Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH HIDROLOGI

CURAH HUJAN

HDIROLOGI DAN HIDROGEOLOGI


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal, terlepas dari semua itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang curah hujan ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Semarang ,28 Agustus 2018

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidrologi adalah bidang pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian serta
penyebab aliran permukaan di permukaan bumi. Curah hujan (presipitasi), dan infiltrasi adalah
dua komponen variable hidrologi yang sangat berpengaruh pada proses terjadinya aliran
permukaan dari Daerah Tangkapan Air.
Curah hujan sering disebut dengan presipitasi. Presipitasi adalah air bentuk cair atau
padat yang mengendap ke bumi yang didahului dengan terjadinya proses kondensasi atau
sublimasi atau kombinasi keduanya yang sering dinyatakan dalam mm. Uap air merupakan
sumber presipitasi seperti hujan dan salju. Jumlah uap air yang terkandung dalam udara
merupakan indikator potensi atmosfer untuk terjadinya presipitasi. Kandungan uap air
diatmosfer hanya kurang dari 2 % dari total volume di atmosfer. Kandungan uap air dapat
bervariasi antara 0 % hingga 3 % didaerah lintang menengah dan dapat mencapai 4 % di daerah
tropika basah.
Ukuran butiran air yang jatuh sebagai hujan akan beragam. Butiran air yang
berdiameter lebih dari 0,5 mm akan sampai ke permukaan bumi dan dikenal sebagai hujan;
ukuran butiran antara 0,2 mm sampai 0,5 mm akan juga sampai ke permukaan bumi, dikenal
sebagai gerimis (drizzle); sedangkan ukuran butiran yang kurang dari 0,2 mm tidak akan
sampai ke permukaan bumi, karena akan menguap dalam perjalanannya menuju permukaan
bumi.
Peristiwa evaporasi (penguapan) dapat terjadi Ketika air dipanaskan oleh sinar
matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan
molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak
terlihat di atmosfir. Pemanasan air oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi
tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi kemudian jatuh sebagai presipitasi
dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.Pada
perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung
3
jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai
tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam berbagai cara yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana data curah hujam penguapan (evaporasi) dalam kurun waktu 2 tahun terakhir?
di Kabupaten Boyolali?
2. Apa saja metode yang digunakan untuk memperbaiki / mencari data hujan yang hilang?
3. Bagaimana cara menghitung hujan wilayah?
4. Bagaimana cara menghitung curah hujan periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 20 tahun
terakhir , manakan yang lebih optimal?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui detail data hujan dan penguapan (evaporasi), dalam kurun waktu 2
tahun terakhir ?
2. Mahasiswa dapat mengetahui Mengetahui metode yang digunakan untuk memperbaiki /
mencari data hujan yang hilang
3. Mahasiswa mengetahui cara menghitung hujan wilayah
4. Mengetahui cara menghitung curah hujan periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 20 tahun terakhir,
dan mengetahui metode perhitungan yang optimal

4
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Curah Hujan


2.1.1 Pengertian Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas permukaan
horizontal. Curah hujan juga dapat diartikan sebagai ketinggian air hujan yang
terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak
mengalir. Indonesia merupakan negara yang memiliki angka curah hujan yang
bervariasi dikarenakan daerahnya yang berada pada ketinggian yang berbeda-beda.
Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat
yang datar tertampung air setinggi satu milimeter termpat yang datar tertampung air
setinggi satu milimeter atau
Menurut Linsley (1996: 49), jenis-jenis hujan berdasarkan intensitas curah
hujan, yaitu:
- Hujan ringan, kecepatan jatuh sampai 2,5 mm/jam;
- Hujan menengah, dari 2,5-7,6 mm/jam
- Hujan lebat, lebih dari 7,6 mm/jam
2.1.2 Analisis Data Hujan
Data-data curah hujan yang diperoleh pada suatu lokasi studi kadang kala tidak
lengkap, berasal lebih dari satu stasiun pengamat hujan dan bahkan tidak ada sama
sekali. Untuk itu perlu dilakukan analisis agar data yang digunakan mewakili
karakteristik daerah proyek yang bersangkutan.

