Anda di halaman 1dari 19

Nilai:

LAPORAN PRAKTIKUM
HIDROLOGI TEKNIK
(6. Analisis Evapotranspirasi dengan Model Evapotranspirasi)

Oleh :
Kelompok / Shift : 24 / A
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 2 November 2022
Nama (NPM) : 1. Fuad Hasan (240110180048)
2. Hatif Adlirrahman (240110180098)
Asisten Praktikum : 1. Raisyal Fahrezi Ar-Riyadh
2. Bagas Rizki Rachmat
3. Yehezkiel Simatupang
4. Sunnia Fadilah Hapsono
5. Rieke Febrianti Amran

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
Nama: Hatif Adlirrahman
NPM : 240110180098

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi dari air
maupun permukaan lahan yang luas akan mengalami banyak kendala, untuk
itu maka dikembangkan beberapa metode pendekatan dengan menggunakan
input data-data yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya
evapotranspirasi. Apabila jumlah air yang tersedia tidak menjadi faktor
pembatas, maka evapotranspirasi yang terjadi akan mencapai kondisi yang
maksimal dan kondisi itu dikatakan sebagai evapotranspirasi potensial
tercapai atau dengan kata lain evapotranspirasi potensial akan berlangsung
bila pasokan air tidak terbatas bagi stomata maupun permukaan tanah.
Besarnya evapotranspirasi pada daerah-daerah yang kering sangat tergantung
pada besarnya hujan yang terjadi dan evapotranspirasi yang terjadi pada saat
itu disebut evapotranspirasi aktual.
Perkiraan evapotranspirasi sangatlah penting dalam kajian-kajian
hidrometeorologi, dengan mempelajari proses terjadi dan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap evapotranspirasi, mahasiswa dapat melakukan analisis
neraca air suatu kawasan hutan melalui pendekatan dari model-model
penghitungan evapotranspirasi yang ada. Mahasiswa diharapkan mampu
melakukan pengelolaan hutan dengan mendasarkan pada hasil neraca airnya
setelah menguasai metode ini, selain itu evapotranspirasi juga merupakan
faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan
merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi. Berdasarkan hal
diatas maka sangatlah penting bagi kita untuk melakukan pendekatan
perhitungan nilai dari evapotranspirasi dengan menggunakan data yang ada.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum kali ini adalah :
1. Mahasiswa dapat menganalisis evapotranspirasi potensial;
2. Mahasiswa dapat memahami evapotranspirasi potensial;
3. Mahasiswa dapat memeriksa data evepotranspirasi potensial; dan
4. Mahasiwa dapat membandingkan data evapotrasnpirasi potensial dari ketiga
metode.

1.3 Alat dan Bahan


Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
1. Alat tulis;
2. Kalkulator;
3. Laptop; dan
4. Modul Praktikum Hidrologi Teknik.
1.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah data klimatologi yang
diberikan oleh asisten dosen.

1.4 Metode Pelaksanaan


Langkah-langkah pelaksanaan praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Blaney Criddle
a. Menyiapkan semua alat dan bahan;
b. Memasukan data P dari tabel sesuai dengan garis lintang baik secara
langsung
maupun melalui proses interpolasi;
c. Memasukan data c yang diperoleh dari tabel faktor koreksi; dan
d. Mencari nilai ETo dengan formula ETo = c(p(0.46T+8)).
2. Metode Thortwaite
a. Mencari indeks panas tahunan dengan menggunakan rumus;
b. Memasukan data jumlah hari setiap bulannya; dan
c. Mencari nilai ETo dengan menggunakan rumus.
Nama: Hatif Adlirrahman
NPM : 240110180027

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi berupa cair, gas, dan
padat baik proses di atmosfer, tanah dan badan-badan airyang tidak terputus
melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan
air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi
tersebut dapat berjalan secara kontinyu. Air berevaporasi, kemudian jatuh
sebagai presipitasi dalam bentuk air, es atau kabut. Perjalanan menuju bumi
beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh
yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah dan
setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinyu dalam
tiga cara yang berbeda:
Evaporasi/transpirasi air yang ada di laut, di daratan, di sungai, dan di
tanaman kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan
menjadi awan. Keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik
air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah air bergerak ke dalam tanah melalui
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat
bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau
horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali
sistem air permukaan.
Air permukaan - air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan
aliran utama dan danau, makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah,
maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat
biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan
membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar
daerah aliran sungai menuju laut (Kodoatie dan Sjarief, 2008).

