Anda di halaman 1dari 16

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Pengukuran Konduktivitas Listrik)

Oleh:
Nama : Tania Rizki Fauziah
NPM : 240110160120
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 29 November 2017
Waktu/Shift : 07.30 WIB/ B2
Asisten : 1. Connie Shintia Ayu Sidabutar
2. Lisa Oktavia Br Napitupulu
3. Zahrah Eza Arpima
4. Zulfa Irbah Zain

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam proses pengolahan makanan atau bahan hasil pertanian yang telah
dipanen, akan mengalami pemanasan untuk membunuh bakteri maupun untuk
menambah cita rasa dari makanan tersebut. Namun, setiap makanan maupun
minuman hasil olahan bahan hasil pertanian, pasti memiliki tingkat daya tahan
panas yang berbeda-beda satu sama lain. Sehingga, setiap jenis buah maupun
sayuran memiliki perlakuan-perlakuan khusus. Untuk mengetahui seberapa besar
tingkat panas yang dibutuhkan pada setiap bahan hasil pertanian tersebut. Dapat
kita ketahui dari konduktivitas listrik.
Konduktivitas listrik adalah kemampuan suatu bahan untuk mengalirkan
listrik. Beberapa bahan hasil pertanian memiliki konduktivitas listrik yang
berbeda-beda setiap jenisnya. Perbedaan tersebut didasari oleh kemampuan
mobilitas air, struktur bahan, dan jumlah kandungan ion. Pada buah maupun
sayuran yang memiliki kadar ion lebih tinggi, ataupun lebih terasa asam dan asin
pasti memiliki konduktivitas listrik yang lebih tinggi.
Tidak hanya untuk mengetahui kemampuan pemanasan dari bahan hasil
pertanian, konduktivitas listrik juga dapat menentukan seberapa murni suatu air.
Ada 3 macam jenis air yang diklasifikasi berdasarkan nilai konduktivitas
listriknya, yaitu drinking water, distilled water, dan ultra pure water.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mengamati proses pengukuran konduktivitas listrik pada sampel buah
2. Mengetahui cara membaca dan menggunakan konduktivitimeter
3. Menentukan tingkat konduktivitas bahan hasil pertanian
4. Mengetahui tingkat konduktivitas yang baik untuk suatu bahan hasil
pertanian
5. Mengetahui fungsi konduktivitas pada bahan hasil pertanian
6. Mengetahui hubungan konduktivitas dengan kualitas bahan hasil pertanian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konduktivitas Listrik

Konduktivitas listrik (electrical conductivity) bahan juga menjadi salah satu


parameter yang menentukan perbedaan perilaku pada bahan ketika dilakukan
pemanasan dengan cara ohmic heating. Pengukuran dan estimasi konduktivitas
listrik bahan sangat penting terkait dengan rekayasa proses pengolahan makanan
dengan pemanasan ohmic yang memiliki potensi besar untuk diterapkan dalam
operasi pengolahan makanan yang terkait dengan transfer massa dan panas (Fryer
dan Davies, 2001).

Konduktivitas listrik menyatakan seberapa baik suatu material dapat


menyalurkan muatan listrik ketika terdapat beda potensial sehingga menyebabkan
timbulnya arus listrik. Sebagian besar bahan pangan mengandung sejumlah air
bebas dengan kandungan ion garam tak larut yang mendukung pemakaian
pemanasan ohmic. Konduktivitas listrik bahan makanan dipengaruhi oleh
kandungan ion, mobilitas kadar air (Palaniappan dan Sastry, 1991) dan struktur
fisik bahan makanan.

Konduktivitas listrik merupakan faktor kritis yang menjadi penentu proses


pemanasan ohmic. Secara umum persyaratan produk yang mampu diproses
dengan pemanasan ohmic harus memiliki kemampuan menghantarkan arus listrik
kisaran konduktivitas listrik 0.01 S/m – 10 S/m. Jika arus mengalir dengan mudah
(konduktivitas listrik lebih besar 10 S/m) maka bahan makanan tidak akan panas,
sebaliknya jika konduktivitas listrik lebih rendah 0.01 S/m arus tidak mengalir
sama sekali. Konduktivitas listrik bahan yang mengandung kadar garam atau asam
tinggi mempunyai konduktivitas listrik yang tinggi, seperti produk susu berkisar
0.2 S/m – 1 S/m, namun produk makanan yang manis misal selai mempunyai
konduktivitas listrik yang sangat rendah (Palaniappan dan Sastry, 1991).
2.2 Pemanasan Ohmic

Pemanasan ohmic yang juga biasa dinamakan joule heating, electrical


resistance heating, direct electrical resistance heating, electroheating, dan
electroconductive heating merupakan suatu proses pemanasan yang disuplai
dengan melewatkan arus listrik Alternating Current (AC) pada makanan atau
material lain (Fryer dan Davies, 2001).