5
2.2 Uji Konsistensi Data Hujan
Pada dasarnya metoda pengujian tersebut merupakan pembandingan data stasiun yang
bersangkutan dengan data stasiun lain di sekitarnya. Hal ini dilakukan dengan asumsi
perubahan meteorologi tidak akan menyebabkan perubahan kemiringan garis hubungan antara
data stasiun tersebut dengan data stasiun disekitarnya, karena stasiun-stasiun lainnya pun akan
ikut terpengaruh kondisi yang sama. Konsistensi data-data hujan bagi masing-masing stasiun
dasar (stasiun yang akan digunakan untuk menguji) harus diuji terlebih dahulu dan yang
menunjukkan catatan yang tak konsisten harus dibuang sebelum dipergunakan. Jika tidak ada
stasiun yang bisa dijadikan stasiun dasar, atau tidak terdapat catatan historis mengenai
perubahan data, maka analisa awal terhadap data adalah menghapus data-data yang dianggap
meragukan. Konsistensi data hujan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.:
a) Cara Regresi / Korelasi
b) Cara Kurva Masa Ganda
2.3 Hujan Wilayah
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan rancangan pemanfaatan air adalah
curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Stasiun-stasiun pengamat hujan
yang tersebar pada suatu daerah aliran dapat dianggap sebagai titik (point). Tujuan mencari
hujan rata-rata adalah mengubah hujan titik (point rainfall) menjadi hujan wilayah (regional
rainfall) atau mencari suatu nilai yang dapat mewakili pada suatu daerah aliran, yaitu:
2.4 Teori Estimasi Data Hujan yang Hilang
Dalam melakukan proses pengukuran dapat dijumpai data yang tidak lengkap. Hal ini
terjadi karena beberapa faktor seperti kerusakan alat, kelalaian petugas, penggantian alat,
bencana (pengrusakan) dan sebagainya. Hasil data pengukuran terdapat data yang runtut serta
data yang masih kosong. dari data-data yang hilang maka dapat dilakukan perkiraan nilai dari
data yang hilang tersebut dnegan memperhatikan pola-pola penyebaran hujan pada stasiun
yang bersangkutan maupun stasiun-stasiun sekitarnya.

6
Menurut Soewarno (2000) dalam bukunya Hidrologi Operasional Jilid Kesatu, analisis
hidrologi memang tidak selalu diperlukan pengisian data yang kosong atau hilang. Misal
terdapat data kosong pada musim kemarau sedang analis data hidrologi tersebut menghitung
debit banjir musim penghujan maka dipandang tidak perlu melengkapi data pada periode
kosong musim kemarau tersebut, tetapi bila untuk analisis kekeringan maka data kosong pada
musim kemarau tersebut harus diusahakan untuk melengkapi.
Dengan adanya data hujan yang hilang maka terdapat beberapa metode dalam mencari
data hujan yang hilang
Data hujan yang hilang dapat diestimasi apabila di sekitarnya ada stasiun penakar
hujan (minimal 2 stasiun) yang lengkap datanya atau stasiun penakar yang datanya hilang
diketahui hujan rata-rata tahunannya. (Lily, 2010)
Menghadapi keadaan ini, terdapat dua langkah yang dapat dilakukan yaitu :
1. Membiarkan saja data yang hilang tersebut, karena dengan cara apapun data tersebut
tidak akan diketahui dengan tepat.
2. Bila dipertimbangkan bahwa data tersebut mutlak diperlukan maka perkiraan data
tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara yang dikenal.
2.5 Cara menghitung curah hujan rata-rata
2.5.1 Cara Rata-rata Aljabar
Cara ini merupakan perhitungan rata-rata hujan secara aljabar biasa, dengan cara
menjumlahkan sesuai data yang ada dari sejumlah stasiun hujan untuk waktu tertentu
kemudian dibagi dengan jumlah stasiun hujan tadi. Lebih jelasnya diformulasikan di
bawah ini.
R 1  R 2  R 3  .......................  R N
R
N
Dimana:

Ri = Besarnya curah hujan (mm)


N = Jumlah pos pengamatan.

7
2.5.2 Cara Poligon (Thiessen polygon)
Jika titik-titik di daerah pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata,
maka cara perhitungan curah hujan dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh
tiap pengamatan.
A 1R 1  A 2 R 2  A 3R 4  .............................  A NR N
R
A 1  A 2  A 3  ....................  A N

Dimana:
Ai = Luas pengaruh dari stasiun i.
Cara Thiessen ini memberikan hasil yang lebih teliti dari cara aljabar. Akan tetapi
penentuan titik pengamatan akan mempengaruhi ketelitian hasil yang didapat. Gambar
1 mendeskripsikan penentuan curah hujan representatif dengan cara Poligon Thiessen.

