Anda di halaman 1dari 16

Nama : Saeqalbu Yabsuthurrizkon

NPM : 240110200098

LAPORAN PRAKTIKUM

KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN


(Karakteristik Optik Pengukuran Warna dengan Alat Chromameter dan Spektofotometer
UV-VIS)

Oleh:

Nama : Saeqalbu Yabsuthurrizkon


NPM : 240110200098
Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 27 Oktober 2022
Waktu/Shift : 15.30-17.00 WIB/B1
Asisten Praktikum : 1.Annisa Pusponegoro
2.Maya Irmayanti
3.Shintya Devita Maharani
4.Shitah Khoerunnisa

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJAJARAN

2022
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan hasil pertanian di Indonesia masih minim atau belum maksimal, yang
membuat kualitas dan kuantitas hasil pertanian menurun. Pengolahan hasil pertanian dapat
dilakukan dengan mengelompokkannya menurut bentuk, ukuran, dan warnanya. Ada sifat
fisik produk pertanian yang meliputi bentuk dan ukuran, sedangkan warna termasuk dalam
sifat optik. Beberapa produk pertanian yang dikirim ke perusahaan atau industri tertentu
harus memenuhi standar warna yang ditetapkan oleh masing-masing industri sesuai dengan
permintaan konsumen.

Ada sifat optik tertentu yang diperlukan dalam penyimpanan bahan pertanian, selain
untuk memastikan kualitas produk dan melestarikan produk. Keawetan suatu produk
pertanian dapat dilihat dari warna yang terjadi pada produk tersebut. Terdapat alat yang dapat
mengukur standar atau nilai warna suatu bahan yang dapat membaca sistem CIE LAB. Salah
satunya adalah melalui Chromameter dan Spektrofotometer. Mengetahui sifat optik produk
pertanian memiliki banyak manfaat, terutama dalam hal merancang alat dan mesin pertanian.
Sangat penting untuk memahami bagaimana warna diukur dengan Chromameter dan
Spektrofotometer UV-VIS.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan Paktikum kali ini adalah :
1. Menentukan Karakteristik optic pada bahan hasil pertanian;dan
2. Menganalisis warna dan menerapkan pengukuran karakteristik optic L*,a*,b*, C
dann H dengan alat Pengambilan Citra digital.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat Optik Produk Pertanian
Sifat optik produk pertanian meliputi penampilan atau warna produk. Sifat optik juga
berperan penting dalam desain alat dan mesin pertanian, misalnya dalam desain mesin untuk
menggiling buah tertentu berdasarkan kematangan buah (Hayati, 2012). Sebagian besar buah
dapat diperiksa kematangannya berdasarkan warnanya (optik). Beberapa makanan lebih baik
daripada yang lain dalam hal warna. Perubahan warna biasa terjadi selama tahap pematangan,
penyimpanan, dan pemrosesan buah. Warna adalah sifat cahaya, yang dapat diukur dalam
hal kecerahan dan panjang gelombang. Warna sesuatu menjadi terlihat jika cahaya dari suatu
objek atau sumber penerangan mengenainya, selain melibatkan komponen fisik dan
fisiologis, penerimaan konsumen juga ditentukan dari warna. bahkan kerusakan fisik dapat
terlihat dengan adanya perubahan warna (Nurjanah, 2021).

2.2 Alat Pengukur Warna


colorimeter dan spektrofotometer dapat mengukur warna benda dengan
menggunakan kombinasi warna dasar. Ruang warna CIE LAB dan CIE LCH biasanya
digunakan dalam industri untuk mengevaluasi kualitas suatu produk. Ruang warna
terlengkap yang ditetapkan oleh International Commission on Color Illumination adalah
L*a*b* atau dikenal sebagai CIE LAB. Ruang warna ini mampu menggambarkan semua
warna yang dapat dilihat oleh mata manusia dan sering digunakan sebagai acuan ruang warna
(Rulaningtyas dkk, 2015).

