SIFAT FISIKA TANAH, SIFAT KIMIA TANAH, SIFAT BIOLOGI TANAH, KLASIFIKASI
Fungsi utama tanah sebagai media tumbuh adalah sebagai tempat akar mencari
ruang untuk berpenetrasi, baik secara lateral atau horizontal maupun secara vertikal.
Kemudahan tanah untuk dipenetrasi ini tergantung pada ruang pori-pori yang
terbentuk di antara partikel-partikel tanah (tekstur, struktur), sedangkan stabilitas
ukuran ruang ini tergantung pada konsistensi tanah terhadap pengaruh tekanan.
Kerapatan pororsitas tersebut menentukan kemudahan air untuk bersirkulasi dengan
udara. Sifat fisik tanah yang penting adalah warna dan suhu tanah. warna
mencerminkan jenis mineral penyusun tanah, reaksi kimiawi, intensitas pelindiandan
4. Intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang berlangsung.
Sifat fisik tanah yang pertama kali diindra oleh penglihatan adalah warna. Warna
maka warna tanah gelap (dark) dan makin stabil (matang) humusnya warna tanah
makin hitam. Keberadaan mineral feldspar, kaolin, kapur dan kwarsa menyebabkan
warna putih. Kandungan besi (Fe) dalam bentuk hematit, magnetit, atau limonit
memberikan warna merah, cokelat atau kuning. Kandungan lengas (kelembaban)
penyusun tanah yang bersifat heterogen dan beraneka. Ada 4 komponen utama
penyusun tanah mineral yang tidak dapat dipilahkan menjadi tiga fase penyusun tanah
yakni fase padat seperti bahan mineral dan bahan organik, fase cair seperti lengas
tanah dan air, fase gas seperti udara dan tanah. Komponen mineral adalah semua jenis
1
bahan padat hasil pelapukan batuan induk, termasuk mineral primer, mineral
sekunder dan bahan amorf yang mempunyai bermacam-macam ukuran dan
komposisi.
Tekstur tanah adalah sifat fisik tanah yang merupakan gambaran deskriptif
diameter antara 2-0,05mm. Ukuran partikel tanah yang halus adalah lempung dengan
diameter lebih kecil dari 0,002mm. Partikel tanah dengan ukuran di antara pasir dan
lempung disebut sebagai debu. Fraksi partikel tanah yang berukuran lebih kasar
daripada 2mm disebut dengan fraksi kasar tanah dan tidak diperimbangkan di dalam
klasifikasi tekstur tanah. Fraksi kasar tanah merupakan tambahan keterangan di dalam
penyambutan klas tekstur tanah jika memang keberadaannya dianggap pemanfaatan
dalam hal luas permukaan. Luas permukaan fraksi lempung sangat tinggi dan menjadi
tempat berlangsungnya proses pertukaran kation di dalam tanah. Kemampuan tanah
dan fraksi lempung adalah kemudahan diolah. Keberadaan fraksi pasir membuat tanah
menjadi mudah diolah sedang keberadaan fraksi lempung menyebabkan tanah sulit
untuk diolah. Tekstur yang ideal untuk pemanfaatan tanah bagi kegiatan pertanian
adalah geluh (Sartohadi dkk, 2012: 51).
Struktur tanah adalah bagian dari sifat fisik tanah yang membahas sekelompok
partikel tanah yang mengalami koagulasi karena adanya koloid lempung dan organik.
pori primer. Pori primer adalah rongga yang terbentuk antara partikel-partikel tanah
secara tunggal. Bangun struktur tanah berbeda-beda tergantung dari proporsi
lempung dan organik sebagai pengikat yang ada di dalam tanah. Komposisi kimia dari
fraksi mineral lampung juga menentukan bangun struktur tanah (Sartohadi, 2012, 52).
Konsistensi tanah dalam Sartohadi (2012: 54) adalah sifat fisika tanah yang
menggambarkan kuat lemahnya gaya kohesi dan adhesi antarpartikel penyusun tanah.
