Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

AZAS TEKNIK IRIGASI


ACARA 2
LAJU INFILTRASI

DISUSUN OLEH:
NAMA : RAFLI WAHYU K
NIM : 18/429122/TP/12158
GOLONGAN : 1E
CO. ASS : ARVIN KRESNAUFAL

LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA LAHAN DAN AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian secara umum dikenal sebagai suatu kegiatan budidaya tanaman
untuk kelak dimanfaatkan hasilnya, baik sebagai bahan pangan maupun bahan
baku dalam proses produksi. Pada pengertian tersebut, tanaman menjadi objek
penting dalam pelaksanaan kegiatan pertanian. Selama pelaksanaannya, tanaman
harus diberi perawatan dengan sebaik mungkin agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimal sehingga dapat menghasilkan produk pertanian
secara maksimal sesuai apa yang diharapkan. Irigasi menjadi salah satu aspek
paling penting dalam pelaksanaan pertanian mengingat air memiliki peran yang
penting terhadap tanaman. Kebutuhan air tanaman harus senantiasa terpenuhi agar
kelak memperoleh hasil yang maksimal.
Pemenuhan kebutuhan air tanaman, harus dilakukan dengan seksama agar air
yang diberikan tepat sasaran. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman ditentukan oleh
banyak faktor begitu juga dengan metode pemberiannya. Air yang diberikan ke
lahan, tidak seluruhnya akan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Tanaman dapat
hanya dapat menyerap air melalui permukaannya baik permukaan akar, batang
dan daun. Beberapa metode pemberian air irigasi, tidak memberikan air tepat pada
permukaan tanaman tersebut, contohnya pada lahan dengan metode irigasi alur, di
mana air dialirkan pada jalur khusus diantara barisan tanaman. Dengan pemberian
air seperti ini, tidak akan ada penyerapan air dari bagian batang dan daun
tanaman, melainkan air akan meresap ke dalam tanah (mengalami infiltrasi) dan
tanaman mengandalkan perakaran yang dapat tumbuh ke arah samping dan bawah
tanaman untuk mencari air.
Air yang diberikan ke lahan tidak seluruhnya akan dapat meresap ke dalam
tanah. Sebagian massa air menguap sebab radiasi matahari dan sebagian terus
mengalir sebagai limpasan permukaan. Kemampuan air meresap ke dalam tanah
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebagai mahasiswa Teknik Pertanian dan
Biosistem, kemampuan untuk mengidentifikasi pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap jalannya infiltrasi merupakan sesuatu yang sangat penting, mengingat
mahasiswa menjadi ujung tombak untuk melanjutkan kegiatan pertanian
Indonesia. Oleh karena itu, pada praktikum ini dilakukan pengukuran laju
infiltrasi pada berbagai kondisi tanah.

1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah:
1. Mengukur besarnya laju infiltrasi pada berbagai kondisi tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infiltrasi
Infiltrasi didefinisikan sebagai proses yang terjadi saat suatu fluida melewati
atau masuk ke zat lain. Proses tersebut dilakukan dengan pergerakan yang
dilakukan oleh fluida tersebut melalui pori-pori dan celah dari material yang di
lewati (Simson dan Weiner, 1989 dalam Haghnazari et al., 2015). Soares et al.
(2012) berpendapat bahwa infiltrasi merupakan proses yang penting dalam sistem
lingkungan. Soares et al. menambahkan bahwa infiltrasi merupakan suatu fungsi
yang kompleks sebab dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk faktor iklim, lahan
secara fisik dan penggunaan lahan.
Studi terbaru menunjukkan beberapa variabel lingkungan yang dapat
dikorelasikan dengan infiltrasi. Kwiclis et al. (2005) menetapkan seperangkat
atribut terkait dengan topografi, geologi, dan tipe vegetasi serta algoritma yang
diterapkan dengan bantuan GIS untuk memperkirakan tingkat infiltrasi. Brito et
al. (2006) menetapkan daerah infiltrasi maksimum dari parameter hidrogeologis
yang dikombinasikan dengan atribut geologis, pedologis, dan geomorfologi.
Shaban et al. (2006) mempelajari integrasi beberapa faktor (geologi, kepadatan
drainase, dan penggunaan lahan atau tutupan lahan) untuk memberikan penilaian
kualitatif zona potensial terjadinya resapan.
Untuk menganalisis proses infiltrasi curah hujan pada lahan miring, beberapa
faktor dapat dipertimbangkan, seperti karakteristik lereng, curah hujan,
penguapan, dan aspek lainnya. Dari aspek kemiringan lahan, faktor yang
mempegaruhi infiltrasi antara lain permeabilitas tanah, kemiringan lereng, tutupan
vegetasi, distribusi pori-pori,dan kadar air tanah awal. Dari aspek curah hujan,
faktor yang mempengaruhi infiltrasi antara lain intensitas curah hujan, jenis curah
hujan dan durasi hujan. Dari aspek evaporasi, intensitas dan durasi penguapan
dapat dianggap sebagai faktor penting. (Zhang et al., 2014).