Pemanasan terjadi dalam bentuk pembangkitan energi internal dari material


secara insitu sehingga menyebabkan interaksi dengan medan listrik eksternal.
Panas dihasilkan karena adanya sifat yang melekat pada bahan yang disebut
hambatan listrik (electrical resistance). Pemanasan ohmic terjadi pada bahan
makanan yang mampu menghantarkan arus listrik. Besarnya kemampuan bahan
penghantaran arus listrik tergantung pada konduktivitas listrik bahan. Oleh karena
itu parameter penentu pemanasan pada bahan makanan tertentu harus dikontrol
agar mencapai laju pemanasan yang dikehendaki. Salah satu cara mengendalikan
laju pemanasan ohmic adalah dengan mengatur formulasi larutan elektrolit pada
bahan makanan.

Gambar 1. Rangkaian Sistem Static Ohmic Heating


2.3 Konduktivitas Listrik pada Air Minum

Air minum mampu menunjukkan hasil positif yaitu akibat adanya


kontaminan berupa asam dan garam pada air. Penyebab larutan aquades tidak
mampu menghantarkan listrik. Derajat kemurnian (purity) air ternyata
mempengaruhi kemampuan bahan dalam menghantarkan arus listrik. Metode yang
cukup popular untuk mengukur kemurnian air dengan pengukuran konduktivitas
bahannya. Dalam perkembangannya pengukuran konduktivitas air ini sangat
penting pada pabrik pemurnian dan desalinasi air minum (Soemanto, 2006). Nilai
konduktivitas listrik air dapat dilihat di tabel di bawah ini:

Tabel.1 Nilai konduktivitas listrik beberapa bahan

Konduktivita
s listrik

Conductor T (K) Penyebab konduksi ionik ( S cm-1)


drinking
water 298 disosiasi garam dan asam karbonat 10 - 2000
distilled kontaminasi garam, disosiasi H20 dan asam
water 273 karbonat 0,06 -10
ultrapure
water 273 low-self dissosiation 0,056

Sumber : Paper Basics of Conductometry, 2004

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Juicer untuk mengekstrak jus.
2. Waterbath untuk memanaskan sampel.
3. Konduktivitimeter digunakan untuk mengukur besar konduktivitas
listrik pada bahan makanan cair.
4. Wadah plastik sebagai tempat bahan makanan cair.

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Larutan garam 0,3%; 0,5%, 0,7% b/v @200ml.
2. Larutan CMC 0,1%; 0,2; 0,3% b/v @200ml.
3. Larutan jeruk 10%; 20%; 30% v/v @200ml.
4. Susu segar dari peternakan 100% @200 ml (susu A).
5. Susu Ready to Drink 100% @200 ml (susu B).
6. Aquades digunakan untuk membersihkan konduktivitimeter dari
larutan.
7. Tissue untuk membersihkan benda kerja
3.2 Prosedur Praktikum
1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum
2. Mengukur suhu semua sampel yang ingin digunakan
3. Mengukur konduktivitas bahan menggunakan konduktivitimeter
4. Mengkalibrasi konduktivitimeter setiap melakukan pengukuran baru
maupun pengulangan
5. Mencatat hasil pengukuran

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

4.1 Hasil Percobaan


Tabel 1. Hasil Pengukuran Konduktivitas Listrik
T Awal T Akhir Konduktivitas Listrik (S/m)
No Bahan Komposisi
(oC) (oC) T Awal T Akhir
Larutan 0,1% 23,1 38,9 0,699 0,970
1 0,2% 23,3 38,3 1,042 1,421
CMC 200 ml 0,3% 23,4 38,2 1,273 1,719
Larutan Jeruk 5% 23,2 32,6 0,693 0,906
2 12,5% 22,9 32,8 0,965 1,325
200 ml 25% 22,7 33,4 2,08 2,41
Larutan 0,3% 23,5 37 12,16 14,07
0,5% 23,4 37,3 14,22 15,06
3 Garam 200
0,7% 23,6 36,6 21,03 25,64
ml
4 Susu Segar
100% 15,33 50,4 7,10 13,15
200 ml
5 Susu UHT
100% 24,5 53,9 11,19 17,63
200 ml
(Sumber : Dokumen Pribadi)
4.2 Grafik
45
40
Konduktivitas Listrik (S/m)