Konsistensi menggambarkan mudah tidaknya tanah hancur oleh karena suatu tekanan
atau beban. Struktur tanah menggambarkan bentuk, ukuran, dan kuat lemahnya
2
agrerat tanah dalam kondisi alami, sementara konsistensi menggambarkan kondisi
alami yang dipunyai oleh partikel tanah dalam menerima beban dan tekanan.
Porositas tanah menggambarkan jumlah pori yang ada dalam tanah, biasanya
dinyatakan dalam satuan persen. Dalam tanah terdapat tiga macam pori tanah yaitu
pori makro pori meso dan pori mikro. Pori makro adalah rongga yang terbentuk
diantara agregat tanah, berukuran >200 mikron, dan berperan penting dalam sirkulasi
air dan udara tanah. Di dalam pori makro terdapat lengas gravitasi yang teratuskan ke
bawah. Pori meso berukuran antara 30-200 mikron. Air yang terdapat di dalam pori
meso adalah lengas biologi yang dapat dimanfaatkan oleh biota di dalam tanah dan
berguna untuk pertumbuhan tanaman. Pori mikro adalah rongga tanah yang
tanah hanyalah terdiri dari partikel padat saja. Anggapan tersebut tidaklah tepat
karena tanah juga memiliki rongga yang didalamnya terdapat air (lengas tanah) dan
udara tanah. Sartohadi dkk (2016) menjelaskan bahwa fase gas dalam sistem tanah
menempati pori makro. Keberadaannya bersifat dinamik dengan ketersediaan lengas
tanah. Udara dalam tanah digunakan untuk mendukung kehidupan di dalam tanah
termasuk akar tanaman untuk bernafas. Apabila tanah terendam banjir dalam waktu
lama dapat menyebabkan tanaman mati lemas karena tidak dapat melakukan
pernafasa.
Tanah selaku tubuh alam berkomposisi kimia berbeda-beda. Tanah tersusun atas
berbagai mavam susunan dan komposisi unsur kimia dari satu-satuan tanah dengan
satuan tanah yang lain. Tanah sebagai media produksi tanaman menyediakan unsur-
unsur kimia yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Proses-proses kimiawi
terjadi pada bahan lapukan batuan secara terus menerus di dalam tanah, demikian
pula pelapukan fisik, kimia, dan biologi secara terus-menerus menghasilkan senyawa
kimia baru. Senyawa kimia dalam tanah menjadi semakin bertambah kaya dari
dekomposisi sisa-sisa tanaman dan jasad hewan yang terakumulasi dalam tanah dan
3
Perilaku kimiawi tanah didefinisikan sebagai keseluruhan reaksi fisika-kimia dan
kimia yang berlangsung antar-penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan ke dalam
tanah dalam bentuk pupuk ataupun pembenah tanah lainnya (Bolt & Bruggenwert,
1978 dalam sutanto 2005: 102). faktor kecepatan semua bentuk reaksi kimia yang
berlangsung dalam tanah mempunyai kisaran sangat lebar, yakni antara sangat
singkat yang diperhitungkan dengan menit (reaksi jerapan tertentu) sampai luat biasa
lama yang diprhitungkan dengan abad (reaksi yang berhubungan dengan proses
pembentukan tanah). pada umumnya, reaksi-reaksi yang terjadi di dalan tanah
yang dinyatakan dalam nilai pH. Reaksi larutan tanah atau disingkat reaksi tanah
ditentukan oleh kadar H+ dan OH-. Derajat keasaman tanah yang terdapat pada
larutan tanah atau berdasarkan konsentrasi H+ dalam larutan tanah disebut derajat
keasaman actual atau aktif, seangkan derajat keasaman tanah yang terdapat dalam
larutan tanah. Keasaman ini diukur menggunakan suspensi tanah-air dengan nisbah
1:1;1:2,5 dan 1: 5. Keasaman ini ditulis dengan pH (H 2O). Tipe keasaman potensial atau
keasaman tertukarkan dihasilkan oleh H + dan Al3+ tertukarkan yang diadsorbsi oleh
koloid tanah. Reaksi Al3+ dengan H2O: Al3+ +3H2O, Al(OH)3 + 3H+. Potensial keasaman
diukur dengan menggunakan larutan tanah-elektrolit, pada umumnya KCI atau CaCl 2
(Sutanto, 2005: 109).