2.2 Evapotranspirasi
Evaporasi merupakan gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang
hidup di permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh tanaman dilepas ke atmosfer.
Evaporasi merupakan pergerakan air ke udara dari berbagai sumber
seperti tanah, atap, dan badan air. Transpirasi merupakan pergerakan air di dalam
tumbuhan yang hilang melalui stomata akibat diuapkan oleh daun.
Evapotranspirasi adalah bagian terpenting dalam siklus air.
Evapotranspirasi potensial adalah nilai yang menggambarkan kebutuhan
lingkungan, sekumpulan vegetasi, atau kawasan pertanian untuk melakukan
evapotranspirasi yang ditentukan oleh beberapa faktor, seperti intensitas
penyinaran matahari, kecepatan angin, luas daun, temperatur udara, dan tekanan
udara. Evapotranspirasi potensial juga menggambarkan energi yang didapatkan
oleh kawasan tersebut dari matahari. Transpirasi sebanding dengan seberapa
banyak karbon yang diserap oleh kawasan vegetasi karena transpirasi juga berperan
perpindahaan CO2 dari udara ke daun.
Evapotranspirasi dapat menggambarkan jumlah air yang hilang dari badan air
karena adanya vegetasi. Jenis vegetasi mempengaruhi jumlah evapotranspirasi
secara signifikan. Air ditranspirasikan melalui daun yang mengalir dari akar,
tumbuhan yang akarnya menancap dalam ke bawah tanah mentranspirasikan air
lebih banyak. Tanaman semak umumnya mentranspirasikan air lebih sedikit dari
tanaman berkayu karena semak tidak memiliki akar yang sedalam tanaman kayu,
dan daun yang posisinya setinggi tanaman kayu. Tanaman konifer meski memiliki
daun yang tidak lebar, dapat memiliki nilai transpirasi yang lebih tinggi dari
tanaman berdaun lebar, terutama di periode dormansi dan awal musim semi
(Hamzah, 2016).

2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi


Evapotranspirasi ditentukan oleh banyak faktor yakni:
1. Radiasi surya (Rd): Komponen sumber energi dalam memanaskan badan-
badan air, tanah dan tanaman. Radiasi potensial sangat ditentukan oleh posisi
geografis lokasi,
2. Kecepatan angin (v): Angin merupakan faktor yang menyebabkan
terdistribusinya air yang telah diuapkan ke atmosfir, sehingga proses
penguapan dapat berlangsung terus sebelum terjadinya keejenuhan
kandungan uap di udara,
3. Kelembaban relatif (RH): Parameter iklim ini memegang peranan karena
udara memiliki kemampuan untuk menyerap air sesuai kondisinya termasuk
temperatur udara dan tekanan udara atmosfit,
4. Temperatur: Suhu merupakan komponen tak terpisah dari RH dan Radiasi.
Suhu ini dapat berupa suhu badan air, tanah, dan tanaman ataupun juga suhu
atmosfir. Proses terjadinya evaporasi dan transpirasi pada dasarnya akibat
adanya energi yang disuplai oleh matahari baik yang diterima oleh air, tanah
dan tanaman (Ulimatus, 2009).

