 10 11 . 15 16 – 25 > 25
P2O5 HCl % (mg / 100 g) < 10 10 – 2 0 21 - 40 41 – 60 > 60
P2O5 Bray I (ppm) < 10 10 - 15 16 - 25 26 – 35 > 35
P2O5 Olsen (ppm) < 10 10 - 25 26 - 45 46 – 60 > 60
K2O HCl 25 % (mg / 100 < 10 10 - 20 21 - 40 41 – 60 > 60
g)
KTK (me/100 g) <5 5 - 16 17 - 24 25 – 40 > 40
Komposisi Kation
- K (me / 100 g) < 0.1 0.1 - 0.2 0.3 - 0.5 0.6 – 1.0 > 1.0
- Na (me / 100 g) < 0.1 0.1 - 0.3 0.4 - 0.7 0.8 – 1.0 > 1.0
- Mg (me / 100 g) < 0.4 0.4 - 1.0 1.1 - 2.0 2.1 – 8.0 > 8.0
- Ca (me / 100 g) <2 2–5 6 - 10 11 - 20 > 20
Kejenuhan Basa ( %) < 20 20 – 35 36 – 50 51 – 70 > 70
Kejenuhan Aluminium < 10 10 – 20 21 – 30 31 – 60 > 60
(%)
Cadangan Mineral <5 5 – 10 11 – 20 21 – 40 > 40
Daya Hantar Listrik ECx <1 1–2 2–3 3–4 >4
103 (mmhos/cm)
Reaksi Tanah Sangat Masam Agam Netral Agak Basa
masam Masam Basa
PH H2O (1:1) < 4.5 4.5 – 5.5 5.6 – 6.5 6.6 – 7.5 7.6 – 8.5 > 8.5
V. KLASIFlKASI T ANAH

Tanah memiliki sifat dan ciri yang berbeda-beda perbedaan ini dapat dilihat dari warna,
kelas tekstur serta faktor lainnya. Tindakan yang ditujukan mengelompokan tanah dengan
memperhatikan perbedaan sifat dan ciri merupakan suatu tindakan klasifikasi. Klasifikasi tanah
merupakan upaya untuk membeda-bedakan tanah berdasarkan atas sifat dan ciri yang
dimilikinya. Tindakan ini sangat penting karena tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan
perlakuan yang berbeda, sehingga peluang terjadinya salah pengelolaan dapat di kurangi sekecil
mungkin.
Berdasarkan kegunaannya, klasifikasi tanah dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
 Klasifikasi Alami
 Klasifikasi Teknis.
Klasifikasi Alami merupakan klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang
dimilikinya tanpa menghubungkan dengan tujuan penggunaan tanah tersebut. Klasifikasi ini
memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia, mineralogi tanah.
Klasifikasi Teknis merupakan klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi kemampuan tanah untuk kegunaan tertentu, contoh : Klasifikasi Kesesuaian
Lahan untuk Tanaman Perkebunan / Sawah, dll.

KLASIFIKASI TANAH YANG DIGUNAKAN DI INDONESIA


Sistem klasifikasi tanah (sistem klasifikasi alami) yang ada di dunia sangat beragam,
karena banyak negara mengembangkan sendiri sistem klasifikasi yang digunakan untuk negara
itu sendiri. Di Indonesia sampai sekarang ini memiliki paling sedikit 3 sistem klasifikasi tanah
yaitu :
 Klasifikasi Pusat Penelitian Tanah (Dudal & Soepraptohardjo, 1957/1961; PPT,
1981/1983)
 Klasifikasi FAO/UNESCO (1970)
 Klasifikasi USDA (Soil Survey Staff, 1975)

5.1. Klasifikasi tanah sistem Pusat Penelitian Tanah Bogor (PPT).


Sistem klasifikasi tanah Pusat Penelitian Tanah Bogor telah banyak dikenal dengan nama
sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957). Sistem ini mengemukakan bahwa untuk keperluan survei
tanah Indonesia telah dikembangkan sistem klasifikasi tanah berdasarkan konsep Baldwin
(1938) serta konsep-konsep lain yang dikemukakan dalam “Soil Survey Manual” (USDA,
1951). Dasar-dasar klasifikasi tanah dari sitem ini adalah :
- Dasar kriteria untuk klasifikasi adalah sifat morfologis
- Klasifikasi dilakukan pada tingkat katagori yang berbeda-beda
- Satuan peta tanah dapat terdiri dari beberapa satuan tanah untuk peta berskala kecil.
- Klasifikasi tanah harus dikaitkan dengan kegunaannya untuk survey tanah.
- Korelasi yang sistematik dan terus menerus merupakan kegiatan terpadu antara
klasifikasi tanah dan survey tanah.
Sistim pusat penelitian tanah menggunakan 6 katagori yaitu :
- Golongan (ordo)
- Kumpulan (Subordo)
- Jenis (Great group)
- Macam (Subgroup)
- Rupa (Family)
- Seri
Pada katagori Ordo sistem Dudal-Soepraptohardjo membagi tanah atas dasar
perkembangan profil yaitu : katagori “dengan perkembangan profil” dan “tanpa
perkembangan profil”. Pada Subordo didasarkan atas susunan horison utama.