2.2 Laju Infiltrasi dan Metode Pengukurannya


Laju infiltrasi adalah seberapa cepat air memasuki tanah. Laju infiltrasi
mengungkapkan kedalaman air memasuki tanah dalam inci atau mm selama satu
jam. Misalnya laju infiltasi bernilai 15 mm/jam, berarti dalam 1 jam, air dapat
masuk ke dalam tanah hingga kedalaman 15 mm (Anonim, 2017). Pada tanah
kering, infiltrasi umumnya berlangsung dengan cepat. Laju infiltrasi pada lahan
kering ini sering disebut sebagai laju infiltrasi awal. Setelah air mengisi pori-pori
tanah, laju infiltrasi akan menurun secara gradual dan hingga akhirnya laju
infiltrasi mencapai nilai yang tetap atau disebut juga sebagai laju infiltrasi dasar.
Anonim (2017) menambahkan bahwa laju infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur tanah
dan struktur tanah. Metode yang paling umum untuk mengukur laju infiltrasi
adalah dengan uji lapangan menggunakan infiltrometer silinder atau infiltrometer
cincin.

2.3 Double-Ring Infiltrometer Test (DRIT)


Nichols et al. (2014) berpendapat bahwa metode Double-Ring Infiltrometer
Test (DRIT) merupakan metode pengukuran infiltrasi yang sangat umum untuk
digunakan. Metode ini melibatkan penggunaan dua cincin (cincin luar berdiameter
600 mm, dan cincin dalam 300 mm). Kedua cincin dipenetrasikan ke dalam tanah
dnegan dengan kedalaman tertentu, biasanya 150 mm untuk cincin luar dan antara
50 hingga 75 mm dalam untuk cincin bagian dalam. Dua buah cincin digunakan
untuk meminimalkan pergerakan lateral air selama pengujian, sehingga air benar-
benar bergerak secara vertikal ke bawah, terutama airyang diberikan pada cincin
bagian dalam. Air ditambahkan ke cincin pada laju aliran yang sesuai untuk
mempertahankan head konstan pada kedua cincin selama durasi pengujian.
Volume air yang ditambahkan dari waktu ke waktu kemudian digunakan untuk
menghitung tingkat infiltrasi tanah.

2.4 Persamaan Kostiakov


Kostikov (1932) dalam Farid et al. (2019) merumuskan model empiris dari
proses infiltrasi berdasarkan data yang diperoleh dari observasi di lahan maupun
di laboratorium. Model Kostiakov menyatakan infiltrasi sebagai fungsi power
seperti yang ditunjukkan pada persamaan:
k
i=c t
Dimana, i menyatakan kedalaman infiltrasi secara kumulatif, t adalah waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan infiltrasi, c dan k adalah koefisien. Nilai dari
koefisien tersebut bergantung pada tekstur tanah, bulk density tanah, kadar lengas
tanah, dan berbagai kondisi tanah lainnya. Untuk mendapatkan nilai c dan k,
kedua nilai infiltrasi (i) dan waktu (t) yang diperoleh, dihitung nilai lognya,
kemudian nilai log i diplot ke dalam grafik perbandingan terhadap log t. Nilai
gradien atau kemiringan garis lurus melalui titik-titik dalam grafik tersebut
menunjukkan nilai k dan nilai anti-log dari titik potong garis terhadap sumbu Y
menyatakan nilai c.

2.5 Persamaan Horton


Horton (1940) dalam Farid et al. (2019) menurunkan hubungan laju infiltrasi
terhadap waktu menggunakan prinsip kerja dan energi untuk memperkirakan laju
infiltrasi. Hubungan tersebut diberikan sebagai persamaan:
−kt
f t=f c + ( f o – f c ) e
di mana, ft adalah laju infiltrasi tanah pada waktu t, fc adalah laju infiltrasi konstan
ketika waktu mendekati tak terhingga, fo adalah laju infiltrasi pada permulaan
infiltrasi dan k adalah konstan tergantung pada kondisi tanah dan air. Parameter
model Horton seperti fo dan k ditentukan dengan mengurangi nilai fc dari nilai ft
hasil pengamatan. Log natural (ln) dari nilai yang dihasilkan diplot sebagai fungsi
waktu (t). Grafik yang dihasilkan adalah kurva linear dengan kemiringan garis
menyatakan nilai k.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Perangkat Double-Ring Infiltrometer Test (DRIT) dilengkapi dengan skala
pengukuran ketinggian muka air
2. Balok kayu
3. Martil
4. Ember
5. Stopwatch
6. Alat tulis
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Air
2. Tanah bervegetasi
3. Tanah tidak bervegetasi

