PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air sangat penting bagi seluruh kehidupan di muka bumi. 70% komponen yang
ada di permukaan bumi terdiri dari air. Kesuburan tanah sangat berpengaruh
besar dan sangat penting peranannya bagi dunia pertanian, banyak faktor yang
dapat menunjang tanah agar menjadi subur salah satunya adalah siklus
hidrologi.
Siklus hidrologi berasal dari 2 kata yaitu siklus dan hidrologi. Siklus merupakan
suatu proses atau kejadian – kejadian yang secara garis besar terus berulang,
sedangkan hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji distribusi dan
pergerakkan air di permukaan bumi dan atmosfernya.
Siklus hidrologi terjadi secara berulang dan terus – menerus melalui berbagai
proses fisika seperti, evaporasi, kondensasi, presipitasi, transpirasi, perkolasi,
dan perembesan serta aliran sungai. Asal – usul munculnya air di permukaan
bumi pun masih belum bisa dipastikan namun berbagai teori telah dikemukakan.
1.2. Rumusan Masaalah
Batasannya dalam kaitannya dengan pekerjaan analisis hidrologi ini antara lain:
1. Analisis hidrologi yang dilakukan sebatas untuk keperluan dalam
mengetahui seberapa besar curah hujan rancangan yang terjadi pada
stsiun (sesuai dengan soal) dari hasil perhitungan metode yang digunakan
2. Data-data stasiun dan klimatologi yang dipakai dalam menganalisis curah
hujan rancangan
3. Tidak menganalisis hidrologi untuk mendesain saluran tersier dan saluran
drainase/ pembuang.
4. Data-data yang dipakai dalam menganalisis hidrologi ini adalah data- data
yang memenuhi syarat dan dikeluarkan olh pihak yang terkait.
.
1.5. Manfaat Analisis
Pada laporan analisis hidrologi ini sistematika penulisan yang dipakai sebagai
acuan dalam penyusunannya adalah sebagai beroikut:
1. BAB I PENDAHULUAN: Menguraikan secara singkat tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, bataan
masalah dan sistematis penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA: Menyajikan ulasan dari berbagai publikasi
yang berkaitan dengan masalah-masalah dan teori dasar tentang analisa
curah hujan dengan metode log person type ll, gumbell, dan metode iwai.
3. BAB III METODELOGI PENELITIAN: Memberi informasi tentang jenis dan
sifat anlisa yang dilakukan yaitu dengan data stasiun yang digunakan,
peralatan serta cara kerja yang digunakan.
4. BAB IV HASIL, DAN PEMBAHASAN: Adalah penyajian hasil analisa yaitu
perhitungan evaportransportasi, dan perhitungan data curah hujan dengan
log person type ll, gumbel, dan metode iwai.
5. BAB V PENUTUP: Berisi kesimpulan dan saran saran yang dapat
penyusun kemukakan sesuai dengan hasil analisa yang dilakukan dalam
penulisan ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Konsep Dasar
Hidrologi adalah cabang Geografi Fisis yang berurusan dengan air di bumi,
sorotan khusus pada propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan.
Khususnya mempelajari kejadian air di daratan, deskripsi pengaruh bumi
terhadap air, pengaruh fisik air terhadap daratan, dan mempelajari hubungan
air dengan kehidupan di bumi. (Linsley et al, 1949)
Tubuh manusia sendiri terdiri dari 50 -70 % air termasuk yang berada dalam
kulit, jaringan tubuh dan seluruh organ lainnya. Oleh karenanya tidak ada
manusia yang mampu bertahan hidup jika kekurangan cairan atau dehidrasi.
Air yang berfungsi sebagai sumber kehidupan di bumi, mengalami perubahan
sepanjang waktu.
Air sendiri melewati berbagai tahapan dan proses hingga akhirnya kembali
lagi ke bentuk semula. Proses ini dikenal juga sebagai siklus hidrologi yang
terdiri dari beberapa tahapan.
Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi bisa disebut sebagai siklus, air karena kata hidrologi sendiri
memiliki makna yang sama dengan air, perbedaannya sendiri hanya terletak
pada kosakata saja. Siklus air sendiri merupakan suatu siklus yang terjadi di
lingkungan perairan.