Bahan induk tanah mempunyai nilai pH yang bervariasi tergantung jenis mineral
penyusunnya dan derahat pelapukannya, sehingga tanah-tanah muda yang baru
dapat mencapai Ph 10. Tanah-tanah berkapur jika deberi larutan HCI akan
menghasilkan gas karbon dioksida yang menguap, sisa karbonat jika dihidrolisis oleh
air akan menghasilkan ion-ion OH, sehingga lebih dominan dibanding ion H + dan
menghasilkan pH sekitar 8,3 (Ali, 2010: 153).
bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfur dan asam nitrat yang secara alami
merupakan komponen renik dan air hujan. Hujan asam juga terjadi sebagai akibat
4
meningkatnya penggunaan dan pembakaran fosil-fosil padat yang menimbulkan gas-
gas sulfur dan nitrogen yang kemudian bereaksi dengan air hujan (Ali, 2010: 156).
Bahan Organik Tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang
yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan
demikian berada dalam proses pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad
mikro. Kadar bahan organic tanah tidak lebih melebihi 3 atau 5 persen dari bobot
tanah. Walaupun jumlahnya sedikit, pengaruh bahan organic terhadap sifat-sifat tanah
dan selanjutnya terhadap pertumbuhan tanah sangat nyata Soepardi (1983: 7).
terhadap sifat kimiawi dan biologis tanah. Namun apabila berlebihan, pengapuran
dapat berdampak negatif berupa penurunan ketersediaan Zn, Mn, Cu dan B yang
dapat menyebabkan tanaman menjadi defisiensi keempat unsur ini serta dapat
mengalami keracunan Mo (Hanafiah, 2005 : 160-161). Tanaman yang tumbuh di
Mangan merupakan salah satu bentuk karatan yaitu warna hasil pelarutan dan
pergerakan beberapa komponen tanah yang terjadi selama musim hujan, yang
dan (b) oksidasi yang menyebabkan terjadinya. Mangan dapat menyebabkan karatan
berwarna gelap yakni apabila mangan mengalami presipitasi. karatan yang terbentuk
sulit berubah meskipun telah dilakukan perbaikan drainase (Sugiharyanto, 2008: 51).
Mangan yang berlebihan pada tanah dapat dikurangi dengan rotasi tanaman
(Pandutama, 2003 : 101). Mangan juga merupakan salah satu bentuk konkresi, yaitu
konsentrasi lokal dari berbagai senyawa kimia yang membentuk butir-butir atau
tanah, dan biologi antara lain warna, struktur, kestabilan agrerat, pH, kapasitas
pertukaran kation, serta bahan organik merupakan medium bagi aktivitas jasad hidup
dalam tanah. Bahan organik tersusun atas sisa-sisa ( residues) tanaman dan hewan di
dalam tanah. Bahan organik dapat berupa sisa-sisa tanaman muda ( crop), pupuk hijau,
5
hasil pembakaran sisa tanaman, sisa akar, batang, dahan ranting tumbuh-tumbuhan
yang telah mati, termasuk juga ekskrements (kotoran dan lendir-lendir), serangga,
cacing, dan bianatang besar. Bagian lain dari bahan organik tanah yang penting
adalah mikroorganisme baik yang masih hidup maupun yang telah mati seperti
cair, dan gas. Organisme hidup, mineral, dan bahan organik merupakan bagian dari
fase padat. Organisme tanah dibagi mejadi dua golongan yaitu golongan tumbuhan
dan golongan hewan yang dibedakan menjadi kelompok mikro dan makro
berdasarkan ukurannya. Organisme tersebut di golongkan lagi berdasarkan perannya
yaitu organisme yang mmeberikan persediaan bahan organik dan organisme yang
merombak bahan organik. Keberadaan organisme tersebut merupakan mesin
pengaduk tanah yang efektif untuk menyediakan berbagai asupan untuk kehidupan
diatasnya.
