CURAH HUJAN
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal, terlepas dari semua itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang curah hujan ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui detail data hujan dan penguapan (evaporasi), dalam kurun waktu 2
tahun terakhir ?
2. Mahasiswa dapat mengetahui Mengetahui metode yang digunakan untuk memperbaiki /
mencari data hujan yang hilang
3. Mahasiswa mengetahui cara menghitung hujan wilayah
4. Mengetahui cara menghitung curah hujan periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 20 tahun terakhir,
dan mengetahui metode perhitungan yang optimal
4
BAB II
DASAR TEORI
5
2.2 Uji Konsistensi Data Hujan
Pada dasarnya metoda pengujian tersebut merupakan pembandingan data stasiun yang
bersangkutan dengan data stasiun lain di sekitarnya. Hal ini dilakukan dengan asumsi
perubahan meteorologi tidak akan menyebabkan perubahan kemiringan garis hubungan antara
data stasiun tersebut dengan data stasiun disekitarnya, karena stasiun-stasiun lainnya pun akan
ikut terpengaruh kondisi yang sama. Konsistensi data-data hujan bagi masing-masing stasiun
dasar (stasiun yang akan digunakan untuk menguji) harus diuji terlebih dahulu dan yang
menunjukkan catatan yang tak konsisten harus dibuang sebelum dipergunakan. Jika tidak ada
stasiun yang bisa dijadikan stasiun dasar, atau tidak terdapat catatan historis mengenai
perubahan data, maka analisa awal terhadap data adalah menghapus data-data yang dianggap
meragukan. Konsistensi data hujan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.:
a) Cara Regresi / Korelasi
b) Cara Kurva Masa Ganda
2.3 Hujan Wilayah
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan rancangan pemanfaatan air adalah
curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Stasiun-stasiun pengamat hujan
yang tersebar pada suatu daerah aliran dapat dianggap sebagai titik (point). Tujuan mencari
hujan rata-rata adalah mengubah hujan titik (point rainfall) menjadi hujan wilayah (regional
rainfall) atau mencari suatu nilai yang dapat mewakili pada suatu daerah aliran, yaitu:
2.4 Teori Estimasi Data Hujan yang Hilang
Dalam melakukan proses pengukuran dapat dijumpai data yang tidak lengkap. Hal ini
terjadi karena beberapa faktor seperti kerusakan alat, kelalaian petugas, penggantian alat,
bencana (pengrusakan) dan sebagainya. Hasil data pengukuran terdapat data yang runtut serta
data yang masih kosong. dari data-data yang hilang maka dapat dilakukan perkiraan nilai dari
data yang hilang tersebut dnegan memperhatikan pola-pola penyebaran hujan pada stasiun
yang bersangkutan maupun stasiun-stasiun sekitarnya.
6
Menurut Soewarno (2000) dalam bukunya Hidrologi Operasional Jilid Kesatu, analisis
hidrologi memang tidak selalu diperlukan pengisian data yang kosong atau hilang. Misal
terdapat data kosong pada musim kemarau sedang analis data hidrologi tersebut menghitung
debit banjir musim penghujan maka dipandang tidak perlu melengkapi data pada periode
kosong musim kemarau tersebut, tetapi bila untuk analisis kekeringan maka data kosong pada
musim kemarau tersebut harus diusahakan untuk melengkapi.
Dengan adanya data hujan yang hilang maka terdapat beberapa metode dalam mencari
data hujan yang hilang
Data hujan yang hilang dapat diestimasi apabila di sekitarnya ada stasiun penakar
hujan (minimal 2 stasiun) yang lengkap datanya atau stasiun penakar yang datanya hilang
diketahui hujan rata-rata tahunannya. (Lily, 2010)
Menghadapi keadaan ini, terdapat dua langkah yang dapat dilakukan yaitu :
1. Membiarkan saja data yang hilang tersebut, karena dengan cara apapun data tersebut
tidak akan diketahui dengan tepat.
2. Bila dipertimbangkan bahwa data tersebut mutlak diperlukan maka perkiraan data
tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara yang dikenal.
2.5 Cara menghitung curah hujan rata-rata
2.5.1 Cara Rata-rata Aljabar
Cara ini merupakan perhitungan rata-rata hujan secara aljabar biasa, dengan cara
menjumlahkan sesuai data yang ada dari sejumlah stasiun hujan untuk waktu tertentu
kemudian dibagi dengan jumlah stasiun hujan tadi. Lebih jelasnya diformulasikan di
bawah ini.
R 1 R 2 R 3 ....................... R N
R
N
Dimana:
7
2.5.2 Cara Poligon (Thiessen polygon)
Jika titik-titik di daerah pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata,
maka cara perhitungan curah hujan dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh
tiap pengamatan.
A 1R 1 A 2 R 2 A 3R 4 ............................. A NR N
R
A 1 A 2 A 3 .................... A N
Dimana:
Ai = Luas pengaruh dari stasiun i.