5.2. Sistim Klasifikasi FAO/UNESCO


Sistim ini dibuat oleh FAO/UNESCO dalam rangka pembuatan peta tanah dunia. Sistim ini
hanya mengembangkan dua kategori, yaitu tingkat great group dan subgroup. Pada tingkat
yang leb1h tinggi atau rendah, tidak dikembangkan. Untuk pengklasifikasian digunakan
horizon-horison penciri yang sebagian diambil dari Taksonomi Tanah USDA.. Contoh
penamaan tanah sbb:
Great Group : Cambisol
Subgroup : Humic Cambisol
(Cambisol yang banyak mengandung humus)

5.3.SISTIM KLASIFIKASI TAKSONOMI TANAH USDA


Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah USDA merupakan sistim yang banyak dikenal di
selumh dunia. Sistim ini bersumber pada Sistim 1938 yang mendasarkan pengelompokan seri
tanah pada kategori yang lebih tinggi (Soil Survey Staff, 1975). Sistim 1938 telah dilakukan
berbagai pembahan oleh Thorp dan Smith (1949) serta Riecken dan Smith (1949) pada Great
group dan beberapa definisi yang telah ada, Berkembangnya pengetahuan tentang tanah
mengakibatkan munculnya sifat-sifat tanah yang sebelumnya tidak diketahui, dan ketika seri
tanah mengalami peningkatan dalam jumlah yang banyak maka Sistim 1938 mulai
menunjukkan kelemahannya (Soil Survey Staff, 1975). Hal ini disebabkan oleh makin sulitnya
memasukkan seri tanah ke dalam kategori yang lebih tinggi karena definisi dari famili tanah
yang tidak jelas, sehingga ada seri tanah yang secara bersamaan dapat dimasukkan ke dalam
kategori yang lebih tinggi (Birkeland, 1974), Kenyataan ini mendorong untuk dilakukan
pengembangan suatu sistim klasifikasi tanah yang bersifat komprehensif yang dapat
menampung segala pembahan karena adanya penemuan seri tanah yang barn. Pengembangan
tersebut dipelopori oleh Guy D. Smith sejak tahun 1951 sampai terwujudnya konsep
Taksonomi Tanah Tahun 1972 setelah melalui tujuh pendekatan serta suplemen-suplemennya,
yang kemudian dibakukan sebagai Handbook No, 436 Tahun 1975 (Soil Survey Staff, 1975).
Di daerah tropika, Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah dilakukan beberapa pengujian lebih
lanjut. Perubahan dan penyempurnaan dari beberapa definisi taksa dilakukan. Selanjutnya
seiring dengan penemuan bukti-bukti yang barn, dilakukan pengembangan penelitian terhadap
Suborder Andept untuk dinaikkan kategorinya menjadi Order, yang pada akhirnya dapat
ditetapkan mulai Tahun 1990. Sejak tahun tersebut pada Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah
terdapat 11 Order. Pengklasifikasian tanah menurut sitim taksonomi tanah secara detil dapat
dilihat pada Keys to Soil Taxonomy dari Soil Survey Staff (1994), yang merupakan
pengembangan dari tahun-tahun sebelumnya. Beberapa kunci dari pengklasifikasian tanah,
antara lain adalah deskripsi dari horison dan batasan dari masing-masing order serta kelas di
bawahnya. Berikut disampaikan ringkasan dari horison-horison penciri dan klasifikasi
tanahnya:

RINGKASAN HORISON PENCIRI UNTUK TANAH MINERAL DAN TANAH


ORGANIK
Untuk keperluan klasifikasi tanah, selain penggolongan horison tanah ke dalam horizon
A, B, C daD sebagainya, perlu diidentifikasi horizon penciri baik berupa epipedon, horizon
bawah (Subsurface), maupun sifat-sifat penciri lain.

B. EPIPEDON
Epipedon adalah horizon permukaan tetapi tidak sinonim dengan horizon A, mungkin lebih
tipis dari horizon A, tetapi mungkin pula meliputi horizon B. Berikut ringkasan dari masing-
masing epipedon :
Epipedon Histic : Horison permukaan yang mengandung bahan organik tinggi ( > 20%).
Epipedon Mollic :Mengandung bahan organik > 1 %, warDa lembab dengan value
kurang dari 3.5, ketebalan 18 cm, kejenuhan basa ~ 50 %
Epipedon Umbric : Seperti Epipedon Mollic, tetapi kejenuhan basanya < 50 %
Epipedon Anthropic : Seperti Epipedon Mollic, tetapi mengandung > 250 ppm P205
larut dalam asam sitrat.
Epipedon Ochric : Horizon berwarna terang (Value lembab lebih dari 3.5), bahan
organik kurang dari 1 % atau keras - sangat keras dan masif.
Epipedon Plaggen : Tebal  50 cm, hitam, terbentuk karena permukaan organik (pupuk
kandang) yang terns menerus.
Horison lain yang ditemukan di permukaan sebagai penciri klasifikasi tanah adalah :
Horizon Arenic
- Horison yang mengandung pasir deng(Jn ketebalar60 cm dan terletak di alas horison
Argillic.
Horizon Glossarenic
- Seperti Horison Arenic, tetapi tebalnya lebih dari 100 cm

HORISON BAWAH PENCIRI:


Horizon Agric : Horison di bawah lapisan olah, terdspst akumulasi debu, KLEI,dan humus

Horizon Albic : Horison berwama pucat (horizon A2), wama dengan value lembab > 5
Horizon Argillic : Horison penimbunan KLEI, merupakan horison B yang minimum
mengandung KLEI 1.2 kali di horison lebih banyak dari pada KLEI atasnya.
Terdapat selapur KLEI, ketebalan maksimum 30 cm.
Horizon Calsic : Ketebalan ~ 15 cm atau lebih, mengandung karbonat (CaCO3 atau MgCO3)
sekunder yang tinggi.
Horizon Cambic: lndikasi lemah adanya Argillic atau Spodic, tetapi tidak memenuhi
syarat untuk kedua horison tersebut.
Horizon Gypsic
- Horison yang banyak mengandung gipsum (CaSO4) sekunder.
Horizon Kandic
- Seperti Argillic tetapi, ketebalan maksimum 30 cm. KTK (Na 4OAc) < 16 me/100g KLEI,
daD KTK efektif (jumlah basa-basa + Aldd) < 12 me/100g KLEI.
Horizon Natric
- Horison Argillic yang banyak mengandung Na.
Horizon Oxic
- Ketebalan  30 cm, KTK (Na4OAc) < 16 me/100g KLEI, dan KTK efektif (jumlah basa-
basa + AIdd) < 12 me/100g KLEI.
Horizon Petrocalsic
- Horison Calsic yang mengeras.
Horizon Petrogypsic
- Horison Gypsic yang mengeras
Horison Salic
- Ketebalan  15 cm atau lebih, banyak mengandung garam-garam sekunder yang mudah
larut.
Horizon Sombric
- Horison berwarna gelap, sifat-sifat seperti Epipedon Umbric, terjadi iluviasi humus tanpa
Al dan tidak terletak di bawah Horizon Albic.
Horizon Spodic
- Horison iluviasi (timbunan) seskuioksida bebas dan bahan organik.
Horizon Sulfuric
- Horison yang banyak mengandung sulfat masam (Cat Day), pH < 3,5.
- Terdapat karatan terdiri dari jarosit.