3.2 Cara Kerja


Lokasi tanah di daerah lahan yang akan digunakan untuk pengukuran infiltrasi
pada tanah bervegetasi dan tidak bervegetasi ditentukan. Setelah ditentukan,
pengukuran dapat dilakukan baik pada tanah bervegetasi dahulu maupun tanah
tidak bervegetasi. Perangkat Double-Ring Infiltrometer Test (DRIT) disiapkan dan
ditanamkan ke dalam tanah sedalam 5 cm dengan bantuan balok kayu dan martil
agar mendapatkan kedalaman yang sama. Pengaturan cincin dilakukan dengan
menempatkan cincin infiltrometer (cincin berdiameter lebih kecil) di tengah cincin
buffer (cincin berdiameter lebih besar). Selagi cincin ditanamkan, air diisikan ke
dalam ember dan setelah cincin tertanam dalam tanah, air dituangkan ke bagian
antara cincin infiltrometer dengan cincin buffer. Pada tanah tidak bervegetasi,
permukaan tanah pada bagian dalam cincin infiltrometer ditutup dengan
menggunakan daun untuk mengurangi pukulan air. Air dituangkan ke dalam
cincin infiltrometer. Setelah mencapai ketinggian tertentu, daun diambil dan
stopwatch dinyalakan. Ketinggian air dicatat tiap 30 detik hingga diperoleh 5 kali
penurunan ketinggian muka air dengan nilai sama. Pada pengukuran di tanah
bervegetasi, tidak perlu dilakukan penutupan permukaan tanah menggunakan
daun.

3.3 Cara Analisa Data


1. Dibuat grafik laju infiltrasi terhadap waktu untuk kedua jenis tanah. Ada dua
grafik yaitu pada tanah bervegetasi dan tanpa vegetasi.
ΔH
Dimana, I ukur=
ΔT

2. Dibuat grafik laju infiltrasi kumulatif terhadap waktu untuk kedua jenis
tanah. Ada dua grafik yaitu pada tanah bervegetasi dan tanpa vegetasi.
ΔH
Dimana, I ukur=
ΔT

3. Membuat model infiltrasi Horton, grafik yang digunakan jenis scater.


Grafik model infiltrasi Horton

4. Perhitungan matematis untuk mencari laju infiltrasi Kostiakov


- Untuk mendapatkan nilai K dan n dipakai mode matematis persamaan
diferensial

- Analisa grafik
Memakai jenis grafik scater, dicari dengan trendline.
- Metode analisis statistic

K = antilog ; dimana x = log t dan y = log I


1.4 Skema Percobaan

Gambar 3.4.1 Skema Alat Laju Infiltrasi


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA DATA

4.1 Hasil Pengamatan


Hasil pengukuran perubahan tinggi muka air dalam cincin infiltrometer
pada pengukuran laju infiltrasi di tanah tidak bervegetasi dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Perubahan tinggi muka air dalam cincin infiltrometer pengukuran laju
infiltrasi di tanah tidak bervegetasi
t ∆H
Hawal ∆t Iuku Iukur
(menit Hawal(mm) Hakhir(cm) Hakhir(mm) (mm
(cm) (menit) r kumulatif
) )
0 15 150 15 150 0 0 0 0
0,5 15 150 15 150 0 0,5 0 0
1 15 150 15 150 0 0,5 0 0
1,5 15 150 14,9 149 1 0,5 2 2
2 14,9 149 14,9 149 0 0,5 0 2
2,5 14,9 149 14,9 149 0 0,5 0 2
3 14,9 149 14,9 149 0 0,5 0 2
3,5 14,9 149 14,8 148 1 0,5 2 4
4 14,8 148 14,7 147 1 0,5 2 6
4,5 14,7 147 14,7 147 0 0,5 0 6
5 14,7 147 14,7 147 0 0,5 0 6
5,5 14,7 147 14,6 146 1 0,5 2 8
6 14,6 146 14,6 146 0 0,5 0 8
6,5 14,6 146 14,6 146 0 0,5 0 8
7 14,6 146 14,6 146 0 0,5 0 8
7,5 14,6 146 14,5 145 1 0,5 2 10
8 14,5 145 14,4 144 1 0,5 2 12
8,5 14,4 144 14,4 144 0 0,5 0 12
9 14,4 144 14,4 144 0 0,5 0 12
9,5 14,4 144 14,4 144 0 0,5 0 12
10 14,4 144 14,4 144 0 0,5 0 12
10,5 14,4 144 14,3 143 1 0,5 2 14
11 14,3 143 14,3 143 0 0,5 0 14
11,5 14,3 143 14,3 143 0 0,5 0 14
12 14,3 143 14,3 143 0 0,5 0 14
Rata-rata 0,56 7,52
Tabel 4.2 Perubahan tinggi muka air dalam cincin infiltrometer pengukuran laju
infiltrasi di tanah bervegetasi
H
H H H I ukur
t awa ΔH Δt I ukur
awal akhir akhir kumulatif
l
(menit (mm/
(menit) (cm) (mm) (cm) (mm) (mm) ) (mm/menit) menit)
0,5 15 150 14,5 145 5 1 5 5
1 14,5 145 14,5 145 0 1 0 5
1,5 14,5 145 14,1 141 4 1 4 9
2 14,1 141 14 140 1 1 1 10
2,5 14 140 13,7 137 3 1 3 13
3 13,7 137 13,4 134 3 1 3 16
3,5 13,4 134 13,3 133 1 1 1 17
4 13,3 133 13,1 131 2 1 2 19
4,5 13,1 131 12,9 129 2 1 2 21
5 12,9 129 12,7 127 2 1 2 23
5,5 12,7 127 12,6 126 1 1 1 24
6 12,6 126 12,3 123 3 1 3 27
6,5 12,3 123 12,1 121 2 1 2 29
7 12,1 121 11,9 119 2 1 2 31
7,5 11,9 119 11,7 117 2 1 2 33
8 11,7 117 11,5 115 2 1 2 35
8,5 11,5 115 11,3 113 2 1 2 37
9 11,3 113 11,1 111 2 1 2 39
9,5 11,1 111 10,9 109 2 1 2 41
10 10,9 109 10,7 107 2 1 2 43
Rata-rata I 2,15 23,85