2.3 Metode Evapotranspirasi


Berikut merupakan metode yang digunakan untuk menghitung
evapotranspirasi:
2.3.1 Metode Blaney Criddle
ET0 = c {p (0,46 T + 8)} ..... ……………………(1)
Dimana :
ET0 = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C = faktor koreksi (merupakan fungsi dari kelembaban relative
minimum,
lama penyinaran, kecepatan angin)
P = persentase lama penyinaran harian rata-rata (dugaan berdasarkan
bulan dan letak tempat)
T = suhu rata-rata harian(°C)
(Dwiratna, 2018).
2.3.2 Metode Thorthwaite
Thornthwaite telah mengembangkan suatu metode untuk
memperkirakan besarnya evapotranspirasi potensial dari data klimatologi.
Evapotranspirasi potensial (PET) tersebut berdasarkan suhu udara rerata
bulanan dengan standar 1 bulan 30 hari, dan lama penyinaran matahari 12 jam
sehari. Metode ini memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan
energi panas untuk berlangsungnya proses ET dengan asumsi suhu udara
tersebut berkorelasi dengan efek radiasi matahari dan unsur lain yang
mengendalikan proses ET. Rumus dasarnya sebagai berikut:
ETP = 1,6 (10 t/I)a........................... (2)
keterangan:
PET = evapotranspirasi potensial bulanan (cm/bulan)
T = temperatur udara bulan ke-n (OC)
I = indeks panas tahunan
a = koefisien yang tergantung dari tempa
a = 675 ´ 10-9 ( I3 ) – 771 ´ 10-7 ( I2 ) + 1792 ´ 10-5 ( I ) + 0,49239 ....
….(3)
Jika rumus tersebut diganti dengan harga yang diukur, maka:
PET = evapotranspirasi potensial bulanan standart (belum disesuaikan dalam
cm) karena banyaknya hari dalam sebulan tidak sama (Dwiratna, 2018).
2.3.3 Metode Penman
H.L Penman menulis teori evaporasi air bebas yang didasarkan atas
kondisi neraca energi (energy balance condition), dimana evaporasi
memerlukan input energi panas dan didasarkan pula atas kondisi gradien uap
(vapour gradient condition), dimana gradien harus terjadi untuk
memindahkan uap setelah dihasilkan. Metode Penman-Monteith merupakan
metode pendugaan evapotranspirasi yang direkomendasikan oleh FAO.
Perhitungan perkiraan evapotranspirasi potensial dengan persama Penman-
Monteith adalah sebagai berikut (Dwiratna, 2018):
900
0.408 ∆ (𝑅𝑛 − 𝐺)+ 𝛾 𝑈 (𝑒 − 𝑒𝑎 )
𝑇+273 2 𝑠
ET0 = ………………………...(4)
∆+ 𝛾 (1+0.34𝑈2 )

Dimana :
Δ = Kurva kemiringan tekanan uap jenuh (kPa/C)
G = Flux panas tanah (MJ/m2/hari)
Rn = Total radiasi bersih (MJ/m2/hari)
Y = Konstanta psikometrik
T= Suhu rata-rata harian (C)
U2 = kecepatan angina pada ketinggian 2 meter diatas permukaan tanah
(Es-Ea)= Perbedaan tekanan uap jenuh (kPa)
Nama: Fuad Hasan
NPM: 240110180048

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Pengukuran dengan menggunakan metode Blaney Cridle

N Para Keteran Bulan


o meter gan Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju Ag Se Ok No De
n b r r i n l s p t v s
1 LPM dari 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
data
2 RH dari 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
(%) data
3 U2 dari 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
(m/s) data
4 T (oC) dari 23, 22, 23, 23, 23, 23, 22, 23, 23, 23, 23, 23,
data 36 98 35 37 71 04 91 19 80 93 65 38
5 p (5o dari 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
LS) tabel P 8 8 8 7 7 7 7 7 7 8 8 8
(hal 25)
6 p (10o dari 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
LS) tabel P 9 8 8 7 6 6 6 7 7 8 8 9
(hal 25)
7 p (7,5 interpola 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
o LS ) si 9 8 8 7 7 7 7 7 7 8 8 9
8 c dari 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
tabel C 6 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
9 Eto =c(p(0.4 5,1 4,9 4,9 4,7 4,7 4,6 4,6 4,7 4,8 5,0 4,9 5,0
6T+8)) 0 7 3 6 1 3 2 4 1 0 7 2

