Anda di halaman 1dari 10

ABSTRAK

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredaran dan
agihannya, sifat-sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk
hubungannya dengan mahluk-mahluk hidup (International glossary of Hidrologi, 1974).  Karena
perkembangannya yang begitu cepat, hidrologi telah menjadi dasar dari pengelolaan sumberdaya-
sumberdaya air rumah tangga yang merupakan pengembangan, agihan dan penggunaan
sumberdaya-sumberdaya air secara terencana.  Banyak proyek di dunia (rekayasa air, irigasi,
pengendalian banjir, drainase, tenaga air dan lain-lain) dilakukan dengan terlebih dahulu
mengadakan survey kondisi-kondisi hidrologi yang cukup.
Salah satu planet dalam tata surya yang mempunyai kandungan air yang cukup banyak
adalah bumi. Lapisan air yang menyelimuti bumi disebut hidrosfer. Hidrosfer merupkan lapisan
yang terdapat dibagian luar bumi terdiri ata air laut, sungai, danau, air dalam tanah, dan resapan-
respan. Presentase air paling banyak terdapat dilautan, yakni sekitar 97,5%, dalam bentuk es
75%, dan dalam bentuk uap di udara sekitar 0,001%.

Dalam transformasi hujan aliran untuk perhitunga banjir rancangan dengan metode
hidrograf satuan, pola distribusi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
hasil ketelitian hasil rancangan. Pola distribusi hujan dapat diperkirakan berdasarkan data hujan
otomatik (data hujan durasi pendek). Pemilihan pola distribusi hujan dilakukan dengan
menganalisis kejadian hujan (event base rainfall) dengan kedalaman hujan tertentu. Dengan
membuat grafik hubungan antara kumulatif persentase waktu dan kumulatif persentase
kedalaman hujan untuk setiap kejadian hujan, maka pola distribusi hujan dapat ditentukan,
dengan durasi hujan yang merupakan nilai rata-rata dari seluruh kejadian hujan yang dianalisis.

Dalam menentukan durasi hujan suatu DAS dipilih durasi hujan yang mewakili seluruh
kedalaman hujan sehingga durasi hujan dan pola distribusi hujannya tersebut dapat mewakili
DAS yang ditinjau. Dengan menggunakan software WRPLOT Views/Lakes Environmental maka
dapat dilakukan analisa tanpa pemisahan antara kedalaman hujan dengan durasi hujan. Oleh
karena itu perlu kajian terhadap seberapa jauh pengaruh pola distribusi hujan tersebut
dibandingkan dengan tanpa pemisahan antara durasi dan kedalaman hujan terhadap banjir
rancangan yang dihasilkan untuk masing-masing DAS yang diteliti.
B. TUJUAN
Pengukuran curah hujan dilakukan dengan beberapa metode. Pengukuran dengan metode yang
beragam akan menghasilkan keakuratan data yang berbeda. Dan juga Penggunaan data dari hasil
pengukuran curah hujan dapat dimanfaatkan untuk Mengetahui pengaruh pola distribusi hujan terhadap
banjir rancangan menggunakan hidrograf satuan sintetik DAS yang diteliti. Pelaksanaan praktikum
pengukuran curah hujan ini memiliki beberapa tujuan antara lain:

1. Untuk memenuhi tugas matakuliah Hidrologi.


2. Mendapatkan probabilitas kejadian hujan dan pola distribusi hujan berdasarkan analisis data
kejadian hujan. Analisis dilakukan tanpa pemisahan antara durasi hujan dengan kedalaman hujan.
3. Mahasiswa mampu menganalisis hasil dari perhitungan curah hujan di setiap titik wilayah dan
menentukan karakteristik dari hujan tersebut.
4. Mahasiswa mampu menentukan penggunaan metode yang tepat dan manfaat dari hasil
perhitungan curah hujan di lapangan.
5. Untuk menganalisa DAS pada daerah atau wilayah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Presipitasi (hujan)
Hujan (presipitasi) merupakan fenomena hidrologi yang berlangsung pada lapisan
atmosfer yang berkaitan dengan fenomena meteorologis di bumi. Kajian meteorologi dan
klimatologi hujan merupakan salah satu dari tujuh anasir meteorologi dan klimatologi. Tujuh
anasir tersebut antara lain radiasi sinar matahari, temperatur, penguapan, kelembaban udara,
tekanan udara, kecepatan angin, dan hujan. Selain itu besarnya curah hujan di wilayah
Indonesia juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti medan/topografi, arah lereng medan,
arah angin yang sejajar dengan garis pantai dan jarak perjalanan angin di atas medan datar.
Pengertian antara presipitasi dengan hujan memiliki perbedaan makna. Presipitasi
merupakan peristiwa jatuhnya cairan atau zat padat yang berasal dari hasil kondensasi atau
pengembunan uap air yang jatuh ke permukaan bumi. Menurut linsey dkk (1986) presipitasi
adalah produk dari awan yang turun berbentuk air hujan atau salju. Pengertian dari hujan
sendiri merupakan bentuk dari presipitasi berupa cairan yang jatuh dipermukaan bumi. Proses
terjadiya hujan tidak terlepas dari pentingnya hujan sebagai komponen input dalam siklus
hidrologi. Siklus air tidak akan berlangsung apabila tidak ada hujan didalamnya sehingga
peranan hujan paling menentukan dalam proses siklus air yang terjadi dipermukaan bumi.

2. Hidrologi
DAS Hidrologi atau tata air DAS adalah suatu keadaan yang menggambarkan tentang
keadaan kuantitas, kualitas dan kontinuitas aliran menurut waktu dan tempat serta
pengaruhnya terhadap kondisi DAS yang bersangkutan. Hakekat DAS selain sebagai suatu
wilayah bentang lahan dengan batas topografi serta suatu wilayah kesatuan ekosistem, juga
merupakan suatu wilayah kesatuan hidrologi. 
  DAS berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses hidrologi yang mengubah input
menjadi output. Input yang dimaksud adalah berupa air hujan (presipitasi), sedangkan output
atau keluarannya adalah berupa debit aliran dan/atau muatan sedimen. Dalam sistem DAS
terdapat hubungan antara kawasan hulu dengan kawasan hilir. Segala pengelolaan yang
dilakukan di hulu merupakan cerminan dari apa yang terjadi di hilir. Sungai sebagai
komponen utama dalam DAS merupakan tali pengikat antara hulu dan hilir DAS. Sungai
dapat menjadi potensi penyeimbang yang ditunjukkan oleh daya gunanya antara lain untuk
pertanian, energi dan transportasi, namun juga dapat mengakibatkan banjir, pembawa
sedimentasi, pembawa limbah dan dampak kegiatan lain. Aktivitas penebangan hutan di hulu
akan menyebabkan sedimentasi dan banjir di hilir, demikian juga aktivitas industri di hulu
sungai menyebabkan polusi air di hilir sehingga masyarakat pengguna air di hilir dirugikan.
Sebaliknya upaya konservasi dan rehabilitasi hutan di hulu akan memperbaiki tata air dan
memperkecil sedimentasi dan banjir di daerah hilir. 
BAB III
METODOLOGI

1. Metode Pengukuran Curah Hujan

Metode dalam menghitung curah hujan rata-rata suatu wilayah dapat menggunakan tiga
metode antara lain, metode rata-rata aritmatik (aljabar), metode polygon theissen,dan metode
isohyet. Penerapan metode dalam praktikum menghitung curah hujan ini hanya menggunakan dua
metode yaitu metode aljabar dan polygon theissen. Berikut adalah penjabaran dari tiga metode,
sebagai berikut :

a) Metode Rata-rata Aritmatik (Aljabar)


