Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDROLOGI TEKNIK
(V. Analisis Curah Hujan Desain)

Oleh:
Kelompok/Shift : 1/B1
Nama (NPM) : 1. Rizal Anwar Fauzi (240110170057)
2. Hafifah Amalia (240110170058)
3. Adhita Pragas (240110170066)
4. Ganendra Akbar (240110170067)
5. Ray Leonard H (240110170070)
Waktu Praktikum : 07.30–09.30 WIB, Selasa 9 Oktober 2018
Asisten Praktikum : 1. Andiles Kusnadi S
2. Imam Fauzan
3. Silvy Santika
4. Siti Sarah S
5. Tiara Putri Dwi D

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Curah hujan merupakan suatu air yang turun pada suatu daerah dalam suatu
waktu tertentu. Dalam pembuatan rancangan yang berhubungan dengan curah
hujan yang utama adalah distribusi curah hujan itu sendiri. Terdapat perbedaan
dalam pendistribusian curah hujan yaitu sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau,
yaitu curah hujan tahunan (jumlah curah hujan dalam satu tahun), curah hujan
bulanan (jumlah curah hujan dalam satu bulan), curah hujan harian (jumlah curah
hujan dalam 24 jam) dan curah hujan per jam. Semua nilai yang diperoleh ini dapat
digunakan untuk menentukan kemungkinan di kemudian hari dan akhirnya untuk
perancangan sesuai dengan tujuan yang dimaksud. Berkembangnya suatu
pengusaha dalam bidang pertanian sangat berpengaruh dalam hasil usaha mereka.
Di Indonesia banyak tanaman pertanian yang tumbuhnya kurang subuh dan
hasilnya kurang baik yang salah satunya adalah waktu penanaman yang kurang
tepat dan tidak memperhaatikan curah hujan yang terdapat diwilayah tersebut.
Berbeda dengan negara-negara maju yang sangat memperhatikan aspek-aspek
bercocok tanam yang membuat hasil yang sesuai yang diharapkan dan tidak
menimbulkan kerugian dalam segi materil. Kerugian ini banyak terjadi pada petani
tradisional dalam segi pemberian pupuk, menanam benih dan lainnya. Hal tersebut
dikarenakan petania kebanyakan hanya mengandalkan pengalaman selama bertani.
Maka diperlukannya alat pengukur curah hujan agar pola curah hujan para petani
dapat menentuan jadwal tanam, pola tanam, musim tanam, panen, pengolahan hasil
pertanian sampai pengangkutan atau pendistribusian hasil pertanian.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dilaksanakannya praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menganalisis frekuensi curah hujan yang ada pada suatu wilayah
tertentu.;
2. Mampu menggunakan Metode Gumbel, Distribusi Normal, dan Log Pearson
III untuk menghitung curah hujan desain; dan
3. Dapat memahami penyajian grafik hubungan intensitas hujan dengan
menggunakan kurva intensity.

1.3 Metodologi Pengamatan dan Pengukuran


1.3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Alat tulis;
2. Laptop; dan
3. Modul praktikum hidrologi.
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum analisis curah hujan desain kali ini
yaitu data curah hujan suatu stasiun dari tahun 1998 sampai tahun 2012.
1.3.2 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan praktikum kali ini yaitu:
1. Alat dan bahan yang akan digunakan dipersiapkan;
2. Data yang memuat lembar kerja praktikum di dalam laptop dibuka;
3. Jumlah data curah hujan dari tahun 1998 sampai 2012 dihitung;
4. Hasil perhitungan yang didapatkan dimasukkan ke dalam data curah hujan
(CH bulanan) serta nilai terbesarnya pada (CH maksimal) yang terdapat
pada excel;
5. Diberikan gradasi warna pada data yang < 100;
6. Setelah menentukan bulan mana saja yang menjadi bulan hujan kering pada
tabel jumlah curah hujan, pada data curah hujan maksimum, samakan bulan
yang menjadi bulan hujan kering pada tabel jumlah curah hujan dengan tabel
curah hujan maksimum;
7. Data bulan hujan kering yang terdapat pada tabel curah hujan maksimum
dikosongkan atau dengan kata lain tidak dimasukkan ke dalam data curah
hujan maksimum, karena yang dihitung adalah data bulan hujan basah saja;
8. Analisis distribusi frekuensi rata-rata curah hujan maksimum dilakukan
dengan 3 metode yaitu:
a. Metode Gumbel
b. Metode Log Person III
c. Metode Distribusi Normal
9. Nilainya dihitung dengan ketiga metode tersebut untuk periode ulang (TR)
2, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 50, 75 dan 100;
10. Setelah nilainya dihitung, bandingkan apakah hasilnya sama atau tidak nilai
distribusi frekuensi rata-rata curah hujan maksimum antara ketiga metode
tersebut (Metode Gumbel, Metode Log Person III dan Metode Distribusi
Normal); dan
11. Hasil praktikum yang telah dilakukan disimpan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Presipitasi
Presipitasi atau curah hujan adalah peristiwa jatuhnya cairan (dapat
berbentuk cair atau beku) dari atmosphere ke permukaan bumi. Presipitasi cair
dapat berupa hujan dan embun dan presipitasi beku dapat berupa salju dan hujan
es. Di Indonesia hujan jauh lebih sering dijumpai maka hujan lebih diartikan
sebagai endapan dalam bentuk air. Dalam uraian selanjutnya yang dimaksud
dengan presipitasi adalah hanya yang berupa hujan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya presipitasi antara lain berupa adanya uap air di atmosfir,
faktor-faktor meteorologis, lokasi daerah dan adanya rintangan misal adanya
gunung (Mayong, 2006).

