Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN INFILTRASI

Dosen Pengampu: Viktor Suryan, S.T, M.Sc

OLEH

Jasmin Masyirianti

56192010010

SISTEM DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR

POLITEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG

TEKNOLOGI REKAYASA BANDAR UDARA

2022
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II METODE PENELITIAN
BAB III PERALATAN
BAB IV PROSEDUR PERCOBAAN
BAB V HASIL PERCOBAAN
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengukuran curah hujan disusun guna memenuhi
tugas Bapak Viktor Suryan, S.T, M.Sc pada Mata kuliah Sistem Drainase Bandar udara di
Politeknik Penerbangan Palembang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada BapakViktor Suryan, S.T, M.Sc Soleh sebagai dosen mata kuliah. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait yang ditekuni
penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis menerima demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis
BAB I
 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Infiltrasi merupakan peristiwa atau proses masuknya air ke dalamtanah, umumnya
(tetapi tidak mesti) melalui permukaan tanah dan secara vertikal. Pada beberapa kasus, air
dapat masuk melalui jalur atau rekahantanah, atau gerakan horizontal dari samping, dan
lain sebagainya.
Dalam bidang konservasi tanah, infiltrasi merupakan komponen yang sangat penting
karena masalah konservasi tanah pada azasnya adalah pengaturan hubungan antara
intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi, serta pengaturan aliran permukaan.Aliran
permukaan hanya dapat diatur dengan memperbesar kemampuan tanah menyimpan air,
utamanya dapat ditempuh melalui perbaikan atau peningkatan kapasitas infiltrasi.Kapasitas
infiltrasi merupakan laju maksimum air yang dapat masuk ke dalam tanah pada suatu saat.
Infiltrasi merupakan interaksi kompleks antara intensitas hujan,karakteristik dan kondisi
permukaan tanah.Intensitas hujan berpengaruhterhadap kesempatan air untuk masuk ke
dalam tanah.Bila intensitashujan lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas infiltrasi, maka
semua airmempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam tanah. Sebaliknya, bilaintensitas
hujan lebih tinggi dibandingkan dengan kapasitas infiltrasi,maka sebagian dari air yang
jatuh di permukaan tanah tidak mempunyaikesempatan untuk masuk ke dalam tanah, dan
bagian ini akan mengalirsebagai aliran permukaan. Penutupan dan kondisi permukaan
tanahsangat menentukan tingkat atau kapasitas air untuk menembuspermukaan tanah,
sedangkan karakteristik tanah, khususnya strukturinternalnya berpengaruh terhadap laju air
saat melewati masa tanah.
Unsur sruktur tanah yang terpenting adalah ukuran pori dan kemantapanpori. Laju
infiltrasi dapat diukur di lapangan dengan mengukur curah hujan, aliran permukaan, dan
menduga faktor-faktor lain dari siklus air,atau menghitung laju infiltrasi dengan analisis
hidrograf. Mengingat cara tersebut memerlukan biaya yang relatif mahal, maka penetapan
infiltrasi sering dilakukan pada luasan yang sangat kecil dengan menggunakansuatu alat
yang dinamai infiltrometer.
Ada beberapa macam infiltrometer yang dapat digunakan untukmenetapkan laju
infiltrasi, yaitu:
(1) ring infiltrometer  (single ataudouble/concentric-ring infiltrometer);
(2) wells, auger hole permeameter;
(3) pressure infiltrometer;
 (4) closed-top permeameter; 
(5) crust test; 
(6)tension and disc infiltrometer;
 (7) driper;  dan
(8) rainfall 
Clothier, 2001;Reynold et al., 2002. Metode yang akan diuraikan dalam bab ini adalah
pengukuran infiltrasi dengan menggunakan ring infiltrometer.