R3
A3
R A1
1

A2

R2

Gambar 4.5 Penentuan curah hujan representatif cara


Gambar 1. Penentuan Poligon
curah hujan representatif dengan cara Poligon Thiessen
Thiessen.

Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besar. Menurut Shaw
(1985) cara ini tidak cocok untuk daerah bergunung dengan intensitas CH tinggi.
Dilakukan dengan membagi suatu wilayah (luasnya A) ke dalam beberapa daerah-daerah
membentuk poligon (luas masing-masing daerah ai), seperti pada Gambar 1.1 sebagai
berikut :

8
Gambar 1.1 Daerah-daerah poligon (a1, a2, a3, a4) yang dibatasi oleh garis
putus-putus pada Wilayah A.

2.4.3 Cara Isohet (Isohyetal)


Peta Isohyet (tempat kedudukan yang mempunyai tinggi hujan sama) digambar
pada peta tofografi dengan perbedaan 10 mm sampai 20 mm berdasarkan data curah
hujan pada titik-titik pengamatan yang dimaksud. Luas bagian daerah antara 2 garis
isohyet yang berdekatan diukur dengan planimetri. Curah hujan daerah itu dapat
dihitung menurut persamaan sebagai berikut:

A 1R 1  A 2 R 2  A 3R 4  .............................  A NR N
R
A 1  A 2  A 3  ....................  A N

Dimana :

R = Curah hujan rata-rata Regional

Ri = Curah hujan rata-rata pada bagian-bagian Ai

Ai = Luas bagian antara garis isohyet

Cara ini adalah cara rasional yang terbaik jika garis-garis isohyet dapat
digambar secara teliti.

9
S1
110 mm
A1
110 mm 100 mm
90 mm

S2
A2
100 mm
S4 A4
S3
95 mm
A3

90 mm
95 mm

Gambar 5.7 Penentuan curah hujan representatif cara Isohyet.

Metode isohet ini berguna untuk mempelajari pengaruh hujan terhadap perilaku
aliran air sungai terutama untuk daerah dengan tipe curah hujan orografik (daerah
pegunungan).

2.6 Metode Estimasi Data Hujan yang Hilang


Beberapa metode yang dapat digunakan menurut buku Mengenal Dasar – dasar
Hidrologi halaman 190-191 oleh Ir. Joyce Martha dan Ir. Wanny Adidarma,Dipl.HE. yaitu
Normal Ratio Method, cara “Inversed Square Distance” dan cara rata – rata aljabar.
Sedangkan menurut Soewarno dalam bukunya Hidrologi Operasional Jilid Kesatu halaman
202, ada 3 metode yang digunakan untuk memperkirakan data hujan periode kosong
diantaranya rata – rata aritmatik (arithmatical average), perbandingan normal (normal ratio),
dan kantor cuaca Nasional Amerika Serikat (US.National Weather service).
Ada kesamaan metode perhitungan dari buku Hidrologi Operasional Jilid Kesatu
dengan buku Mengenal Dasar – dasar Hidrologi, yaitu Metode rata – rata aritmatik dengan
rata – rata aljabar, dan Normal Ratio Method dengan perbandingan normal (normal ratio)
yang terdapat dibuku Soewarno. Yang berbeda adalah metode Kantor Cuaca Amerika Serikat
2.5.1. Cara “Inversed Square Distance”
Persamaan yang digunakan dalam cara “Inversed Square Distance” :
1 1 1
PA + P + PC
(dXA)2 (dXB)2 B (dXC)2
Px = 1 1 1
+ +
(dXA)2 (dXB)2 (dXC)2

10
Dimana :

Px = Tinggi hujan yang dipertanyakan

PA, PB, P = Tinggi hujan pada stasiun disekitarnya

dXA, dXB, dXC = Jarak stasiun X terhadap masing – masing stasiun A,B,C

2.5.2. Rata – rata Aljabar


Rata – rata aljabar ini digunakan apabila kekurangan data kurang dari
10% (<10%) . Misalnya adalah diketahui : Hujan rata – rata tahunan di A = 750 mm

XA, hujan rata – rata tahunan di B = 725 mm = = ̅
XB. Ditanya : bagaimana mengisi
data hujan di A pada suatu tahun tertentu, bila pada tahun yang sama di B jumlah
hujan = 710 mm. Penyelesaiannya adalah :

̅A
X 750
XA = X̅B . XB = 725 . 710 mm = 735 mm

Jadi besarnya data hujan di A adalah 735 mm.

