Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDROLOGI TEKNIK
(Pengukuran laju infiltrasi dengan double ring infiltrometer)

Oleh :
Kelompok / Shift : 10 / A
Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 11 November 2022
Nama (NPM) : Debora Noviyanti Br Manik (240110210033)
Asisten Praktikum : 1. Rasiyal Fahrezi Ar-Riyadh
2. Bagas Rizki Rachmat
3. Yehezkiel Simatupang
4. Sunnia Fadilah Hapsono
5. Rieke Febrianti Amran

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


Ketersediaan air merupakan sesuatu yang sangat vital bagi kehidupan
umumnya dan manusia khususnya. Dewasa ini di beberapa wilayah Indonesia
sering muncul suatu fenomena alam yaitu bila saat musim hujan tiba terjadi
limpahan air yang cukup banyak, bahkan sampai menimbulkan bencana
banjir. Namun sebaliknya bila musim kemarau tiba ketersediaannya menjadi
terbatas dan sering menimbulkan krisis air. 
Berdasarkan dinamika siklus hidrologi salah satu sumber air utama
adalah hujan. Secara alami hujan terjadi dari proses kondensasi uap air di
udara yang selanjutnya membentuk suatu awan. Bila kondisi fisis baik di
dalam maupun diluar awan mendukung, maka proses hujan akan berlangsung.
Oleh karena itu sifat dan kondisi suatu hujan atau musim hujan sangat
tergantung sekali pada kondisi cuaca/iklim yang terladi. Ketersediaan air
secara alami dalam skala global adalah tetap, hanya terjadi, variasi baik
terhadap ruang maupun waktu pada skala regional
Pergerakan air yang jatuh ke permukaan tanah akan diteruskan ke dua
arah, yaitu air limpasan yang bergerak secara horizontal (run-off) dan air yang
bergerak secara vertikal yang disebut air infiltrasi. Proses infiltrasi merupakan
salah satu proses penting dalam siklus hidrologi karena infiltrasi menentukan
besarnya air hujan yang meresap dan masuk ke dalam tanah secara langsung.
Pemahaman mengenai infiltrasi dan data laju infiltrasi sangat berguna sebagai
acuan untuk perencanaan kegiatan irigasi, perencanaan tata guna lahan, dan
pemodelan hidroteknik.

1.2 Tujuan
1. Dapat mengetahui laju infiltrasi dalam kurun waktu tertentu;
2. Memahami tentang laju infiltrasi dan runoff.
1.3 Metodologi Pelaksanaan
1.3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini :
1. Ring infiltraror;
2. Palu;
3. Papan logam;
4. Wadah ukur.
Bahan yang diperlukan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Air

1.3.3 Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan pada praktikum kali ini sebagai berikut:
1. mengetahui data pengukuran laju infiltrasi dengan
menggunakan double ring infiltrometer;
2. mengetahui hasil dari pengamatan laju infiltrasi dengan double
ring infiltrometer;
3. dapat mencari persamaan laju infiltrasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Curah Hujan
Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang jatuh pada tempat
yang datar dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah
hujan 1 (satu) mm adalah air hujan setinggi 1 (satu) mm yang jatuh (tertampung)
pada tempat yang datar seluas 1 m2 dengan asumsi tidak ada yang menguap,
mengalir dan meresap.
Kepulauan maritim Indonesia yang berada di wilayah tropik memiliki curah
hujan tahunan yang tinggi, curah hujan semakin tinggi di daerah pegunungan. Curah
hujan yang tinggi di wilayah tropik pada umumnya dihasilkan dari proses konveksi
dan pembentukan awan hujan panas. Pada dasarnya curah hujan dihasilkan dari
gerakan massa udara lembab ke atas. Agar terjadi gerakan ke atas, atmosfer harus
dalam kondisi tidak stabil. Kondisi tidak stabil terjadi jika udara yang naik lembab
dan lapse rate udara lingkungannya berada antara lapse rate adiabatik kering dan
lapse rate adiabatik jenuh.
Jadi kestabilan udara ditentukan oleh kondisi kelembaban. Karena itu jumlah
hujan tahunan, intensitas, durasi, frekuensi dan distribusinya terhadap ruang dan
waktu sangat bervariasi. Karena proses konveksi, intensitas curah hujan di wilayah
tropik pada umumnya tinggi. Sementara itu di Indonesia, presentase curah hujan yang
diterima bervariasi antara 8 % sampai 37 % dengan rata-rata 22 %. Sebagai
perbandingan nilai tertinggi di Bavaria, Jerman adalah 3.7 %. Di Bogor, lebih dari 80
% curah hujan yang diterima terjadi dengan curah paling sedikit 20 mm.