2.2 Faktor Presipitasi


Faktor- faktor yang mempengaruhi presipitasi, yaitu:
1. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di udara
(atmosfer). Udara atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air.
Kelembaban udara ditentukan oleh banyaknya uap air dalam udara. Kalau tekanan
uap air dalam udara mencapai maksimum . maka mulailah terjadi pengembunan.
Temperatur dimana terjadi pengembunan disebut titik embun (akhmad, 2016).
2. Energi Matahari
Seperti telah disebutkan dimuka bahwa energi matahari adalah “mesin“
yang mempertahankan berlangsungnya daur hidrologi. Matahari juga bersifat
mempengaruhi terjadinya perubahan iklim. Pada umunya, besarnya energi
matahari yang mencapai permukaan bumi adalah 0,5 langley/menit. Namun
demikian, besarnya energi matahari bersih yang diterima permukaan bumi
bervariasi tergatung pada letak geografis dan kondisi permukaan bumi. Pemukaan
bumi bersalju, sebagai contoh, mampu merefleksikan 80% dari radiasi matahari
yang datang. Sementara, permukaan bumi dengan jenis tanah berwarna gelap
dapat menyerap 90% (Wanielista, 1990). Adanya perbedaan keadaan geografis
tersebut. Mendorong terjadinya gerakan udara di atmosfer, dan demikian juga
berfungsi dalam penyebaran energi matahari. Energi matahari bersifat
memproduksi gerakan masa udara di atmosfer dan diatas lautan. Energi ini
merupakan sumber tenaga untuk terjadinya proses evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi berlangsung pada permukaan badan perairan sedangkan transpirasi
adalah kehilangan air dalam vegetasi. Energi matahari mendorong terjadinya daur
hidrologi melalui proses radiasi. Sementara penyebaran kembali energi matahari
dilakukan melalui proses konduksi dari daratan dan konveksi yang berlangsung di
dalam badan air dan atmosfer (Mayong, 2006).
3. Angin
Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara
dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat yang
rendah atau daerah yang memiliki suhu rendah ke wilayah bersuhu tinggi. Angin
memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerahyang terkena
banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan
udara yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan
terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh pergerakan benda
sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain (Gaodam,
2008).
4. Suhu atau Temperatur Udara
Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul
dalam atmosfer. Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin diukur
berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan thermometer. Suhu udara
merupakan unsur iklim yang penting. Suhu udara berubah sesuai dengan tempat
dan waktu (Ernyasih, 2012).

2.3 Intensitas Hujan


Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam
tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun
waktu air hujan terkonsentrasi. Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda
tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah
hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi
daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan
intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang.
Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi,
tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari
langit (Tohir, 2012).

2.4 Curah Hujan Desain


Hal terpenting dalam pembuatan rancangan yang berhubungan dengan
curah hujan adalah distribusi curah hujan itu sendiri. Distribusi curah hujan
berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau, yaitu curah hujan
tahunan (jumlah curah hujan dalam satu tahun), curah hujan bulanan (curah hujan
dalam 1 bulan), dan curah hujan harian (jumlah curah hujan dalam 24 jam) dan
curah hujan per jam.
Untuk mendapatkan curah hujan rencana untuk keperluan desain,
dilakukan analisis frekuensi terhadap data curah hujan harian maksimum. Hasil
dari analisis frekuensi ini dalah curah hujan dengan beberapa periode ulang sesuai
dengan kebutuhan desain. Analisis frekuensi curah hujan dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu, secara langsung dan secara tidak langsung (Dwiratna, 2016).

2.5 Analisis Frekuensi Curah Hujan secara Langsung


Menurut Dwiratna (2016), analisis frekuensi secara langsung dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu:
1. Analisis frekuensi berdasarkan interval kedalaman hujan (depth interval)
Metode ini digunakan jika data yang ada cukup banyak(misal data harian)
Prosedur yang harus dilakukan :
a. Tentukan banyaknya kelas interval,batas bawah(a1), dan batas atas(b1)
berdasarkan data kedalaman hujan.
i. Banyaknya kelas ditentukan berdasarkan persamaan k=1+3,322 log n
ii. Besar kelas/panjang kelas interval ditentukan berdasarkan persamaan c
𝑋𝑛 −𝑋𝑖
= , dimana 𝑋𝑛 dan 𝑋𝑖 masing-masing adalah nilai data terbesar dan
𝑘

nilai data terkecil.


b. Hitung jumlah data pada masing-masing kelas interval (ai < P ≤ bi = mi)
c. Hitung frekuensi (F) dimana F(ai < P ≤ bi) = mi/n dengan n adalah jumlah
data kedalaman hujan
d. Hitung periode ulang T = 1 / F (Dwiratna, 2016).
2. Analisis frekuensi berdasarkan ranking kedalaman hujan (depth ranking)
(Dwiratna, 2016).
Metode ini digunakan jika data yang ada tidak banyak (misal data bulanan).
Prosedur yang harus dilakukan :
a. Rankingkan data hujan bulanan berurut dari besar ke kecil.
b. Hitung frekuensi (F) terlampaui dimana F(P>Pr) = r/(n+1) dengan r adalah
nilai ranking dan n adalah jumlah data yang kedalaman hujan.
c. Hitung periode ulang T = 1/F

2.6 Analisis Frekuensi Curah Hujan secara Tidak Langsung


2.6.1 Metode Gumbel
Menurut Gumbel, curah hujan untuk periode ulang tertentu (TR) dihitung
berdasar persamaan berikut (Dwiratna, 2016):
𝑌𝑇𝑅− 𝑌𝑛
XTR = 𝑋̅ + ( ) . 𝑆𝑥 ...........(1)
𝑆𝑛

Besarnya koefisien-koefisien diatas dihitung dengan persamaan berikut:


𝑇𝑅−1
𝑌𝑇𝑅= − 𝑙𝑛 (−𝑙𝑛 ( ))..................(2)
𝑇𝑅

∑𝑛 ̅̅̅̅2
𝑖=1(𝑋𝑖− 𝑋)
𝑌𝑇𝑅 = √ ..........................(3)
𝑛−1

Dimana :
XTR = Curah hujan dengan periode ulang TR (mm)
𝑋̅ = Curah hujan rata-rata (mm)
𝑇𝑅 = Periode ulang
Yn , Sn =Konstanta berdasarkan jumlah data yang dianalisis
Sx = Standar deviasi dari data x
2.6.2 Metode Log Pearson III
Analisis frekuensi dengan menggunakan metode Log Person III dapat
dilakukan dengan persamaan berikut (Dwiratna, 2016):
Log XTR = ̅̅̅̅̅̅̅
Log x + (KTR . SLog x)..........(4)
Besarnya koefisien-koefisien di atas dihitung dengan persamaan berikut:
∑ Log X
̅̅̅̅̅̅̅
Log x = n ...............(5)