Jadi siklus hidrologi adalah sebagai proses air yang berasal dari atmosfer ke
bumi, lalu air tersebut akan kembali lagi ke atmosfer dan demikian siklus ini
terus berjalan seterusnya. Siklus air sendiri merupakan salah satu siklus
biogeokimia yang terjadi di bumi dengan tujuan mempertahankan jumlah dan
ketersediaan air.
Analisa Curah Hujan Rencana Karakteristik Curah Hujan untuk daerah akan
berbada dengan yang lainnya. Dengan demikian untuk daqpat
memperkirakan besarnya curah hujan yang terjadi pada suatu daerah, dapat
dilakukan berdasarkan pengukuran pengukuran pada saat terjadinya hujan
dengan peralatan yang disebut "Stasiun Penakar, Curah Hujan" dalam
perhitungan debit banjir rencana data yang digunakan adalah data curah
hujan harian maximum, dimana diantara 365 hari dalam setahun diambil data
curah hujan yang paling maximum.
a. Evaporasi
Evaporasi adalah proses di mana air yang ada di laut, rawa, sungai dan
lainnya menguap karena adanya pemanasan dari sinar matahari. Dalam hal
ini, air diubah menjadi uap air atau gas, sehingga bisa naik ke atmosfer.
Turunnya hujan merupakan salah satu bentuk dari proses evaporasi yang
sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, air laut menguap
kemudian dibawa uap air terkumpul di udara membentuk awan, awan penuh
dengan uap air tertiup angin dan jatuh ke bumi dalam bentuk hujan. Proses
air laut yang menguap inilah yang disebut dengan proses evaporasi.
Proses evaporasi ini berasal dari proses alami. Seperti ketika Anda mengisi
air dalam ember kemudian meletakkannya di tempat panas, semakin lama
panas matahari akan membuat air tersebut menguap dan habis dengan
sendirinya. Baik penguapan maupun pengembunan merupakan proses alami
dalam siklus air yang terjadi sehari-hari.
Evaporasi dipengaruhi oleh faktor suhu air, suhu udara, kelembapan tanah,
kecepatan angin, tekanan udara, dan sinar matahari. Berikut beberapa faktor
penting yang memengaruhi laju evaporasi:
1. Radiasi matahari dan daratan
2. Aliran udara diatas permukaan
3. Suhu permukaan penguapan dan udara
4. Kelembaban/uap air
5. Sifat dan ukuran permukaan evaporasi
6. Kedalaman air
Namun, sebagian besar air permukaan dan air bawah tanah dikembalikan
ke atmosfer oleh penguapan dan transpirasi sebelum sampai ke laut.
Sementara, hujan berasal dari uap air di atmosfer, sehingga bentuk dan
jumlahnya dipengaruhi oleh faktor klimatologi seperti angin, temperatur dan
tekanan atmosfer. Uap air tersebut akan naik ke atmosfer sehingga
mendingin dan terjadi.
b. Transpirasi
Transpirasi hampir sama dengan evaporasi, yaitu proses penguapan air
dalam bentuk uap air. Perbedaan antara evaporasi dan transpirasi terletak
pada lokasinya.
Dalam proses transpirasi, penguapan air terjadi pada tumbuhan. Proses
transpirasi pada tumbuhan terdiri dari tiga macam yaitu transpirasi stomata,
kutikula, dan lentisel. Uap air yang menguap akan terkumpul hingga
membantuk awan.
Proses Transpirasi
Mula-mula, air diserap oleh akar tanaman untuk metabolisme. Namun, tidak
semua hasil penyerapan tersebut digunakan, sebagian besar justru
dilepaskan kembali oleh tumbuhan tersebut.
Setelah dari akar, air akan diubah menjadi uap air. Kemudian, hanya sekitar
tiga persen saja yang digunakan. Sisanya dibuang kembali dalam bentuk uap
air melalui daun, batang dan bunga
Dari ketiga tempat keluarnya uap air itu, yang paling dominan adalah daun,
tepatnya pada stomata.
Stomata adalah bagian daun yang memiliki pori-pori dan dilindungi oleh sel
penjaga. Sel ini bisa membuka dan menutup untuk mengeluarkan zat
tertentu. Stomata terletak di bagian bawah daun.
Macam-Macam Transpirasi
Berdasarkan pengertian transpirasi, kita ketahui bahwa traspirasi adalah
keluarnya uap air dari permukaan tumbuhan. Nah, berdasarkan tempat
keluarnya uap air itu, transpirasi bisa dibedakan menjadi beberapa macam:
1. Tanspirasi Kutikula
Ada beberapa tumbuhan yang melakukan proses transpirasi melalui kutikula
epidermis secara langsung. Sedangkan sebagian besar tumbuhan tidak
mampu melakukannya karena pada dasarnya, kutikula adalah bagian daun
yang sulit dilalui air.