2.2.1 Chromameter
Colorimetri lebih dikenal dengan istilah Chromameter menggunakan sensor
fotodioda, seperti halnya fungsi color matching retina mata manusia yang bisa mendeteksi
tiga nilai warna primer. Alat ukur kromatik warna ini sangat akurat dalam mengidentifikasi
karakteristik warna benda, menentukan perbedaan warna antar benda dan memberikan rating
LULUS/GAGAL untuk dengan cepat menentukan apakah sampel memenuhi standar yang
telah ditentukan atau tidak. Fitur pengukur kroma warna ini membuatnya ideal untuk
pemeriksaan warna pada makanan, bahan bangunan, dan aplikasi tekstil. Alat ini kompatibel
dengan prosesor data tambahan untuk mencetak hasil di tempat secara langsung atau dengan
perangkat lunak SpectraMagic NX untuk merekam pengukuran dan memberikan analisis
warna yang lebih komprehensif. Kromometer CR-410 adalah model genggam portabel yang
dirancang untuk mengukur warna objek. Colorimeter ini dapat membantu Anda mengontrol
kualitas warna, konsistensi, dan tampilan sampel dengan lebih efisien, proses internal yang
lebih efisien, dan seluruh rantai pasokan (Wahyu, 2016).

2.2.2 Spektofotometer
Spektrofotometer merupakan metode alternatif yang diharapkan lebih sederhana dan
akurat dibandingkan dengan metode manual menggunakan mikroskop. Alat ini lebih
sederhana karena tidak memerlukan metode preparasi yang rumit dan lebih akurat karena
mencakup proses kalibrasi dan standarisasi hasil. Spektrofotometer memiliki tingkat akurasi
yang lebih akurat dan kemampuan yang lebih canggih, yang menjadikannya pilihan yang
lebih baik untuk menganalisis warna lebih lanjut (Muhaemin, 2016).

Prinsip dari alat ini adalah hasil kombinasi dari spektrometer dan fotometer.
Spektrometer adalah alat yang menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu.
Spektrometer dapat memilih panjang gelombang cahaya putih, sedangkan fotometer dapat
mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diserap. Bagian fotometer berisi filter
berbagai warna yang memiliki spesifikasi tertentu yang melewati panjang gelombang
tertentu. Spektrofotometer terdiri dari sumber spektrum tampak, monokromator, sel penyerap
untuk larutan sampel atau blanko, dan alat untuk mengukur perbedaan serapan antara sampel
dan blanko atau pembanding (Muhaemin, 2016).
BAB III

METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah :

1. Cawan;
2. Chromameter;
3. Gelas ukur;
4. Spektofotometer UV-VIS;
5. Timbangan;dan
6. Wadah sampel.

3.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah :

1. Jus manga;
2. Jus jambu biji;dan
3. Jus apel.

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Prosedur Menggunakan Chromameter
Prosedur yang harus dilakukan pada praktikum kali ini adalah:

1. Hubungkan chromameter dan monitor display pada posisi yang benar;


2. Ukurlah karakteristik warna L*,a*,b*, untuk kertas putih dan hitam;
3. Siapkan sampel sebanyak 15 ml dengan gelas ukur dan letakan pada cawan gelas
kemudian ukurlah karakteristik warna L*,a*,b*,lakukan pengulangan sebanyak 2
kali untuk mendapatkan nilai rata rata; dan
4. Hitunglah C (chroma) dan H (derajat hue) untuk masing masing sempel
Dengan rumus dibawah ini :
𝑏∗
𝐻 = tan−1 ( )
𝑎∗

1
𝐶 = [(𝑎 ∗)2+(𝑏 ∗)2 ]2

3.2.2 Pengukuran Absorbansi Bahan Cair (Jus)


Prosedur yang harus di lakukan pada praktikum kali ini adalah:

1. Pasang kabel UPS ke stopkontak;


2. Nyalakan spektofotometer;
3. Tunggu hingga warning up selesai;
4. Pilih Panjang gelombang dengan menekan tombol G (Go to WL) dan isi Panjang
gelombang lalu enter;
5. Masukan 2 kuvet yang berisi larutan blanko ke 2 tempat kuvet dan tutup;
6. Kemudian kalibrasi dengan tekan tombol Auto Zero;
7. Uji sampel dengan mengganti kuvet blanko bagian paling depan dengan kuvet
yang berisi sampel lalu tutup;
8. Setiap penggantian kuvet berisi sampel akan terlihat nilai ABS;
9. Jika pengujian selesai, Spektofotometer dimatikan dan bilas kuvet menggunakan
aquades; dan
10. Cabut semua kabel power dari stopkontak.
BAB IV

HASIL PERCOBAAN
4.1 Tabel
Tabel 1. Tabel pengukuran warna

Sampel L* a* b* C H
Ulangan 1 50.06 8.85 61.66 62.29 81.81
Jus mangga Ulangan 2 50.10 8.88 61.58 62.22 81.79
Rata-rata 50.08 8.865 66.62 62.255 81.815
Ulangan 1 43.70 23.85 23.26 33.32 44.78
Jus jambu biji Ulangan 2 43.74 23.81 23.36 33,36 44.45
Rata-rata 43.72 23.03 23.31 33.34 44.365
Ulangan 1 60.91 0.72 26.96 26.97 88.48
Jus apel Ulangan 2 61.13 0.73 27.03 27.04 88.45
Rata-rata 61.02 0.725 26.995 27.005 88.465

Tabel 2. Hasil pengukuran absorbansi

Sampel Panjang Absorbansi


Gelombang
1 2 3
Jus Mangga 575 2.018 1.992 1.995
Jus Jambu 620 2.687 2.693 2.697
Jus Apel 550 0.043 0.035 0.035

4.2 Perhitungan
1. Jus mangga :
• Perulangan 1
𝐶 = √(𝑎 ∗)2 + (𝑏 ∗)2

𝐶 = √(8,85)2 + (61,66)2

𝐶 = 62,29

𝑏∗
𝐻 = tan−1( )
𝑎∗

61,66
𝐻 = tan−1 ( )
8,85

𝐻 = 81,84

• Perulangan 2
𝐶 = √(8,88)2 + (61,58)2
𝐶 = 62,22
61,58
𝐻 = tan−1 ( )
8,85
𝐻 = 81,79
• Rata-rata
𝐶 = √(8,865)2 + (61,62)2
𝐶 = 62,255
61,62
𝐻 = tan−1 ( )
8,865
𝐻 = 81,815

2. Jus Jambu Biji :


• Perulangan 1
𝐶 = √(23,85)2 + (23,26)2
𝐶 = 33,32
61,62
𝐻 = tan−1 ( )
23,85
𝐻 = 44,28
• Perulangan 2
𝐶 = √(23,81)2 + (23,36)2
𝐶 = 33,36
23,36
𝐻 = tan−1 ( )
23,81
𝐻 = 44,45
• Rata-rata
𝐶 = √(23,83)2 + (23,31)2
𝐶 = 33,34
23,31
𝐻 = tan−1 ( )
23,83
𝐻 = 44,365

3. Jus Apel :

• Perulangan 1
𝐶 = √(0,72)2 + (26,96)2
𝐶 = 26,97
26,96
𝐻 = tan−1 ( )
0,72
𝐻 = 88,48
• Perulangan 2
𝐶 = √(0,73)2 + (27,03)2
𝐶 = 27,04
27,03
𝐻 = tan−1 ( )
0,73
𝐻 = 88,45
• Rata-rata
𝐶 = √(0,725)2 + (26,995)2
𝐶 = 27,005
26,995
𝐻 = tan−1 ( )
0,725
𝐻 = 88,461
BAB V

PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang karakteristik optik pengukuran warna
menggunakan Chromameter dan Spektrofotometer UV-VIS. Instrumen ini digunakan untuk
mengukur nilai warna produk pertanian, seperti L* (Lightness), a* (Redness), dan b*
(Yellowness). Pengukuran warna penting untuk industri yang mempengaruhi grading dan
sortasi produk pertanian. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode CIE Lab serta
pengukuran absorbansi, dimana pada pengukuran warna menggunakan CIE Lab diperoleh
hasil C dan H serta alat teori. Nilai Chroma adalah warna produk pertanian, sedangkan nilai
Hue adalah warna produk pertanian asli. Pengukuran warna dilakukan dengan alat bantu,
dalam hal ini chromameter. Tiga sampel yang digunakan untuk praktik kali ini yaitu jus
jambu biji, jus manga, dan jus apel.