2.2 Infiltrasi
Infilrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Di dalam
tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow) menuju mata
air, danau, sungai, atau secara vertikal yang dikenal dengan perkolasi (percolation)
menuju air tanah. Gerak air didalam tanah melalui pori-pori tanah dipengaruhi oleh
gaya gravitasi dan gaya kapiler (Bambang Triatmodjo, 2008).
Terjadinya infiltrasi bermula ketika air jatuh pada permukaan tanah kering,
permukaan tanah tersebut menjadi basah sedangkan bagian bawahnya relatif kering
maka dengan demikian terjadilah gaya kapiler dan terjadi perbedaan antar gaya
kapiler permukaan atas dengan yang ada dibawahnya. Laju infiltrasi mempunyai
klasifikasi tertentu dalam penentuan besarnya laju infiltrasi. Untuk menentukan klas
inflitrasi, dipakai klasifikasi menurut U.S Soil Conservation.
Infilrasi merupakan proses masuknya air dari permuakan kedalam tanah.
Infiltarasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan atau run off.
Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan air permukaan
yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dari air tanah. (Asdak, 2010).
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi sifat – sifat fisiknya drajat kemapatannya,
kandungan air dan permiabilitas lapisan bawah permukaan nisbi air dan iklim mikro
tanah. Air yang berinfiltrasi pada suatu tanah hutan karena pengaruh gravitasi dan
daya tarik kapiler atau disebabkan pula oleh tekanan dari pukulan air hujan pada
permukaan tanah.Proses berlangsungnya air masuk ke permuakan tanah kita kenal
dengan infiltrasi. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur, kelengasan
tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu.(Suripin, 2004) .
Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui
permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal, yaitu
gerakan ke bawah dari permukaan tanah (Jury dan Horton, 2004). Infiltrasi tanah
meliputi infiltrasi kumulatif, laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi. Infiltrasi kumulatif
adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah pada suatu periode infiltrasi. Laju
infiltrasi adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah dalam waktu tertentu.
Sedangkan kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum air meresap ke dalam
tanah (Haridjaja, Murtilaksono dan Rachman, 1991).
Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah dan
menurun dengan bertambahnya waktu (Philip, 1969 dalam Jury dan Horton, 2004).
Pada awal infiltrasi, air yang meresap ke dalam tanah mengisi kekurangan kadar air
tanah. Setelah kadar air tanah mencapai kadar air kapasitas lapang, maka kelebihan
air akan mengalir ke bawah menjadi cadangan air tanah (ground water) (Jury dan
Horton, 2004).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi


Laju infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kedalaman genangan
dan tebal lapis jenuh, kelembaban tanah, pemadatan oleh hujan, tanaman penutup,
intensitas hujan, dan sifat-sifat fisik tanah. Faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi
yaitu tutupan lahan, kemiringan lereng, dan perbedaan kepadatan tanah.
2.3.1 Kedalaman Genangan dan Tebal Lapis Jenuh
Kedalaman genangan dan tebal lapis jenuh tanah dapat diketahui pada saat
awal terjadi hujan. Air hujan meresap kedalam permukaan dengan cepat sehingga
terjadi laju infiltrasi. Sehingga semakin dalam genangan dan tebal lapisan jenuh
maka laju infiltrasi semakin berkurang.
2.3.2 Kelembaban tanah
Ketika air jatuh pada tanah kering, permukaan atas dari tanah tersebut menjadi
basah, sedang bagian bawahnya relatif masih kering. Dengan bertambahnya
waktu dan air hujan dari permukaan atas turun ke bagian bawahnya maka tanah
tersebut menjadi basah dan lembab. Semakin lembab kondisi suatu tanah, maka
laju infiltrasi semakin berkurang karena tanah tersebut semakin dekat dengan
keadaan jenuh.
2.3.3 Pemampatan oleh hujan
Ketika hujan jatuh di atas tanah, butir tanah mengalami pemadatan oleh
butiran air hujan. Pemadatan tersebut mengurangi pori-pori tanah yang berbutir
halus (seperti lempung), sehingga dapat mengurangi kapasitas infiltrasi. Untuk
tanah pasir, pengaruh tersebut sangat kecil.
2.3.4 Penyumbatan oleh butir halus
Ketika tanah sangat kering, permukaannya sering terdapat butiran halus.
Ketika hujan turun dan infiltrasi terjadi, butiran halus tersebut terbawa masuk ke
dalam tanah, dan mengisi pori-pori tanah, sehingga pori-pori tanah mengecil dan
menghambat laju infiltrasi.
2.3.5 Tanaman penutup
Banyaknya tanaman yang menutupi permukaan tanah, seperti rumput atau
hutan, dapat menaikkan laju infiltrasi tanah tersebut. Dengan adanya tanaman
penutup, air hujan tidak dapat memampatkan tanah dan juga akan terbentuk
lapisan humus yang dapat menjadi sarang atau tempat hidup serangg sehingga
membantu masuknya air kedalam tanah.
2.3.6 Topografi
Topografi adalah keadaan permukaan atau kontur tanah. Kondisi topografi
juga mempengaruhi infiltrasi. Pada lahan dengan kemiringan besar, aliran
permukaan mempunyai kecepatan besar sehingga air kekurangan waktu infiltrasi.
Akibatnya 9 sebagian besar air hujan menjadi aliran permukaan. Sebaliknya,
pada lahan yang datar air menggenang sehingga laju infiltrasi relatif besar.
2.3.7 Intensitas hujan
Intensitas hujan juga berpengaruh terhadap kapasitas infiltrasi. Jika intensitas
hujan (I) lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual adalah
sama dengan intensitas hujan. Apabila intensitas hujan lebih besar dari kapasitas
infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual sama dengan kapasitas infiltrasi.
2.4 Pengukuran Laju Infiltrasi
Pengukuran laju infiltrasi dalam penelitian ini menggunakan alat ukur laju
infiltrasi yaitu infiltrometer.Infiltrometer merupakan suatu tabung baja silindris
pendek, berdiameter besar (atau suatu batas kedap air lainnya) yang mengitari
suatu daerah dalam tanah. Infiltrometer hanya dapat memberikan angka
bandingan yang berbeda (harga lebih tinggi) dari infiltrasi yang sebenarnya. Alat
yang dipakai pada penelitian ini adalah nfiltrometer cincin konsentrik yang
merupakan tipe biasa, terdiri dari 2 cincin konsentrik yang ditekan kedalam
permukaan tanah. Kedua cincin tersebut digenangi (karena itu disebut
infiltrometer tipe genangan) secara terusmenerus untuk mempertahankan tinggi
yang konstan (jeluk air), (Ersin Seyhan, 1977).
2.5 Infiltrometer
Ring infiltrometer merupakan alat pengukur infiltrasi di lapang. Pada
umumnya pengukuran infiltrasi dengan ring ada beberapa kelemahan jika
dibandingkan rain-stimulator: (1) tidak memperhitungkan pengaruh hujan sebenarnya
(2) area penyelidikan sangat kecil, hambatan lebih kecil hal ini mengakibatkan nilai
infiltrasi lebih besar (3) Struktur tanah akan berubah pada saat memasuk- kan pipa ke
dalam tanah.
Infiltrometer merupakan suatu tabung baja selindris pendek, berdiameter basar
(suatu batas kedap air lainnya) yang mengitari suatu daerah dalam tanah.
Infiltrometer konsentrik yang merupakan tipe biasa, terdiri dari dua cincin konsentrik
yang ditekan ke dalam permukaan tanah. Keduan cincin tersebut digenangi (karena
itu disebut infiltrometer tipe genang) secara terus-menerus untuk mempertahankan
tinggi yang konstan. Masing-masing penambahan untuk mempertahankan tinggi yang
konstan ini hanya diukur (waktu dan jumlah)pada cincin bagian dalam. Bagian luar
digunakan untuk mengurangi pengaruh batas dari tanah sekitarnya yang lebih kering.
Kalau tidak air yang berinfiltrasi yang dapat menyebar secara lateral di bawah
permukaan tanah (Subagyo, 1990).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Praktikum
Jumlah air T (menit) ∆ T (menit ) H(cm) ∆ H ( cm) ∆ H /∆ t
5L 0 6
5L 1,56 1,56 6 0 0
5L 4,06 2,10 6,5 0,5 0,12
5L 5,54 1,48 6,7 0,2 0,03
5L 7,55 2,01 6,3 0.,4 0,05
5L 10,02 2,07 6,8 0,5 0,04
5L 12,19 2,17 6,1 0,7 0,05
5L 14,26 2,07 5,6 0,5 0,03
5L 16,43 2,17 6,6 1,0 0,06
5L 19,25 1,42 6,7 0,1 0,005
5L 22,39 3,14 7,4 1,2 0,05