Tabel 2. Pengukuran dengan menggunakan metode Thortwaite


No Parameter Keterangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 T (oC) dari data 23,36 22,98 23,35 23,37 23,71 23,04 22,91 23,19 23,80 23,93 23,65 23,38
2 i indeks 10,32 10,07 10,31 10,33 10,55 10,11 10,02 10,21 10,61 10,70 10,51 10,33
panas
bulanan
3 Eto cm/bulan 9,49 9,06 9,48 9,50 9,89 9,13 8,98 9,30 10,00 10,15 9,82 9,51
4 jumlah 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
hari
5 ETo mm/hari 3,06 3,24 3,06 3,17 3,19 3,04 2,90 3,00 3,33 3,28 3,27 3,07

3.1.1 Perhitungan
1. Perhitungan nilai a
a = 0,48 + (0,0179 x I) – (0,0000771 x I2) + (0,000000675 x I3)
= 2,8
2. Perhitungan nilai p pada 7,50 LS (menggunakan interpolasi)
7,50-5 p - 0,275
= 0,29 - 0,275
10-5
2,5 p - 0,275
5
= 0,01
0,05 = p – 27.5
p = 0,27.55 ≈ 0,28
3. Perhitungan Metode Blaney Criddle pada Bulan Maret
ETo = c { p (0,46 T + 8) }
= 0,94 { 0,28 ((0,46 x 23,35) + 8) }
= 4,93 mm/hari
. 4. Perhitungan Metode Blaney Criddle pada Bulan April
ETo = c { p (0,46 T + 8) }
= 0,9425 { 0,27417 ((0,46 x 23.39) + 8) }
= 13,584 mm/hari
5. Perhitungan Metode Thorthwaite pada Bulan Januari
ETo = 1,6 (10 Ta / I)a
= 1,6 (10 x 23,39/ 124,07)2,81
= 9,52 cm/bulan
= (9,52 x 10 mm) / (31 hari)
= 3,07 mm/hari
6. Perhitungan Metode Thorthwaite pada Bulan Februari
ETo = 1,6 (10 Ta / I)a
= 1,6 (10 x 23,39/ 124,07)2,81
= 9,47 cm/bulan
= (9,06 x 10 mm) / (28 hari)
= 3,38 mm/hari
Nama: Hatif Adlirrahman
NPM : 240110180027