2.5.3. Metode Kantor Cuaca Amerika Serikat


Metode ini memerlukan data dari 4 (empat) pos hujan sebagai pos indeks
(index station) yaitu misalnya pos hujan A, B, C dan D yang berlokasi disekeliling pos
hujan X yang diperkirakan data hujannya. Bila pos indeks itu lokasinya berada disetiap
kuadran dari garis yang menghubungkan utara - selatan dan timur – barat melalui titik
pusat dipos hujan X. Persamaannya adalah :

HX = [ ∑ (Hi/ Li2)] / [ ∑ (1/ Li2)]

Dalam hal ini HX = tebal hujan dipos X yang akan diperkirakan dan Hi =
tebal hujan dipos A, B, C, dan D. Dan nilai Li menunjukkan jarak pos hujan A, B, C
dan D terhadap pos hujan X.

2.5.4. Normal Ratio Method


Linsley, Kohler dan Paulhus (1958) menyarankan satu metode yang disebut
“Normal Ratio Method” sebagai berikut :

11
1 n Anx
Dx   di
n i 1 Ani

Dengan :

Dx = Data tinggi hujan harian maksimum di stasiun x

n = Jumlah stasiun di sekitar x untuk mencari data di x

di = Data tinggi hujan harian maksimumdi stasiun i

Anx = Tinggi hujan rata-rata tahunan di stasiun x

Ani = Tinggi hujan rata-rata tahunan di stasiun sekitar x

12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Data Hujan di Beberapa Stasiun Boyolali

Curah Hujan Bulanan (mm)

Nama DPUPK
Stasiun BYL
Eleva
No Stasiun si
No In Manu
Database Tipe alat al
Lintang Pemil
Selatan 7,5009 ik
Bujur 110,57
Timur 84 Operator

Tah Ag
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Sep Okt Nop Des Tahunan
un s
Total
R24
(mm/th
(mm)
n)
23
2009 687 565 285 114 262 118 0 0 0 41 0 250 2322 0
2010 396 189 217 308 405 104 41 81 238 179 158 236 2552 86
2011 340 245 352 145 218 0 0 0 0 134 246 230 1910 75
2012 355 192 118 265 60 0 0 0 0 63 220 539 1812 60
2013 451 307 356 293 180 238 171 0 0 115 233 252 2596 73
11
2014 315 430 337 430 235 145 40 0 0 8 330 334 2604 3
2015 355 411 419 519 126 12 0 0 0 9 218 498 2567 88

687 419 405 171 81, 238 179 330 539 2604
Max ,0 565,0 ,0 519,0 ,0 238,0 ,0 0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0
Rera 414 297 212 36, 11, 34, 78, 200 334 2337
ta ,1 334,1 ,7 296,3 ,3 88,1 0 6 0 4 ,7 ,1 ,6
315 118 60, 230 1812
Min ,0 189,0 ,0 114,0 0 0,0 0,0 0,0 0,0 8,0 0,0 ,0 ,0

13
Nama Karang
Stasiun Gede
No Elev
Stasiun asi
No In Man
Database Tipe alat ual
Lintang 7,36 Pem Cab Din
Selatan 911 ilik Boyolali
Bujur 110,
Timur 639 Operator

Tah Ma Me Ag Se Ok No
Jan Peb Apr Jun Jul Des Tahunan
un r i s p t p
Total R24
(mm/t (mm
hn) )
1
200 50 39 247 0
9 8 461 91 161 9 129 0 0 0 92 355 274 0 5
1
201 79 29 31 20 59 392 1
0 5 340 2 338 4 58 83 6 62 6 237 605 6 6
201 35 38 34 16 229 9
1 9 332 4 287 8 17 0 0 60 0 206 137 0 0
2
201 75 128 53 38 184 268 808 0
2 9 0 0 525 60 16 0 0 0 6 5 1 2 0
201 40 27 232 7
3 2 274 2 220 92 174 95 0 20 80 372 322 3 0
201 22 39 251 9
4 3 282 5 495 97 116 34 44 0 50 384 392 2 5
1
201 52 33 226 0
5 6 355 2 437 68 8 0 0 0 1 262 277 6 0