HORISON PENCIRI UNTUK TANAH ORGANIK


Bahan Fibric
- Kandungan bahan organik kasar (fibrik) lebih dari 2/3.
Bahan Hemic
- Kandungan bahan organik dengan tingkat pelapukan kasar 1/3 - 2/3.
Bahan Sapric
- Kandungan bahan organik kasar kurang dari 1/3.
Bahan Humlluvic
- Iluviasi humus setelah lama untuk bercocok tanam (pada tanah organik).
Bahan Limnic
- Endapan organik atau anorganik dari mahluk hidup di air.
PENCIRI KHUSUS
Konkresi
- Senyawa tertentu yang mengeras, berlapis konsentris (memusat). Bahan yang
disementasikan misalnya : kapur, besi, mangan, dan silikat.

Padas (Pan)
- Horison atau lapisan yang sangat memadat. Pemadatan oleh besi, kapur, KLEI, debu
(bentukan genetis atau karena tekanan/berat)
Orterde
- Penimbunan besi dan bahan organik tanpa sementasi.
Ortstein
- Penimbunan besi dan bahan organik dengan sementasi.
Fragipan
- Lapisan tanah yang teguh, mudah pecah, kepadatan tinggi. Tampak memadas hila kering,
tetapi mudah pecah hila lembab.
Duripan
- Lapisan tanah yang teguh, tidak tembus air dan akar.
Padas KLEI (Clay Pan)
- Lapisan atau horison yang padat, kaya KLEI, batas dengan horison di atasnya jelas.
Krotovinas
- Corak yang berbentuk pipa tak teratur dalam suatu horison, terbentuk dari bahan yang
berasal horison yang lain.
Plinthite
- Bahan KLEI lapuk, kaya seskuioksida, miskin humus, biasanya sebagai karatan-karatan
merah diatas dasar kelabu atau dasar merah dengan karat an kelabu atau putih, berbentuk
"poligonal" atau beralih "irreversible" ke konkresi dalam keadaan basah dan kering
berulang-ulang ; batas-batas ke atas dan ke bawah baur atau berangsur- angsur.
Slickenside
- Permukaan-permukaan licin dan mengkilap disebabkan oleh massa tanah satu dan lainnya
saling menggesek/menggeser.
Selaput KLEI (Clay Skin)
- Selaput KLEI aluminium silikat, biasanya terdapat di bidang-bidang belahan struktur atau
dalam pori-pori dan terletak sejajar dengan bidang-bidang belahan struktur. Selaput KLEI
ini mengandung atau tidak mengandung bahan organik dalam jumlah nyata mengeras hila
kering. Bagian lapisan yang mengeras berwarna merah, biasanya mengandung karatan
kilning, abu-abu atau putih.

Kontak Lithic
- Batas tanah dengan bahan di bawahnya yang keras dan padu.
Kontak Paralitik
- Batas tanah dengan bahan di bawahnya yang lunak dan padu.
REGIM TEMPERATUR (Untuk Kedalaman Tanah  50 cm)
Pargilic
- Suhu tanah rata-rata tahunan kurang dari 0°C (Permafrost)
Cryic
- Suhu tanah rata-rata tahunan antara 0° C – 8o C, suhu musim panas rata-rata kurang dari
15°C.
Frigid
- Suhu tanah rata-rata tahunan O°C - SaC, pada musim panas suhu rata-rata lebih panas , dari
Cryic (lebih dari 15°C).
Mesic
- Suhu tanah rata-rata tahunan 8°C - 15°C.
Thermic
- Suhu tanah rata-rata tahunan 15°C - 22°C.
Hyperthermic
- Suhu tanah rata-rata tahunan lebih dari 22°C.
Iso (Frigid, Mesic, Thermic, Hypertermic)
- Perbedaan suhu tanah rata-rata musim panas dan musim dingin kurang dari 5°C. Suhu tanah
rata-rata tahunan = Frigid, Mesic, Thermic, Hyperthermic.
Tropic
- Mempunyai sifat Iso dan suhu tanah rata-rata tahunan lebih dari 8°C (Isomesic atau lebih
panas)

REGIM KELEMBABAN (Untuk Kedalaman antara 10 - 90 cm)


Aquic
- Tanah sering jenuh air, sehingga terjadi reduksi. Ditunjukkan oleh adanya karat an dengan
warna khroma rendah.
Aridic atau Torric
- Kering lebih dari 6 bulan (bila tanah tidak pemah beku). Tidak pernah lembab 90 hari
berturut-turut atau lebih setiap tahun.
Perudic : Curah hujan setiap bulan selalu melebihi evapotranspirasi.
Udic :Tanah tidak pernah kering 90 hari (kumulatif) setiap tahun.
Ustic :Tanah setiap tahun kering lebih dari 90 hari (kumulatif) tetapi kurang dari 180 hari.
Xeric :Hanya terdapat di daerah beriklim Mediteran (Non Iso). Setiap tahun kering lebih dari
45 hari berturut-turut di musim panas, lembab lebih dari 45 hari berturut-turut di musim dingin.