3.2 Grafik

Laju Infiltrasi
0.14
0.12
0.12

0.1
∆h/∆t (cm/menit)

0.08
0.06
0.06 0.05 0.05 0.05
0.04
0.04 0.03 0.03

0.02 0.005
0
0
0 5 10 15 20 25

Waktu (menit)
3.3 Pembahasan
Pada praktikum hidrologi teknik kali ini membahas tentang pengukuran laju
infiltrasi. Praktikum kali ini dilaksanakan diluar ruangan bertepatan di samping
gedungTEP. Praktikum kali ini membutuhkan beberapa alat dan bahan diantaranya
ring infiltrometer, palu, papan logam, wadah ukur, dan air.
Infilrasi merupakan proses masuknya air dari permuakan kedalam tanah. Infiltarasi
berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan atau run off. Infiltrasi
dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan air permukaan yang
bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dari air tanah. Laju infiltrasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kedalaman genangan dan tebal lapis jenuh,
kelembaban tanah, pemadatan oleh hujan, tanaman penutup, intensitas hujan, dan
sifat-sifat fisik tanah. Faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi yaitu tutupan lahan,
kemiringan lereng, dan perbedaan kepadatan tanah.
Pertama menentukan tempat untuk melaksanakan praktikum, lalu
memasukkan ring infiltrometer selebar 25 cm kedalam tanah sedalam 10 cm dengan
menggunakan palu dan papan logam sebagai penahannya. Setelah ring infiltrometer
masuk, isi air ke dalam ring infiltrometer besar sampai air jenuh ( tidak lagi masuk ke
dalam tanah). Jika air dirasa sudah jenuh maka bisa mulai mengukur infiltrasi yang
terjadi.
Pengukuran infiltrasi dilakukan dengan cara memasukkan air sebanyak 5 liter
kedalam ring infiltrometer kecil sebanyak 10 kali pengulangan dengan jarak waktu 5
menit, namun jika sebelum 5 menit air sudah habis masuk ke dalam tanah dapat
dihitung pada menit keberapa air itu masuk ke dalam tanah. Hitung juga tinggi air
yang tersisa di prermukaan jika dalam waktu 5 menit masih ada air yang tersisa. Hal
tersebut dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan.
Pada praktikum kali ini terdapat beberapa kesalahan seperti nilai delta H nol,
hal tersebut dikarenakan 5 liter air selalu habis sebelum waktu 5 menit habis
sehingga tidak menghasilkan nilai H tersisa yang dapat dihitung.Habisnya air dari
perulangan pertama sampai terakhir disebabkan oleh banyak faktor diantaranya
karena air di infiltrometer besar belum mencapai titik jenuhnya, terdapat banyak
sampah atau berangkal di bawah alat infiltrometer yang terpasang, jenis tanah yang
tidak mendukung proses infiltrasi, dan masih banyk lagi faktor lainnya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini adalah:
1. Infiltrasi dan runoff memiliki keterkaitan;
2. ring infiltrometer adalah alat yang dapat digunakan untuk menghitung laju
Infiltrasi;
3. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kedalaman genangan
dan tebal lapis jenuh, kelembaban tanah, pemadatan oleh hujan, tanaman
penutup, intensitas hujan, dan sifat-sifat fisik tanah

4.2 Saran  
Saran dari praktikum kali ini sebaiknya dilaksanakan dengan lebih
kondusif dan praktika lebih aktif agar dapat memahami materi infiltrasi
dengan metode philip dan horton.
DAFTAR PUSTAKA

Dwiratna, Sophia. 2013. Penuntun Praktikum Hidrologi. Jatinangor: Fakultas


Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran
Asdak, Chay, 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press ,
Yogyakarta

Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Beta Offset, Yogyakarta


Jury,W,A,dan Horton, R,2004. Soil Physics, Buku, John Willey & Sons, New Jersey
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Haridjaja, O, Murtilakso, K dan Rachman, LM, 1991. Hidrologi Pertanian, Buku,
Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.
LAMPIRAN

Gambar 1. Proses memasukkan ring kedalam tanah

Gambar 2. Memasukkan air sampai mencapai titik jenuh

Gambar 3. Proses perhitungan infiltrasi

Anda mungkin juga menyukai