Ma 79 128 53 525, 39 174, 16 20 62 59 184 268 808


x 5,0 0,0 0,0 0 9,0 0 0,0 6,0 ,0 6,0 5,0 1,0 2,0
Rer 51 474, 32 351, 19 53, 35, 20 17 523 669 340
ata 0,3 9 8,0 9 6,9 74,0 1 7 ,3 2,1 ,0 ,7 9,9
Mi 22 274, 91, 161, 60, 0, 206 137 226
n 3,0 0 0 0 0 8,0 0,0 0,0 0 0,0 ,0 ,0 6,0

14
Nama
Stasiun Andong
No Elev
Stasiun 57a asi
No In Man
Database Tipe alat ual
Cab
Din
Lintang 7,37 Pem Boy Boy
Selatan 098 ilik olali olali
Bujur 110,
Timur 743 Operator

Tah Ma Me Ag Se Ok No De
Jan Peb Apr Jun Jul Tahunan
un r i s p t p s
Total R24
(mm/t (m
hn) m)
200 47 27 17 14 27 21 236
9 8 540 0 150 5 111 0 20 0 0 5 0 9 99
201 69 33 34 20 29 24 28 349 10
0 0 365 6 503 0 85 57 85 7 9 1 2 0 0
201 19 50 28 53 14 251 10
1 2 311 6 275 3 33 162 0 68 0 4 8 2 0
201 39 15 10 11 40 29 220
2 9 311 0 332 2 91 0 0 0 7 5 9 6 98
201 46 33 15 19 27 262 14
3 4 421 2 429 8 263 40 0 0 57 1 3 8 6
201 15 35 10 32 24 206 13
4 4 267 7 325 55 152 78 5 0 0 0 7 0 4
201 34 41 23 197 14
5 8 387 0 409 93 0 0 0 0 0 84 9 0 8

Ma 69 540, 50 503, 34 263, 162, 10 20 29 53 29 349


x 0,0 0 6,0 0 0,0 0 0 5,0 7,0 9,0 4,0 9,0 0,0
Rer 38 371, 33 346, 17 105, 30, 39, 87, 29 24 246
ata 9,3 7 7,3 1 2,3 0 48,1 0 3 6 2,9 2,6 2,1
Mi 15 267, 15 150, 55, 84, 14 197
n 4,0 0 0,0 0 0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0 8,0 0,0

3.2 Memperbaiki Data Curah Hujan Yang Hilang

15
3.2.1 Metode Rata-Rata Aljabar

Juni 2015 Oktober 2014

Stasiun DPUK : 12 Stasiun DPUK : 8


Stasiun Karang Gede : 8 Stasiun Karang Gede : 50
Stasiun Andong : 0 Stasiun Andong : 0

𝑝1+𝑝2+𝑝3 𝑝1+𝑝2+𝑝3
Pa = Pa =
𝑛 𝑛

12+8+0 8+50+0
Pa = Pa =
3 3

Pa = 6,67 Pa = 19,33

3.2.2 Metode Normal ratio

Juni 2015 Oktober 2014


𝑃𝑥 1 𝑃1 𝑃2 𝑃3 𝑃𝑥 1 𝑃1 𝑃2 𝑃3
= 3 (𝑁1 + + ) = 3 (𝑁1 + + )
𝑁𝑥 𝑁2 𝑁3 𝑁𝑥 𝑁2 𝑁3

𝑃𝑥 1 12 8 𝑃𝑥 1 8 50
= 3 (2567 + + 0) = 3 (2604 + + 0)
1970 2266 2060 2512

Px = 5,38 Px = 15,77

3.3 Hujan Wilayah

 Luas wilayah DPUK : 26,25 Km2


 Luas wilayah Karang Gede : 41,76 Km2
 Luas wilayaah Andong : 54,53 Km2
Luas wilayah total = 122,54 Km2

Skala 1 : 50.000

3.3.1 Metode Rerata Aljabar

Tahun 2015 Tahun 2014


1 1
R = 𝑛 ( R1 + R2 + R3) R = 𝑛 ( R1 + R2 + R3)

1 1
= 3 ( 88 + 100 + 148) = 3 ( 113 + 95 + 134 )