Batasan mengenai fauna tanah menurut Hole (1981) adalah fauna yang hidupnya
di dalam tubuh tanah (endopedonic animal), tidak termasuk fauna yang hidupnya di
luar tubuh tanah (exopedonic animal) sekalipun dapat mempengaruhi kualitas tanah.
Sekitar 90% biomassa dari endopedonic animal tersusun oleh invertebrata.
Endopedonic animal memiliki ciri: mobilitas terbatas, bernapas dengan kulit atau
insang, umumnya ketahanan terhadap kekeringan rendah, kandungan pigmen sedikit,
mesofauna (200 mikron-1 cm), makrofauna (>1 cm). Berdasarkan kehadirannya dalam
tanah dibedakan menjadi kelompok transien, temporer, periodik, dan permanen (Tabel
2). Berdasarkan habitatnya dibedakan menjadi epigeon (hidup pada lapisan tumbuhan
di permukaan tanah), hemeidafon (pada lapisan organik tanah), dan eudafon (pada
bangkai atau pupuk kandang), mikroflora (pemakan bakteri atau fungi), dan pedifora
6
(pemakan tanah, contoh: cacing tanah). Beberapa fauna tanah yang banyak mendapat
perhatian adalah cacing tanah, collembola, dan protozoa (Ma’shum dkk, 2003).
pelapukan sisia tanaman dan memperbaiki tingkat kandungan hara dalam tanah.
selain itu cacing tanah juga berperan untuk memeperbaiki aerasi tanah. Berikut
Sartohadi dkk (2016) menjelaskan bahwa cacing tanah merupakan salah satu
hewan makro tanah yang paling penting. Cacing tanah terdiri dari sejumlah spesies
tergantung zona iklim. Pada daerah iklim sedang dan dingin seperti di eropa dan
amerika dijumpai Lumbricus-terristris yang berwarna kemerahan dan Allobhopin
caliginosa. Sementara itu di daerah iklim tropik hingga subtropik dijumpai spesies
yang agak berbeda dengan ukuran yang lebih kecil. Cacing tanah berperan penting
dalam encernakan tanah hingga mencapai 15 ton tanah kering tiap are per tahun.
Kecepatan pencernaan cacing tanah setara dengan satu are lapis olah tanah yang
seharusnya diolah selama 60 atau 70 tahun. Cacing tanah tidak hanya mencerna bahan
organik sebagai makanan tetapi juga bahan mineral yang menjadi sasaran enzim
pencernaan dan penghalusan dalam tubuh cacing. Cacing tanah juga berpengaruh
positif terhadap kesuburan dan produktivitas tanah. Lubang yang ditinggalkan cacing
tanah mempengaruhi aerasi dan drainase yang penting dalam perkembangan tanah.
Cacing tanah mengangkut, mencampur, menggumpalkan sejumlah bahan organik
D. KLASIFIKASI TANAH
Klasifikasi tanah merupakan sistematika penggolongan tanah, atau pemberian
nama satuan-satuan tanah menurut kriteria tertentu dan berdasarkan sifat-sifat yang
mencirikan (sifat diagnostik) yang ada pada tanah. Sifat diagnostik yang digunakan
untuk klasifikasi tanah selain berkaitan dengan proses pembentukan tanah (genesis
tanah) juga berkaitan dengan karakteristik tanah yang mempengaruhi pemanfaatan
kenampakan, ciri-ciri, dan sifat-sifat tanah yang diperlihatkan suatu profil tanah. Ciri-
ciri morfologi tanah merupakan petunjuk mengenai proses-proses yang dialami suatu
7
satuan tanah mulai dari proses pelapukan batuan hingga perkembangan tanah
selanjutnya. Pengaruh faktor-faktor pembentuk tanah yang saling tindak satu sama
lain secera kompleks akan meninggalkan ciri-ciri pada profil tanah yang khas setiap
satuan tanah (Sartohadi dkk, 2012: 101).