4.2 Analisa Data


Tabel 4.2.1 Data perhitungan metode Horton Tanpa Vegetasi
t I I I ( l mf F
( u c o I n
m k - [
e u ( ( I (
n r I I c I
it a a ) -
) k w / I
h a c
i l ( )/
r ) I (
) o I
- o
-
I I
c c
) )
]
# 0
N
0 0 0 2 0 U 22
M
!
#
0 N
, 0 0 2 0 U 24
5 M
!
#
N
1 0 0 2 0 U 26
M
!
1
, 2 0 2 1 0 28
5
#
N
2 0 0 2 0 U 21
M
!
#
2 N
, 0 0 2 0 U 21
5 M
!
#
N
3 0 0 2 0 U 21
M
!
3
, 2 0 2 1 0 21
5
4 2 0 2 1 0 21
#
4 N
, 0 0 2 0 U 22
5 M
!
5 0 0 2 0 # 22
N
U
M
!
5
, 2 0 2 1 0 22
5
#
N
6 0 0 2 0 U 22
M
!
#
6 N
, 0 0 2 0 U 22
5 M
!
#
N
7 0 0 2 0 U 23
M
!
7
, 2 0 2 1 0 23
5
8 2 0 2 1 0 23
8
, 0 0 2 0 0 23
5
9 0 0 2 0 0 23
9
, 0 0 2 0 0 24
5
1
0 0 2 0 0 24
0
1
0
2 0 2 1 0 24
,
5
1
0 0 2 0 0 24
1
1
1
0 0 2 0 0 24
,
5
1
0 0 2 0 0 25
2

Tabel 4.2.2 Data perhitungan metode Kostiakov tanpa vegetasi


I Log I
log t I
t Uku Iukur x^2 xy a b c hitung
(x) hitung
r (y) kum
0 0 0 0 0 0 0 0
0,0906
0,5 -0,301 0 0 0 1,1629 1,1629
2
1,1786 2,3415
1 0 0 0 0 0
8 8
0,1760 0,3010 0,0310 0,0530 1,1880
1,5 2 3,5296
9 3 1 1 2
0,3010 0,0906 1,1946 4,7242
2 0 0 0
3 2 8 9
0,3979 0,1583 1,1998 5,9241
2,5 0 0 0
4 6 8 7
0,4771 0,2276 1,2041 7,1283
3 0 0 0
2 4 4 1
0,5440 0,3010 0,2960 0,1637 1,2077 8,3360
3,5 2
7 3 1 8 6 7
0,6020 0,3010 0,3624 0,1812 9,5469
4 2 1,2109
6 3 8 4 7
0,6532 0,4266 1,2136 10,760
4,5 0 0 0
1 9 8 6
0,6989 0,4885 1,2161 11,976
5 0 0 0
7 6 7 8
0,7403 0,3010 0,5481 0,2228 1,2184 13,195
5,5 2
6 3 4 7 0,071 0,0194512 1,1786 2 2
0,7781 0,6055 4 94 8 1,2204 14,415
6 0 0 0
5 2 9 7
0,8129 0,6608 1,2223 15,638
6,5 0 0 0
1 3 9 1
0,7141 1,2241 16,862
7 0,8451 0 0 0
9 5 3
0,8750 0,3010 0,7657 0,2634 18,088
7,5 2 1,2258
6 3 3 2 1
0,9030 0,3010 0,8155 0,2718 1,2273 19,315
8 2
9 3 7 6 4 4
0,9294 0,8638 1,2287 20,544
8,5 0 0 0
2 2 9 2
0,9542 0,9105 1,2301 21,774
9 0 0 0
4 8 5 3
0,9777 0,9559 1,2314 23,005
9,5 0 0 0
2 4 5 8
1,2326 24,238
10 1 0 0 1 0
8 5
1,0211 0,3010 1,0428 0,3074 1,2338 25,472
10,5 2
9 3 3 1 5 3
1,0413 1,2349 26,707
11 0 0 1,0845 0
9 6 3
11,5 1,0607 0 0 1,1250 0 1,2360 27,943
8 3 3
1,0791 1,1646 1,2370 29,180
12 0 0 0
8 3 6 4
Tot 2,1072 14,429 1,4635
16,568 14
al 1 3 8