2. Transpirasi Stomata
Transpirasi melalui stomata adalah yang utama dan dilakukan oleh sebagian
besar tumbuhan. Air menguap melalui dinding mesofil, kemudian bergerak
menuju ruang antar sel. Setelah itu, air bergerak dari ruang antar sel ke
atmosfir melalui celah stomata.
Fungsi Transpirasi
c. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi pada dasarnya adalah kombinasi proses kehilangan air
dari suatu lahan menuju ke atmosfer melalui dua proses yaitu evaporasi dan
transpirasi.
Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air dan selanjutnya
uap air tersebut dipindahkan dari permukaan lahan melalui proses
penguapan ke atmosfer.
Proses ini terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai,
lahan pertanian, maupun dari vegetasi yang basah. Evaporasi terjadi karena
air yang ada di permukaan dipanaskan oleh radiasi matahari sehingga
berubah wujud menjadi uap.
Air yang sudah masuk ke dalam jaringan vaskular, atau jaringan lain di
dalam sistem perpindahan air di tanaman, maka air tersebut akan keluar dari
tanaman melalui jaringan stomata atau kutikula.
Pengeluaran air melalui stomata ini karena proses fotosintesis yang
diwadahi oleh cairan klorofil pada daun. Air tersebut kemudian akan menguap
ketika terkena panas matahari dan naik menuju atmosfir.
Proses evapotranspirasi merupakan proses yang penting dalam siklus air
dan proses daur biogeokimia lainnya.
Air ini bisa mempengaruhi banyak aspek, diantaranya adalah
mempengaruhi debit pada sungai, kapasitas air pada waduk, kapasitas
pompa irigasi, dan penggunaan konsumsi air pada tanaman.
Saat temperatur semakin tinggi, maka semakin besar pula evaporasi yang
akan terjadi. Saat tekanan uap semakin tinggi pada uap air tersebut,
evaporasi juga semakin tinggi. Selain temperatur, faktor langsung lainnya
adalah kecepatan angin. Semakin cepat angin ini, semakin besar pula
terjadinya penguapan atau evaporasi.
1. Penyinaran matahari
Penyinaran matahari secara langsung akan mempengaruhi besar kecilnya
evapotranspirasi. Makin lama penyinaran matahari per harinya maka makin
besar pula evapotranspirasi dan sebaliknya. Proses ini terjadi hampir tanpa
berhenti pada sinag hari dan kerap terjadi pada malam hari. Perubahan
wujud dari air menjadi gas memerlukan input energi yang berupa panas.
Proses tersebut sangat aktif jika ada penyinaran langsung dari matahari.
2. Temperatur
Temperatur ini dapat berupa suhu badan air, tanah, dan tanaman ataupun
juga suhu atmosfir. Seperti disebutkan di atas suatu input energi sangat
diperlukan agar evapotranspirasi berjalan terus. Jika suhu udara dan tanah
semakin tinggi, maka proses evapotranspirasi akan berjalan lebih cepat
dibandingkan jika suhu udara dan tanah rendah, karena adanya energi panas
yang tersedia. Kemampuan udara untuk menyerap uap air akan naik jika
suhunya naik, maka suhu udara mempunyai efek ganda terhadap besarnya
evapotranspirasi, sedangkan suhu tanah, daun tumbuhan dan suhu air
hanaya mempunyai efek tunggal.
5. Letak lintang
Letak lintang akan mempengaruhi iklim suatu daerah seperti lamanya
penyinaran matahari, temperatur, angin, dan lai-lain, sehingga mempengaruhi
besar evapotranspirasi. Pada suatu zona iklim tertentu ET akan berbeda
sesuai dengan ketinggian dihitung dari elevasi permukaan air laut, ini
sebenarnya bukan berbeda karena ketinggian itu sendiri tetapi diakibatkan
oleh temperatur, karena lengas dan kecepatan angin berhembus yang
berkaitan dengan ketinggian wilayah yang dimaksud juga radiasi matahari
untuk wilayah tinggi berbeda dengan wilayah yang rendah.