Interpretasi morfologi untuk kepentingan kajian lingkungan pada saat ini terus
berkembang. Berbagai proses yang terjadi pada dan dekat dengan permukaan bumi
dapat diinterpretasikan dari kenampakan, ciri, dan sifat, morfologi tanah yang tampak
pada profil tanah. Kejadian-kejadian ekstrem yang terjadi pada masa lampau seperti
endapan banjir, endapan gunung api, endapan tsunami, dan endapan longsor sangat
mungkin dapat ditelaah melalui kajian morfologi tanah. Kajian-kajian mengenai
101).
Sartohadi dkk (2016) menjelaskan bahwa di dunia banyak terdapat sistem
klasifikasi tanah tetapi hanya ada dua yang terkenal dan diterapkan secara luas yaitu:
(1) sistem klasifikasi tanah USDA atau dikenal sebagai soil taxonomy, dan (2) sistem
FAO/UNESCO yang saat ini dikenal sebagai sistem WRB (world reference base for soil
resources). Di berbagai negara juga banyak terdapat sistem klasifikasi tanah nasional
seperti di Jerman, Australia, Kanada, termasuk Indonesia. Berikut ini kita akan
membahas tentang Sistem Klasifikasi Tanah Nasional Indonesia dan Sistem Klasifikasi
Tanah FAO/UNESCO.
Sartohadi dkk (2016) menjelaskan bahwa klasifikasi tanah sistem WRB memiliki
prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) klasifikasi didasarkan atas perwatakan tanah yang
dideskripsikan dalam bentuk sifat dan horison penciri, yang semaksimal mungkin
dapat diamati dan diukur di lapangan, (2) pemilihan sifat dan horison penciri
didasarkan atas hubungannya dengan proses-proses pembentukan tanah, (3) pada
tanah, (5) WRB dirancang sebagai klasifikasi yang komprehensif yang memungkinkan
orang menerapkannya pada sistem klasifikasi nasional masing-masing, (6) reference
soils harus mencerminkan wilayah satuan tanah utama sehingga memberi peluang
untuk mengetahui secara komprehensif menyeluruh mengenai tanah yang
menyelimuti bumi, (7) reference base tidak berarti menggantikan klasifikasi tanah
nasional tetapi untuk membantu dalam komunikasi secara umum dalam tingkat
8
internasional, (8) revisi legenda peta tanah dunia telah digunakan sebagai dasar untuk
pengembangan WRB supaya dapat dimanfaatkan untuk korelasi tanah secara
internasional, (9) revisi dan deskripsi satuan tanah mencerminkan variasi dalam
karakteristik tanah baik secara vertikal maupun horizontal, (10) istilah reference base
adalah konotatif sebagai fungsi penanda dimana WRB akan diasumsikan, (11) WRB
juga mungkin dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang konsisten untuk
kompilasi database tanah secara global dan untuk inventarisasi dan monitoring
sumberdaua tanah dunia, (12) penamaan yang digunakan untuk membedakan soil
sistem klasifikasi FAO/UNESCO menurut Darmawijaya (2002) dan Sartohadi dkk (2016).
1. Kelompok tanah organik
Dalam kelompok tanah mineral yang dipengaruhi oleh bahan induk tanah terdapat
tanah andosols, arenosols, dan vertisols. Kelompok ini mencakup tanah yang
berkembang pada abu gunungapi, bahan induk pasir dan pasir kuarsa, serta tanah
yang berkembang pada material lempung kembang kerut.
tanah fluvisols, gleysols, leptosols, dan regosols. Kelompok ini mencakup tanah-
tanah di daerah dataran rendah yang rata atau cekung serta tanah-tanah yang
Dalam kelompok tanah mineral wilayah iklim subtropis humid terdapat jenis tanah
plinthosols, ferrasols, nitisols, acrisols, alfisols, lixisols.