TATA NAMA
Salah satu hal yang barn dalam sistem Taksonomi Tanah adalah penggunaan tata nama. Nama-
nama tanah selalu mempunyai arti, yang umumnya menunjukan sifat utama dari tanah tersebut :
 Pada Kategori Order nama tanah selalu diberi akhiran Sol (Solum = tanah), sedang suku
kata sebelumnya menunjukan, sifat utama tanah dari tanah tersebut. Pada kategori yang
lebih rendah dart order akhiran Sol tidak digunakan lagi, sebagai gantinya untuk
menunjukan hubungan sifat-sifat tanah dari kategori tinggi ke kategori rendah digunakan
akhiran yang merupakan singkatan dari nama masing-masing order tersebut.
 Nama-nama pada kategori Suborder terdiri dari dua suku kata sedangkan Greatgroup terdiri
dari tiga suku kata yang masing-masing menunjukan sifat-sifat utama dari tanah tersebut.
Suku kata terakhir menunjukan nama dari Order tanah.
 Nama Subgroup digunakan dua patah kata di mana kata ke dua merupakan nama Great
group sedang kata pertama menunjukan sifat utama dari Subgroup tersebut.
 Pada tingkat Family, tanah diberi nama secara deskriptif yang umumnya menerangkan
susunan besar butir, susunan mineralKLEI, regim suhu tanah, atau sifat- sifat lain yang
spesifik dan mempengarnhi pertumbuhan tanaman.
 Pada tingkat Seri, tanah diberi nama menurnt nama tempat dimana tanah tersebut pertama
kali ditemukan.
Contoh :
Order : Ultisol (ultus = akhir, perkembangan tanah pada tingkat akhir)
Suborder : Udult (udus = humida, lembab, tidak pemah kering)
Great group : Tropudult (tropikos = daerah tropis, terus menerus panas dengan sifat iso)
Subgroup : Aquic Tropudult (Aquic = air, kadang-kadang berair)
Famili : Aquic Tropudult, berKLEI halus, kaolinitik, isohipertermik
Kaolinitik = mineralKLEI yang dominan adalah kaolinit
Isohipertermik = suhu tanah lebih dari 22°C, perbedaan suhu musim panas
dan musim dingin kurang dari 5°C).
Seri : Granada (pertama kali ditemukan di daerah Granada)
Tabel : Arti Nama-nama Tanah dalam Tingkat Order dan Akhiran untuk Kategori yang Lebih
Rendah
Nama Order Akhir Untuk Arti Asal Kata
Kategori Lain
ALFISOL ALF Dari Al – Fe
ANDISOL AND Ando, tanah hitam
ARIDISOL ID Aridus, sangat kering
ENTISOL ENT Dari Recent
GELISOL EL Gelare, membeku
HISTOSOL IST Histos, Jaringan
INCEPTISOL EPT Inceptum, Permulaan
MOLLISOL OLL Mollis, lunak
OXISOL OX Oxide, oksida
SPODOSOL OD Spodos, abu
ULTISOL ULT Ultimus, akhir
VERTISOL ERT Verto, berubah

. SIFAT - SIFAT TANAH DALAM TINGKAT ORDER TAKSONOMI TANAH


Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah mengelompokan tanah ke dalam 11 order. Ringkasan dan
penjelasan dari masing-masing order disampaikan sebagai berikut :

Tabel : Order Tanah dan Penciri Utama menurut Sistim Taksonomi Tanah.
Order Penciri Utama
Horison Penciri Sifat-Sifat Penciri Lain
Alfisol Horison Argilik Kejenuhan basa tinggi ( 35%)
Andisol - Mempunyai sifat Andik pada seluruh lapisan
Aridisol - Tanah di daerah iklim arid (sangat kering)
Entisol Hanya ada epipedon -
Ocric, Albic atau
Histic
Gelisol - Mempunyai sifat Gelik (membeku setiap
tahun.
Histosol Epipedon Histik -
tebalnya  40 cm
Inceptisol Horison Kambik -
Mollisol Epipedon Molik Kejenuhan basa seluruh solum > 50 %
Oxisol Horison Oksik -
Spodosol Horison Spodik -
Ultisol Horison Argilik Kejenuhan basa rendah ( < 35 %)
Vertisol - Sifat vertik *), lebih dari 30 % KLEI
Keterangan :
*) Musim kering mengkerut, tanpa pecah-pecah, musim hujan mengembang tanah sangat lekat.
Keterangan lebih lanjut dari masing-masing order tanah tersebut adalah sebagai berikur :