7. Karakteristik tanaman
Tanaman ternyata memiliki peran yang penting dalam proses
evapotranspirasi. Walaupun ia hanya menyumbang 10 persen dari jumlah
total air di atmosfir, karakteristik vegetasi akan mempengaruhi laju transpirasi
di suatu wilayah. Salah satu faktor yang mempengaruhi transpirasi pada
tanaman adalah lebar daun dari tanaman tersebut. Semakin lebar daun,
maka semakin tinggi laju air yang diuapkan melalui daun-daunnya.
Contoh dari tanaman yang memiliki daun lebar dan mengeluarkan uap air
banyak adalah pohon-pohon di hutan hujan. Bandingkan dengan pohon
konifer pada lintang utara ataupun pohon kaktus di gurun yang memiliki daun
sangat kecil atau bahkan menjarum. Selain itu, untuk tanaman yang akarnya
menancap lebih dalam ke tanah, maka air yang di transpirasikan lebih banyak
karena lebih banyak air yang diserap.
Daerah reservoir utama biasanya terletak pada daerah yang posisi tanahnya
tinggi, karena ia juga harus mengalirkan air ke drainase sungai bagian hilir.
Ketika musim kemarau, ketersediaan air tanah yang menipis juga
mempengaruhi proses ini. Sebab di musim kemarau, proses evapotranspirasi
terjadi dan menyebabkan air di tanah menjadi menipis. Akan tetapi hal
tersebut tidak akan berlangsung lama, sebab setelah musim berganti, maka
jumlah air yang berkurang akan terisi kembali.
D. Presipitas
Presipitasi adalah semua cairan dan partikel air yang jatuh dari awan dan
mencapai tanah hingga menghasilkan rintik, hujan, salju, kristal es dan hujan
es. Secara singkat,
Presipitasi adalah proses hujan yang terakhir. Proses ini terjadi ketika awan
mencair akibat suhu udara yang tinggi. Dalam proses inilah hujan terjadi,
butiran-butiran air terjatuh dan membasahi permukaan bumi.
Presipitasi terbentuk di awan pada saat uap air terkondensasi menjadi droplet
atau tetesan air yang lebih besar. Saat droplet tersebut mencapai titik tertentu
dan menjadi lebih berat, kemudian akan jatuh ke tanah. Jika awan tersebut
berada di tempat yang lebih tinggi dan dingin, droplet akan berubah menjadi
es.
Kristal es ini kemudian akan jatuh ke bumi dalam bentuk salju, hujan atau
hujan es, tergantung dari seberapa dingin temperatur awan dan permukaan
bumi. Nyatanya, banyak dari hujan yang terjadi awalnya berbentuk salju pada
saat masih di awan. Namun saat ia turun dan mencapai permukaan yang
lebih hangat, ia mencair menjadi tetesan air.
Partikel debu atau asap yang ada di atmosfer penting bagi proses presipitasi.
Partikel-partikel yang juga disebut sebagai “condensation nuclei” ini menjadi
tempat bagi uap air untuk bersangga pada saat kondensasi. Hal ini
membantu tetes air untuk berkumpul hingga menjadi berat dan jatuh ke
tanah.
Presipitasi selalu menggunakan air tawar, bahkan jika air tersebut berasal
dari laut. Hal ini dikarenakan garam laut tidak menguap dengan air. Namun
pada beberapa kasus, polutan di atmosfer dapat mengkontaminasi tetes air
sebelum mereka jatuh ke tanah. Presipitasi yang dihasilkan dari air yang
terkontaminasi tersebut disebut dengan hujan asam.
Hujan asam tidak secara langsung membahayakan manusia, tapi ia mampu
membuat sungai dan aliran air lain menjadi lebih asam. Hal ini nantinya akan
membahayakan ekosistem akuatik karena tumbuhan dan hewan seringkali
tidak dapat beradaptasi dengan keasamannya.
Setelah menelaah definisi presipitasi adalah proses hujan yang terakhir turun
ke bumi. Ada beberapa jenis presipitasi adalah sebagai berikut.
1. Hujan
Jenis presipitasi adalah hujan. Hujan ialah segala cairan yang turun dari
awan di langit. Hujan digambarkan sebagai tetesan air 0,5 mm atau lebih
besar. Tetesan kurang dari setengah milimeter didefinisikan sebagai gerimis.
