FAKULTAS TEKNIK
AMBON 2023
DAFTAR ISI
1. COVER……………………………………………………………………………….
2. KATA PENGANTAR…………………………………………………………….
3. DAFTAR ISI…………………………………………………………………
4. BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………..
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………………
5. BAB II. PEMBAHASAN……………………………………………………
2.1 Defenisi Infiltrasi………………………………………………………………
2.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi……………………………………
2.3 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi………………………………
6. BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………………
3.1 Infiltrasi………………………………………………………………………….
3.2 Alat dan Bahan…………………………………………………………………
3.3 persyaratan pengukuran…………………………………………………………..
3.4 proses pengukuran………………………………………………………………..
3.5 kendala yang dihadapi…………………………………………………………
7. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….
4.1 Hasil……………………………………………………………………………..
4.2 pembahasan……………………………………………………………………….
8. BAB V PENUTUP………………………………………………………………….
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..
5.2 Saran………………………………………………………………………………
9. REFERENSI………………………………………………………………………
10. DOKUMENTASI…………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
memberikan sumbangan dan dorongan bagi kami dalam memberi masukan
materi ataupun pikiran.
Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Siklus hidrologi merupakan proses alam yang terjadi secara alami akibat
adanya proses-proses alam yang menyertainya. Dengan adanya faktor energi panas
matahari, dan faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses
evapotranspirasi ke atmosfer. Hasil evapotranspirasi yang berupa uap air akan
terbawa oleh angin melintasi daratan, dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan,
sebagian dari uap air tersebut akan terkondensasi dan turun sebagai air hujan.
Sebelum mencapai permukaan tanah, air hujan akan tertahan oleh vegetasi
(intersepsi), sementara air hujan yang mampu mencapai permukaan tanah sebagian
akan teresapkan ke dalam tanah (infiltrasi) hingga mencapai tingkat kapasitas lapang,
dan sisanya akan melimpas melalui permukaan tanah (limpasan permukaan) menuju
ke alur-alur sungai untuk kembali ke laut (Asdak, 2010).
Menurut ilmu hidrologi, infiltrasi merupakan aliran air ke dalam tanah melalui
permukaan tanah. Didalam infiltrasi dikenal dua istilah yaitu kapasitas infiltrasi dan
laju infiltrasi, yang dinyatakan dalam mm/jam. Kapasitas infiltrasi adalah laju
infiltrasi maksimum yang ditentukan oleh jenis tanah dimana terjadinya infiltrasi,
sedangkan laju infiltrasi adalah kecepatan infiltrasi yang nilainya tergantung pada
kondisi tanah dan kapasitas hujan. Suatu tanah dalam kondisi kering memiliki daya
serap yang tinggi sehingga laju infiltrasi semakin besar, dan akan berkurang perlahan-
lahan apabila tanah tersebut jenuh terhadap air. Infiltrasi adalah peristiwa masuknya
air ke dalam tanah, yang umumnya (tetapi tidak mesti) melaliu permukaan dan secara
vertical (Arsyad, 2010). Jika cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus
kebawah yaitu kedalam profil tanah. Gerakan air kebawah di dalam profil tanah
disebut perkolasi.
Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari
permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan
yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah, sabagian akan
mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overland flow. Sedangkan yang
dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasi maksimum yang
dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari tanah.
Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Laju infiltrasi (Fa)
adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang dipengaruhi oleh intensitas hujan
dan kapasitas infiltrasi. Laju infiltrasi adalah banyaknya air persatuan waktu yang
masuk melalui permukaan tanah dinyatakan dalam mm jam-1 atau cm jam-1. Pada saat
tanah masih kering, laju infiltrasi cenderung tinggi. Setelah tanah menjadi jenuh air,
maka laju infiltrasi akan menurun dan menjadi konstan. Kondisi permukaan, seperti
sifat pori dan kadar air tanah, sangat menentukan jumlah air hujan yang diinfiltrasikan
dan jumlah runoff (Hakim, et al,1986).