̅̅̅̅̅̅̅x
∑ (Log X -Log
Slog x = √ .........(6)
𝑛−1

Dimana :
XTR = Curah hujan dengan periode ulang TR (mm)
𝑋̅ = Curah hujan rata-rata (mm)
TR = Periode Ulang
N = Jumlah data yang ditinjau
Slog x = Standar deviasi dari log x

2.6.3 Metode Distribusi Normal


Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi
Gauss(Dwiratna, 2016).
̅ + (KT . S)..........(7)
XT = 𝑿
Dimana:
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T – tahunan
𝑋̅ = Harga rata-rata sampel data curah hujan (dalam hal ini curah hujan
maksimum)
S = Simpangan baku (standar deviasi) data sampel curah hujan
KT = Faktor frekuensi atau faktor probabilitas, dimana nilainya berbagai untuk
berbagai periode ulang yang sudah tersedia dalam tabel nilai variabel
reduksi Gauss.
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tabel
Tabel 1. Curah Hujan Bulanan
Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1998 227 552 492 351 394 334 279 166 288 388 468 391
1999 270 238 312 217 133 84 36 2 25 221 200 174
2000 295 289 298 507 543 125 86 33 19 269 579 215
2001 550 259 470 414 256 275 114 52 187 341 459 294
2002 445 229 257 191 119 48 36 24 9 10 320 513
2003 262 246 196 242 73 5 7 8 108 186 227 281
2004 322 196 243 203 185 33 32 19 25 42 224 330
2005 315 368 373 184 100 179 98 57 85 167 249 332
2006 401 444 224 333 225 47 46 43 28 61 185 403
2007 228 325 166 551 88 111 13 12 12 141 473 478
2008 256 211 478 290 72 31 0 82 78 96 449 279
2009 386 301 338 312 300 117 23 20 124 299 323 374
2010 570 408 547 219 412 215 174 192 458 526 561 270
2011 276 222 339 311 263 213 79 71 147 302 370 354
2012 236 331 204 382 129 48 42 4 16 167 471 518
Tabel 2. Curah Hujan Maksimum
Rata-
Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Rata
1998 22 48 56 31 31 42 34 26 39 36 46 35 37
1999 23 17 28 20 15 23 22 15 20
2000 33 30 26 36 45 28 32 40 23 33
2001 46 32 40 45 25 37 23 28 31 69 42 38
2002 37 33 30 22 18 40 61 35
2003 31 21 21 41 22 34 26 22 27
2004 26 24 23 32 25 19 28 25
2005 19 32 26 23 17 28 23 30 21 24
2006 36 40 18 26 19 28 39 29
2007 30 39 18 56 18 30 46 53 36
2008 33 17 35 31 44 34 32
2009 34 33 22 30 31 27 42 58 47 51 38
2010 45 34 65 33 37 39 53 27 55 78 78 42 49
2011 29 22 33 31 24 23 23 27 35 26 27
2012 17 38 30 52 17 35 98 45 41
Tabel 3. Rata-rata Maksimal Curah Hujan, Log X, Standar Deviasi dan Skewnes
Rata2
Tahun Log X
maks
1998 37 1.5702
1999 20 1.3075
2000 33 1.5137
2001 38 1.5802
2002 35 1.5388
2003 27 1.4364
2004 25 1.4027
2005 24 1.3838
2006 29 1.4681
2007 36 1.5578
2008 32 1.5068
2009 38 1.5743
2010 49 1.6884
2011 27 1.4339
2012 41 1.6155
Rata-Rata 32.79 1.51
Stdev 7.4231 0.0999
skewness 0.3 -0.2
Tabel 4. Hasil Metode Gumbel
K=(Ytr -
TR Ytr XTR
Yn)/Sn
2 0.366513 -0.14 31.73
5 1.49994 0.97 39.97
10 2.250367 1.70 45.43
15 2.673752 2.12 48.51
20 2.970195 2.41 50.67
25 3.198534 2.63 52.33
30 3.384294 2.81 53.68
50 3.901939 3.32 57.44
75 4.310784 3.72 60.42
100 4.600149 4.00 62.52
Tabel 5. Hasil Perhitungan Metode Log Pearson III
TR KTR log XTR XTR
2 0.033 1.5085 32.25
5 0.850 1.5902 38.92
10 1.258 1.6309 42.75
15 1.399 1.6450 44.16
20 1.539 1.6590 45.61
25 1.680 1.6731 47.11
Lanjutan tabel 5

TR KTR log XTR XTR


30 1.733 1.6784 47.69
50 1.945 1.6996 50.07
75 2.062 1.7113 51.44
100 2.178 1.7229 52.83
Tabel 6. Hasil perhitungan Metode Distribusi Normal
TR KTR XTR
2 0.00 32.79
5 0.84 39.03
10 1.28 42.29
15 1.46 43.63
20 1.64 44.97
25 1.71 45.49
30 1.78 46.00
50 2.05 48.01
75 2.19 49.05
100 2.33 50.09

4.2 Perhitung
Perhitungan yang dilakukan oleh kelompok kami adalah sebagai berikut:
1. Metode Gumbel
Rata-Rata Standar Deviasi (Sx)
∑ 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑎𝑥
𝑋̅ = ∑𝑛 (𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
𝑛 𝑆𝑥 = √ 𝑖=1
492 𝑛−1
𝑋̅ =
12
𝑋̅ = 32,79 𝑚𝑚 771,43
𝑆𝑥 = √
15 − 1