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai evapotranspirasi, tepatnya Analisis
Evapotranspirasi dengan Model Evapotranspirasi pada Daerah Aliran Sungai
(DAS). Metode yang digunkan untuk mengetahui besarnya kebutuhan air tanaman
diantaranya adalah metode Blaney Criddle, metode Thorthwaite dan metode
Penman-Monteith, tetapi metode Penman-Monteith tidak dipraktikan dikarenakan
harus menggunakan aplikasi Cropwat yang digunakan untuk menghitung
kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan tanah, iklim dan data
tanaman. Cropwat juga dapat dipergunakan untuk menghitung evapotranspirasi
potensial, evapotranspirasi aktual, kebutuhan air irigasi satu jenis tanaman maupun
beberapa jenis tanaman dalam satu hamparan, serta merencanakan pemberian air
irigasi. Metode Penman-Monteith memberikan hasil yang baik bagi besarnya
penguapan (evaporasi) air bebas jika di tempat itu tidak ada pengamatan dengan
panci penguapan atau tidak ada studi neraca air. Hasil perhitungan dengan rumus
ini lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan dua buah rumus di atas dimana tidak
memasukkan faktor-faktor energi. Menurut literatur metode Penman-Monteith
manghasilkan nilai paling akurat diantara metode lainnya hal ini dikarenakan
perhitungan menggunakan metode ini adalah yang paling teliti dibandingkan
metode lainnya.
Perhitungan membutuhkan data mengenai faktor meteorologis yang
mempengaruhi evapotranspirasi sudah tersedia di MS Excel, sehingga praktikan
tinggal menghitung nilai evapotranspirasi hariannya. Perhitungan nilai
evapotranspirasi harian menggunakan metode Blaney Criddle dibutuhkan faktor
meteorologis yang dimasukan kedalam perhitungan, diantaranya persentase lama
penyinaran harian rata-rata, temperatur dan faktor koreksi. Hasil perhitungan
didapatkan nilai evapotranspirasi harian pada bulan Januari sebesar 5.10 mm/hari;
bulan Februari 4.97 mm/hari; dan Maret sebesar 4.93 mm/hari; bulan April sebesar
4.76 mm/hari; bulan Mei sebesar 4.71 mm/hari; bulan Juni sebesar 4.63 mm/hari;
bulan Juli sebesar 4.62 mm/hari; bulan Agustus sebesar 4.74 mm/hari; bulan
September sebesar 4.81 mm/hari; bulan Oktober sebesar 5.00 mm/hari; bulan
November sebesar 4.97 mm/hari; dan bulan Desember sebesar 5.02 mm/hari.
Metode Thortwaite menitik beratkan pada suhu (T) tiap bulannya. Nilai ETp
tertinggi berdasarkan metode Thortwaite yaitu pada bulan September, yang mana
nilai T dari bulan September juga tinggi, sedangkan nilai ETp terendah bulan Juli
dengan suhu juga rendah, dengan kata lain suhu dan ETp berbanding lurus. Suhu
semakin tinggi maka makin tinggi ETp, begitu pula sebaliknya. Metode
Thorthwaite terdapat faktor a yang dimasukkan ke dalam perhitungannya. Hasil
perhitungan menunjukkan nilai evapotranspirasi harian yang lebih kecil dibanding
evapotranspirasi harian yang didapat dari perhitungan metode Blaney Criddle.
Rata-rata evapotranspirasi bulanan setelah dihitung didapat 9.52 cm/bulan,
sedangkan Rata-rata evapotranspirasi harian didapat 3,12 mm/hari. Nilai
evapotranspirasi harian dahasilkan dengan mengkalikan jumlah hari dalam satu
bulan, sehingga perbandingan antara evapotranspirasi bulanan dengan
evapotranspirasi harian adalah 1:3.
Perbedaan dari kedua metode untuk mendapatkan nilai metode
evapotranspirasi memiliki karakteristik masing-masing yakni nilai evapotranspirasi
dari metode Blaney Criddle dipengaruhi oleh nilai suhu rata-rata harian dan faktor
koreksi serta presentase lama penyinaran harian rata-rata. Artinya, nilai
evapotranspirasi akan besar apabila salah satu dari nilai suhu rata-rata, faktor
koreksi, serta presentase lama penyinaran harian rata-rata pun besar. Sehingga nilai
evapotranspirasi dari metode kali ini berbanding lurus dengan suhu rata-rata dan
faktor koreksi serta presentase lama penyinaran harian rata-rata. Nilai-nilai yang
didapatkan dari metode Blaney Criddle dan metode Thorthwaite dapat
dibandingkan dalam sebuah grafik. Grafik menunjukan perbedaan dimana nilai
evapotranspirasi pada metode Thorthwaite nilainya lebih tinggi dibandingkan
dengan metode Blaney Criddle.
Nama: Hatif Adlirrahman
NPM : 240110180027

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum yang didapat kali ini adalah:
1. Evapotranspirasi merupakan penguapan dari suatu daerah aliran sungai
sebagai akibat pertumbuhan didalamnya;
2. Mendapatkan nilai besarnya evapotranspirasi dapat di lakukan dengan
metode Blaney Criddle, metode Thortwaite, dan metode Penman-Monteith;
3. Metode Blaney Criddle menggunakan data lama penyinaran matahari dan
kelembapan udara yang telah tersedia, kecepatan suatu lama penyinaran
matahari dan presentase lama penyinaran harian rata-rata dengan dugaan
berdasarkan bulan dan letak tempat;
4. Metode Penman-Monteith diperlukan data temperatur udara, kelembaban
relatif, tekanan atmosfer, kecepatan angin, panjang penyinaran matahari,
radiasi matahari, ketinggian dan letak stasiun pengamatan;
5. Metode Thorthwaite kali ini berbanding terbalik dengan indeks panas tahunan
sehingga nilai indeks panas tahunan besar maka nilai evapotranspirasi kecil,
sedangkan nilai evapotranspirasi besar maka nilai indeks panas tahunan kecil;
6. Metode Penman lebih diunggulkan karana memiliki akurasi lebih tinggi
tetapi menuntut data input yang lebih banyak semakin banyak input, maka
akurasi lebih tinggi, dibanding hanya memperhatikan satu faktor.