Tabel 4.2.3 Data perhitungan metode Horton dengan vegetasi


t ln
No Ic Io (I-Ic)/ (Io-
(menit Iukur [(I-Ic)/(Io- m ft Ft
. (Iakhir) (Iawal) Ic)
) Ic)]
4,9447
1 0,5 5 2 5 1 0 4,94472
2
4,8904
2 1 0 2 5 -0,6666667 #NUM! 9,83517
5
0,6666666 - 4,8371
3 1,5 4 2 5 14,6724
7 0,40546511 8
4 2 1 2 5 -0,3333333 #NUM! 4,7849 19,4573
0,3333333 - 4,7335
5 2,5 3 2 5 24,1908
3 1,09861229 8
0,3333333 - 4,6832
6 3 3 2 5 28,874
3 1,09861229 1
4,6337
7 3,5 1 2 5 -0,3333333 #NUM! 33,5078
6
4,5852
8 4 2 2 5 0 #NUM! 38,093
2
4,5375
9 4,5 2 2 5 0 #NUM! 42,6306
8
4,4908
10 5 2 2 5 0 #NUM! 47,1214
0,037 2
2 4,4449
11 5,5 1 2 5 -0,3333333 #NUM! 51,5663
2
0,3333333 - 4,3998
12 6 3 2 5 55,9662
3 1,09861229 6
4,3556
13 6,5 2 2 5 0 #NUM! 60,3219
4
4,3122
14 7 2 2 5 0 #NUM! 64,6341
3
4,2696
15 7,5 2 2 5 0 #NUM! 68,9037
2
4,2277
16 8 2 2 5 0 #NUM! 73,1315
9
4,1867
17 8,5 2 2 5 0 #NUM! 77,3182
4
4,1464
18 9 2 2 5 0 #NUM! 81,4647
4
4,1068
19 9,5 2 2 5 0 #NUM! 85,5716
9
20 10 2 2 5 0 #NUM! 4,0680 89,6396
6
Tabel 4.2.4 Data perhitungan metode Kostiakov dengan vegetasi
I Log Iukur Ihitung
t log t (x) x^2 xy a b c Ihitung
Ukur (y) Kumulatif
- - 0,3719900 - 2,3549953
0,0906190 2,5466929
0,5 0,30102999 5 0,698970004 0,21041093 57 0,11290078 67 2,546692912
58 12
6 7 4
2,3549953
1 0 0 #NUM! 0 #NUM! 4,901688279
67
0,17609125 0,0310081 0,10601750 2,2496202
1,5 4 0,602059991 7,151308546
9 32 2 67
0,30102999 0,0906190 2,1777274
2 1 0 0 9,329036043
6 58 97
0,39794000 0,1583562 0,18986563 2,1235491
2,5 3 0,477121255 11,4525852
9 51 6 55
0,47712125 0,2276446 0,22764469 2,0802843
3 3 0,477121255 13,53286951
5 92 2 1
0,54406804 0,2960100 2,0443928
3,5 1 0 0 15,57726233
4 37 27
0,60205999 0,3624762 0,18123811 2,0138031
4 2 0,301029996 17,59106547
1 33 7 33
0,65321251 0,4266865 1,9872012
4,5 2 0,301029996 0,19663656 19,57826672
4 88 53
0,69897000 0,4885590 0,21041093 1,9637029
5 2 0,301029996 21,54196969
4 67 7 65
0,74036268 0,5481369 1,9426856
5,5 1 0 0 23,48465532
9 12 37
0,6055193 0,37127250
6 0,77815125 3 0,477121255 1,9236948 25,40835012
68 1
6,5 0,81291335 2 0,301029996 0,6608281 0,24471130 1,9063889 27,31473903
7 25 4 06
0,7141906 0,25439985 1,8905049
7 0,84509804 2 0,301029996 29,20524401
97 9 81
0,87506126 0,7657322 0,26341968 1,8758363
7,5 2 0,301029996 31,08108039
3 15 8 81
0,90308998 0,8155715 0,27185717 1,8622178
8 2 0,301029996 32,94329826
7 25 5 7
0,92941892 0,8638195 0,27978297 1,8495153
8,5 2 0,301029996 34,79281358
6 39 5 16
0,95424250 0,9105787 0,28725561 1,8376183
9 2 0,301029996 36,63043197
9 67 8 96
0,97772360 0,9559434 0,29432413 1,8264353
9,5 2 0,301029996 38,45686729
5 48 3 15
0,30102999 1,8158888
10 1 2 0,301029996 1 40,27275619
6 98
10,012299 3,46945575
total 12,3655247 6,043723712
71 6
2.5

1.5
Iukur

0.5

0
0 2 4 6 8 10 12 14
t (menit)

Gambar 4.2.1 I ukur vs waktu tanpa vegetasi

16

14

12

10
Iukur kumulatif

0
0 2 4 6 8 10 12 14
t(menit)

Gambar 4.2.2 I kumulatif vs waktu tanpa vegetasi


1
0.9
0.8
0.7
ln [(I-Ic)/(Io-Ic)]

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 f(x) = 0 2 4 6 8 10 12 14
t (menit)

Gambar 4.2.3 ln [(I-Ic)/(Io-Ic)] vs waktu metode Horton

0.35

0.3

0.25

0.2
log I

0.15

0.1
f(x) = 0.0194512941506452 x + 0.0713976481947868
0.05

0
-0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
log t

Gambar 4.2.4 Log I ukur vs Log t


2.5

1.5

Iukur
I

1 I horton
I kostiakov

0.5

0
0 2 4 6 8 10 12 14
t (menit)

Gambar 4.2.5 Grafik perbandingan antara I ukur, I Horton, I kostiakov

4
Iukur

0
0 2 4 6 8 10 12
t (menit)