𝑆𝑥 = 7,42

Mencari nilai Yn dan Sn dari Tabel LA-1 dan LA-2 pada Lampiran dengan n = 15
Reduced Mean (Yn) = 0,5128 Reduced Standard Deviation (Sn) = 1,0206
Perhitungan YTR, K, dan XTR pada Periode Ulang (TR) 10 Tahun
YTR K XTR
(Variasi Reduksi) (Faktor Frekuensi) (Curah Hujan dengan periode
ulang)
𝑇𝑅 − 1 𝑌𝑇𝑅 − 𝑌𝑛 𝑋𝑇𝑅 = 𝑋̅ + 𝐾. 𝑆𝑥
𝑌𝑇𝑅 = −ln (−ln ( )) 𝐾=
𝑇𝑅 𝑆𝑛 𝑋𝑇𝑅 = 32,79 + 1,70 . 7,42
10 − 1 2,2504 − 0,5128
𝑌𝑇𝑅 = − ln (− ln ( )) 𝐾= 𝑋𝑇𝑅 = 32,79 + 12,64
10 1,0206
𝑋𝑇𝑅 = 45,43 𝑚𝑚
9 𝐾 = 1,70
𝑌𝑇𝑅 = − ln (− ln ( ))
10
𝑌𝑇𝑅 = 2,2504
2. Metode Log Pearson III
Rata-Rata Log Rata-rata
∑ 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑎𝑥 ∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑎𝑥
𝑋̅ = ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 =
𝑛 𝑛
492 22,58
𝑋̅ = ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 =
15 15
𝑋̅ = 32,79 𝑚𝑚 ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 = 1,51
Standar Deviasi (Sx) Log Standar Deviasi

∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋̅)2 ∑𝑛 (𝐿𝑜𝑔 𝑋 − ̅̅̅̅̅̅̅̅


𝐿𝑜𝑔 𝑋)2
𝑆𝑥 = √ 𝑆log 𝑋 = √ 𝑖=1
𝑛−1 𝑛−1

771,43 0,1398
𝑆𝑥 = √ 𝑆log 𝑋 = √
15 − 1 15 − 1

𝑆𝑥 = 7,42 𝑆log 𝑋 = 0,9994

Koefisien Kemiringan / Skewness (G atau Cs)


𝑛 ∑𝑛𝑖=1(𝐿𝑜𝑔 𝑋 − ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋)3
𝐺=
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑆log 𝑋 ³
15 . (−0,0026)
𝐺=
(15 − 1). (15 − 2) . 0,0999³
−0,039495
𝐺=
0,181696
𝐺 = −0,21736 ~ − 0,2
Nilai KTR dilihat dari tabel LA-4 pada Lampiran
Periode Ulang (TR)
skewness
2 5 10 15 20 25 30 50 75 100
-0,2 0,033 0,850 1,258 1,399 1,539 1,680 1,733 1,945 2,062 2,178
Ket: angka dengan warna biru merupakan hasil intepolasi

Perhitungan Log XTR dan XTR dengan Periode ulang 20 tahun


Log XTR XTR
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇𝑅 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝐿𝑜𝑔 𝑋 + (𝐾𝑇𝑅 . 𝑆log 𝑋 ) 𝑋𝑇𝑅 = 10𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇𝑅
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇𝑅 = 1,51 + (1,539 . 0,9994) 𝑋𝑇𝑅 = 101,6591
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇𝑅 = 1,51 + 0,15384 𝑋𝑇𝑅 = 45,61 mm
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇𝑅 = 1,6591

3. Metode Normal
Rata-Rata Standar Deviasi (Sx)
∑ 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑎𝑥
𝑋̅ = ∑𝑛 (𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
𝑛 𝑆𝑥 = √ 𝑖=1
492 𝑛−1
𝑋̅ =
12
̅
𝑋 = 32,79 𝑚𝑚 771,43
𝑆𝑥 = √
15 − 1

𝑆𝑥 = 7,42

Nilai KT dari tabel LA-5 pada Lampiran


TR 2 5 10 15 20 30 50 75 100
KT 0 0,84 1,28 1,28 1,64 1,64 2,05 2,05 2,33

Perhitungan Nilai XTR pada periode ulang 50 tahun


𝑋𝑇𝑅 = 𝑋̅ + 𝐾𝑇 . 𝑆𝑥
𝑋𝑇𝑅 = 32,79 + 2,05 . 7,42
𝑋𝑇𝑅 = 32,79 + 15,22
𝑋𝑇𝑅 = 48,01 𝑚𝑚
Rizal Anwar Fauzi
240110170057

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang curah hujan desain yang bertujuan
untuk menentukan kemungkinan curah hujan di kemudian hari. Diperlukan data
curah hujan maksimum atau data bulan basah (>100 mm/bulan) dari tahun-tahun
sebelumnya untuk menghitung desain curah hujan secara tak langsung. Data bulan
kering atau yang kurang dari 100 mm tidak masuk kedalam perhitungan curah
hujan desain, jadi tabel yang memuat angka kurang dari 100 di dalam data tabel
akan dihapuskan supaya nilai tersebut tidak terhitung dan diabaikan saja. Data dari
tahun 1998 sampai tahun 2012 menyatakan bahwa rentang bulan Mei sampai
bulan Oktober merupakan bulan kering atau memuat curah hujan yang kurang dari
100 mm, namun bulan yang paling kering adalah bulan Juli dan Agustus.
Keduanya hampir setiap tahun mengalami bulan kering kecuali pada tahun 1998
dan 2010. Bahkan pada bulan Juli tahun 2008 curah hujannya 0, yang artinya pada
bulan tersebut tidak terjadi hujan sama sekali.
Data yang digunakan bukan merupakan semua data yang ada, melainkan
harus dicari terlebih dahulu nilai reratanya. Rata-rata yang didapatkan
menunjukkan bahwa tahun 2010 merupakan tahun paling besar curah hujan
maksimalnya yaitu 49 mm. Nilai curah hujan maksimal tersebut angkanya lebih
baik dibulatkan untuk mendapatkan perhitungan yang lebih mudah, misalnya
48,998 dibulatkan menjadi 49. Nilai rata-rata pertahun tersebut kemudian dirata-
ratakan lagi untuk mendapat 1 angka yang nantinya akan dimasukkan kedalam
perhitungan. Nilai rata-rata yang didapatkan adalah 32,79. Selain rata-rata,
dibutuhkan juga standar deviasi dari data curah hujan maksimum yang sudah ada
dan didapatkan standar deviasinya yaitu 7,42. Perhitungan pada metode gumbel,
dibutuhkan 2 konstanta yang disebut Yn (Reduced Mean) dan Sn (Reduced
Standard Devation) yang keduanya terdapat pada tabel. Berbeda dengan metode
gumbel yang membutuhkan nilai Yn dan Sn, pada metode log pearson II
dibutuhkan nilai skewness. Nilai skewness atau yang biasa juga disebut skew
adalah nilai kemiringan atau tingkat ketidaksimetrisan atau kejauhan simetri dari
sebuah distribusi. Nilai skewness tersebut dapat mengetahui apabila data menceng
terlalu jauh dari yang seharusnya.
Periode ulang (TR) yang digunakan untuk menghitung curah hujan desain
pada metode Gumbel, Log Pearson III dan distribusi normal pada praktikum kali
ini adalah 2, 5, 10, 15,20, 25, 30,50, 75 dan 100. Berbeda dengan metode Gumbel
yang mencari nilai faktor frekuensinya (YTR) menggunakan rumus tersendiri,
metode log pearson III dan metode distribusi normal untuk faktor frekuensinya
dicari menggunakan tabel tersendiri, apabila periode ulangnya tidak terdapat pada
tabel maka dilakukan proses interpolasi untuk mencari nilainya. Prinsip
interpolasi yaitu membandingkan nilai diatas dan dibawah nilai yang dicari, maka
akan dihasilkan nilai antara nilai-nilai tersebut. Hasil yang didapatkan pada
praktikum kali ini yaitu nilai rata-rata pada metode gumbel memiliki nilai yang
lebih besar daripada kedua metode lainnya yaitu 50,27 mm, sedangkan metode
log pearson rata-ratanya yaitu 45,28 mm dan metode distribusi normal rata-
ratanya yaitu 44,13 mm. Hasil perhitungan tiap metode memiliki perbedaan yang
terbilang kecil meskipun tidak ada metode yang menghasilkan nilai sama.
Hafifah Amalia