1.2.Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada laporan ini, yaitu :
1.3.Tujuan Penelitian
1.4.Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi bidang keilmuan yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu dapat
diperoleh metode pengukuran proses infiltrasi dan seberapa besar pengaruh tanah
terhadap kapasitas infiltrasi.
b. Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu dapat digunakan
sebagai masukan atau arahan dalam upaya optimasi infiltrasi.
BAB II
PEMBAHASAN
❖ Definisi Infiltrasi
➢ Wikipedia
Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah itu sendiri.
Di dalam tanah, air mengalir ke arah pinggir, sebagai aliran perantara menuju mata
air, danau dan sungai secara vertikal yang dikenal dengan penyaringan menuju air
tanah.
Infiltrasi adalah suatu proses masuknya air kedalam tanah melalui permukaan tanah.
Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal, yaitu gerakan ke bawah dari
permukaan tanah. (2)
➢ KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah infiltrasi merujuk kepada
proses penyusupan; perembesan. Disini, yang menyusup atau merembes adalah air. (3)
➢ Schwab
Menurut Schwab, istilah infilrasi secara spesifik merujuk pada peristiwa masuknya
air ke dalam permukaan tanah. Infiltrasi merupakan satu-satunya sumber kelembaban tanah
untuk keperluan pertumbuan tanaman dan untuk memasok air tanah.
Melalui infiltrasi, permukaan tanah membagi air hujan yang jatuh menjadi aliran
permukaan, kelembaban tanah dan air tanah. (4)
Proses infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain, tekstur dan struktur
tanah, persediaan air awal (kelembaban awal), kegiatan biologi dan unsur organik, jenis
dan kedalaman seresah, dan tumbuhan bawah atau tajuk penutup tanah lainnya. Tanah
remah akan memberikan kapasitas infiltrasi lebih besar daripada tanah liat. Tanah dengan
pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil dibandingkan tanah dalam keadaan
kering (Asdak, 2010:230).
Keadaan tajuk penutup tanah yang rapat dapat mengurangi jumlah air hujan yang
sampai ke permukaan tanah, dan dengan demikian, mengurangi besarnya infiltrasi.
Sementara sistem perakaran vegetasi dan seresah yang dihasilkannya dapat membantu
menaikan permeabilitas tanah, dan dengan demikian, meningkatkan laju infiltrasi (Asdak,
2010:230-231).
Secara teoritis, bila kapasitas infiltrasi tanah diketahui, volume air larian dari suatu
curah hujan dapat dihitung dengan cara mengurangi besarnya curah hujan dengan air
infiltrasi ditambah genangan air oleh cekungan permukaan tanah dan intersepsi (Asdak,
2010:231).
Dari ketiga unsur tersebut diatas, ketersediaan air (kelembaban tanah) adalah yang
terpenting karena ia akan menetukan besarnya tekanan potensial pada permukaan tanah.
Berkurangnya laju infiltrasi dapat terjadi karena dua alasan. Pertaman,bertambahnya
kelembaban tanah menyebabkan butiran tanah berkembang, dan dengan demikian
menutup ruangan pori-pori tanah.Kedua, aliran air ke bawah tertahan oleh gaya tarik
butir-butir tanah. Gaya tarik ini bertambah besar dengan kedalaman tanah, dan dengan
demikian, laju kecepatan air di bagian tanah yang lebih dalam berkurang, sehingga
akan menghambat masuknya air berikutnya dari permukaan tanah (Asdak, 2010:231).
1. Transmibilitas tanah
▪ Banyaknya pori yang besar, yang menentukan sebagian dari setruktur tanah,
merupakan salah satu
▪ Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah.
▪ Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi
▪ Suhu air mempunyai banyak pengaruh, tetapi penyebabnya dan sifatnya belum
pasti.
▪ Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi.
Dapat dipahami pada saat awal turunnya hujan, penyerapan air oleh tanah (laju
infiltrasi) terjadi dengan cepat. Sehingga semakin dalam genangan dan tebal lapisan
jenuh maka laju infiltrasi semakin berkurang.