2. Salju
Salju terjadi hampir setiap kali ada hujan. Namun, salju sering mencair
sebelum mencapai permukaan bumi. Ini adalah presipitasi dalam bentuk
virga atau serpihan air es yang jatuh dari awan. Salju biasanya terlihat
bersama dengan awan cirrus yang tinggi, tipis dan lemah. Salju kadang-
kadang dapat turun ketika suhu atmosfer di atas titik beku, tetapi sebagian
besar terjadi di udara di bawah titik beku.
5. Hujan Es
Hujan es adalah bola besar dan benjolan es tidak teratur yang jatuh dari
badai besar. Hujan es adalah presipitasi yang murni. Berbeda dengan sleet
yang dapat terbentuk dalam cuaca apa pun ketika ada badai petir, hujan es
sebagian besar dialami di musim dingin atau cuaca dingin.
6. Gerimis
Gerimis adalah hujan yang sangat ringan. Ini lebih kuat dari kabut tetapi
kurang dari hujan biasa. Kabut adalah kabut tipis dengan kondensasi di dekat
tanah. Kabut terbuat dari kristal es atau tetesan air awan yang menggantung
di udara dekat atau di permukaan bumi.
7. Sun Shower
Sun shower adalah acara presipitasi yang terdaftar saat hujan turun
sementara matahari bersinar. Itu terjadi ketika angin yang membawa hujan
bersama dengan badai hujan ditiup beberapa mil jauhnya, sehingga
menimbulkan hujan ke daerah tanpa awan.
8. Butir Salju
Butir salju adalah butiran es putih yang sangat kecil dan buram. Butir salju
cukup datar dan umumnya berdiameter kurang dari 1mm. Mereka hampir
setara dengan ukuran gerimis.
9. Debu Intan
Debu intan adalah kristal es yang sangat kecil biasanya terbentuk pada
tingkat rendah dan pada suhu di bawah -30°C. Debu intan mendapat
namanya dari efek kilau yang tercipta saat cahaya memantulkan kristal es di
udara.
E. Pengukuran Hujan
Prinsip Kerja:
Layar radar menginterpretasikan intensitas hujan, apabila jumlah refleksi
energi tergantung kepada ukuran butir-butir hujan dan jarak terhadap
pemancar (pendekatan).
Metode Isohyet merupakan cara paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan
rata-rata di suatu daerah, pada metode ini stasiun hujan harus banyak dan
tersebar merata, metode Isohyet membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang
lebih banyak dibanding dua metode lainnya. (Triatmodjo, 2008).
Dalam perhitungan tugas akhir ini stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak
merata dan jumlah stasiun hujan yang dipakai sebanyak tiga buah stasiun hujan,
sehingga metode yang digunakan adalah metode Thiessen.
Gambar 2-1. Poligon Thiessen
n
1
x 0= ∑x
n i =1 i
Sx=
Sx
Cv=
x0
4. Dengan melihat harga Cs, Cv, dan Ck sehingga dapat ditentukan agihan
frekuensi mana yang akan digunakan.
Keterangan :
xi =curah hujan, mm
xo= curah hujan rata-rata, mm
n = jumlah data
Sx= standar deviasi
Cs= koefisien skewnes/penyimpangan
Cv= koefisien varians
Ck= koefisien kurtosis
b. Pengujian Analisis Frekuensi
Setelah diketahui jenis agihan frekuensi yang dipilih, maka sebaran data
diuji dengan Chi Square test dan Smirnov Kolmogorov test. Sebelum pengujian
tersebut dilaksanakan, terlebih dahulu di ada kan plotting data hasil
pengamatan pada kertas peluang (Gumbel atau Log Pearson III), dengan
tahapan sebagai berikut :
Data curah hujan harian maksimum tiap tahun diranking dari kecil
ke besar.
Hitung peluang dengan persamaan Weibull
100.. m
P=
n+1
Dimana :
p = peluang
m = nomor urut data
n = jumlah data
Plot data hujan versusu peluang.
Plot persamaan Gumbel atau Log pearson III (sesuai sebarannya),
maka dengan mengambil dua besaran dapat ditarik suatu garis durasi.
Untuk selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan uji kesesuaian agihan
frekuensi, sebagai berikut:
Uji Chi Square
Setelah data diplot pada kertas peluang (gumbel atau Log pearson III),
bandingkan harganya dengan rumus berikut :
2
X hit=¿
V = K-3
Dimana :
2
X hit=hargaChi quadrat hasil perhitungan.