16
= 112 mm = 114 mm

3.3.2 Metode Poligon Thiesen


Tahun 2015
∑ 𝐴𝑛𝑅𝑛
𝑅̅ = ∑ 𝐴𝑛

A1R1+A2R2+A3R3
𝑅̅ = 𝐴1+𝐴2+𝐴3

26,25 x 88 + 41,76 x 100 + 54,53 x 148


𝑅̅ = 122,54

2310+16704+8070
𝑅̅ = 122,54

𝑅̅ = 221,02 mm

Tahun 2014
∑ 𝐴𝑛𝑅𝑛
𝑅̅ = ∑ 𝐴𝑛

A1R1+A2R2+A3R3
𝑅̅ =
𝐴1+𝐴2+𝐴3

26,25 x 113 + 41,76 x 95 + 54,53 x 134


𝑅̅ = 122,54

2966,25+3967,2+7307,02
𝑅̅ = 122,54

𝑅̅ = 116,21 mm

3.3.3 Metode Ishoyet

Tahun 2015
A1R1+A2R2+A3R3
𝑅̅ = 𝐴1+𝐴2+𝐴3

Dengan Menggunakan Skala 1:20.000

Luas Wilayah di stasiun DPUK


1
A1 = 26,25 x 0,2 = 131,25

17
Luas Wilayah di stasiun Karang Gede
1
A2 = 41,76 x 0,2 = 208,8
Luas Wilayah di stasiun Andong
1
A3 = 54,53 x 0,2 = 272,65

Luas wilayah total dengan skala 1:20.000 sebesar 112,54 km2


Tahun 2015
𝑃𝑎+𝑃𝑏 88+100
P1 = = = 94
2 2
𝑃𝑏+𝑃𝑐 100+148
P2 = = = 124
2 2
𝑃𝑐+𝑃𝑑 148+0
P3 = = = 74
2 2
𝑃1𝐴1+𝑃2𝐴2+𝑃3𝐴3+𝑃4𝐴4
Prata-rata = 𝐴1+𝐴2+𝐴3+𝐴4

94𝑥131,25+124𝑥208,8+74𝑥272,65
Prata-rata = 112,54

12337,5+25891,2+20176,1
Prata-rata = 112,54
Prata-rata = 518,96 mm
Tahun 2014
𝑃𝑎+𝑃𝑏 113+95
P1 = = = 104
2 2
𝑃𝑏+𝑃𝑐 95+134
P2 = = = 114,5
2 2
𝑃𝑐+𝑃𝑑 134+0
P3 = = = 67
2 2
𝑃1𝐴1+𝑃2𝐴2+𝑃3𝐴3+𝑃4𝐴4
Prata-rata = 𝐴1+𝐴2+𝐴3+𝐴4

104𝑥131,25+114,5𝑥208,8+67𝑥272,65
Prata-rata = 112,54

55825,15
Prata-rata =
112,54
Prata-rata = 496,047 mm

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
 Curah hujan sering disebut dengan presipitasi. Presipitasi adalah air bentuk cair atau padat
yang mengendap ke bumi yang didahului dengan terjadinya proses kondensasi atau
sublimasi atau kombinasi keduanya yang sering dinyatakan dalam mm
 Curah Hujan merupakan data Hujan yang turun ke permukaan bumi, kadang disajikan
dalam kurung waktu Harian terbagi menjadi Hujan ringan, kecepatan jatuh sampai 2,5
mm/jam, Hujan menengah, dari 2,5-7,6 mm/jam, Hujan lebat, lebih dari 7,6 mm/jam
 Penempatan dan Pengukuran curah Hujan harus sesuai dengan aturan standar.
 Terdapat 3 metode perhitungan curah hujan yaitu, cara aritmatika, cara Poligon, dan cara
isohet (isohyetal).
 Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang
datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter,
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi
satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
 Dalam data BMKG palembang di dapatkan bahwa data curah hujan yang ter jadi pada
bulan september 2012 adalah sebanyak 14 mm.

19
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

Sudjarwadi. 1987. Teknik Sumber Daya Air. Yogyakarta : PAU Ilmu Teknik UGM.

Sosrodarsono, S., dan Takeda. 1999. HidrologiUntuk Pengairan. Jakarta : P.T. Pradnya
Paramita.

http://ustadzklimat.blogspot.com/2012/02/pengamatan-curah-hujan-dengan-penakar.html. Online
29 oktober 2012.

Data curah hujan BMKG stasiun Klimatologi kelas II kenten Palembang.

20
21

Anda mungkin juga menyukai