Tahanan terhadap aliran yang diberikan oleh tanah adalah sebanding dengan tebal
lapis jenuh airL. Pada awal hujan, dimana L adalah kecil dibanding D, tinggi tekanan
adalah besar dibanding tahanan terhadap aliran, sehingga air masuk ke dalam tanah
dengan cepat. Sejalan dengan waktu, L bertambah panjang sampai melebihi D,
sehingga tahanan terhadap aliran semakin besar. Pada kondisi tersebut kecepatan
infiltrasi berkurang. Apabila L sangat lebih besar daripada D,
perubahan L mempunyai pengaruh yang hampir sama dengan gaya tekanan dan
hambatan, sehingga laju infiltrasi hampir konstan.
3. Kelembaban tanah
Semakin lembab kondisi suatu tanah, maka laju infiltrasi akan semakin berkurang
karena tanah tersebut semakin dekat dengan keadaan jenuh. Jumlah air tanah
mempengaruhi kapasitas infiltrasi. Ketika air jatuh pada tanah kering, permukaan atas
dari tanah tersebut menjadi basah, sedang bagian bawahnya relatif masih kering.
Dengan demikian terdapat perbedaan yang besar dari gaya kapiler antara permukaan
atas tanah dan yang ada di bawahnya. Karena adanya perbedaan tersebut, maka terjadi
gaya kapiler yang bekerja sama dengan gaya berat, sehingga air bergerak ke bawah
(infiltrasi) dengan cepat.
Pemampatan tanah oleh hujan adalah keadaan turunnya hujan membuat tanah
semakin padat. Sehingga pori-pori tanah mengecil, dan menghambat laju infiltrasi.
Butiran halus yang terbentuk pada saat tanah kering juga menghambat laju infiltrasi
karena pada saat terjadinya hujan, butiran tersebut masuk kedalam tanah dan
memperkecil pori-pori tanah.
Topografi adalah keadaan pemukaan/ kontur tanah, dan intensitas hujan adalah
besarnya hujan yang turun dalam satuan waktu. Apabila hujan yang turun besar dan
topografi tanah terjal, maka laju infiltrasi kecil. Karena topografi yang terjal akan
mengalirkan air dengan cepat sehingga waktu infiltrasi kurang. Begitu juga
sebaliknya, topografi yang landai bahkan datar dapat menghasilkan infiltrasi lebih
besar.
1. Presipitasi
Besar, tipe, dan durasi presipitasi dapat memengaruhi infiltrasi. Hujan air
cenderung lebih mempercepat lajunya daripada peristiwa presipitasi lainnya seperti
salju atau bahkan hujan salju. Semakin besar presipitasi tersebut, maka semakin
besar pula aliran air yang terjadi sampai tanah mencapai kejenuhannya. Jika laju
turunnya hujan lebih cepat daripada kapasitas infiltrasi, maka akan terjadi limpasan.
Durasi hujan juga berdampak pada kapasitasnya. Saat pertama kali turun, air
akan lebih cepat masuk, karena tanah belum jenuh. Namun, seiring berjalannya
waktu, tanah akan menjadi jenuh, sehingga lajunya akan menurun.
2. Karakteristik Tanah
3. Kelembaban Tanah
Tanah yang jenuh tidak mampu menampung air, sehingga kapasitasnya telah
tercapai dan lajunya tidak bisa dipercepat lagi. Kondisi itu memperbesar limpasan
permukaan. Saat tanah berada setengah jenuh, air bisa masuk dengan laju sedang.
Sementara itu, kapasitas tertingginya bisa tercapai saat tanah tidak jenuh.
6. Kemiringan Lahan
Semakin miring suatu lahan, maka semakin besar pula limpasan yang terjadi
dan memperkecil lajunya.
BAB III
METODOLOGI PELITIAN
3.1 Infiltrasi
Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air hujan ataupun air permukaan ke dalam
tanah (bawah permukaan) melalui celah ataupun ruang pori tanah dan batuan.
Tingkat infiltrasi dipengaruhi oleh permeabilitas, tutupan vegetasi, volume air,
intensitas curah hujan, tingkat pra-saturasi, topografi tanah, serta tingkat
evapotranspirasi.
