Oleh :
Universitas Udayana
2022
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup yang berada di bumi.
Untuk menjamin keberlangsungan kehidupan di bumi, makhluk hidup baik manusia,
hewan, dan tumbuhan mutlak membutuhkan air sebagai kebutuhan primernya. Tanpa
air, mikroorganisme bahan organik tidak akan pernah ada, tidak akan pernah ada
siklus materi dan energi, dengan demikian tanpa air tidak akan pernah ada
kompleksitas ekosistem. Sehingga dapat dipastikan bahwa jika tidak ada air, maka
kehidupan diatas permukaan bumi ini akan terancam kepunahan (Asdak dan Salim,
2006).
Air yang terdapat dalam permukaan bumi mengalami proses siklus hidrologi.
Dalam siklus hidrologi, ada beberapa tahapan, yaitu (Lazuardi, 2021):
1. Evaporasi adalah penguapan air dari tubuh-tubuh air, seperti laut, danau,
dan sungai yang diakibatkan oleh pemanasan sinar matahari.
2. Transpirasi adalah penguapan air dari permukaan tumbuhan.
3. Sublimasi yaitu tahapan dimana sinar matahari akan membantu penguapan
pada es tanpa melalui proses pencairan.
4. Intersepsi yaitu proses dimana air hujan tertahan pada tanaman untuk
kemudian terevaporasi kembali ke atmosfer.
5. Kondensasi yaitu perubahan wujud uap air menjadi titik-titik air di
atmosfer, sehingga membentuk awan.
6. Adveksi yaitu butiran air yang berbentuk awan bergerak secara horizontal
dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
7. Presipitasi adalah proses turunnya air ke permukaan bumi dalam bentuk
hujan.
8. Run Off yaitu air yang sudah jatuh ke permukaan bumi yang tinggi, akan
mengalir ke tempat yang lebih rendah melalui sungai dan anak sungai.
9. Infiltrasi merupakan proses peresapan air ke dalam tanah melalui pori-pori
tanah.
Jika dilihat pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), istilah “infiltrasi”
ini berkenaan dengan hal-hal di bidang Ilmu Tanah yang memiliki definisi berupa
‘masuknya air ke arah bawah ke dalam tanah’. Maksudnya, infiltrasi adalah suatu
proses masuknya air hujan ke dalam tanah sebagai akibat dari adanya gaya kapiler
sekaligus gaya gravitasi supaya air dapat masuk ke tanah yang lebih dalam. Infiltrasi
ini juga dapat disebut juga sebagai cara air bergerak ke dalam tanah melalui celah-
celah dan pori-pori tanah serta batuan menuju muka air tanah (Rifda Arum).
Dalam suatu daerah atau lahan tertentu laju infiltrasi tanahnya berbeda-beda.
Banyak faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi tersebut. Sehingga perlu dilakukan
pengamatan atupun melakukan penelitian terlebih dahulu sebelum dilakukannya
penanaman. Supaya mengetahui seberapa besar daerah tersebut membutuhkan air
irigasi dan mengevisiensikan air yang ada.
Dalam praktikum ini saya diajarkan bagaimana cara menghitung kebutuhan
air menggunakan doubel ring. Dimana kegiatan praktikum ini dilakukan agar
nantinya bisa diterapkan dan dipraktikkan oleh mahasiswa dalam menentukan
kebutuhan air yang ada di suatu tempat. Dan membantu para petani dalam
menghitung kebutuhan air yang diperlukan di lahannya.
b. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Agar mengetahui peralatan, cara kerja, dan cara pengukuran laju infiltrasi pada
daerah tertentu
2. Mampu menentukan nilai parameter infiltrasi
3. Dapat menghitung penurunan volume infiltrasi selama waktu (t) tertentu
4. Mampu menetapkan persamaan penduga, membuat kurva infiltrasi model
horton dan dapat menentukan nilai konstanta horton
K = konstanta Horton
e = 2,72
Dengan demikian untuk suatu daerah (tempat) dan suatu kasus nilai k Horton akan
spesifik. Berdasarkan hal tersebut, pada suatu daerah (tempat) dengan kasus tertentu
terhadap perlakuan tanah tersebut perlu diketahui nilai konstanta Horton-nya.
a. Menentukan perbedaan volume air hujan buatan dengan volume air larian pada
percobaan laboratorium menggunakan simulasi hujan buatan (metode simulasi
laboratorium).
b. Menggunakan alat ring infiltrometer (metode pengukuran lapangan).
c. Teknik pemisahan hidrograf aliran dari data aliran air hujan (metode separasi
hidrograf).