1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui besarnya kapasitas  tanah
terhadap laju infiltrasi, mengetahui cara kerja alat infiltrometer.
BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA

 Infiltrasi adalah proses aliran air masuk ke dalam tanah yang umumnya berasal dari
curah hujan, sedangkan laju infiltrasi merupakan jumlah air yang masuk ke dalam tanah per
satuan waktu. Proses ini merupakan bagian yang sangat penting dalam daur hidrologi yang
dapat mempengaruhi jumlah air yang terdapat dipermukaan tanah, dimana air yang terdapat
dipermukaan tanah akan masuk ke dalam tanah kemudian mengalir ke sungai. Air yang
dipermukaan tanah tidak semuanya mengalir ke dalam tanah, melainkan ada sebagian air
yang tetap tinggal di lapisan tanah bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali
ke atmosfer melalui permukaan tanah atau soil evaporation  (Elfiati dan Delvian, 2010).
Dalam pengukuran laju infiltrasi di lapangan diperlukan adanya penggunaan ring
infiltrometer. Keunggulan dari penggunaan ring infiltrometer dibandingkan dengan
beberapa alat lainnya adalah relatif murah, mudah untuk menggunakan dan menganalisis
datanya, serta tidak memerlukan keterampilan yang tinggi dari penggunanya. Kelemahan
dari alat iniadalah peluang untuk terjadinya gangguan terhadap tanah relatif tinggi
(Clothier, 2001), sehingga untuk mendapatkan hasil pengukuran yang mewakili, diperlukan
ulangan pengukuran yang relatif banyak, baik ulangan secara spasial maupun temporal.
Ring infiltrometer utamanya digunakan untuk menetapkan infiltrasi kumulatif, laju
infiltrasi, sorptivitas, dan kapasitas infiltrasi. Ada dua bentuk ring infiltrometer, yaitu single
ring infiltrometer dan double atau concentric-ring infiltrometer. Penggunaan double-ring
infiltrometer  ditujukan untuk mengurangi pengaruh rembesan lateral. Oleh karena adanya
rembesan lateral, sering menyebabkan hasil pengukuran dari alat ini menjadi tidak mudah
untuk diekstrapolasikan ke dalam skala lapangan.
Infiltrasi (vertikal) ke dalam tanah yang pada mulanya tidak jenuh,terjadi di bawah
pengaruh hisapan matriks tanzssah dan gravitasi. Laju infiltrasi pada awalnya tinggi,
dengan masuknya air lebih dalam dan lebih dalamnya profil tanah yang basah, maka
hisapan matriks tanah berkurang dan akhirnya hanya tinggal tarikan gravitasi yang
berpengaruh terhadap pergerakan air, menyebabkan laju infiltrasi semakin menurun dengan
berjalannya waktu mendekati kondisi kesetimbangan (steady-state). Kandungan air tanah
pada saat mulai terjadinya infiltrasi juga berpengaruh terhadap laju infiltrasi. Oleh karena
itu Sharma et al. (1980) menyatakan bahwa secara tidak langsung infiltrasi dipengaruhi
oleh evapotranspirasi melalui pengaruhnya terhadap kadar air tanah awal.