Pada praktikum ini, kami mencari laju infiltrasi dengan melakukan pengujian
langsung di lapangan dengan menggunakan alat double ring infiltrometer.
Adapun peralatan dan bahan yang digunakan pada pengukuran laju infiltrasi,
yaitu :
1. Siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang diperlukan dalam pratikum
infiltrasi seperti membolongi wadah yang akan digunakan sebagai double
ringnya menggunakan cutter dan gergaji, siapkan mistar untuk alat
pengukurannya, air dan sebagainya
2. Ambil ring sample, kemudian tancapkan kedalam tanah sedalam <4 cm.
3. Tancapkan ring sample dengan perlahan dengan bantuan papan/kayu
diatasnya kemudian ketok papan/kayu tersebut dengan menggunakan
martil hingga kedalaman <4cm
4. Kemudian ambil single ring, dan tancapkan ke dalam posisikan ring
sample ditengah-tengah single ring
5. Isikan air kedalam ring sample bagian tengah dan luarnya hingga batas
yang diinginkan
6. Tempelkan penggaris disamping ring sample tengah untuk mengetahui
seberapa banyak air yang diserap oleh tanah
7. Hidupkan stopwatch untuk menghitung laju infiltrasi
8. Catat hasil yang diperoleh dari praktikum ini setelah melewati interval
waktu (t) yang telah ditentukan
4.1 Hasil
Besarnya laju infiltrasi dapat diperoleh dari pengukuran dilapangan dengan menggunakan
alat Double Ring Infiltrometer, adapun hasil yabg diperoleh dari pengukuran dilapangan
sebagai berikut ini:
Tanggal pengukuran : Selasa, 10 mey 2023
Pelaksana pengukuran : Kelompok 2 (dua)
Lokasi : Rumah pribadi ( Desa Kelurahan Batu Gajah
RT 003 )
Estimasi waktu : ±135 menit
1,0000
0,9600
0,8000
0,6000
0,4942 0,4942
0,4000
0,2000
0,0000
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35
Chart Title
30,0
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
0,0
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35
Chart Title
0,9
0,8 0,828917562
y = -2,3707x + 0,9131
0,7 R² = 0,7195
0,6 0,57333584
0,5
0,4
0,3
0,2 0,199755177
0,1
0 0 0
-0,1 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45
-0,2
Chart Title
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45
Chart Title
0,9
0,8 0,828917562
y = -2,3707x + 0,9131
0,7 R² = 0,7195
0,6 0,57333584
0,5
0,4
0,3
0,2 0,199755177
0,1
0 0 0
-0,1 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45
-0,2
Chart Title
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45
4.2 Pembahasan
Tanah tersusun dari butiran tanah atau partikel lainnya dan rongga-rongga atau pori di antara
partikel butiran tanah. Rongga-rongga terisi sebagian atau seluruhnya dengan air atau zat cair
lainnya. Rongga-rongga tanah yang tidak terisi oleh air atau zat cair akan terisi oleh udara
atau bentuk lain dari gas. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi pada suatu
tanah. Yaitu, faktor ukuran pori (porositas), jenis tanah dan kepadatan tanah yang dinyatakan
dengan koefesien permeabilitas dengan satuan cm/s atau m/s.
Porositas adalah proporsi ruang pori tanah (ruang kosong) yang terdapat dalam suatu
volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara , sehingga merupakan indicator kondisi
drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang
pori untuk pergerakan air dan udara masuk dan keluar tanah yang secara leluasa , sebaliknya
jika tanah tidak poreus (Hakim ,1996)
Porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air berkaitannya dengan
tingkat kepadatan tanah. Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka
porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah
tersebut memiliki porositas yang besar.
Faktor porositas tanah dikendalikan oleh tekstur tanah, struktur, dan kandungan bahan
organik. Pada KU dengan porositas tanah tinggi terlihat adanya kandungan unsur pasir dalam
tekstur tanah (KU II, III, V, VI, dan VIII). Pada tanah berpasir, porositas tanah didominasi
oleh pori makro yang berfungsi sebagai lalu lintas air sehingga infiltrasi meningkat.