Alfisol
- Tanah-tanah yang terdapat penimbunan KLEI di horison bawah ( Horison Argilik ) dan
mempunyai kejenuhan basa tinggi  35 %) pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.
- KLEI yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke
bawah bersama dengan gerakan air.
- Tanah ini dulu dikelompokan pada Tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-
kadang juga Podzolik Merah Kuning.
Andisol
- Tanah yang mempunyai sifat-sifat Andik dalam suatu/ seluruh subhorison, baik itu berupa
timbunan (Burried) maupun bukan timbunan, yang berketebalan 35 cm di dalam 60 cm dari
permukaan tanah atau dari batas lapisan organik yang bertemu dengan lapisan yang
mempunyai sifat-sifat andik.
- Tanah ini dulu disebut Andosol atau Suborder Andept.
Aridisol
- Tanah-tanah yang mempunyai kelembaban tanah Arid (sangat kering). Mempunyai
Epipedon Okrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain.
- Dulu disebut Desert Soils.
Gelisol
- Tanah yang selalu membeku karena suhu sangat dingin.
Entisol
- Tanah yang masih sangat muda, yaitu barn tingkat permulaan dalam perkembangan.
- Tidak ada horizon penciri lain kecuali Epipedon Okrik, Albik, atau Histik (ENT - Recent =
baru).
- Tanah-tanah yang dulu termasuk kelompok ini adalah Tanah Aluvial, Regosol.
Histosol
- Tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20 % (tekstur pasir), atau lebih dari 30 %
(tekstur KLEI).
- Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya: 40 cm. (Histos =
Jaringan).
- Tanah ini sehari-hari disebut Tanah Gambut, Tanah Organik, atau Organosol.
Inceptisol
- Merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang dari pada Entisol (Inceptum = Permulaan).
- Umumnya mempunyai Horison Kambik.
- Umumnya tanah ini cukup subur, karena belum berkembang lanjut.
- Tanah ini dulu termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Latosol, Gleihumus, dan lain-
lain.
Mollisol
- Tanah yang mempunyai Epipedon Molik dengan tebal lebih dari 18 cm yang berwarna
hitam (gelap)
- Kandungan bahan organik .> 1 %, kejenuhan basa > 50 %. Agregasi tanah baik sehingga
tanah tidak keras bila kering (Mollisol = lunak).
- Tanah ini dulu disebut Chernozem, Brunizem, Rendzina, dan lain-lain.
Oksisol
- Tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan KLEI tinggi tetapi
tidak aktif sehigga kapasitas tukar kation rendah (kurang dari 16 me/100 g KLEI).
- Kandungan oksida besi atau oksida Al tinggi.
- Di lapang tanah ini menunjukan batas-batas horison yang tidak jelas.
- Tanah ini dulu disebut tanah Latosol (umumnya Latosol merah atau merah kekuningan),
Lateritik, atau juga Podzolik Merah Kuning.
Spodosol
- Tanah yang di lapisan bawah mempunyai penimbunan Fe dan Al serta humus (Horizon
Spodik), sedangkan di lapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna
pucat (Albik).
- Tanah ini dulu disebut tanah Podzol.
Ultisol
- Tanah-tanah dimana terjadi penimbunan KLEI dihorison bawah (Horison Argilik), bersifat
masam, kejenuhan basa < 35 %.
- Tanah ini dulu disebut tanah Podsolik Merah Kuning yang banyak terdapat di Indonesia,
kadang-kadang Latosol dan Hidromorf Kelabu masuk dalam kelompok tanah ini
Vertisol
- Tanah dengan kandungan KLEI tinggi (> 30 %) di seluruh horison dan mempunyai sifat
mengembang serta mengkerut. Pada saat kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-
pecah dan keras, sedangkan pada saat basah mengembang dan lengket.
- Tanah ini dulu disebut Grumusol atau Margalit.
5.4.PADANAN NAMA TANAH PADA BEBERAPA SISTIM KLASIFIKASI
Mempertimbangkan sampai saat ini masih banyak penggunaan nama tanah pada beberapa
sistim klasifikasi, maka bersama ini disampaikan padanan nama-nama tanah pada beberapa
sistim klasifikasi :
Tabe1 : Penyederhanaan Padanan Nama Tanah pada Beberapa Sistim Klasifikasi
(Hardjowigeno, 1995)
Dudal – Soeprapto Modifikasi PPT FAO – UNESCO USDA Soil
Harjo (1978 / 1981) (1970) Taxonomi (1975)
(1957 ,1961)
1. Organosol Organosol Histosol Histosol
2. Litosol - Litosol - Litosol - Entisol
- Ranker - Ranker - Litic Sub group
3. Tanah Aluvial Tanah Aluvial Fluvisol - Entisol
- Inceptisol
4. Regosol Regosol Regosol Entisol
5. Renzina Renzina Renzina Rendoll
6. Grumusol Grumusol Vertisol Vertisol
7. Andosol Andosol Andosol Inceptisol
8. Podsolik Coklat Kambisol Cambisol Cambisol
9. Podsolik Coklat Podsolik Acrisol Ultisol
Kekelabuan
10. Brown Forest Kambisol Cambisol Inceptisol
Soil
11. Latosol - Kambisol - Canbisol - Inceptisol
- Latosol - Nitosol - Ultisol
- Lateritik - Ferralosol - Oxisol
12. Podsolik Merah - Podsolik - Acrisol - Ultisol
Kuning

13. Mediteran Mediteran Luvisol - Alfisol


- Inceptisol
14. Podsol Podsol Podsol Spodosol
15. Glei Humus Gleisol Humik Gleisol Aquept
16. Glei Humus Gleisol Gleisol Aquept
Rendah
17. Hidromorf Podsolik Gleiik Acrisol Gleic
Kelabu
18. Aluvial Gleisol Hidrik Flufisol Hidraquent
Hidromorf
19. Planosol Planosol Planosol Aqualf
VI. HUBUNGAN TANAH DAN TANAMAN

Tanaman dan tanah memiliki hubungan yang sangat dekat, karena segal a kebutuhan tanaman
sebagian besar diambil dari tanah. Meskipun juga diketahul bahwa pada saat ini ada teknologi
hidroponik dimana kebutuhan hara tanaman diambil dari media cairan tanpa tanah, serta juga
adanya pemupukan melalui daun yang artinya langsung diserap tanaman tanpa melalui tanah'.
Akan tetapi dalam usaha tani skala luas, faktor tanah adalah masih merupakan faktor mutlak
yang harus disediakan karena merupakan media tumbuh dan berkembang tanaman. Tanah
adalah merupakan gudang hara bagi tanaman. Dalam hal ini, segala aktivitas yang te~adi dalam
tanah akan secara langsung mempengaruhi tanaman yang tumbuh di atasnya, Karenanya
pengetahuan tentang hubungan tanah dan tanaman adalah sangat penting sehingga bisa
memahami bagaimana proses penyediaan unsur hara oleh tanah dan penyerapan hara oleh
tanaman dsb.
6.1. Unsur Hara Essensial
Terdapat 17 unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman. Berdasarkan tingkat kebutuhannya
dibagi menjadi unsur makro dan mikro.
Unsur makro : C, H, 0, N, P, K, Ca,Mg, S
Unsur Mikro : Fe, Mn, B, In, Cu, Mo, CI, Co
Tidak semua unsur ini dibutuhkan oleh semua tanaman, tergantung dari jenisnya. Unsur makro
berarti dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, sedang unsur mikro dibutuhkan dalam
jumlah sangat sedikit. Proporsi banyak sedikitnya unsur hara yang diserap tanaman tergantung
jenis tanaman. Unsur C dan O diserap tanaman dari udara sebagai CO2 melalui proses
fotosintesis sedangkan H diambil dari air tanah (H2O). Unsur lainnya diserap melalui tanah.
Bentuk unsur yang diserap tanaman disajikan pada table di bawah ini.
Unsur Hara Bentuk Diserap Tanaman
Nitrogen NH4 +, NO2-, NO3-
Fosfor H4PO4- , HPO4 -2
Kalium K+
Magnesium Mg 2+
Kalsium Ca 2+
Boron BO3 3-
Tembaga Cu+ , Cu +2
Seng Zn +2
Besi Fe +2 , Fe +3
Belerang SO3-2 , SO4 -2
Klor Cl-
Mangan Mn+2 , Mn +4
Molibdenum MoO4-2