Laju infiltrasi sebagai fungsi dari waktu untuk dua tanah dengan perbedaan kandungan
airpada awal infiltrasi (Sumber: Arsyad, 2000)
Pada pengukuran laju infiltrasi dengan menggunakan ring infiltrometer,
istilah steady state  seringkali diganti dengan quasi-steadystate/kesetimbangan semu. Istilah
ini digunakan karena dalam beberapa kasus ”true”steady-state (kesetimbangan yang
sesungguhnya) dapat menjadi sangat lambat untuk menuju ke asymptote. Young (1987)
menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai laju infiltrasi dalam kondisi
kesetimbangan (quasi-steady-state infiltration rate) semakin berkurang dengan semakin
kecilnya ukuran/diameter ring yang digunakan. Namun demikian, penggunaan ring yang
terlalu kecil juga menyebabkan semakin tingginya tingkat kesalahan (error) pengukuran
(Tricker, 1978).
Keragaman alami yang tinggi dari tanah di lapangan juga dapat menyebabkan
terjadinya perubahan laju infiltrasi secara tidak menentu dengan berjalannya waktu,
sehingga identifikasi dari true steady state menjadi sulit dilakukan. Beberapa praktisi telah
mencoba untuk melakukan estimasi true steady state dengan memplot laju infiltrasi, q,
(yaxis) terhadap inverse waktu, t-1, (x-axis). Selanjutnya mengekstrapolasi intersep dari y-
axis untuk mendapatkan laju infiltrasi pada waktu yang tak terbatas/ ”infinite”
time  (Reynold et al., 2002).
Faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi
Suryatmojo (2006) menjelaskan bahwa infiltrasi di pengaruhi oleh beberapa hal,
antara lain:
·     Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir pasir ( 2 mm–50 µ), debu (50-
2µ), dan liat (<2µ) di dalam tanah. Kelas tekstur tanah dibagi dalam 12 kelas yaitu: pasir,
pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, debu, lempung liat,
lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liat berpasir, liat berdebu, liat.
Berdasarkan ukurannya, bahan padatan tanah digolongkan menjadi tiga partikel atau
juga disebut sebagai separat penyusun tanah yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah berpasir yaitu
tanah dengan kandungan pasir > 70 %, porositasnya rendah (< 40 %), sebagian besar ruang
pori berukuran besar, sehingga aerasenya baik, daya hantar air cepat tetapi kemampuan
menahan air dan zat hara rendah. Tanah disebut bertekstur liat jika kandungan liatnya > 35
%, porositasnya relatif tinggi (60 %), tetapi sebagian besar merupakan pori berukuran kecil,
daya hantar air sangat lambat dan sirkulasi udara kurang lancar. Pada tekstur tanah pasir ,
laju infiltrasi akan sangat cepat, pada tekstur lempung laju infiltrasi adalah sedang hingga
cepat dan pada tekstur liat laju infiltrasi tanah akan lambat.
Struktur Tanah
Struktur tanah adalah susunan agregat-agregat primer tanah secara alami menjadi
bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang. Struktur tanah dapat dinilai dari stabilitas
agregat, kerapatan lindak, dan porositas tanah. Struktur tanah ditentukan oleh tiga group
yaitu mineral-mineral liat, oksida-oksida besi, dan  mangan, serta bahan organik koloidal
gum yang dihasilkan oleh jasad renik.
Bentuk struktur tanah yang membulat (granular dan remah) menghasilkan tanah
dengan daya serap tinggi sehingga air mudah meresap kedalam tanah. Struktur tanah remah
(tidak mantap), sangat mudah hancur oleh pukulan air hujan menjadi butir-butir halus,
sehingga menutup pori-pori tanah. Akibatnya air infiltrasi terhambat dan aliran permukaan
meningkat.
·     Berat Isi (Bulk Density)
Semakin tinggi kepadatan tanah, maka infiltrasi akan semakin kecil. Kepadatan
tanah ini dapat disebabkan oleh adanya pengaruh benturan-benturan hujan pada permukaan
tanah. Tanah yang ditutupi oleh tanaman biasanya mempunyai laju infiltrasi lebih besar
dari pada permukaan tanah yang terbuka. Hail ini disebabkan oleh perakaran tanaman yang
menyebabkan porositas tanah lebih tinggi, sehingga air lebih banyak dan meningkat pada
permukaan yang tertutupi oleh vegetasi, dapat menyerap energi tumbuk hujan dan sehingga
mampu mempertahankan laju infiltrasi yang tinggi.
Kerapatan isi adalah berat persatuan volume tanah kering oven, biasanya ditetapkan
sebagai g / m3. Contoh tanah yang ditetapkan untuk menentukan beratjenis palsu harus
diambil secara hati-hati dari dalam tanah, tidak boleh merusak struktur asli tanah.
Terganggunya struktur tanah dapat mempengaruhi pori-por tanah, demikian pula berat
persatuan volume. Empat atau lebih bongkah (gumpal) tanah biasanya diambil dari tiap
horizon untuk memperoleh nilai rata-rata.
·    Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah merupakan penimbunan, terdiri sebagian dari sisa dan
sebagian dari pembentukan dari sisa tumbuahan dan hewan. Bahan organik yang dikandung
oleh tanah hanya sedikit, kurang lebih hanya 3 % sampai 5 % dari berat tanah dari topsoil
tanah mineral yang mewakili. Bahan organik berperan sebagai pembentuk butir
(granulator) dari butir-butir mineral yang menyebabkan. Terjadinya keadaan gembur pada
tanah produktif. Bahan ini biasanya berwarna hitam atau coklat bersifat koloida. Daya
menahan air dan ion-ion hara jauh lebih besar dari pada lempung.
Persamaan Horton    (f = fc + (f0 – fc) e-kt)
                        f      = Kapasitas infiltrasi (laju infiltrasi maksimum)
                        fc     = laju infiltrasi konstan
                        f0      = laju infiltrasi awal
                        k     = konstanta
                        t      = waktu
                        e     = bilangan alami (2.71828)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

   Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Rabu 15 Juni 2022 pukul 08.00 WIB sampai
dengan selesai di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.