240110170058

3.2 Pembahasan
Praktikum keempat hidrologi teknik ini membahas analisis curah hujan
desain. Tujuan adanya analisis ini yaitu untuk memprediksi jumlah hujan yang
akan terjadi. Distribusi curah hujan berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu
yang ditinjau, namun pada praktikum kali ini curah hujan yang dipakai yaitu curah
hujan tahunan. Untuk mendapatkan hasil analisis tersebut dilakukan analisis
frekuensi terhadap data curah hujan harian maksimum, dimana data curah hujan
diambil dari hasil praktikum sebelumnya. Hasil dari analisis frekuensi ini adalah
curah hujan dengan beberapa periode ulang sesuai dengan kebutuhan desain.
Analisis frekuensi ini dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yaitu Metode
Gumbel, Metode Log Person III dan Metode Distribusi Normal.
Metode pertama yang digunakan yaitu metode gumbel. Metode ini
dilakukan dengan cara menjumlahkan curah hujan rata-rata dengan hasil perkalian
antara faktor frekuensi bedasarkan periode ulang dengan standar deviasi dari data
curah hujan tahunan. Faktor frekuensi bedasarkan periode ulang diperoleh dari
periode ulang dikurangi 1 dibagi dengan periode ulang itu sendiri. Metode gumbel
ini adalah metode yang paling umum digunakan, pada metode ini data curah hujan
minimal untuk mengukur curah hujan desain yaitu 10 tahun. Sehingga
berdasarkan hasil perhitungan pada Microsoft excel besar curah hujan yang terjadi
100 tahun kedepan yaitu 62,52mm.
Curah hujan dengan periode ulang yang akan ditentukan dengan metode
Log Person III, dilakukan dengan cara menjumlahkan rata-rata hasil logaritma
data curah hujan tahunan dengan hasil perkalian antara faktor frekuensi
bedasarkan periode ulang dengan standar deviasi hasil logaritma dari data curah
hujan tahunan. Curah hujan dengan periode ulang yang akan ditentukan dengan
periode ini diperoleh dengan menganti-log-kan hasil penjumlahan diatas. Log x
pada persamaan metode log person ini sama dengan log 10 karena pada Microsoft
excel dijadikan sebagai basis perhitungan. Perhitungan menggunakan metode ini
menghasilkan nilai curah hujan untuk 100 tahun kedepan yaitu 52,83mm.
Curah hujan dengan periode ulang yang akan ditentukan dengan metode
Distribusi normal, dilakukan dengan menjumlahkan rata-rata data curah hujan
tahunan dengn hasil perkalian antara faktor frekuensi atau faktor probabilitas
dimana nilainya bermacam-macam untuk berbagai periode ulang yang sudah
tersedia dalam tabel nilai variabel Reduksi Gauss. Sehingga hasil curah hujan
yang didapat pada 100 tahun kedepan yaitu 15,50mm.
Berdasarkan praktikum diatas, tahapan pertama dalam melakukan suatu
perencanaan yaitu melakukan analisis frekuensi. Dalam melakukan sebuah
analisis frekuensi diperlukan data curah hujan maksimum untuk mengetahui
seberapa tinggi curah hujan pada wilayah tersebut. Dalam perencanaan suatu
saluran drainase data curah hujan maksimum yang digunakan adalah curah hujan
maksimum ketika bulan basah. Adapun maksud dari bulan basah yaitu bulan yang
curah hujannya lebih dari 100mm sedangkan untuk bulan kering yaitu curah hujan
yang kurang dari 100mm. Penggunaan curah hujan desain dalam bidang pertanian
dapat digunakan untuk penetapan jadwal dan pola tanam.
Adhita Pragas D
240110170066