6.2. Pergerakan Unsur hara


Suatu unsur hara dapat diserap {absorpsi) oleh tanaman, syaratnya adalah unsur hara tsb harus
terdapat pada permukaan akar. Penyerapan unsur hara melalui 3 cara, yaitu: (1) intersepsi akar,
(2) aliran masa (mass flow), dan (3) difusi.
 Intersepsi Akar
Akar tanaman tumbuh memasuki ruangan-ruangan pori tanah yang ditempati unsur hara,
sehingga antara akar dan unsur hara terjadi kontak yang sangat dekat (kontak langsung), yang
selanjutnya terjadi proses pertukaran ion. Ion-ion yang terdapat pad a permukaan akar
bertukaran dengan ion-ion pad a permukaan komplek jerapan tanah. Jadi absorpsi unsur hara
(ion) langsung dari permukaan padatan partikel tanah. Jumlah unsur hara yang dapat diserap
melalui cara intersepsi akar dipengaruhi oleh sistim perakaran dan konsentrasi unsur hara dalam
daerah perakaran. Hampir semua unsur hara dapat diserap melalui intersepsi akar, terutama Ca,
Mg, Mn, dan Zn.
 Aliran Masa
Air mengalirke arah akar atau melalui akar itu sendiri. Sebagian lagi mengalir dari daerah
sekitarnya akibat transpirasi maupun perbedaan potensial air dalam tanah. Gerakan air ini dapat
secara horinsontal maupun vertical. Air tanah yang mengalir ini mengandung ion unsur hara.
Jadi unsur hara mendekati permukaan akar tanaman karena terbawa oleh gerakan air tsb atau
disebut aliran masa, yang selanjutnya diserap tanaman. Penyerapan melalui aliran masaa
dipengaruhi oleh: (1) konsentrasi unsur hara dalam larutan tanah, (2) jumlah air yang
ditanspirasikan (3) volume air efektif yang mengalir karena perbedaan potensial dan berkontak
dengan akar. Aliran masa dapat menjadi kontribusi utama untuk unsur Ca, Mg, In, Cu, B, Fe.
Unsur K juga dapat diserap melalui aliran masa, meskipun tidak terlalu besar.
 Difusi
Proses penyerapan berlangsung akibat adanya perbedaan tegangan antara tanaman
dan tanah karena perbedaan konsentrasi unsur hara. Faktor yang mempengaruhi
difusi adalah konsentrasi unsur hara pada titik tertentu, jarak antara permukaan akar
dengan titik tertentu, kadar air tanah, volume akar tanaman. Pada tanah bertekstur
halus difusi akan berlangsung lebih cepat daripada tanah yang bertekstur kasar. Difusi
meningkat jika konsentrasi hara di permukaan akar rendah/menurun atau konsentrasi
hara di larutan tanah tinggi/meningkat. Unsur P dan K diserap tanaman terutama
melalui difusi.

Faktor kimia tanah, mineral lempung terutama berpengaruh terhadap kemampuan


pertukaran ion, daya menahan air, muatan listrik, pertukaran kation dan anion, serta
permukaannya yang luas mampu memperbesar terjadinya rekasi-reaksi kimia permukan
(Gray &Williams, 1971; Hattori, 1973; Lynch, 1983; Sanchez, 1976).
Mineral lempung merupakan partikel tanah yang paling kecil, tersusun atas lapisan
aluminosilikat dengan susunan 2:1, 2:2 atau 1:1, umumnya dengan struktur kristalin
(Sanchez, 1976; Lynch, 1983),
Secara umum mineral lempung monmorilonit, illit, dan kaolinit mempunyai
kapasitas tukar kation masing-masing 100, 20 dan 5 meq/100 g tanah (Lynch, 1983).

1. Muatan Listrik
Perbandingan sifat-sifat mineral lempung
Kekayaan Montmorillonit Illit Kaolinit
Ukuran ( Mm) 0.01-1.0 0.1-2.0 0.1-5.0
Total Area Permukaan (M2/G) 700-800 100-200 5-20
Area Permukaan eksternal High Medium Low
Area Permukaan internal Very high Low to none None
Kekenyalan High Medium Low
Keterpaduan High Medium Low
Kapasitas Bengkak High Low to none Low
KPK 80-100 15-25 3-15
[Beban/ tugas] Unit-Layer 0.5-0.9 1.0-1.5 0

Illit ditemukan dalam tanah umumnya mengikat K+ sehingga mineral ini tidak
berswelling. Vermiculite sangat banyak mengandung Ca+ dan Mg+ sehingga mineral ini
berswelling. Vermikulit tidak berswelling kalau kationnya tertukar oleh K.
Montmorillonit ditemukan dalam tanah grumosol (hitam) yang bermuatan listrik negatif,
karena muatan listrik tidak terpengaruh oleh pH. Sedangkan kaolinit ditemukan dalam
tanah latosol (merah). Muatannya tergantung pH,bila pH rendah ion H + tinggi sehingga
muatannya positif. Namun jika pH tinggi ion OH¯ tinggi dan muatannya negatif.