Gambar 4.2.6 Grafik I ukur vs waktu dengan vegetasi


50
45
40
35
Iukur kumulatif

30
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12
t (menit)

Gambar 4.2.7 Grafik waktu vs laju infiltrasi dengan vegetasi

0
0 f(x) = − 20.0184560822046627
4 x 6 8 10 12

-0.2

-0.4
ln [(I-Ic)/(Io-Ic)]

-0.6

-0.8

-1

-1.2
t (menit)

Gambar 4.2.8 Grafik hubungan antara ln ((Iukur-Ic)-(Io-Ic)) terhadap l waktu


0.8

0.7

0.6

0.5

0.4
log I

f(x) = − 0.112900783749764 x + 0.371990057132004

0.3

0.2

0.1

0
-0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

log t

Gambar 4.2.9 Grafik Log I vs Log t dengan vegetasi

3
Iukur
I

Ihorton
2 Ikostiakov

0
0 2 4 6 8 10 12
t (menit)

Gambar 4.2.10 Grafik perbandingan antara I ukur, I Horton, I kostiakov


4.1 Contoh Perhitungan
(tanah tanpa vegetasi)
1. Laju infiltrasi (menit ke 1,5)
ΔH
I ukur=
ΔT
1
I ukur=
0,5
mm
I ukur=2
menit
I ukur kumulatif = 2 +0 = 2 mm/menit
2. Model persamaan Horton

= (0,2-0)/(0,6-0)
=1
ln (1) = 0
3. Model persamaan Kostiakov
(3,549)(1,0263)
¿ =1,2112E+14
(−1,620)(−1,9E-14)