35
30
25
20 T Awal
15 Linear (T Awal)
10 T Akhir
5
0
0.05% 0.10% 0.15% 0.20% 0.25% 0.30% 0.35%
Konsentrasi

Grafik 1. Grafik Konsentrasi Larutan dan Konduktivitas Listrik Larutan CMC


40
35

Konduktivitas Listrik (S/m)


30
25
20
15 T Awal
T Akhir
10
5
0
10% 12% 14% 16% 18% 20% 22% 24% 26%
Konsentrasi

Grafik 2. Grafik Konsentrasi Larutan dan Konduktivitas Listrik Larutan Jeruk

40
35
Konduktivitas Listrik (S/m)

30
25
20
15 T Awal
T Akhir
10
5
0
0.20% 0.30% 0.40% 0.50% 0.60% 0.70% 0.80%
Konsentrasi

Grafik 3. Grafik Konsentrasi Larutan dan Konduktivitas Listrik Larutan


Garam

60 x + NaN
f(x) = NaN
Konduktivitas Listrik (S/m)

R² = 0
50
Susu Segar
40 Linear (Susu
Segar)
30 Susu UHT
20 Linear (Susu UHT)
Linear (Susu UHT)
10
0
80% 100% 120% 140% 160% 180% 200%
Konsentrasi

Grafik 4. Grafik Konsentrasi Larutan dan Konduktivitas Listrik Susu Segar


dan Susu UHT
0.41
0.4

Konduktivitas Listrik (S/m)


0.39
0.38
0.37
0.36 CMC 0,1%
0.35 CMC 0,2%
0.34 CMC 0,3%
0.33
0.32
0.31
22 24 26 28 30 32 34 36 38
Suhu (oC)

Grafik 5. Grafik Suhu dan Konduktivitas Listrik pada Larutan CMC

1.4
Konduktivitas Listrik (S/m)

1.2
1
0.8
Jeruk 5%
0.6 Jeruk 12,5%
0.4 Jeruk 25%
0.2
0
24 26 28 30 32 34 36 38
Suhu (oC)

Grafik 6. Grafik Suhu dan Konduktivitas Listrik pada Larutan Jeruk

12
Konduktivitas Listrik (S/m)

10

6 Garam 0,3%
Garam 0,5%
4 Garam 0,7%
2

0
24 26 28 30 32 34 36 38
Suhu (oC)

Grafik 7. Grafik Suhu dan Konduktivitas Listrik pada Larutan Garam


20
18

Konduktivitas Listrik (S/m)


16
14
12 Susu Segar
10
8 Susu UHT
6
4
2
0
20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Suhu (oC)