4.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya semua metode di ajarkan
agar praktikan bisa mengetahui semua metode yang biasa digunakan untuk
menghitung evapotransprasi dan bisa membandingkan dengan lebih banyak metode
agar lebih mengetahui metode yang paling akurat.
Nama: Fuad Hasan
NPM: 240110180048

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang nilai evapotranpirasi dari data
yang sudah ada yang dimulai pada bulan januari hingga bulan desember.
Evapotranpirasi merupakan proses terjadinya penguapan yang dialami oleh air baik
air yang berada didalam tanah maupun yang berasal dari tanaman atau pepohonan
dan tertarik keatas permukaan tanah dan membentuk uap uap air yang akan diubah
kebentuk cairan selanjutnya. Evapotranspirasi dapat dihitung besar nilainya,
perhitungan tersebut memiliki beberapa metode, metode yang digunakan untuk
menghitung nilai evapotranspirasi potensial yaitu metode Penman-Monteith,
Blaney Criddle dan Thornwhaite, namun pada praktikum kali ini hanya
menggunakan metode Blaney Criddle dan metode Thorthwaite. Data yang telah
diolah dapat dikatakan bahwa evapotranspirasi yang terjadi bersifat tidak tetap
karena dipengaruhi oleh musim dan suhu udara. Faktor yang mempengaruhi laju
evapotranspirasi yaitu dari intensitas cahaya matahari, kelembaban, temperatur, dan
suhu.