Cara Thiessen ini memberikan hasil yang lebih teliti dari cara aljabar. Akan tetapi
penentuan titik pengamatan akan mempengaruhi ketelitian hasil yang didapat. Gambar
1 mendeskripsikan penentuan curah hujan representatif dengan cara Poligon Thiessen.
R3
A3
R A1
1
A2
R2
Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besar. Menurut Shaw
(1985) cara ini tidak cocok untuk daerah bergunung dengan intensitas CH tinggi.
Dilakukan dengan membagi suatu wilayah (luasnya A) ke dalam beberapa daerah-daerah
membentuk poligon (luas masing-masing daerah ai), seperti pada Gambar 1.1 sebagai
berikut :
8
Gambar 1.1 Daerah-daerah poligon (a1, a2, a3, a4) yang dibatasi oleh garis
putus-putus pada Wilayah A.
A 1R 1 A 2 R 2 A 3R 4 ............................. A NR N
R
A 1 A 2 A 3 .................... A N
Dimana :
Cara ini adalah cara rasional yang terbaik jika garis-garis isohyet dapat
digambar secara teliti.
9
S1
110 mm
A1
110 mm 100 mm
90 mm
S2
A2
100 mm
S4 A4
S3
95 mm
A3
90 mm
95 mm
Metode isohet ini berguna untuk mempelajari pengaruh hujan terhadap perilaku
aliran air sungai terutama untuk daerah dengan tipe curah hujan orografik (daerah
pegunungan).
10
Dimana :
dXA, dXB, dXC = Jarak stasiun X terhadap masing – masing stasiun A,B,C
̅A
X 750
XA = X̅B . XB = 725 . 710 mm = 735 mm
Dalam hal ini HX = tebal hujan dipos X yang akan diperkirakan dan Hi =
tebal hujan dipos A, B, C, dan D. Dan nilai Li menunjukkan jarak pos hujan A, B, C
dan D terhadap pos hujan X.
11
1 n Anx
Dx di
n i 1 Ani
Dengan :
12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Data Hujan di Beberapa Stasiun Boyolali
Nama DPUPK
Stasiun BYL
Eleva
No Stasiun si
No In Manu
Database Tipe alat al
Lintang Pemil
Selatan 7,5009 ik
Bujur 110,57
Timur 84 Operator
Tah Ag
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Sep Okt Nop Des Tahunan
un s
Total
R24
(mm/th
(mm)
n)
23
2009 687 565 285 114 262 118 0 0 0 41 0 250 2322 0
2010 396 189 217 308 405 104 41 81 238 179 158 236 2552 86
2011 340 245 352 145 218 0 0 0 0 134 246 230 1910 75
2012 355 192 118 265 60 0 0 0 0 63 220 539 1812 60
2013 451 307 356 293 180 238 171 0 0 115 233 252 2596 73
11
2014 315 430 337 430 235 145 40 0 0 8 330 334 2604 3
2015 355 411 419 519 126 12 0 0 0 9 218 498 2567 88
687 419 405 171 81, 238 179 330 539 2604
Max ,0 565,0 ,0 519,0 ,0 238,0 ,0 0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0
Rera 414 297 212 36, 11, 34, 78, 200 334 2337
ta ,1 334,1 ,7 296,3 ,3 88,1 0 6 0 4 ,7 ,1 ,6
315 118 60, 230 1812
Min ,0 189,0 ,0 114,0 0 0,0 0,0 0,0 0,0 8,0 0,0 ,0 ,0
13
Nama Karang
Stasiun Gede
No Elev
Stasiun asi
No In Man
Database Tipe alat ual
Lintang 7,36 Pem Cab Din
Selatan 911 ilik Boyolali
Bujur 110,
Timur 639 Operator
Tah Ma Me Ag Se Ok No
Jan Peb Apr Jun Jul Des Tahunan
un r i s p t p
Total R24
(mm/t (mm
hn) )
1
200 50 39 247 0
9 8 461 91 161 9 129 0 0 0 92 355 274 0 5
1
201 79 29 31 20 59 392 1
0 5 340 2 338 4 58 83 6 62 6 237 605 6 6
201 35 38 34 16 229 9
1 9 332 4 287 8 17 0 0 60 0 206 137 0 0
2
201 75 128 53 38 184 268 808 0
2 9 0 0 525 60 16 0 0 0 6 5 1 2 0
201 40 27 232 7
3 2 274 2 220 92 174 95 0 20 80 372 322 3 0
201 22 39 251 9
4 3 282 5 495 97 116 34 44 0 50 384 392 2 5
1
201 52 33 226 0