2. Kapasitas Pertukaran Anion (KPA)


KPA merupakan jumlah total anion-anion dapat tukar yang dapat diserap tanah.
Dilambangkan sebagai centimol per kilogram tanah (atau bahan penjerap lainnya seperti
Klei).
Kapasitas tukar kation meningkat seperti peningkatan pH tanah dan kapasitas tukar anion
meningkat dengan berkurangnya pH tanah. Sebagian kecil Horison tanah bermuatan
positif tetapi, peranan peristiwa ini dapat melebihi perkiraan, sebab hubungan timbal-
balik tanah dan makanan tanaman yang sangat penting, ringkasnya, tanah dengan koloid
bermuatan positif :
1.)     Mengabsobsi anion Ion-ion netral dan khlor.
2.)    Kation seperti kalsium, magnesium, dan kalium ditolak dan tetap sangat rentan
terhadap pencucian dalam larutan tanah.

3. Pertukaran Ion
Pertukaran ion merupakan proses balik suatu ion atau kation terikat pada fase
padat tertukar oleh anion atau kation lain dlm fase cair. Tempat pertukaran ion: Organik
dan mineral.
Cara ion hara mencapai permukaan akar:
1. Serapan akar (intersepsi akar)
2. Difusi ion dlm larutan tanah
3. Gerakan ion oleh gerakan massa dg larutan tanah (mass flow).

4. Kapasitas Pertukaran Kation (KPK)


Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya
dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar Klei
tinggi mempunyai KPK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003). Nilai KPK tanah sangat
beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KPK tanah
dipengaruhi oleh :
1. Reaksi tanah (pH)
2. Tekstur atau jumlah Klei
3. Jenis mineral Klei
4. Bahan organik dan,
5. Pengapuran serta pemupukan.
Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar kation tanah sangat beragam, karena
jumlah humus dan Klei serta macam Klei yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.

5. Derajad Keasaman (pH)


Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen
(H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah
tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang
jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam jumlah
ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak
daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu
mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).
Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang
dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun dcmikian pH tanah
umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam dengan
4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral
meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-
tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena
banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah
sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na (Anonim 1991).
A. UNSUR-UNSUR HARA TANAH & DINAMIKANYA DIDALAM TANAH
1. Unsur Hara Esensiil
Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor dalam (internal), tetapi
juga ditentukan oleh faktor luar (eksternal). Salah satu faktor eksternal tersebut adalah
unsur hara esensial. Unsur hara esensial adalah unsur-unsur yang diperlukan bagi
pertumbuhan tanaman. Apabila unsure tersebut tidak tersedia bagi tanaman, maka
tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan unsure tersebut dan pertumbuhan
tanaman akan merana. Berdasarkan jumlah yang diperlukan kita mengenal adanya unsur
hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro diperlukan oleh tanaman dalam
jumlah yang lebih besar (0.5-3% berat tubuh tanaman). Sedangkan unsur hara mikro
diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang relatif kecil (beberapa ppm/ part per
million dari berat keringnya).
Unsur hara makro meliputi N, P, K, Ca, Mg, S. Sedangkan unsur hara mikro
meliputi Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl.
Ketersediaan unsur-unsur esensial didalam tanaman sangat ditentukan oleh pH.
N pada pH 5.5 - 8.5, P pada pH 5.5 - 7.5 sedangkan K pada pH 5.5 - 10 sebaliknya
unsur mikro relatif tersedia pada pH rendah. Hal ini disebabkan karena pada pH tersebut
semua unsur hara esensial baik makro maupun mikro berbeda dalam keadaan yang siap
untuk diserap oleh akar tanaman sehingga dapat menjamin pertumbuhan dan produksi
tanaman. Fungsi Unsur Hara Makro (N, P, K).
Nitrogen ( N )
- Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
- Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri

- Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman


- Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau ) seperti daun
- Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun
hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning
dan mati.

Phospat ( P )
- Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
- Merangsang pembungaan dan pembuahan
- Merangsang pertumbuhan akar
- Merangsang pembentukan biji
- Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
- Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji
berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang sehat )

Kalium ( K )
- Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral
termasuk air.
- Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
- Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi
lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung
daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.
UNSUR HARA MIKRO YANG DIBUTUHKAN TANAMAN (Setio Budi
Wiharto (09417/PN) UGM Jogjakarta.

Unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil antara lain
Besi(Fe), Mangaan(Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B), Klor(Cl).

Besi (Fe)

Besi (Fe) merupakan unsur mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+)
ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan
organik). Mineral Fe antara lain olivin (Mg, Fe)2SiO, pirit, siderit (FeCO3), gutit
(FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi dapat juga
diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe
yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang lain. Fe dalam
tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Penyerapan Fe lewat
daun dianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan lewat akar, terutama pada
tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Dengan demikian pemupukan lewat daun sering
diduga lebih ekonomis dan efisien. Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil,
protein, enzim, dan berperanan dalam perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan
enzim yang mengandung Fe porfirin. Kerja katalase dan peroksidase digambarkan secara
ringkas sebagai berikut:
a. Catalase : H2O + H2O O2 + 2H2O
b. Peroksidase : AH2 + H2O A + H2O
Fungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses
metabolisme. Proses tersebut misalnya reduksi N2, reduktase solfat, reduktase nitrat.
Kekurangan Fe menyebabakan terhambatnya pembentukan klorofil dan akhirnya juga
penyusunan protein menjadi tidak sempurna Defisiensi Fe menyebabkan kenaikan kadar
asam amino pada daun dan penurunan jumlah ribosom secara drastic. Penurunan kadar
pigmen dan protein dapat disebabkan oleh kekurangan Fe. Juga akan mengakibatkan
pengurangan aktivitas semua enzim.