Pengukuran warna dengan menggunakan Chromameter, diperoleh nilai


L*menunjukkan tingkat kecerahan yang dimiliki bahan dengan rentang 0-100. Semakin
besar nilai L*, maka semakin cerah pula bahan tersebut atau semakin mendekati warna putih.
Menurut data yang diperoleh, nilai L* tertinggi terdapat pada sampel Jus apel 2 dengan nilai
61,13 yang menunjukan bahwa warna jus apel adalah yang paling cerah atau mendekati putih
dibandingkan dengan mangga dan jambu. Sedangkan nilai L* terendah dimiliki oleh jambu
biji 1 dengan nilai 43,70 yang menunjukkan bahwa jambu biji memiliki warna yang paling
gelap dan jauh dari warna putih dibandingkan dengan apel dan mangga.

Nilai a* menunjukkan Redness atau kemerahan warna bahan hasil pertanian. Semakin
besar nilai a*, maka warna bahan semakin mendekati kemerahan. Sedangkan semakin kecil
nilai a*, maka warna pada bahan tersebut semakin mendekati warna hijau. Menurut data yang
diperoleh dari praktikum kali ini, nilai a* terbesar dimiliki oleh jambu 1 dengan nilai 23,85
yang menunjukkan bahwa warna jambu 1 adalah warna yang paling mendekati warna merah
dibandingkan dengan mangga dan apel. Sedangkan nilai a* terkecil dimiliki oleh apel 1
dengan nilai 0,72 yang menunjukkan bahwa warna apel adalah warna yang paling mendekati
warna hijau dan paling jauh dari warna merah dibandingkan dengan jambu dan mangga.

Nilai b* menunjukkan Yellowness atau kekuningan warna bahan hasil pertanian.


Semakin besar nilai b*, maka warna bahan semakin mendekati warna kuning. Sedangkan
semakin kecil nilai b*, maka bahan tersebut semakin mendekati warna biru. Menurut data
yang diperoleh, nilai b* terbesar dimiliki oleh mangga 1 dengan nilai yang diperoleh adalah
61,66 yang menunjukkan warna mangga paling mendekati warna kuning dibandingkan
dengan jambu biji dan apel. Sedangkan nilai b* terkecil dimiliki oleh jambu biji 1 dengan
nilai 23,26 yang menunjukkan bahwa paling mendekati warna biru dibandingkan dengan
mangga dan apel.