Grafik 8. Grafik Suhu dan Konduktivitas Listrik pada Susu Segar dan Susu
UHT
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, praktikan mempelajari salah satu sifat bahan hasil
pertanian yaitu konduktivitas listrik. Konduktivitas listrik merupakan kemampuan
suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Konduktivitas listrik diperlukan
untuk mengetahui daya tahan panas yang masih dapat diterima oleh makanan
tersebut.
Pemanasan diperlukan untuk membunuh bakteri, menambah cita rasa
makanan, merubah warna dan bentuk yang diinginkan, serta memperpanjang masa
penyimpanan dengan menurunkan kadar air. Sehingga sangat penting untuk
mengetahui derajat panas suatu bahan.
Konduktivitas listrik dapat diukur dengan konduktivitimeter. Alat ini akan
menunjukkan besaran ohm-1. Konduktivitas bahan dipengaruhi oleh tiga macam
factor, diantaranya adalah struktur bahan, kandungan ion, dan juga mobilitas air.
Mobilitas air sangat berpengaruh terhadap konduktivitas listrik karena di dalam air
terkandung ion-ion listrik, serta pada bahan yang mempunyai mobilitas air yang
tinggi dapat menunjukkan struktur bahan tersebut memiliki pori-pori yang lebih
besar, sehingga apabila dialiri listrik hambatannya lebih sedikit dan menghasilkan
kuat arus yang lebih besar. Kandungan ion yang terdapat di dalam bahan hasil
pertanian juga sangat berpengaruh terhadap konduktivitas listrik pada bahan
tersebut. Hal itu didasari oleh teori bahwa apabila kandungan ion tidak sejenis
lebih banyak maka akan menghasilkan listrik yang lebih besar.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan pada minggu lalu, mendapatkan
hasil bahwa suhu berpengaruh terhadap konduktivitas listrik. Semakin tinggi suhu
yang diberikan, maka semakin besar konduktivitas listrik yang dihasilkan. Seperti
pada larutan CMC pada suhu 23,1oC mendapatkan konduktivitas senilai 0,699 s/m
lalu pada suhu 38,9oC mendapatkan konduktivitas senilai 0,97 s/m. Lalu pada
komposisi yang semakin besar, konduktivitas akan semakin tinggi. Contohnya
adalah pada larutan jeruk 200 ml dengan komposisi 5% dan 12,5 % dengan suhu
yang sama. Pada komposisi 5% didapatkan konduktivitas sebesar 0,693 s/m,
namun pada komposisi sebesar 12,5% memiliki nilai konduktivitas yang cukup
besar yaitu 0,965 s/m. Berdasarkan grafik susu UHT dengan susu segar
konduktivitas listrik juga meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Misalnya
pada suhu awal 15,33oC memiliki konduktivitas sebesar 7,10 s/m lalu saat suhu
ditingkatkan menjadi 50,4oC, konduktivitasnya menjadi 13,15 s/m. Berarti dapat
disimpulkan bahwa, suhu dan komposisi mempengaruhi konduktivitas listrik pada
bahan.
Konduktivitas listrik tertinggi pada sampel bahan ditemui pada larutan
garam 0,7% yaitu sebesar 25,64 s/m. Konduktivitas listrik yang paling rendah
ditemui pada sampel larutan jeruk 5%. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena
pada larutan jeruk yang umumnya terasa manis, mengakibatkan jumlah mineral
yang dikandung tidak sebanyak kandungan gulanya. Sehingga, kemampuan listrik
yang dimiliki oleh larutan tersebut terbatas. Konduktivitas yang tinggi pada
larutan garam terjadi, karena larutan tersebut merupakan larutan elektrolit.
Dimana larutan elektrolit adalah larutan yang mengandung ion positif dan ion
negative tinggi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Semakin tinggi suhu, semakin tinggi konduktivitas listrik bahan hasil
pertanian.
2. Pengukuran konduktivitas bahan menggunakan alat konduktivitimeter.
3. Sebelum dan sesudah mengukur dengan konduktivitimeter, harus dikalibrasi
terlebih dahulu.
4. Suhu dan komposisi dapat mempengaruhi konduktivitas listrik suatu bahan
hasil pertanian.
5. Suhu yang semakin meningkat, akan menyebabkan konduktivtas listrik
semakin meningkat.
6. Konduktivitas listrik berfungsi untuk mengetahui perpindahan panas dan
massa suatu bahan.
6.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah:
1. Sebaiknya saat akan melakukan praktikum, praktikan mempelajari materi
yang akan dibahas dan dipraktikumkan agar memperoleh kemudahan dalam
melaksanakan praktikum.
2. Alat-alat yang digunakan untuk praktikum harus dalam kondisi baik dan
dapat digunakan, serta berhati – hati dalam menggunakannya agar tidak
rusak.
3. Saat pelaksanaan praktikum, praktikan harus lebih teliti dalam menentukan
nilai-nilai yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Davies, dkk. 2001. Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta.

Ginting, Tjurmin. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. LDB UNSRI.


Indralaya.

Kanginan, Marthen. 2006. Fisika. Erlangga. Jakarta.

Lutfy, Stokes. 2007. Fisika Dasar I. Erlangga. Jakarta.

Martoharsono, Soemanto. 2006. Biokimia I. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Palaniappan dan Sastry, 1991. Teknologi Makanan. Bogor:IPB

Sudarjo, Randy. 2008. Modul Praktikum Fisika Dasar I. Universitas Sriwijaya.


Inderalaya.
LAMPIRAN

Gambar 1. Menyiapkan Alat dan Bahan


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

Gambar 2. Mengukur dengan Konduktivitimeter


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
Gambar 3. Mengkalibrasi Alat
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

Gambar 4. Mengukur Suhu


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

Anda mungkin juga menyukai