9
7. Kelompok tanah mineral terbentuk di wilayah arid/semiarid
Dalam kelompok tanah mineral terbentuk di wilayah arid/semiarid terdapat jenis
Dalam kelompok tanah mineral terbentuk di wilayah steppa terdapat jenis tanah
kastanozems, chernozems, phaeozems.
Dalam kelompok tanah mineral di wilayah iklim dingin dengan permafrost terdapat
jenis tanah cryosols. Tanah ini memiliki permafrost karena terbentuk di wilayah
dingin
E. TAKSONOMI TANAH
Brady dan Weil (2008) menjelaskan bahwa taksonomi tanah merupakan sistem
objektif dapat diamati dan diukur daripada hanya sekedar berdasarkan pada
mekanisme pembentukan tanah. Sistem menggunakan nomenklatur yang unik yang
dapat memberikan konotasi definitif dari karakteristik utama tanah. Sistem ini
merupakan sistem yang benar-benar internasional karena tidak berdasarkan pada
bahasa tanah nasional tertentu. Sementara itu Sartohadi dkk (2016) menjelaskan
satuan-satuan taksonomi tanah USDA merupakan alat komunikasi yang baik karena
mencakup berbagai tingkatan skala pemanfaatan mulai dari skala detil hingga global.
Taksonomi tanah terdiri dari enam kategori mulai dari kategori tertinggi (global)
ke kateogri terendah (detail) yaitu meliputi Ordo, Sub Ordo, Great Group, Sub Group,
Family, dan Serie. Pada tingkat ordo terdapat 12 macam ordo tanah yaitu Alfisols,
diagnostik dan atau susunan horison diagnostik serta sifat diagnostik lain yang bukan
berupa horizon. Ordo dibagi menjadi Sub Ordo dengan memperhatikan pembatas
utama berupa rejim kelembapan tanah dan rejim suhu tanah. Sub ordo adalah bagian
dari ordo yang menekankan homogen genesa. Rejim kelembapan tanah dibedakan
10
menjadi lima macam mulai dari yang paling basah ke yang paling kering berturut-
turut adalah aquic, udic, ustic, aridic, dan xeric. Rejim suhu tanah dari yang paling
dingin ke yang paling panas berturut-turut adalah cryik, frigis, mesik, termik,
hipertermik. Semua level suhu tanah tersebut, kecuali cryik, mensyaratkan selisih suhu
tertinggi dan terendah 60C. jika tidak ada selisih suhu tersebut maka diberi awalan iso
di depan nama masing-masing suhu tanah. Perlu kita ketahui bahwa tidak semua ordo
menggunakan kriteria yang sama untuk menurunkan dalam level sub ordo. Ada 4 ordo
yang subordonya tidak didasarkan atas kelembapan dan suhu tanah yaitu gelisols,
histosols, aridisols, dan entisols. Saat ini ada 53 satuan sub ordo.
Entisols. Sementara itu Darmawijaya (2002) dengan sistem klasifikasi yang lain
menjelaskan bahwa di Indonesia terdapat jenis tanah Histosol, Litosol, Aluvial, Regosol,
persebaran berbagai jenis tanah tersebut menurut Sartohadi dkk (2016) serta
Darmawijaya (2002) adalah sebagai berikut:
Gelisols
Gelisols merupakan tanah yang khas di daerah beriklim dingin. Jenis tanah ini
terbentuk di daerah beriklim kutub atau semikutub yang memungkinkan terbentuknya
lapisan permafrost pada sebagian atau seluruh profil tanah. Di Indonesia hampir tidak
dijumpai jenis tanah ini. Kemungkinan keterdapatannya adalah di sekitar Puncak Jaya
Papua di sekitar wilayah yang tertutup oleh salju abadi. Luas persebaran jenis tanah ini
secara nasional juga tidak signifikan karena hanya terbatas di daerah tertentu saja.