3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan perhitungan analisis curah
hujan desain dengan menggunakan tiga metode yaitu metode Gumbel, metode
Log Person III, serta metode Distribusi Normal. Sebelumnya praktikan telah
memiliki data curah hujan. Data tersebut kemudian dilakukan perhitungan untuk
didapatkan curah hujan bulanan serta curah hujan maksimumnya.
Setelah mendapatkan curah hujan bulanan dan curah hujan maksimum,
praktikan melakukan perhitungan untuk metode pertama yaitu metode Gumbel.
Data yang digunakan pada metode ini adalah data rata –rata curah hujan
maksimum setiap tahunnya serta mencari nilai standar deviasinya. Dilanjutkan
dengan pengisian data periode ulang yaitu 2,5,10,15,20,25,30,50,75,100 dan
mencari nilai YTR dan K nya. Sehingga diperolehlah hasil curah hujan dengan
periode ulang TR dari tahun 1998 hingga 2012 berturut - turut yaitu 31,73 mm ;
39,97 mm ; 45,43mm ; 48,51 mm ; 50,67 mm ; 52,33 mm ; 53,68 mm ; 57,44 mm
; 60,42 mm ; 62,52 mm.
Setelah menggunakan metode Gumbel, Perhitungan dilakukan pada
metode Log Person III. Metode ini juga menggunakan data rata – rata curah hujan
maksimal. Kemudian dari data tersebut dihitung nilai log dari rata – rata cuhah
hujan maksimum setiap tahunnya. Serta dilakukan juga perhitungan untuk
mendapatkan standar deviasi serta skewness nya. Dengan menggunakan data
periode ulang yang sama pada metode Gumbel serta nilai K yang didapatkan
dapatkan melalui perhitungan kemudian dilakukan perhitungan pula untuk
mendapatkan nilai log XTR nya. Setelah semua komponen telah didapatkan
nilainya, dilakukan perhitungan menggunakan rumus Log Person III sehingga
nilai curah hujannya dengan periode ulang TR dari tahun 1998 hingga 2012
berturut – turut yaitu 32,25 mm ; 38,92 mm ; 42,75 mm ; 44,16 mm ; 45,61 mm ;
47,11 mm ; 47,69 mm ; 50,07 mm ; 51,44 mm ; 52,83 mm.
Pada metode ketiga yaitu metode Distribusi Normal, data yang dibutuhkan
sama dengan metode sebelumnya yaitu rata – rata curah hujan maksimum tiap
tahunnya serta nilai standar deviasinya. Kemudian dengan periode ulang yang
sama dengan dua metode sebelumnya serta nilai K yang didapat dari tabel serta
proses interpolasi, barulah dapat dilakukan perhitungan dengan menggunakan
rumus distribusi normal sehingga didapatkan perkiraan nilai yang diharapkan
terjadi dengan periode ulang T tahunan dari tahun 1998 hingga 2012 berturut –
turut yaitu 32,80 mm ; 39,02 mm ; 42,30 mm ; 43,64 mm ; 44,97 mm ; 45,49 mm
; 46,01 mm ; 48,02 mm ; 49,06 mm ; 50,10 mm.
Jika diperhatikan hasil yang diperoleh dari masing – masing metode
memiliki perbedaan karena perbedaan penggunaan analisis frekuensi. Data
analisis frekuensi ini didapatkan dari data curah hujan maksimum. Curah hujan
maksimum ini diperlukan untuk mengetahui seberapa tinggi kejadian hujan
disuatu wilayah sehingga kita tahu berapa kapasitas tampung yang ideal bagi
suatu drainase sehingga tidak terjadi luapan diwilayah tersebut. Serta semakin
tinggi tingkat periode ulang nilai curah hujannya juga dominan meningkat. Hal ini
dikarenakan tingkat periode ulang sangat mempengaruhi nilai curah hujan karena
pada ketiga metode terdapat kesamaan, yaitu semakin tinggi periode ulang yang
digunakan, maka semakin tinggi pula nilai Intensitas Hujan yang dihasilkan.
Masing-masing distribusi mempunyai sifat yang khas, sehingga data curah
hujan harus di uji kecocokannya dengan sifat statistik masing-masing distribusi
tersebut. Pemilihan jenis distribusi yang tidak benar dapat menimbulkan
kesalahan perkiraan yang cukup besar, baik over estimated maupun under
estimated.
Pada praktikum kali ini praktikan menemukan beberapa kendala
diantaranya kesalahan perhitungan manual pada curah hujan bulanan sehingga
mempengaruhi hasil dan sedikit memakan waktu untuk memperbaiki datanya,
serta kekurangan alat hitung atau kalkulator yang juga menghambat dalam proses
perhitungan.
Ganendra Akbar H

240110170067

3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini Praktikan menganalisis presipitasi tepatnya
menganalisis curah hujan desain dengan metode Gumbel, log person III, dan
metode distribusi normal. Ketiga metode tersebut didukung oleh data rata-rata
curah hujan maksimal tahunan dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2012. Dalam
metode Gumbel perhitungan durasi hujan dalam periode ulang sangat tergantung
dari nilai Xt dan durasi dari curah hujan tersebut dimana nilai Xt merupakan
penjumlahan dari rata-rata curah hujan maksimal tahunan dengan jumlah
perkalian dari standar deviasi dan nilai K yang dihitung sebelumnya, pada hasil
perhitungan yang tercantum pada tabel curah hujan desain metode gumbel nilai
rata-rata curah hujan dari durasi 5 menit hingga durasi 720 menit relatif menurun
dari 57,65 mm sampai 2,10 mm, hal ini bisa dikatakan benar adanya karena
semakin lama durasi hujan maka akan semakin kecil curah hujan yang turun ke
permukaan tanah, untuk periode ulang hujan nilai curah hujan semakin besar
berbanding lurus dengan banyaknya periode ulang, sebagai contoh di durasi 5
menit dari 2 periode ulang yang bernilai 57,65 mm hingga 100 periode ulang yang
bernilai 113,61 mm.