a. Infiltrometer
ltrometer dalam bentuk yang paling sederhana terdiri atas tabung baja yang
ditekankan kedalam tanah. Permukaan tanah di dalam tabung diisi air. Tinggi air
dalam tabung akan menurun, karena proses infilltrasi. Kemudian banyaknya air
yang ditambahkan untuk mempertahankan tinggi air dalam tabung tersebut harus
diukur. Makin kecil diameter tabung makin besar gangguan akibat aliran ke
samping di bawah tabung. Dengan cara ini infiltrasinya dapat dihitung dari
banyaknya air yang ditambahkan kedalam tabung sebelah dalam per satuan waktu.
b. Testplot
Pengukuran infiltrasi dengan infiltrometer hanya dapat dilakukan terhadap
luasan yang kecil saja, sehingga susah untuk mengambil kesimpulan terhadap
besarnya infiltrasi bagi daerah yang lebih luas. Untuk mengatasi hal ini dipilih
tanah datar yang dikelilingi tanggul dan digenangi air. Daya infiltrasinya didapat
dari banyaknya air yang ditambahkan agar permukaannya konstan. Jadi testplot
sebenarnya adalah infiltrometer yang berskala besar.
c. Lysimeter
Lysimeter merupakan alat pengukur berupa tangki beton yang ditanam
dalam tanah diisi tanah dan tanaman yang sama dengan sekelilingnya, dilengkapi
dengan fasilitas drainase dan pemberian air. Untuk mencapai tujuan ini lebih baik
digunakan lysimeter timbang, dengan lysimeter timbang besarnya infiltrasi dengan
kondisi curah hujan yang sebenarnya dapat dipelajari. Curah hujan harus diukur
dengan alat pencatat hujan (recordingrain gauge) yang harus ditemptkan di dekat
lysimeter tersebut.
III. Metode
a. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis, 8 September 2022 pukul 14.20-
16.00 Wita di lahan tanah yang berada di depan Bengkel Teknik Pertanian dan
Biosistem.
b. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air, sedangkan alatnya
adalah mistar, stopwatch dan infiltrometer (dua buah silinder berbeda ukuran),
buku/alat tulis, dan ember.
c. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ring infiltrasi dimasukkan ke dalam tanah (pilih tempat yang baik) selama
kurang lebih 5-10 cm.
2. Letakkan ring di tanah (ring yang dimeternya lebih kecil diletakkan di dalam
ring yang berdiameter yang lebih besar), peletakan ring yang lebih kecil harus
pas di tengah-tengah.
3. Letakkan tutup ring di atasnya setelah itu diberikan tekanan dengan cara
dipukul menggunakan palu atau dinaiki oleh beberapa orang sambil meloncat-
loncat sampai ringnya tertanam kurang lebih 5-10 cm.
4. Ring luar bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadinya perembesan air secara
lateral pada dalam ring.
5. Kedua ring diisi air yang sama.
6. Mistar atau penggaris digunakan untuk mengukur air yang berada di dalam
ring yeng lebih kecil.
7. Saat pengukuran dicatat pada setiap penurunan permukaannya setiap
pengukuran.
8. Dilakukan pengukuran sebanyak 5 kali pada ring dengan interval waktu
pengukuran sebagai berikut:
Menit ke 10 dilakukan pengukuran pertama
Menit ke 20 dilakukan pengukuran kedua
Menit ke 30 dilakukan pengukuran ketiga
Menit ke 40 dilakukan pengukuran keempat
Menit ke 50 dilakukan pengukuran kelima
Grafik Infiltrasi
12
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dari data diatas jadi nilai dari K (konstanta horton) adalah sebagai berikut:
−Kt
f t=f c +(f 0 −f c )e
−Kt
f t−f c =( f 0−f c )e
Dilogaritmakan sisi kanan dan kiri,
−Kt
log ( f t −f c )=log (f 0−f c )e
atau
log ( f t −f c )=log ( f 0 −f c ) −Kt log e
log ( f t −f c )−log ( f 0 −f c ) =−Kt log e
maka,
t=¿
t=¿
Menggunakan persamaan umum linier, y=mX +C , sehingga:
Dengan memplot hubungan t dan log (f – fc) pada kertas grafik atau menggunakan
kalkulator maka diperoleh persamaan sebagai berikut:
y = -23,581x + 24,674
45
t (waktu)
40
f(x) = − 23.5813022654145 x + 24.6744523470196
R² = 0.987317542606662 35
30
25
20
15
10
5
0
-0.800 -0.600 -0.400 -0.200 0.000 0.200 0.400 0.600 0.800
1
K=
10,234
K=0,097