Evapotranspirasi yang didapat dari perhitungan dengan metode Blaney


Criddle adalah sebesar rata rata pertahun yang didapat dari bulan januari hingga
desember sebesar 4,86 mm/hari, dengan nilai evapotraanpirasi tertinggi didapat
pada bulan januari yaitu sebesar 5,1 mm/hari, artinya pada bulan tersebut
penguapan yang terjadi cukup besar dan tinggi, selain itu penyinaran matahari yang
tersinar cukup besar yaitu sekitar 0,29 yang didapat pada lintan p 7,5 o LS , dan hal
tersebut menyebabkan evapotranpirasi terjadi cukup besar, pengukuran pada bulan
januari didapat nilai faktor koreksi yang terjadi pada bulan tersebut yaitu sebesar
0,955, artinya pada bulan tersebut faktor koreksi yang didapat cukup tinggi dan
faktor koreksi dapat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, lama peninaran, kondisi
tempat tersebut, selain itu karena bulan januari merupakan bulan dengan curah
hujan tinggi menyebabkan tranpirasi banyak mengalir akibatnya transpirasi
membantu evaporasi dalam terjadinya penguapan sehingga menyebabkan
evoptranspirasi yang terjadi cukup besar. Suhu rata rata hariannya berada pada suhu
dibawah normal untuk daerah wilayah tropis, hal tersebut menyebabkan nilai RH
yang tinggi, sehingga pada bulan tersebut dapat terjadi pengembunan yang tinggi
karena RH yang tinggi, dan dappat membentuk kondensasi yang cepat akibat
pengembunan yang terjadi. Pengukuran terendah terjadi pada bulan juli dengan
nilai evapotranpirasi sebesar 4,62 mm/hari yaitu hal tersebut dapat terjadi karena
tranpirasi yang terjadi lebih sedikit, dan evaporasi yang terjadi lebih sedikit, karena
pada bulan tersebut biasanya kekeringan terjadi, dan biasanya evapotranspirasi
yang terjadi lebih sedikit karena air yang berada didalama permukaan tanah dan
didalam tajuk sudah sebagian besar telah mengalami penguapan akibatnya
evapotranspirasi yang terjadi lebih kecil, tetapi karena lokasi berada di wilayah
hutan hujan tropism aka RH yang didapat tetap tinggi berkisar 80% dan akibatnya
air yang menguap diatas permukaan akan lebih besar. Pengukuran Blaney Criddle
dipengaruhi oleh proses faktor koreksi yang mempengaruhi nilai suhu, RH, lama
penyinaran matahati, LPM, dan kecepatan angina yang terjadi sepanjang tahun.
Perhitungan dengan metode blaney criddle mengahasilkan rata-rata
evapotranspirasi pada periode bulan januari sampai desember yaitu 4,86 mm/hari,
faktor koreksi 0,9425 yang merupakan fungsi dari kelembaban relatif minimum,
lama penyinaran matahari, dan kecepatan angin, persentase lama penyinaran rata-
rata pada periode tersebut yaitu 0,2742 dan suhu rata-rata harian yaitu 23,39° C.
Perhitungan melalui metode thorthwaite perhitungan lebih sederhana dan
memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan energi panas untuk
berlangsungnya proses, suhu rata-rata sama dengan data sebelumnya yaitu 23,39°
C, nilai rata-rata evapotranspirasi bulanan yaitu 9,53 cm/bulan dan nilai rata-rata
evapotranspirasi harian yaitu 3,13 mm/hari. Perhitungan dengan metode tersebut
menggunakan indeks panas tahunan, hasil rata-rata panas tahunan pada periode
tersebut yaitu 10,34 hasil didapatkan melalui perhitungan suhu rata-rata bulanan.
Tingkat evapotranspirasi yang tinggi karena lama penyinaran matahari dan
ketersediaan pada permukaan bumi yang cukup banyak, cukup mempengaruhi nilai
evapotranspirasi bulanan dan tahunan. Pengukuran yang didapat dengan data nilai
tertinggi terdapat pada bulan September yaitu sebesar 3,33 mm/hari, berdasarkan
data tersebut dapat dijelaskan bahwa evapotranspirasi yang terjadi pada bulan
September merupakan evapotranspirasi tertinggi penguapan yang terjadi cukup
besar jika dibadningkan bulan lainnya, selain itu suhu berada pada suhu berkisar +
23°C artinya suhu berada dibawah rata rata suhu daerah tropis dan nilai indeks
panas yang didapat cukup tinggi dibandingkan dengan bulan lainnya hal tersebut
menyebabkan evapotranspirasinya cukup tinggi. Evapotranspirasi terendah
terdapat pada bulan juli berdasarkan metode Thortwaite hal tersebut dapat
disebabkan karena pada bulan bulan tersebut merupakan bulan musim panas
akibatnya evapotranspirasi terjadinya lebih sedikit karena air yang menguap banyak
akibatnya pada bulan tersebut penguapan yang terjadi lebih kecil, selain itu suhu
pada bulan tersebut relative tinggi, dan indeks panas pada umumnya relatif tinggi.
Hasil prakiraan evapotraspirasi potensial dan curah hujan serta kelembaban
tanah dapat dimanfaatan untuk menghitung analisis neraca air. Perbandingan antara
metode blaney criddle dengan metode thorthwaite, yakni perbandingan besarnya
evapotranspirasi terhadap tiap bulannya berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, perhitungan dengan menggunakan metode blaney criddle melibatkan
suhu rata-rata harian, presentase lama penyinaran dan faktor koreksi meliputi
kecepatan angin dan kelembaban relatif minimum, sehingga memungkinkan
mendapatkan nilai yang akurat, sedangkan untuk perhitungan menggunakan
metode thorthwaite melibatkan perhitungan suhu rata-rata bulanan serta indeks
panas tahunan, sehingga lebih akurat apabila menggunakan metode blaney criddle.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi evapotranspirasi potensial adalah tekanan,
barometer, kualitas air, ukuran dan bentuk permukaan air. Faktor-faktor lainnya
yang dapat mempengaruhi evapotranspirasi ialah kandungan air dalam tanah, warna
tanah, tipe, kerapatan, tingginya vegetasi serta ketersediaan air. Nilai
evapotranspirasi potensial menggunakan metode Thorthwaite memanfaatkan suhu
udara sebagai indeks ketersediaan energi panas untuk berlangsungnya proses
evapotranspirasi dengan asumsi suhu udara tersebut berkolerasi dengan efek radiasi
matahari dan unsur lain yang mengendalikan proses evapotranspirasi.
Nama: Fuad Hasan
NPM: 240110180048

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Evapotranspirasi terdapat dua pengaruh penguapan yaitu dari badan air
seperti sungai, laut, waduk, dan lain-lain atau evaporasi dan transpirasi yaitu
penguapan dari sel-sel makhluk hidup;
2. Faktor yang mempengaruhi laju evapotranspirasi yaitu dari intensitas cahaya
matahari, kelembaban, temperatur, dan suhu;
3. Perhitungan dilakukan dengan dua metode yaitu metode blaney criddle dan
metode thorthwaite karena penggunaan metode penman-monteith
memerlukan data neraca energi, kondisi gradien uap, dan perhitungan yang
lebih rumit;
4. Nilai evapotranspirasi di suatu wilayah membantu penentuan jumlah air yang
dialirkan ke lahan pertanian sehingga kelembaban dapat dikendalikan;
5. Data yang dihasilkan dari perhitungan Blaney-Criddle dianggap lebih akurat
karena rumus yang digunakan lebih rumit, dan data input nya menyertakan
faktor koreksi;
6. Kurva evapotranspirasi yang terbentuk bersifat fluktuatif atau berubah-ubah;
7. Pengukuran dengan menggunakan methode blainey criddle lebih akurasi jika
dibandingkan dengan metode thorwaite, karena metode tersebut melibatkan
banyak faktor, sehingga pengukuran yang didapat akan lebih akurasi;
8. Evapotranspirasi akan semakin besar ketika nilai faktor koreksi yang didpat
lebih besar, selain itu kecepatan angin yang terjadi akan lebih besar, sehingga
menyebabkan nilai evapotranspirasi yang didapat jauh lebih besar; dan
9. Evapotranspirasi akan lebih kecil ketika nilai faktor koreksi yang didapat
lebih kecil, selain itu lama penyinaran yang terjadi mempengaruhi kecilnya
evapotranspirasi pada bulan tersebut.
4.2 Saran
Saran praktikum kali ini adalah pengukuran akan lebih baik ketika
dilakukan secara langsung, agar hasil yang didapat lebih tepat dan mendekati
benar dan nama wilayah lebih baik dicantumkan agar mengetahui kondisi
wilayah tersebut, mengatahui wilayah tersebut hutan hujan tropis, karena
berdasarkan litelatur hutan hujan tropis memiliki rata rata RH sebesar 80%.
DAFTAR PUSTAKA

Dwiratna, Sophia. 2018. Penuntun Praktikum Hidrologi. Bandung: Fakultas


Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjdjaran.
Kodoatie, RJ dan Sjarief, R. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Penerbit Andi. Yogyakarta
Hamzah, Danu. 2016. Evapotranspirasi. Terdapat pada
http://www.sman7malang.sch.id/index.php/admin-login-
2/keanekaragaman-hayati/tanamanherba-menu/80-informasi-
sekolah/artikel-sekolah/164-evapotranspirasi. Diakses pada Rabu, 30
Oktober 2022 pukul 11.10 WIB.
Ulimatus. Hadisya. 2009. Evapotranspirasi. Terdapat pada:
file:///C:/Users/660197/Downloads/10.Evapotranspirasi.pdf.
Diakses pada Rabu, 30 Oktober 2022 pukul 13.00 WIB.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pengukuran dengan metode Blaney Criddle


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022)

Gambar 2. Pengukuran dengan metode Thortwaite


(Sumber: DOkumentasi Pribadi, 2022)

Anda mungkin juga menyukai