(3,549)(1,0263)
¿ =3,529
3.263
BAB V
PEMBAHASAN

Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah mengisi ruang-


ruang kosong antara butiran-butiran tanah. Infiltrasi terjadi akibat gaya
gravitasi sehingga air bergerak ke arah bawah, masuk ke dalam tanah.
Infiltrasi termasuk salah satu parameter penting dalam sistem lingkungan
sebab mempengaruhi sistem sirkulasi hidrologi baik secara minar maupun
mayor. Analisis terhadap infiltrasi dapat dilakukan terhadap jumlah air
infiltrasi dan kecepatan air melakukan infiltrasi. Pada praktikum kali ini
diamati kecepatan proses infiltrasi tersebut. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan 2 buah pendekatan, yakni pendekatan menggunakan
Persamaan Horton dan Persamaan Kostiakov
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam Tinjauan Pustaka,
Persamaan Kostikov (1932) dirumuskan sebagai model empiris dari proses
infiltrasi berdasarkan data yang diperoleh dari observasi di lahan maupun
di laboratorium. Persamaan Kostiakov menyatakan infiltrasi sebagai
fungsi power seperti yang ditunjukkan pada persamaan:
k
i=c t
dimana, i menyatakan kedalaman infiltrasi secara kumulatif, t adalah waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan infiltrasi, c dan k adalah koefisien. Untuk
menentukan nilai infiltrasi tiap waktunya, dapat dilakukan dengan menurunkan
persamaan tersebut terhadap t, sehingga diperoleh persamaan:
k
i ct
=
dt dt
k−1
i t =c . k . t
i t =a . t b ; a=c .k ; b=k −1
Nilai a dan b pada persamaan di atas merupakan koefisien yang
besarnya tersebut bergantung pada tekstur tanah, bulk density tanah, kadar
lengas tanah, dan berbagai kondisi tanah lainnya. Untuk mendapatkan nilai
a dan b, kedua nilai infiltrasi (i) dan waktu (t) yang diperoleh, dihitung
nilai lognya, kemudian nilai log i diplot ke dalam grafik perbandingan
terhadap log t. Nilai gradien atau kemiringan garis lurus melalui titik-titik
dalam grafik tersebut menunjukkan nilai b dan nilai anti-log dari titik
potong garis terhadap sumbu Y menyatakan nilai a.
Sedangkan Persamaan Horton menunjukkan hubungan laju infiltrasi
terhadap waktu menggunakan prinsip kerja dan energi untuk
memperkirakan laju infiltrasi. Hubungan tersebut diberikan sebagai
persamaan:
−kt
f t=f c + ( f o – f c ) e
di mana, ft adalah laju infiltrasi tanah pada waktu t, fc adalah laju infiltrasi konstan
ketika waktu mendekati tak terhingga, fo adalah laju infiltrasi pada permulaan
infiltrasi dan k adalah konstan tergantung pada kondisi tanah dan air. Parameter
model Horton seperti fo dan k ditentukan dengan mengurangi nilai fc dari nilai ft
hasil pengamatan. Log natural (ln) dari nilai yang dihasilkan diplot sebagai fungsi
waktu (t). Grafik yang dihasilkan adalah kurva linear dengan kemiringan garis
menyatakan nilai k.
Untuk dapat menentukan rumus pendekatan laju infiltrasi, dilakukan
pengukuran laju infiltrasi guna memperoleh data laju infiltrasi observasi.
Pengukuran dilakukan dengan mengunakan perangkat Double-Ring
Infiltrometer Test (DRIT) yang dilengkapi dengan skala ketinggian muka
air. Digunakan 2 buah cincin dengan tujuan membuat sebagian tanah
menjadi jenuh sehingga gerakan air secara lateral akan terbatas. Adapun
bagian tanah yang dijenuhkan adalah pada bagian di dalam cincin besar
dan diliar cincin kecil. Pada bagian ini air akan mengalami infiltrasi
namun juga memungkinkan terjadinya gerakan air ke arah samping. Air
diisikan ke ruang ini terlebih dahulu agar tanah pada zona ini jenuh.
Setelahnya baru air diisikan ke dalam cincin kecil di dalam dengan
harapan air tersebut akan bergerak ke bawah saja sebab tanah disamping-
sampingnya telah dijenuhkan.
Pada praktikum berlangsung dilakukan pengamatan terhadap laju
infiltrasi pada lahan yang bervegetasi dan lahan tidak bervegetasi. Pada
lahan non vegetasi lahan berupa tanah tanpa adanya tumbuh-tumbuhan
pada lahan ini laju infiltrasi mencapai konstan lebih lama dibanding tanah
bervegetasi dan dicapai nilai laju infiltrasi sebesar 7,52 mm/menit untuk
mencapai konstan hal ini sesuai dengan teori dimana lahan non vegetasi
akan mengalami cepat jenuh sehingga laju infiltrasi tanah kecil, pada saat
tanah jenuh maka kemampuan tanah untuk meloloskan air sangat kecil dan
penyerapannya pun lebih sedikit. Pada lahan vegetasi lahan berupa
rumput-rumputan dan terdapat akar-akar pohon, setelah dianalisa pada
tanah vegetasi didapatkan hasil laju infiltrasi sebesar 23,85 mm/ menit dan
mencapai konstan lebih cepat daripada lahan non vegetasi hal ini
dikarenakan pada lahan vegetasi laju infiltrasi dibantu oleh penyerapan
dari akar tumbuhan, hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana bahwa
tumbuh- tumbuhan penutup akan meningkatkan penyerapan jika dibanding
dengan tanah terbuka atau non vegetasi sehingga membantu penyerapan
air ke dalam tanah. Pengaruh waktu terhadap infiltrasi besar sekali makin
lama waktu infiltrasi maka makin kecil laju infiltrasi. Hal ini disebabkan
karena tanah makin jenuh dan sebagian rongga tanah sudah terisi oleh
tanah-tanah yang lembut. Sehingga air makin kurang ruang geraknya.
Setelah dilakukan pengukuran laju infiltrasi pada lahan bervegetasi dan
non vegetasi menggunakan ring infiltrometer dan dibandingkan dua cara
perhitungan menggunakan metode Horton dan metode Kostiakov. Hasil
kedua metode memiliki laju infiltrasi yang berbeda metode Horton dapat
dilihat pada gambar 4.2.1 menunjukkan grafik laju infiltrasi terhadap
waktu tanpa vegetasi. Berdasarkan grafik tersebut laju infiltrasi akhir
setelah konstan didapatkan 0 karena kondisi tanah tersebut sudah jenuh,
sehingga air tidak bisa masuk lagi kedalam air. Sedangkan pada gambar
4.2.6 menunjukkan grafik laju infiltrasi terhadap waktu pada tanah
bervegetasi. Berdasarkan grafik tersebut laju infiltrasi akhir setelah
konstan didapatkan 23,85 mm/menit, artinya pada lokasi tanah tersebut
mampu menyerap aliran air dari permukaan lebih banyak karena adanya
vegetasi yang membantu laju infiltrasi. Kemudian penggunaan metode
Kostiakov berdasarkan gambar 4.2.5 dan gambar 4.2.10 menunjukkan
hubungan antara grafik kostiakov, grafik horton dan grafik laju infiltrasi
tanpa vegetasi. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa hasil dari ketiga
pengukuran sangat berbeda, pada non vegetasi grafik laju infiltrasi
fluktuatif dan pada akhir mencapai konstan sedangkan pada horton dan
kostiakov menunjukkan hasil linear. Pada perbandingan vegetasi hasil
pengukuran laju infiltrasi dengan metode kostiakov pada sehabis menit 6
keatas hasil menunjukkan hasil yang sama. Pada metode horton hasil
menunjukkan grafik menaik dan berbeda dengan hasil metode ke duanya.
Berdasarkan hasil dari kedua persamaan tersebut, model persamaan yang
paling mendekati dengan hasil praktikum ada model Kostiakov. Hal ini
dikarenakan model Kostiakov perhitungannya berdasarkan laju infiltrasi
tertinggi yang dicapai saat air pertama kali masuk kedalam tanah dan akan
menurun dengan bertambahnya waktu dan ditentukan pada laju infiltrasi
yang terakhir setelah waktu konstan dan alasan mengapa horton tidak lebih
akurat karena didasarkan pada garis linear dan hasilnya juga sangat
berbeda.
Pada praktikum terdapat beberapa kendala yaitu adanya pertambahan
air yang masuk ke ring infiltrometer dikarenakan kondisi mendadak hujan
dan tanpa persiapan. Dan tanah yang sudah mengalami jenuh karena tanah
dalam kondisi yang sudah basah. Mungkin sebelum diadakan praktikum
sudah mengplotting daerah tiap-tiap kelompok dan agak jauh dari
kelompok sebelumnya agar tanah tidak dalam kondisi jenuh sehingga laju
infiltrasi dapat diukur dengan akurat.
Pada perencanana pembuatan jaringan irigasi menurut KP (Kriteria
Perencanaan), perlu diketahui besar nilai laju infitrasi pada lahan sekitar
jaringan irigasi. Pengukuran laju infiltrasi dalam perencanaan pembuatan
jaringan irigasi ini mempunyai manfaat untuk mengetahui kapasitas air
dalam tanah sehingga dapat diukur kebutuhan air yang terserap agar
jumlah air yang disalurkan sesuai dengan yang dibutuhkan tergantung
kondisi tanahnya. Laju infiltrasi juga dipengaruhi oleh kondisi tinggi muka
air tanah, sehingga pada masing-masing sifat tanah akan memiliki laju
infiltrasi yang berbeda. Untuk itu perlu dikaji seberapa besar pengaruh
keberadaan air tanah terhadap laju. Dengan mengetahui air yang terserap
tanah, bisa diperkirakan besarnya air yang terbuang melalui permukaan
tanah. Di samping itu muka air tanah yang relatif tinggi, infiltrasinya akan
melambat.
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam praktikum ini, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Untuk mengukur besarnya laju infiltrasi pada tanah bervegetasi dan
nonvegetasi, digunakan cara pengukuran infiltrometer dan juga metode
Horton serta Kostiakov. Setelah dilakukan Analisa data didapatkan hasil
perhitungan laju infiltrasi kumulatif bervegetasi sebesar 23,85 mm/menit dan
non vegetasi sebesar 7,52 mm/menit. Sedangkan perhitungan model
kostiakov yang paling mendekati hasil tersebut yaitu pada lahan non vegetasi
sebesar 14 mm/menit dan lahan vegetasi sebesar 22,14 mm/menit.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Annex 2 Infiltration Rate And Infiltration Test.