3.2 Bahan dan Alat

            Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah ring infiltrometer dengan
diameter 22.5 cm dan 90 cm, palu, balok kayu, sekop, penggaris, dan pencatat waktu
(stopwatch). Sedangkan bahan yang digunakan yaitu lahan dan air.

3.3  Prosedur Kerja

1. Pengukuran infiltrasi dengan metode double ring infiltrometer


 Ring outer berfungsi untuk menjaga air yang diukur pada ring dalam agar
tetap bergerak secara vertical
 Ring dalam berfungsi untuk menunjjukkan penurunan muka air tanah pada
waktu tertentu
2. Ring dipasang dengan cara dibenamkan kedalam tanah sekitar 5-10 cm
3. Tentukan lokasi pengujian infiltrasi. Kemudian masukkan ring dalam dan disusul
ring luar
4. Gunakan palu dan balok kayu untuk merapikan posisi ring agar seimvang pada saat
dimasukan kedalam tanah dengan cara meletakkan balok kayu diatas ring kemudian
dipukul dengan palu sampai kedalamn 5-10 cm.
5. Rapikan posis penggaris pada ring dalam
6. Tuangkan air di ember masukkan air pada ruang ring luar
7. Siapkan table pencatatn data
8. Setelah masukkan air dengan batas ketinggian tertentu pada ruang ring dalan
9. Lakukan pencatatan data
3.4 Perhitungan
Pada pengujian ini dapat digunakan 2 pendekatan:
1. Berbasis waktu
Misalnya setiap interval 1 menit
2. Berbasis tinggi muka air
Missal setiap interval 1 cm
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Infiltrasi adalah proses masuknya air kedalam tanah yang tidak terlalu dalam secara
vertikal kedalam tanah akibat adanya pori-pori di dalam tanah yang masih kosong dan
belum penuh oleh adanya air. Sementara laju infiltrasi adalah total air yang masuk kedalam
tanah dan tidak terlalu dalam per satuan waktu tertentu. Proses ini merupakan salah satu
daur hidrologi yang sangat penting dimana infiltrasi dapat memengaruhi aliran air yang
mengalir di permukaan tanah dimana air yang mengalir di prmukaan tanah akan masuk
kedalam tanaha dan seterusnya mengalir menuju badan air atau sungai.
Laju infiltrasi yang terjadi pada awalnya berlangsung cepat namun pada lama-
kelamaan berlangsung lambat dan akhirnya konstan.hal ini disebabkan karena kondisi tanah
yang sudah jenuh oleh adanya air yang masuk melalui proses infiltrasi sehingga tidak
memungkinkan lagi terjadinya infiltrasi dan pada akhirnya air yang jatuh ke permukaan
tanah hanya akan menjadi aliran air permukaan.
Jenis tanah pada umumnya juga mempengaruhi laju infiltrasi yang terjadi dimana
pada tanah dengan tekstur berpasir memiliki laju infiltrasi yang sangat tinggi dibandingkan
dengan laju infiltrasi pada tekstur tanah liat dikarenakan tidak adanya kemampuan tanah
dalam menahan air pada tanah berpasir
DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman A, U Haryati dan I Juarsah. 2010. Penetapan Kadar Air Tanah Dengan
Metode Gravimetrik. Lembaga Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Clothier, B. 2001. Infiltration. p. 237-277. In Soil and Environmental Analyses: Physical
methods. In  Smith et al. (Eds.). Marcel Dekker, Inc. United States of America.
Dariah A dan A Rachman. 2009. Pengukuran Infiltrasi. ITB Press. Bandung.
Elviati, D dan Delvian. 2010. Laju Infiltrasi Pada Berbagai Tipe Kelerengan Dibawah
Tegakan Ekaliptus Diareal HPHTI PT, Toba Pulp Lestrai Sektor Aek Nauli. Dep
Kehutanan, Fakultas Pertanian, USU. J. Hidrolitan. 1:2:29-34, 2010.
Reynold, W. D., D. E. Elrick, dan E. G. Young. 2002. Ring or cylinder infiltrometer
(Vadose Zone). p. 804-808. In Method of Soil Analysis Part 4-Physical Method.
(Eds. Dane and Topp). Soil Sccience Society of America, Inc. Madison, Wisconsin,
USA.
Tricker, A. S. 1978. The infiltration cylinder: Some comments on its use. Journal of
Hydrology. 36: 383-391. Esevier Scicientific Publishing Company, Amsterdam.

Anda mungkin juga menyukai