Ef = frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan
Of = frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama
V = derajat kebebasan
K = jumlah kelas (grup)
Uji Smirnov Kolmogorof
Uji ini dilakukan dengan membandingkan kemungkinan (probability) untuk
tiap variate dan distribusi empiris dan teoritis, sehingga diperoleh perbedaan ()
tertentu. Plotting data sama dengan langkah-langkah plotting pada uji Chi
Square, dengan persamaan Smirnov Kolmogorov :
P (max|Pe-Pt|)¿ ∆ Cr, α
Apabila harga max yang terbaca pada kertas peluang < Cr yang
diperoleh dari tabel kritis untuk suatu derajat signifikan, maka dapat
disimpulkan bahwa agihan frekuensi yang di pilih dapat digunakan. Pada
umumnya taraf signifikan atau derajat nyata () diambil sebesar 5 %, dengan
asumsi bahwa 5 dari 100 kesimpulan kita akan menolak hipotesa yang
seharusnya kita terima atau kira-kira 95% confident bahwa kita telah membuat
kesimpulan yang benar.
c. Analisis frekuensi
Analisis frekuensi diperlukan untuk menetapkan hujan rancangan dengan
periode ulang terentu dari serangkaian data curah hujan.
1.Metode Gumbel
Untuk menghitung besarnya curah hujan rancangan pada suatu daerah,
Gumbel telah merumuskan suatu metode untuk menghitung curah hujan
tersebut berdasarkan nilai-nilai ekstrim yang diambil dari analisis hasil
pengamatan curah hujan dilapangan. Adapun prosedur perhitungan dari
metode Gumbel adalah :
Menghitung curah hujan maksimum rerata
Menghitung simpangan baku
Menghitung nilai K dengan persamaan :
Yt−Yn
k=
Sn
Keterangan :
keterangan :
Sx = simpanan baku
Tr−1
Yt =−¿[-In ]
Tr
Keterangan :
1
-In = logaritma natural
(−x )
harga KTr diperoleh dari tabel hubungan antara q log X dengan kala
ulang.
Hitung nilai anti log dari XT, untuk mendapatkan curah hujan
rancangan dengan kala ulang T tahun
Keterangan :
Xi = curah hujan (mm)
XT = curah hujan rancangan dengan kala ulang T tahun (mm)
q log x = koefisien penyimpangan/kepencengan
S log x = standar deviasi
KTr = fungsi q log x terhadap kala ulang
Log xo = logaritma curah hujan rerata
Log xi = logaritma curah hujan harian maksimum
H. Analisis Evapotranspirasi
Besarnya nilai Eto untuk garis lintang 0 dapat dihitung dengan rumus :
Metode Turc
Turc (1969) menghitung besarnya evapotranspirasi dengan berdasarkan
kriteria kelembaban relatif (RH). Persamaan yang digunakan untuk
evapotranspirasi potensial pada kondisi RH > 50% adlah sebagai berikut :
Keterangan :
T : suhu rata-rata
Metode Meyer
E=0,35 ( ea−ed )( 1+100 ) mm /hari
Ed = ea * RH
Ea ===> lihat tabel berdasar t bola kering
RH ===> lihat tabel berdasar t bola basah & ∆ t
BAB III
METODOLOGI ANALISA
A. LOKASI ANALISA
sampai 5° 35’26’’ lintang selatang dan 119° 51’42’’ sampai 120° 5’26’’ bujur timur.
Kabupaten Bantaeng terletak 125 km kearah selatan dari ibu kota Provinsi
Sulawesi Selatan. Luas wilayah nya mencapai 395,83 km 3 dengan jumlah penduduk
170.057 jiwa (2006) dengan rincian laki-laki sebanyak 82.605 jiwa dan perempuan
87,452 jiwa.
2. Kabupaten Gowa
Secara geografis Kabupaten Gowa berada pada 12 ° 38.16’ bujur timur dari
1. Data
Analisa data ini dilakukan dengan cara menganalisa data skunder antara lain :
a. Data curah hujan harian dengan periode pencatatan selama 10 tahun (masa
pembelajaran, data yang diambil setiap stasiun berbeda tahunnya) dari data 3
2. Peralatan
Serangkat PC
C. Cara kerja
Pendungan curah hujan dalam analisa ini dilakukan dengan metode Log person,
gumbel, iwai dilakukan dengan cara kerja yang diuraikan sebagai berikut :
angin.
3. Perhitungan evapotranspirasi.
BAB IV