Histosols
Histosols adalah tanah yang terbentuk oleh bahan induk tanah organik yang
menyusun lebih dari 50% ketebalan tanah pada 80cm lapisan atas. Persebaran
histosols di Indonesia terutama terdapat pada lahan basah (rawa). Histosols tersebar
di pulau-pulau besar seperti Sumatra (13.211.000 ha), Kalimantan (11.096.000 ha),
Sulawesi (569.000 ha), dan Papua (13.415.000 ha). Dalam sistem klasifikasi lainnya
11
jenis tanah ini juga dikenal sebagai tanah organosol atau tanah gambut. Terdapat
tiga jenis gambut di Indonesia yaitu gambut ombrogen, gambut topogen, dan
gambut pegunungan.
Gambut ombrogen terletak di dataran pantai berawa memiliki ketebalan tanah
0,5 hingga 16 meter, terbentuk dari sisa tubuhan hutan dan rumput rawa dengan
kondisi yang hampir selalu tergenang air. Gambut ombrogen di Indonesia
merupakan salah satu gambut terluas di dunia selain gabut sub arctic. Gambut
ombrogen terdapat secara luas di dataran pantai timur Sumatra, dataran rawa
Kalimantan, dan dataran pantai selatan Papua. Gambut topogen terbentuk di daerah
cekungan di dataran rendah maupu di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan
rawa, ketebalan 0,5 hingga 6 meter, dan kandungan unsur hara relatif lebih tinggi.
Gambut topogen misalnya terdapat di Rawa Pening Jawa Tengah dan Rawa Lakbok
Tanah spodosols dicirikan oleh perbedaan warna antar horison. Dalam sistem
klasifikasi nasional Indonesia dikenal sebagai tanah podzol. Jenis tanah spodosols
tersebar di Kalimantan, Sumatra, dan sedikit di wilayah Papua, umumnya berada di
kawasan hutan. Tanah ini relatif kurang produktif dan sebaiknya dibiarkan secara
alami. Meluas di daerah hutan yang beriklim basah-sedang. Di pegunungan tinggi
Papua tanah spodosols pernah diteliti oleh Wentholt (1933). Spodosols juga
dijumpai di daerah yang lebih rendah seperti Kutai (Kalimantan Timur) dan Air
Layang (Bangka).
Andisols
Andisols merupakan tanah yang terbentuk pada abu gunungapi atau hasil keluaran
dari gunungapi yang lain. Persebaran jenis tanah ini di Indonesia berasosiasi dengan
lereng atas dan kerucut gunungapi pada ketinggian diatas 900 mdpal. Andisols yang
terdapat di Indonesia biasanya dari sub ordo Ustands dan Udands. Pada vulkan yang
sejarah letusannya banyak mengeluarkan material gelas vulkanik terbentuk sub ordo
Vitrands.
Oxisols
12
Tanah oxisols merupakan tanah yang telah mengalami proses pelapukan hingga
tingkat lanjut. Tersebar pada daerah-daerah dengan bentuklahan tua yang stabil,
terdapat di daerah tropis dan subtropis berasal dari bahan induk dari sembarang
batuan induk. Di Indonesia, jenis tanah ini antara lai dijumpai di Sumatra, Kalimantan,
sebagian kecil Jawa Barat (Purwakarta), Sulawesi, Papua. Oxisol di Indonesia pada
umumnya termasuk dalam subordo Ustox, Perrox, Udox, serta Aquox. Luasan
slickensides. Tanah ini juga memiliki kemampuan kembang kerut yang tinggi akibat
tingginya lempung montmorilonite. Vertisols di Indonesia berkembang pada bahan
induk yang berasal dari batuan vulkanik menengah, tuff, batuan facies laut, coluvium,
aluvium, terletak pada relief yang relatif datar. Selain itu tinggi tempat tidak lebih
dari 300 mdpal dan temperatur tahunan rata-rata 250C. Jenis ultisols yang terdapat
di Indonesia umumnya dari subordo usterts, xererts, dan uderts. Dalam sistem
Tanah ini terbentuk dari sembarang bahan induk terutama yang berumur pleistosen
atau lebih tua. Terbentuk dari sembarang regim suhu dan kelembaban kecuali aridik.
sabana. Di Indonesia Ultisols tersebar secara luas dan mencakup hampir semua
satuan tanah dalam kategori subordo (kecuali xerults yang relatif terbatas).