Dari semua metode mendapatkan hasil yang hampir sama tetapi tidak
100% sama dikarenakan beberapa faktor setelah dilihat dari perbedaannya yang
tidak signifikan, berarti ketiga metode ini sudah benar dalam
perhitungannya.dalam menggunakan Metode Log person III hampir sama dengan
metode Gumbel yaitu semakin lama nilai curah hujan maka akan semakin kecil
periode ulang curah hujan tersebut dan begitu sebaliknya. Perbedaan ini bisa
dilihat praktikan mengambil contoh pada durasi 5 menit pada metode Gumbel
menghasilkan 39,97 sedangkan pada metode Log person III pada durasi 5 menit
adalah 38,92. Metode normal pada durasi 5 menit adalah 39,03. Nilai Xt dan
durasi merupakan penentu dalam suatu perhitungan curah hujan desain, untuk
mendapatkan nilai XT maka dibutuhkan nilai log Xt yang menggunakan Ln untuk
mengubah Log XT menjadi XT. Terdapat perbedaan rentang jumlah nilai dari curah
hujan 2 periode hingga 100 periode, pada metode ini rentangnya relatif lebih kecil
daripada metode Gumbel. Dapat dikatakan bahwa metode ini memiliki keakuratan
yang lebih tinggi daripada metode Gumbel. Semakin kecil periode ulang, akan
semakin detail bentuk kurva yang dihasilkan karena akan semakin banyak data
yang dihasilkan. Bentuk semua garis kurva relatif sama, hal ini dikarenakan
semakin besar periode ulang akan semakin kecil nilai intensitas hujan yang
dihasilkan. Kedua nilai ini berbanding terbalik dan berlaku untuk semua metode.
Metode yang terakhir yang digunakan untuk menganalisa curah hujan desain
adalah metode distribusi normal. Metode ini yang digunakan untuk menghitung
hujan rencana itu bersifat empiris. Artinya perkiraan dilakukan dengan mengacu
pada data-data hujan terdahulu. Nanti hasil perhitungan dengan beberapa metode
tersebut itu dilihat dan diuji dengan sejumlah metode tertentu. Nanti setelah dilihat
dan diuji mana yang sesuai dengan kenyataan dan karakteristik di lapangan, itu
yang dijadikan acuan dalam perencanaan bangunan air. Jumlah XT dalam metode
ini merupakan penjumlahan dari rata-rata curah hujan maksimal tahunan dan
perkalian dari nilai itu sendiri dengan KT nilainya tercantum pada tabel nilai K
untuk metode Log person III. Tetapi terdapat perbedaan yang berarti yaitu pada
XT pada TR ke -100 dalam metode Gumbel yaitu 62,52 , pada TR ke -100 dalam
metode Log person III yaitu 52,83 dan pada TR ke -100 dalam metode distribusi
normal yaitu 50,09. Dapat dilihat bahwa dari ketiga contoh itu metode Gumbel
Lebih besar yang berbanding terbalik dengan periode ulang ketiga metode itu.
Ray Leonard Hutapea

240110170070

3.2 Pembahasan
Praktikum ini dilakukan perhitungan curah hujan rencana untuk keperluan
desain. Untuk mendapatkannya dilakukan analisis frekuensi terhadap data curah
hujan harian maksimum. Hasil dari analisis frekuensi ini adalah curah hujan
dengan beberapa periode ulang sesuai dengan kebutuhan desain. Analisis
frekuensi curah hujan ini dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan tiga
metode, yaitu Metode Gumbel, Metode Log Person III dan Metode Distribusi
Normal.
Pada praktikum didapatkan data nilai intensitas hujan dalam durasi tertentu
dari data nilai curah hujan rancangan periode tertentu hasil analisis frekuensi Log
Person III, Gumbel, dan Normal. Sebagai contoh, Pada periode ulang 2 tahun dan
pada durasi hujan selama 5 menit, didapatkan data nilai intensitas hujan untuk
hasil analisis frekuensi Log Person III sebesar 80 mm/jam, untuk hasil analisis
frekuensi Gumbel sebesar 78 mm/jam, dan untuk Normal sebesar 80 mm/jam. Jika
data intensitas hujan tersebut dibandingkan dengan data intensitas hujan pada
periode 2 tahun dan pada durasi 15 menit maka akan dihasilkan data nilai
intensitas hujan untuk hasil analisis frekuensi Log Person III sebesar 38 mm/jam,
untuk hasil analisis frekuensi Gumbel sebesar 38 mm/jam, dan untuk Normal
sebesar 39 mm/jam. Dari data tersebut membuktikan bahwa intensitas hujan
berbanding terbalik dengan durasi (lamanya hujan yang terjadi).
Curah hujan dengan periode ulang yang akan ditentukan dengan metode
Gumbel, dilakukan dengan cara menjumlahkan curah hujan rata-rata dengan hasil
perkalian antara faktor frekuensi bedasarkan periode ulang dengan standar deviasi
dari data curah hujan tahunan. Faktor frekuensi bedasarkan periode ulang
diperoleh dari periode ulang dikurangi 1 dibagi dengan periode ulang itu sendiri.
Curah hujan dengan periode ulang yang akan ditentukan dengan metode
Log Person III, dilakukan dengan cara menjumlahkan rata-rata hasil logaritma
data curah hujan tahunan dengan hasil perkalian antara faktor frekuensi
bedasarkan periode ulang dengan standar deviasi hasil logaritma dari data curah
hujan tahunan. Curah hujan dengan periode ulang yang akan ditentukan dengan
periode ini diperoleh dengan menganti-log-kan hasil penjumlahan diatas.
Curah hujan dengan periode ulang yang akan ditentukan dengan metode
Distribusi normal, dilakukan dengan menjumlahkan rata-rata data curah hujan
tahunan dengn hasil perkalian antara faktor frekuensi atau faktor probabilitas
dimana nilainya bermacam-mcam untuk berbagai periode ulang yang sudah
tersedia dalam tabel nilai variabel Reduksi Gauss.
Perbedaan nilai intensitas hujan pada ketiga metode pada periode ulang dan
durasi yang sama, dapat disebabkan karena perbedaan nilai curah hujan desain
pada masing-masing metode yang disebabkan oleh perbedaan rumus yang
digunakan pada saat mencari nilai curah hujan desain pada setiap metode tersebut.
Nilai intensitas hujan yang telah didapat dari hasil perhitungan dapat
digunakan untuk perencanaan bangunan pengendali banjir seperti saluran
drainase, dan tanggul.
Rizal Anwar Fauzi
240110170057

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini sebagai berikut:
1. Analisis frekuensi curah hujan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
secara langsung dan secara tidak langsung;
2. Analisis frekuensi secara langsung dapat dilakukan dengan dua metode,
yaituAnalisis Frekuensi Berdasarkan Interval Kedalaman Hujan (Depth
Interval) dan Analisis Frekuensi Berdasarkan Ranking Kedalaman Hujan
(Depth Ranking);
3. Analisis frekuensi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan tiga
metode, yaitu Metode Gumbel, Metode Log Pearson III, Metode Distribusi
Normal; dan
4. Semakin lama periode ulang (TR), maka semakin besar intensitas hujan
yang dihasilkan.