A. Mangan (Mn)
Mangan diserap dalam bentuk ion Mn++. Seperti hara mikro lainnya, Mn
dianggap dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering
disemprotkan lewat daun. Mn dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat
dari logam yang satu ke organ lain yang membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah
berbentuk senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama pyrolusit (MnO2), manganit
(MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3). Mn umumnya terdapat
dalam batuan primer, terutama dalam bahan ferro magnesium. Mn dilepaskan dari batuan
karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan adalah mineral sekunder
terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Kadar Mn dalam tanah berkisar
antara 300 smpai 2000 ppm. Bentuk Mn dapat berupa kation Mn++ atau mangan oksida,
baik bervalensi dua maupun valensi empat. Penggenangan dan pengeringan yang berarti
reduksi dan oksidasi pada tanah berpengaruh terhadap valensi Mn.
Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis
protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus
krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas,ada indikasi
dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi unsure Mn antara lain : pada tanaman
berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak
menyebar sampai ke daun yang lebih tua, pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan
sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed
pada tanaman lupin.
B. Seng (Zn)
Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin
diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Di samping itu, Zn diserap dalm bentuk
kompleks khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsure mikro lain, Zn dapat diserap lewat
daun. Kadr Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam
tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida
(ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan
ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain : pengaktif enim anolase, aldolase, asam oksalat
dekarboksilase, lesitimase,sistein desulfihidrase, histidin deaminase, super okside
demutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan peptidase. Juga
berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas batang.
Ketersediaan Zn menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan sering
menyebabkan ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi sering
menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terytama pada tanah berkapur.
Adapun gejala defisiensi Zn antara lain : tanaman kerdil, ruas-ruas batang
memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan klorosis pada daun-daun muda
dan intermedier serta adanya nekrosis.
C. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam
bentuk senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra
acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate acid). Dalam getah
tanaman bik dalam xylem maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks
senyawa dengan asam amino. Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam
bentuk kompleks.
Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya
kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit
(Cu3AsS4), tetrahidrit [(Cu,Fe)12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit
[Cu2(OH)2CO3], adirit [(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4].
Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin.
Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul
mengandung satu atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pafda klorofil, karotenoid,
plastokuinon dan plastosianin.
Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase,
askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam metabolisme protein
dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman generatif, berperan terhadap
fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin.Adapun gejala defisiensi / kekurangan
Cu antara lain: pembungaan dan pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan
kerdil, daun-daun lemah, layu dan pucuk mongering serta batang dan tangkai daun lemah.

D. Molibden (Mo)
Molibden diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan
toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga berbahaya
bagi hewan yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain.
Pada daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup
mengandung Mo. Mineral lempung yang terdapat di dalam tanah antara lain molibderit
(MoS), powellit (CaMo)3.8H2O. Molibdenum (Mo) dalam larutan sebagai kation ataupun
anion. Pada tanah gambut atau tanah organik sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo.
Walaupun demikian dengan senyawa organik Mo membentuk senyawa khelat yang
melindungi Mo dari pencucian air. Tanah yang disawahkan menyebabkan kenaikan
ketersediaan Mo dalam tanah. Hal ini disebabkan karena dilepaskannya Mo dari ikatan Fe
(III) oksida menjadi Fe (II) oksida hidrat.
Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat
reduktase dan xantine oksidase. Gejala yang timbul karena kekurangan Mo hampir
menyerupai kekurangan N. Kekurangan Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman,
daun menjadi pucat dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo
dimulai dari daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi kering kelayuan, tepi daun
menggulung dan daun umumnya sempit. Bila defisiensi berat, maka lamina hanya
terbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-tulang daun lebih dominan.

E. Boron (B)

Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya berkisar
antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron
yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5%dari kadar total boron dalam tanah. Boron
ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan
difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga
banyak terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan
Al3+ dan atau Si4+. Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin
(H2MgNaAl3(BO)2Si4O2)O20 yang mengandung 3%-4% boron. Mineral tersebut
terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami metomorfosis.

Mineral lain yang mengandung boron adalah kernit (Na2B4O7.4H2O), kolamit


(Ca2B6O11.5H2O), uleksit (NaCaB5O9.8H2O) dan aksinat. Boron diikat kuat oleh
mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3).

Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam
nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga berperan dalam
pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan
perkecambahan serbuk sari. Gejal defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan
terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas
rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan, mudah terserang penyakit.

F. Klor(Cl)

Klor merupakan unsure yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan
dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun.
Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl yang
terbaik pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran
hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobil dan mudah
tercuci oleh air draiinase. Sumber Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl
kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah
keracunan tanaman. Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan
osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion
lain,untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting. Juga
berperan dalam fotosistem II dari proses fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen.

Adapun defisiensi klor adalah antara lain : pola percabangan akar abnormal, gejala
wilting (daun lemah dan layu), warna keemasan (bronzing) pada daun, pada tanaman kol
daun berbentuk mangkuk.
2. Unsur Hara Non-esensiil
Unsur Na, Si, dan Co dianggap bukan unsur hara essensial, tetapi hampir
selalu terdapat dalam tanaman. Misalnya, unsur Na pada tanaman di tanah garaman
yang kadarnya relatif tinggi dan sering melebihi kadar P (Fosfor). Silikon (Si) pada
tanaman padi dianggap penting walaupun tidak di perlukan dalam proses metabolsime
tanaman. Jika tanaman padi mengandung Si yang cukup, maka tanaman tersebut lebih
segar dan tidak mudah roboh diterpa angin sehingga seakan akan Si meningkatkan
produksi tanaman.

Berikut tulisan dari Setio Budi Wiharto (09417/PN) dari UGM Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai