LAPORAN PRAKTIKUM
HIDROLOGI TEKNIK
(6. Analisis Evapotranspirasi dengan Model Evapotranspirasi)
Oleh :
Kelompok / Shift : 24 / A
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 2 November 2022
Nama (NPM) : 1. Fuad Hasan (240110180048)
2. Hatif Adlirrahman (240110180098)
Asisten Praktikum : 1. Raisyal Fahrezi Ar-Riyadh
2. Bagas Rizki Rachmat
3. Yehezkiel Simatupang
4. Sunnia Fadilah Hapsono
5. Rieke Febrianti Amran
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Evapotranspirasi
Evaporasi merupakan gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang
hidup di permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh tanaman dilepas ke atmosfer.
Evaporasi merupakan pergerakan air ke udara dari berbagai sumber
seperti tanah, atap, dan badan air. Transpirasi merupakan pergerakan air di dalam
tumbuhan yang hilang melalui stomata akibat diuapkan oleh daun.
Evapotranspirasi adalah bagian terpenting dalam siklus air.
Evapotranspirasi potensial adalah nilai yang menggambarkan kebutuhan
lingkungan, sekumpulan vegetasi, atau kawasan pertanian untuk melakukan
evapotranspirasi yang ditentukan oleh beberapa faktor, seperti intensitas
penyinaran matahari, kecepatan angin, luas daun, temperatur udara, dan tekanan
udara. Evapotranspirasi potensial juga menggambarkan energi yang didapatkan
oleh kawasan tersebut dari matahari. Transpirasi sebanding dengan seberapa
banyak karbon yang diserap oleh kawasan vegetasi karena transpirasi juga berperan
perpindahaan CO2 dari udara ke daun.
Evapotranspirasi dapat menggambarkan jumlah air yang hilang dari badan air
karena adanya vegetasi. Jenis vegetasi mempengaruhi jumlah evapotranspirasi
secara signifikan. Air ditranspirasikan melalui daun yang mengalir dari akar,
tumbuhan yang akarnya menancap dalam ke bawah tanah mentranspirasikan air
lebih banyak. Tanaman semak umumnya mentranspirasikan air lebih sedikit dari
tanaman berkayu karena semak tidak memiliki akar yang sedalam tanaman kayu,
dan daun yang posisinya setinggi tanaman kayu. Tanaman konifer meski memiliki
daun yang tidak lebar, dapat memiliki nilai transpirasi yang lebih tinggi dari
tanaman berdaun lebar, terutama di periode dormansi dan awal musim semi
(Hamzah, 2016).
Dimana :
Δ = Kurva kemiringan tekanan uap jenuh (kPa/C)
G = Flux panas tanah (MJ/m2/hari)
Rn = Total radiasi bersih (MJ/m2/hari)
Y = Konstanta psikometrik
T= Suhu rata-rata harian (C)
U2 = kecepatan angina pada ketinggian 2 meter diatas permukaan tanah
(Es-Ea)= Perbedaan tekanan uap jenuh (kPa)
Nama: Fuad Hasan
NPM: 240110180048
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Pengukuran dengan menggunakan metode Blaney Cridle
3.1.1 Perhitungan
1. Perhitungan nilai a
a = 0,48 + (0,0179 x I) – (0,0000771 x I2) + (0,000000675 x I3)
= 2,8
2. Perhitungan nilai p pada 7,50 LS (menggunakan interpolasi)
7,50-5 p - 0,275
= 0,29 - 0,275
10-5
2,5 p - 0,275
5
= 0,01
0,05 = p – 27.5
p = 0,27.55 ≈ 0,28
3. Perhitungan Metode Blaney Criddle pada Bulan Maret
ETo = c { p (0,46 T + 8) }
= 0,94 { 0,28 ((0,46 x 23,35) + 8) }
= 4,93 mm/hari
. 4. Perhitungan Metode Blaney Criddle pada Bulan April
ETo = c { p (0,46 T + 8) }
= 0,9425 { 0,27417 ((0,46 x 23.39) + 8) }
= 13,584 mm/hari
5. Perhitungan Metode Thorthwaite pada Bulan Januari
ETo = 1,6 (10 Ta / I)a
= 1,6 (10 x 23,39/ 124,07)2,81
= 9,52 cm/bulan
= (9,52 x 10 mm) / (31 hari)
= 3,07 mm/hari
6. Perhitungan Metode Thorthwaite pada Bulan Februari
ETo = 1,6 (10 Ta / I)a
= 1,6 (10 x 23,39/ 124,07)2,81
= 9,47 cm/bulan
= (9,06 x 10 mm) / (28 hari)
= 3,38 mm/hari
Nama: Hatif Adlirrahman
NPM : 240110180027
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai evapotranspirasi, tepatnya Analisis
Evapotranspirasi dengan Model Evapotranspirasi pada Daerah Aliran Sungai
(DAS). Metode yang digunkan untuk mengetahui besarnya kebutuhan air tanaman
diantaranya adalah metode Blaney Criddle, metode Thorthwaite dan metode
Penman-Monteith, tetapi metode Penman-Monteith tidak dipraktikan dikarenakan
harus menggunakan aplikasi Cropwat yang digunakan untuk menghitung
kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan tanah, iklim dan data
tanaman. Cropwat juga dapat dipergunakan untuk menghitung evapotranspirasi
potensial, evapotranspirasi aktual, kebutuhan air irigasi satu jenis tanaman maupun
beberapa jenis tanaman dalam satu hamparan, serta merencanakan pemberian air
irigasi. Metode Penman-Monteith memberikan hasil yang baik bagi besarnya
penguapan (evaporasi) air bebas jika di tempat itu tidak ada pengamatan dengan
panci penguapan atau tidak ada studi neraca air. Hasil perhitungan dengan rumus
ini lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan dua buah rumus di atas dimana tidak
memasukkan faktor-faktor energi. Menurut literatur metode Penman-Monteith
manghasilkan nilai paling akurat diantara metode lainnya hal ini dikarenakan
perhitungan menggunakan metode ini adalah yang paling teliti dibandingkan
metode lainnya.
Perhitungan membutuhkan data mengenai faktor meteorologis yang
mempengaruhi evapotranspirasi sudah tersedia di MS Excel, sehingga praktikan
tinggal menghitung nilai evapotranspirasi hariannya. Perhitungan nilai
evapotranspirasi harian menggunakan metode Blaney Criddle dibutuhkan faktor
meteorologis yang dimasukan kedalam perhitungan, diantaranya persentase lama
penyinaran harian rata-rata, temperatur dan faktor koreksi. Hasil perhitungan
didapatkan nilai evapotranspirasi harian pada bulan Januari sebesar 5.10 mm/hari;
bulan Februari 4.97 mm/hari; dan Maret sebesar 4.93 mm/hari; bulan April sebesar
4.76 mm/hari; bulan Mei sebesar 4.71 mm/hari; bulan Juni sebesar 4.63 mm/hari;
bulan Juli sebesar 4.62 mm/hari; bulan Agustus sebesar 4.74 mm/hari; bulan
September sebesar 4.81 mm/hari; bulan Oktober sebesar 5.00 mm/hari; bulan
November sebesar 4.97 mm/hari; dan bulan Desember sebesar 5.02 mm/hari.
Metode Thortwaite menitik beratkan pada suhu (T) tiap bulannya. Nilai ETp
tertinggi berdasarkan metode Thortwaite yaitu pada bulan September, yang mana
nilai T dari bulan September juga tinggi, sedangkan nilai ETp terendah bulan Juli
dengan suhu juga rendah, dengan kata lain suhu dan ETp berbanding lurus. Suhu
semakin tinggi maka makin tinggi ETp, begitu pula sebaliknya. Metode
Thorthwaite terdapat faktor a yang dimasukkan ke dalam perhitungannya. Hasil
perhitungan menunjukkan nilai evapotranspirasi harian yang lebih kecil dibanding
evapotranspirasi harian yang didapat dari perhitungan metode Blaney Criddle.
Rata-rata evapotranspirasi bulanan setelah dihitung didapat 9.52 cm/bulan,
sedangkan Rata-rata evapotranspirasi harian didapat 3,12 mm/hari. Nilai
evapotranspirasi harian dahasilkan dengan mengkalikan jumlah hari dalam satu
bulan, sehingga perbandingan antara evapotranspirasi bulanan dengan
evapotranspirasi harian adalah 1:3.
Perbedaan dari kedua metode untuk mendapatkan nilai metode
evapotranspirasi memiliki karakteristik masing-masing yakni nilai evapotranspirasi
dari metode Blaney Criddle dipengaruhi oleh nilai suhu rata-rata harian dan faktor
koreksi serta presentase lama penyinaran harian rata-rata. Artinya, nilai
evapotranspirasi akan besar apabila salah satu dari nilai suhu rata-rata, faktor
koreksi, serta presentase lama penyinaran harian rata-rata pun besar. Sehingga nilai
evapotranspirasi dari metode kali ini berbanding lurus dengan suhu rata-rata dan
faktor koreksi serta presentase lama penyinaran harian rata-rata. Nilai-nilai yang
didapatkan dari metode Blaney Criddle dan metode Thorthwaite dapat
dibandingkan dalam sebuah grafik. Grafik menunjukan perbedaan dimana nilai
evapotranspirasi pada metode Thorthwaite nilainya lebih tinggi dibandingkan
dengan metode Blaney Criddle.
Nama: Hatif Adlirrahman
NPM : 240110180027
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum yang didapat kali ini adalah:
1. Evapotranspirasi merupakan penguapan dari suatu daerah aliran sungai
sebagai akibat pertumbuhan didalamnya;
2. Mendapatkan nilai besarnya evapotranspirasi dapat di lakukan dengan
metode Blaney Criddle, metode Thortwaite, dan metode Penman-Monteith;
3. Metode Blaney Criddle menggunakan data lama penyinaran matahari dan
kelembapan udara yang telah tersedia, kecepatan suatu lama penyinaran
matahari dan presentase lama penyinaran harian rata-rata dengan dugaan
berdasarkan bulan dan letak tempat;
4. Metode Penman-Monteith diperlukan data temperatur udara, kelembaban
relatif, tekanan atmosfer, kecepatan angin, panjang penyinaran matahari,
radiasi matahari, ketinggian dan letak stasiun pengamatan;
5. Metode Thorthwaite kali ini berbanding terbalik dengan indeks panas tahunan
sehingga nilai indeks panas tahunan besar maka nilai evapotranspirasi kecil,
sedangkan nilai evapotranspirasi besar maka nilai indeks panas tahunan kecil;
6. Metode Penman lebih diunggulkan karana memiliki akurasi lebih tinggi
tetapi menuntut data input yang lebih banyak semakin banyak input, maka
akurasi lebih tinggi, dibanding hanya memperhatikan satu faktor.
4.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya semua metode di ajarkan
agar praktikan bisa mengetahui semua metode yang biasa digunakan untuk
menghitung evapotransprasi dan bisa membandingkan dengan lebih banyak metode
agar lebih mengetahui metode yang paling akurat.
Nama: Fuad Hasan
NPM: 240110180048
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang nilai evapotranpirasi dari data
yang sudah ada yang dimulai pada bulan januari hingga bulan desember.
Evapotranpirasi merupakan proses terjadinya penguapan yang dialami oleh air baik
air yang berada didalam tanah maupun yang berasal dari tanaman atau pepohonan
dan tertarik keatas permukaan tanah dan membentuk uap uap air yang akan diubah
kebentuk cairan selanjutnya. Evapotranspirasi dapat dihitung besar nilainya,
perhitungan tersebut memiliki beberapa metode, metode yang digunakan untuk
menghitung nilai evapotranspirasi potensial yaitu metode Penman-Monteith,
Blaney Criddle dan Thornwhaite, namun pada praktikum kali ini hanya
menggunakan metode Blaney Criddle dan metode Thorthwaite. Data yang telah
diolah dapat dikatakan bahwa evapotranspirasi yang terjadi bersifat tidak tetap
karena dipengaruhi oleh musim dan suhu udara. Faktor yang mempengaruhi laju
evapotranspirasi yaitu dari intensitas cahaya matahari, kelembaban, temperatur, dan
suhu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Evapotranspirasi terdapat dua pengaruh penguapan yaitu dari badan air
seperti sungai, laut, waduk, dan lain-lain atau evaporasi dan transpirasi yaitu
penguapan dari sel-sel makhluk hidup;
2. Faktor yang mempengaruhi laju evapotranspirasi yaitu dari intensitas cahaya
matahari, kelembaban, temperatur, dan suhu;
3. Perhitungan dilakukan dengan dua metode yaitu metode blaney criddle dan
metode thorthwaite karena penggunaan metode penman-monteith
memerlukan data neraca energi, kondisi gradien uap, dan perhitungan yang
lebih rumit;
4. Nilai evapotranspirasi di suatu wilayah membantu penentuan jumlah air yang
dialirkan ke lahan pertanian sehingga kelembaban dapat dikendalikan;
5. Data yang dihasilkan dari perhitungan Blaney-Criddle dianggap lebih akurat
karena rumus yang digunakan lebih rumit, dan data input nya menyertakan
faktor koreksi;
6. Kurva evapotranspirasi yang terbentuk bersifat fluktuatif atau berubah-ubah;
7. Pengukuran dengan menggunakan methode blainey criddle lebih akurasi jika
dibandingkan dengan metode thorwaite, karena metode tersebut melibatkan
banyak faktor, sehingga pengukuran yang didapat akan lebih akurasi;
8. Evapotranspirasi akan semakin besar ketika nilai faktor koreksi yang didpat
lebih besar, selain itu kecepatan angin yang terjadi akan lebih besar, sehingga
menyebabkan nilai evapotranspirasi yang didapat jauh lebih besar; dan
9. Evapotranspirasi akan lebih kecil ketika nilai faktor koreksi yang didapat
lebih kecil, selain itu lama penyinaran yang terjadi mempengaruhi kecilnya
evapotranspirasi pada bulan tersebut.
4.2 Saran
Saran praktikum kali ini adalah pengukuran akan lebih baik ketika
dilakukan secara langsung, agar hasil yang didapat lebih tepat dan mendekati
benar dan nama wilayah lebih baik dicantumkan agar mengetahui kondisi
wilayah tersebut, mengatahui wilayah tersebut hutan hujan tropis, karena
berdasarkan litelatur hutan hujan tropis memiliki rata rata RH sebesar 80%.
DAFTAR PUSTAKA