(www.fao.org/3/S8684E/s8684e0a.htm). Diakses pada 18 Desember 2020
pukul 18.22 WIB.
Beibei, Zhou., W. Quanjiu, T. Shuai. 2014. Estimation of Infiltration Parameters
and the Irrigation Coefficients with the Surface Irrigation Advance
Distance. PloS One 9(7). (https://www.ncbi.nlm
.nih.gov/pmc/articles/PMC 4111299/). Diakses pada 18 Desember 2020
pukul 18.45 WIB.
Brito, M.G., C.N. Costa, J.A. Almeida, D. Vendas, P.H. Verdial. 2006.
Characterization Of Maximum Infiltration Using GIS Tools. Engineering
Geology 85(1-2): 14–18.
Farid, Hafiz Umar., Z. Mahmood-Khan, I. Ahmad, A. Shakoor, M.N. Anjum,
M.M. Iqbal, M. Mubeen, M. Asghar. 2019. Estimation of infiltration
models parameters and their comparison to simulate the onsite soil
infiltration characteristics. International Journal of Agricultural &
Biological Engineering 12(3): 84-91.
Haghnazari, Farzad., H. Shahgholi., M. Feizi. 2015. Factors Affecting The
Infiltration Of Agricultural Soils: Review. International Journal of
Agronomy and Agricultural Research (IJAAR) 6(5): 21-35.
Kwiclis, E., M. Witkowski, K. Birdsell, B. Newmann, D. Walther. 2005.
Development Of An Infiltration Map For The Los Alamos Area, New
Mexico. Vadose Zone Journal 4(3): 672–693.
Munaljid, Jati Kuncoro., L.L. Montarcih., R. Asmaranto., K. Dian Noorvy. 2015.
Aplikasi Model Infiltrasi Pada Tanah dengan Model Kostiyacov dan
Model Horton Menggunakan Alat Rainfall Simulator. Jurnal Ilmiah
Konservasi Sumberdaya Air Universitas Brawijaya.
Nichols, Peter W.B., T. Lucke., C. Dierkes. 2014. Comparing Two Methods of
Determining Infiltration Rates of Permeable Interlocking Concrete
Pavers. Water 2014(6): 2353-2366.
Soares, Paulo Valladares., S.Y. Pereira., S.J.C. Simoes., G. de Paula Bernardes.,
S.A. Barbosa., I.C.B. Trannin. 2012. The Definition Of Potential
Infiltration Areas In Guaratingueta Watershed, Paraiba Do Sul Basin,
Southeastern Brazil: An Integrated Approach Using Physical And Land-
Use Elements. Environmental Earth Sciences 67(6).
Shaban, A, M. Khalie, C. Abdallah. 2006. Use Of Remote Sensing And GIS To
Determine Recharge Potential Zones: The Case Of Occidental Lebanon.
Hydrogeology Journal 14(4):433–443.
Zhang, Gui-ron., Y. Qian, Z. Wang, B. Zhao. 2014. Analysis of Rainfall
Infiltration Law in Unsaturated Soil Slope. The Scientific World Journal.
(https://www.hindawi.com/journals/tswj/2014/567250/). Diakses pada 18
Desember 2020 pukul 18.15 WIB

Anda mungkin juga menyukai