Sedangkan pada tanah berlempung, pori mikro lebih berperan dan daya hantar airnya rendah
sehingga infiltrasi menurun. (Soepardi, 1983 dalam Hidayah et al., 2001).
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan tingkat permeabilitas jenis-jenis tanah dalam
satuan cm/s
lanau padat
Pada praktikum ini jenis tanah dilapangan yaitu Lanau Lempung yang memiliki nilai
permeabilitas nya 10-5 sampai 10-7 yang berarti jenis tanah ini memiliki permeabilitas nya
sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari penurunan laju infiltrasi dengan rata-rata penurunan
0,23 cm. Dari hasil plotting grafik jenis tanah Lanau Lempung dapat diamati bahwa pada
awal pengukuran, tanah masih dalam kondisi kering sehingga kapasitas infiltrasi tinggi
karena gaya kapiler dan gaya gravitasi bekerja bersamaan menarik air ke dalam tanah.
Namun ketika tanah menjadi basah (pada menit ke 105) gaya kapiler berkurang sehingga laju
infiltrasi menurun. Sehingga didapat laju infiltrasi konstan pada nilai Fc (ring dalam) = 0,6
cm/jam atau 0,0000017 m/s dan Fc (ring antara) = 1,2 cm/jam atau 0,0000033 m/s.
Selain dari faktor tanah yang kering, infiltrasi juga dipengaruhi oleh porositas dan
permabilitas tanah. Semakin tinggi nilai porositas tanah maka semakin mudah tanah tersebut
dilewati oleh air dan semakin tinggi nilai permeabilitas maka akan semakin mudah lapisan
tanah melewati air. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada jenis tanah Lanau Lempung
yang memiliki low permeability (permeabilitas rendah) maka tanah tersebut susah dilewati
oleh air.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari permukaan
tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh
di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah, sebagian akan mengisi
cekungan permukaan dan sisanya merupakan overland flow.
Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Di dalam tanah
air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow) menuju mata air,
danau, dan sungai; atau secara vertikal, yang dikenal dengan
perkolasi (percolation) menuju air tanah. Gerak air di dalam tanah melalui pori-pori
tanah dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler.
B. Saran
❖ Kami lebih mengetahui dan mengerti apa yang dimaksud dari Infiltrasi, proses dari
infiltrasi, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Infiltrasi, faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi laju infiltrasi dan cara pengukurannya agar lebih mudah dan lebih
paham.
❖ Sebaiknya sebelum melakukan pengujian dapat memastikan lokasi, cuaca, alat dan
bahan yang adalah merupakan pendukung atau bagian penting dalam pengujian
tersebut.
❖ Kami Menyadari sungguh masih banyak kekurangan dari pada laporan pengujian /
pengukuran ini untuk itu mohon saran dan pendapat sebagai koreksi untuk perbaikan
hasil uji laju infiltrasi.
REFERENSI
1. Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
2. Rohmat, D., Soekarno, I., Darsiharjo. 2008. Hubungan Empiris antara Ketebalan Hujan
dengan Infiltrasi Kumulatif pada Beberapa Macam Penggunaan Lahan di Daerah Aliran
Sungai Bagian Hulu. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
3. Wirosoedarmo, R. Suharto, B. Hijriyati, W. R. 2009. Evaluasi Laju Infiltrasi pada Beberapa
Penggunaan Lahan Menggunakan Metode Infiltrasi Horton Di Sub DAS Coban Rondo
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 2 (Agustus
2009) Hal. 88– 96
4. https://norhayati099.wordpress.com/2015/06/12/makalah-infiltrasi/
5. http://refdanil.blogspot.com/2012/10/infiltrasi.html
6. Sumber : Hidrologi Terapan – Bambang Triatmodjo
7. Seyhan, E., 1995, Dasar-dasar hidrologi, Indonesian edition, Gadjah Mada
University Press,
Yogyakarta.