Pengukuran curah hujan menggunakan metode aljabar merupakan salah satu cara paling
sederhana dalam menghitung curah hujan. Kegiatan pengukuran dilakukan di beberapa stasiun
atau titik pengamatan (point rainfall) pada waktu yang bersamaan. Hasil sampel air hujan yang
diperoleh dari semua stasiun di jumlahkan lalu dibagi dengan jumlah stasiun yang ada. Metode
aljabar akan mmperoleh hasil yang baik apabila stasiun tersebar merata di wilayah yang
menjadi lokasi pengamatan dan distribusi hujan relatif merata pada seluruh wilayah tersebut.
Adapun syarat-syarat data curah hujan dapat dirata-rata menggunakan aljabar adalah:
1. Daerah cukup datar
2. Jarak antara stasiun relatif hampir sama
3. Curah hujan yang seragam
Kelebihan dari metode aritmatik yaitu dapat digunakan pada daerah datar dengann
jumlah stasiun hujan relatif banyak. Metode ini sangat sederhana dan mudah diterapkan, tetapi
kekurangannya yaitu tidak memberikan hasil yang teliti mengingat tinggi curah hujan yang
sesungguhnya tidak mungkin benar-benar merata pada seluruh DAS.

Rumus metode rata-rata aritmatik (Aljabar):

Keterangan :
R = Curah hujan rerata tahunan (mm)
n = Jumlah stasiun yang digunakan
R1+R2+Rn = Curah hujan Rerata tahunan di tiap titik pengamatan (mm)

b) Metode Polygon Theissen


Metode polygon theissen mempertimbangkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan disekitarnya. Penggunaan metode polygon theissen diterapkan apabila
penyebaran stasiun pengukur hujan di wilayah pengamatan tidak merata. Caranya dengan
menarik garis hubung antara masing-masing stasiun, kemudian menarik garis sumbu dari
garis-garis hunung tersebut. Jumlah stasiun dalam metode ini minimal adalah tiga stasiun.
Metode polygon theissen banyak digunakan untuk menghitung hujan rata-rata suatu kawasan.
oleh karena itu, hitungan curah hujan dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh
dari tiap stasiun.
Kelebihan metode polygon theissen adalah dapat dilakukan pada daerah yang memiliki
distribusi penakaran hujan yang tidak merata atau seragam dengan mempertimbangkan luas
daerah pengaruh dari masing-masing penakar (Soemarto 1999). Metode polygon theissen juga
memiliki kelebihan yaitu mengabaikan efek topografi dan satu polygon diwakili oleh satu
stasiun penakaran hujan. Sedangkan kelemahan metode poligon theissen yaitu membutuhakan
waktu yang lebih lama karena perhitungan yang dilakukann membutuhkan ketelitian dan
proses pengerjaan yang baik. Kelemahan lain pada metode polygon theissen yaitu tidak cocok
untu daerah bergunung dengan intensitas curah hujan yang tinggi.
Rumus metode Poligon Theissen :

Keterangan :
R = Curah hujan rata-rata tahunan (mm)
R1,R2,R3 = Curah hujan rata-rata tahunan di tiap titik pengamatan
Rn = Jumlah titik pengamatan
A1,A2 = Luas wilayah yang dibatasi Polygon
A = luas wilayah pengamtan
c) Metode Isohyet
Metode isohyet merupakan metode paling teliti dari pengukuran curah hujan dalam
menghitung kedalaman hujan rata-rata pada suatu daerah. Pengertian dari isohyet adalah garis
yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang sama. Pada metode isohyet
hujan yang merata dianggap berada di daerah antara dua garis isohyet dan sama dengan nilai
rata-rata dari kedua garis tersebut. Pada metode ini juga diperlukan banyak stasiun pengukur
hujan yang tersebar merata dan membutuhkan pekerjaan serta perhatian yang lebih dibanding
dengan dua metode sebelumnya.
Cara perhitungan metode isohyet dengan mengalikan rata-rata curah hujan antara dua
garis isohyet dengan luas daerah antara kedua garis isohyet yang berdekatan. Hasil masing-
masing isohyet diambil setengah nilai jumlah kedua kontur. Adapun rumus dari perhitungan
rata-rata isohyet:

Keterangan:

P = Curah hujan rata-rata

P1,…Pn = Besaran curah hujan yang sama pada setiap garis isohyet.

At = Luas total wilayah (A1+A2+….+An).

Perhitungan rata-rata hujan menggunakan metode isohyet merupakan cara yang paling
karena metode ini lebih rasional dalam mempertimbangkan factor toografi. Metode ishyet juga
baik digunakan dalam menentukan rata-rata curah hujan di daerah pegunungan.
BAB IV

HASIL

Anda mungkin juga menyukai