4.2 Saran
Saran yang dapat diambil dari praktikum kali ini sebagai berikut:
1. Sebaiknya data yang dijadikan perhitungan lebih update lagi sampai tahun
2017; dan
2. Sebaiknya praktikan diberi materi mengenai metode terbaik yang bisa
digunakan di lapangan.
Hafifah Amalia

240110170058

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
1. Tujuan dari analisis curah hujan desain ini yaitu untuk memprediksi besar
curah hujan yang akan terjadi.
2. Metode yang paling umum digunakan dalam analisis curah hujan desain
yaitu metode gumbel.
3. Terdapat perbedaan hasil perhitungan dari ketiga jenis metode tersebut.
4. Penggunaan perhitungan analisis curah hujan desain dalam bidang
pertanian yaitu dapat digunakan untuk penentuan jadwal dan pola tanam.
Adhita Pragas D
240110170066

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. Tiga metode perhitungan analisis curah hujan yaitu metode Gumbel,
metode Log Person III, dan metode Distribusi Normal.
2. Nilai Periode ulang mempengaruhi nilai curah hujan.
3. Curah hujan maksimum merupakan curah hujan tertinggi yang terjadi
dalam satu bulan.
4. Dalam perencanaan suatu saluran drainase data curah hujan maksimum
yang digunakan adalah curah hujan maksimum ketika terjadi bulan
basahataucurah hujan dalam satu bulan lebih dari 100mm.

4.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini adalah :
1. Teliti saat melakukan perhitungan.
2. Mengecek kembali rumus perhitungan agar tidak terjadi kesalahan data.
3. Mengerjakan perhitungan dengan tenang dan teliti.
4. Tidak terburu-buru saat melaksanakan praktikum.
Ganendra Akbar H

240110170067

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Semakin besar durasi curah hujan maka semakin kecil nilai dari peiode
ulang suatu curah hujan hal ini berlaku untuk ketiga metode tersebut.
2. Curah hujan maksimum merupakan dasar untuk menghitung semua
metode curah hujan desain.
3. Metode Log Person III lebih memiliki keakuratan yang lebih tinggi
daripada metode gumbel.
4. Data yang didapat di XT pada TR ke -100 dalam metode Gumbel yaitu
62,52, pada TR ke -100 dalam metode Log person III yaitu 52,83 dan pada
TR ke -100 dalam metode distribusi normal yaitu 50,09.
6.2 Saran
Saran dari praktikum kali ini adalah:
1. Praktikan sebaiknya lebih teliti dalam melakukan praktikum agar dapat
menyelesaikan hasil dengan baik.
2. Sebaiknya praktikan memahami dan mempelajari modul terlebih dahulu
agar tidak mengalami kesulitan saat praktikum.
3. Praktikan harus lebih teliti dalam menganalisis data untuk curah hujan
desain pada Microsoft Excel.
Ray Leonard Hutapea

240110170070

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Analisis frekuensi curah hujan secara tidak langsung dilakukan dengan tiga
metode, yaitu metode Gumbel, metode Log Person III serta metode
Distribusi Normal.
2. Perbedaan titik yang terjadi disebabkan karena perbedaan nilai lama hujan
dan intensitas hujan pada jangka tahunan menggunakan data priode ulang.
3. Intensitas hujan tergantung dari durasi lamanya hujan, yaitu semakin lama
hujan yang terjadi maka intensitas hujannya akan semakin kecil, begitu pula
sebaliknya semakin kecil durasi hujan yang terjadi maka intensitasnya akan
semakin besar.
4. Intensitas hujan berbanding terbalik dengan durasi (lamanya hujan yang
terjadi).

4.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan, disarankan agar :
1. Praktikan membawa peralatan penunjang praktikum seperti laptop dan
software Microsoft excel sebagai pembantu dalam perhitungan data.
2. Sebaiknya baterai laptop terisi penuh agar tidak mengganggu aktivitas
praktikum.
3. Praktikan membawa Terminal sebagai pembagi power listrik untuk daya
laptop.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad. 2016. Pengertian Kelembaban Udara. Terdapat pada:


https://www.akhmadshare.com/2016/11/pengertian-kelembaban-udara.
(diakses pada tanggal 22 Oktober 2018. Pukul 18.55 WIB).

Ernyasih. 2012. Hubungan Iklim (Suhu Udara, Curah Hujan, Kelembaban dan
Kecepatan Angin) dengan Kasus Diare di DKI Jakarta 2007-2011 [PDF].
Terdapat pada: https://doi.org/10.1161/01.RES.0000035060.98415.4B

Dwiratna. Sophia. 2016. Penuntun Praktikum Hidrologi. Bandung. Jurusan TMIP-


FTIP-Universitas Padjadjaran.

Godam64. 2008. Definisi/Pengertian Angin dan Teori Terjadinya Angin – Ilmu


Pengetahuan Alam. Terdapat pada: https://www.organisasi.org/1970/01/
definisi-pengertian-angin-dan-teori-proses-terjadinya-angin-ilmu-
pengetahuan-alam. (diakses pada tanggal 22 Oktober 2018. Pukul 18.30
WIB).

Mayong. 2006. Arisan Bencana di Indonesia Akankah Selesai. Terdapat pada:


http://mayong.staff.ugm.ac.id/site/?p=114 (diakses pada tanggal 22 Oktober
2018. Pukul 20.00 WIB)

Tohir. 2012. Klimatologi Pentingnya Curah Hujan Pertanian Indonesia. Terdapat


pada : http://chyrun.com/klimatologi-pentingnya-curah-hujan-pertanian-
indonesia/ (diakses pada tanggal 22 Oktober 2018. Pukul 19.30 WIB).

Anda mungkin juga menyukai