5 6 355 2 437 68 8 0 0 0 1 262 277 6 0
14
Nama
Stasiun Andong
No Elev
Stasiun 57a asi
No In Man
Database Tipe alat ual
Cab
Din
Lintang 7,37 Pem Boy Boy
Selatan 098 ilik olali olali
Bujur 110,
Timur 743 Operator
Tah Ma Me Ag Se Ok No De
Jan Peb Apr Jun Jul Tahunan
un r i s p t p s
Total R24
(mm/t (m
hn) m)
200 47 27 17 14 27 21 236
9 8 540 0 150 5 111 0 20 0 0 5 0 9 99
201 69 33 34 20 29 24 28 349 10
0 0 365 6 503 0 85 57 85 7 9 1 2 0 0
201 19 50 28 53 14 251 10
1 2 311 6 275 3 33 162 0 68 0 4 8 2 0
201 39 15 10 11 40 29 220
2 9 311 0 332 2 91 0 0 0 7 5 9 6 98
201 46 33 15 19 27 262 14
3 4 421 2 429 8 263 40 0 0 57 1 3 8 6
201 15 35 10 32 24 206 13
4 4 267 7 325 55 152 78 5 0 0 0 7 0 4
201 34 41 23 197 14
5 8 387 0 409 93 0 0 0 0 0 84 9 0 8
15
3.2.1 Metode Rata-Rata Aljabar
𝑝1+𝑝2+𝑝3 𝑝1+𝑝2+𝑝3
Pa = Pa =
𝑛 𝑛
12+8+0 8+50+0
Pa = Pa =
3 3
Pa = 6,67 Pa = 19,33
𝑃𝑥 1 12 8 𝑃𝑥 1 8 50
= 3 (2567 + + 0) = 3 (2604 + + 0)
1970 2266 2060 2512
Px = 5,38 Px = 15,77
Skala 1 : 50.000
1 1
= 3 ( 88 + 100 + 148) = 3 ( 113 + 95 + 134 )
16
= 112 mm = 114 mm
A1R1+A2R2+A3R3
𝑅̅ = 𝐴1+𝐴2+𝐴3
2310+16704+8070
𝑅̅ = 122,54
𝑅̅ = 221,02 mm
Tahun 2014
∑ 𝐴𝑛𝑅𝑛
𝑅̅ = ∑ 𝐴𝑛
A1R1+A2R2+A3R3
𝑅̅ =
𝐴1+𝐴2+𝐴3
2966,25+3967,2+7307,02
𝑅̅ = 122,54
𝑅̅ = 116,21 mm
Tahun 2015
A1R1+A2R2+A3R3
𝑅̅ = 𝐴1+𝐴2+𝐴3
17
Luas Wilayah di stasiun Karang Gede
1
A2 = 41,76 x 0,2 = 208,8
Luas Wilayah di stasiun Andong
1
A3 = 54,53 x 0,2 = 272,65
94𝑥131,25+124𝑥208,8+74𝑥272,65
Prata-rata = 112,54
12337,5+25891,2+20176,1
Prata-rata = 112,54
Prata-rata = 518,96 mm
Tahun 2014
𝑃𝑎+𝑃𝑏 113+95
P1 = = = 104
2 2
𝑃𝑏+𝑃𝑐 95+134
P2 = = = 114,5
2 2
𝑃𝑐+𝑃𝑑 134+0
P3 = = = 67
2 2
𝑃1𝐴1+𝑃2𝐴2+𝑃3𝐴3+𝑃4𝐴4
Prata-rata = 𝐴1+𝐴2+𝐴3+𝐴4
104𝑥131,25+114,5𝑥208,8+67𝑥272,65
Prata-rata = 112,54
55825,15
Prata-rata =
112,54
Prata-rata = 496,047 mm
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Curah hujan sering disebut dengan presipitasi. Presipitasi adalah air bentuk cair atau padat
yang mengendap ke bumi yang didahului dengan terjadinya proses kondensasi atau
sublimasi atau kombinasi keduanya yang sering dinyatakan dalam mm
Curah Hujan merupakan data Hujan yang turun ke permukaan bumi, kadang disajikan
dalam kurung waktu Harian terbagi menjadi Hujan ringan, kecepatan jatuh sampai 2,5
mm/jam, Hujan menengah, dari 2,5-7,6 mm/jam, Hujan lebat, lebih dari 7,6 mm/jam
Penempatan dan Pengukuran curah Hujan harus sesuai dengan aturan standar.
Terdapat 3 metode perhitungan curah hujan yaitu, cara aritmatika, cara Poligon, dan cara
isohet (isohyetal).
Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang
datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter,
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi
satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
Dalam data BMKG palembang di dapatkan bahwa data curah hujan yang ter jadi pada
bulan september 2012 adalah sebanyak 14 mm.
19
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Sudjarwadi. 1987. Teknik Sumber Daya Air. Yogyakarta : PAU Ilmu Teknik UGM.
Sosrodarsono, S., dan Takeda. 1999. HidrologiUntuk Pengairan. Jakarta : P.T. Pradnya
Paramita.
http://ustadzklimat.blogspot.com/2012/02/pengamatan-curah-hujan-dengan-penakar.html. Online
29 oktober 2012.
20
21