Mollisols
Mollisols termasuk dalam jenis tanah yang telah mengalami perkembangan dengan
ciri utama keberadaan epipedon mollic yang sangat ideal untuk pertanian. Tanah ini
berkembang pada batuan induk dengan kandungan Ca tinggi. Berbagai jenis batuan
induk yang memungkinkan terbentuknya mollisols adalah batuan gampingan dan
13
Alfisols merupakan tanah yang memiliki epipedon okrik dan argilik. Jenis tanah ini
juga terdapat di Indonesia yaitu dari subordo Udalfs, Ustalfs, serta sedikit Aqualfs,
dan Xeralfs. Tanah alfisols Terdapat di hampir semua pulau di Indonesia umumnya
berasal dari batuan induk vulkanik di bawah pengaruh iklim tropis basah (A). apabila
cukup air jenis tanah ini potensial untuk tanaman padi, tebu, palawija, dan buah-
buahan secara intensif.
Inceptisols
Inceptisols merupakan jenis tanah yang sedang berada pada tahap awal
kurun waktu ratusan tahun, tanah endapan sungai, danau, rawa, dan pesisir yang
dinamis. Jenis tanah ini potensial untuk pertanian baik lahan basah maupun kering
Merupakan tanah yang belum berkembang yang didominasi oleh bahan induk.
Entisols banyak ditemukan di Indonesia terutama di daerah dengan dinamika
genangan, erupsi gunungapi, longsor, serta tsunami dan gelombang pasang. Proses-
proses geomorfologis di daerah perkembangan entisols ini seringkali mengganggu
perkembangan tanah.
KESIMPULAN
Tanah adalah lapisan yang menyelimuti sebagian besar permukaan bumi dan mempunyai
sifat dan karakteristik fisik, kimia, biologi, serta morfologi.Asal usul tanah adalah bentukan
dari proses pelapukan batuan yang mendapat bantuan oleh organisme yang akhirnya
membentuk lapisan. Dalam sifat fisika tanah adalah sifat yang dapat dirasakan oleh
pengindraan seperti warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah. Sifat
kimia tanah adalah sifat tanah secara kimiawi, misalnya pH tanah dan kandungan bahan
organik didalam tanah seperti Karbon, Nitrogen, Posfor, Kalium dan berbagai komponen.
Reaksi tanah merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menyatakan reaksi asam-basa
dalam tanah, yang dalam hal mana dinyatakan sebagai pH tanah. pH merupakan ukuran
aktivitas ion hidrogen. pH merupakan salah satu parameter penting suatu tanaman dapat
tumbuh atau tidak. Sifat bologi tanah dibentuk oleh zat padat tanah yang berupa partikel
14
-partikel tanah, bahan -bahan organik serta organisme tanah. Klasifikasi tanaha adala
pengkategorisasi tanah berdasarkan karakteristik yang membedakan masing-masing jenis
tanah. Klasifikasi tanah merupakan sebuah subjek yang dinamis yang mempelajari
struktur dari sistem klasifikasi tanah, definisi dari kelas-kelas yang digunakan untuk
15
DAFTAR PUSTAKA
Brady, N.C. dan Weil, R.R. 2008. The Nature and Properties of Soils, Fourteenth Edition
Foth, H.D. dan Turk, L.M. 1972. Fundamentals of Soil Science, Fifth Edition . New York:
John Wiley and Sons
Hanafiah, Kemas Ali. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
Sartohadi, J., Suratman., Jamulya., Dewi, N.I.S. 2016. Pengantar Geografi Tanah.
16