Pada nilai L*, a*, dan b* yang didapatkan dari alat chromameter yaitu berbeda-beda
dari setiap sampel, hal tersebut dikarenakan perbedaan dari varietas bahan. Pigmen yang
terkandung pada setiap buah akan selalu berbeda, ini terjadi disebabkan oleh heterogenitas
yang dimiliki bahan hasil pertanian. Setelah mencari nilai L*, a*, dan b*, selanjutnya dapat
dicari nilai C (chroma) dan nilai derajat hue (H). Pada nilai C menunjukkan perbedaan
intensitas warna pada sampel yaitu semakin besar nilai C, maka semakin cerah bahan
tersebut, sedangkan semakin kecil nilai C nya maka semakin gelap pula bahan tersebut. Nilai
H digunakan untuk menunjukan saturasi warna dari setiap bahan. Menurut data yang
diperoleh praktikan, mangga 1 memiliki nilai C yang paling besar dengan nilai 62,29 dan
apel 1 memiliki nilai C yang paling kecil dengan nilai 26,97. Setelah mendapatkan nilai C
dan H dari masing-masing sampel, selanjutnya didapatkan kromatisasi dari sampel
menggunakan rujukan pada sumber literatur tabel acuan kromatisasi warna. Dari data yang
didapat, kemungkinan error dapat terjadi. Hal tersebut bisa disebabkan oleh kurang tepatnya
pemilihan port sehingga lubang tidak tertutupi bahan dengan sempurna yang mengakibatkan
masuknya cahaya dari luar sehingga warna bahan yang terbaca oleh mesin Chromameter
menjadi lebih terang dari seharusnya atau kemungkinan yang lainnya.
Selanjutnya pada praktikum kali ini dilakukan perhitungan nilai absorbansi pada
bahan menggunakan Spectrophotometer. Nilai absorbansi pada bahan sangat bergantung
dengan banyaknya zat yang terkandung di dalam bahan tersebut. Semakin banyak zat yang
terkandung di dalamnya, maka semakin banyak cahaya yang diserap pada panjang
gelombang tertentu yang menyebabkan nilai absorbansinya semakin besar. Pada praktikum
kali ini, dilakukan tiga kali percobaan pada setiap sampelnya. Dari data yang didapatkan,
sampel jus jambu memiliki nilai absorbansi tertinngi yaitu 2.687, 2.693 dan 2.697. Hal ini
menunjukkan bahwa jus jambu memiliki paling banyak kandungan zat terlarut di dalamnya
dibandingkan dengan sampel jus mangga dan sampel jus apel. Sedangkan sampel jus mangga
memiliki nilai absorbansi yang tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu rendah yaitu 2,018,
1,992, dan 1,995. Hal ini menunjukkaan bahwa sampel jus mangga memiliki kandungan zat
terlarut yang konstan. Dan yang terakhir sampel jus apel memiliki nilai absorbansi yang
paling rendah yaitu, 0.043, 0.035, dan 0.035. Hal ini menunjukkan bahwa sampel jus apel
memiliki paling sedikit kandungan zat terlarut di dalamnya dibandingkan dengan sampel jus
mangga dan sampel jus jambu.
BAB VI

PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :

1. Chromameter menggunakan sensor fotodioda, seperti halnya fungsi color


matching retina mata manusia yang bisa mendeteksi tiga nilai warna primer;
2. Spektrofotometer merupakan metode alternatif yang diharapkan lebih sederhana
dan akurat dibandingkan dengan metode manual menggunakan mikroskop;
3. Nilai L* yang tertinggi terdapat pada sampel Jus apel 2 dengan nilai 61,13;
4. Nilai a* yang tertinggi terdapat pada sampel jambu 1 dengan nilai 23,85;
5. Nilai b* yang tertinggi terdapat pada sampel mangga 1 dengan nilai yang
diperoleh adalah 61,66; dan
6. Mangga 1 memiliki nilai C yang paling besar dengan nilai 62,29 dan apel 1
memiliki nilai C yang paling kecil dengan nilai 26,97.

6.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah :

1. Sebaiknya jus atau buah yang digunakan berbeda-beda agar mendapatkan nilai
L*,a*,b* yang lebih bervariasi;dan
2. Sebaiknya praktikan membaca modul lebih teliti agar tidak terjadi Human error.
DAFTAR PUSTAKA

Hayati. 2012. Sifat Optik Produk Pertanian. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas

Teknologi Pertanian. Universitas Andalas : Padang.

Nurjanah.S,Widyasanti.A. 2021. Penuntun Praktikum MK. Karakteristik Bahan

Hasil Pertanian. Unpad : Jatinangor.

Rulaningtyas, dkk. 2015. Segmentasi Citra Berwarna dengan Menggunakan

Metode Clustering Berbasis Patch untuk Identifikasi Mycobacterium

Tuberculosis. ITB : Bandung.

Wahyu. 2016. Alat Pengukur Warna Colorimeter dan Chroma Meter. Terdapat

pada: https://multimeter-digital.com/alat-pengukur-warna-colorimeteramt-
501. html (diakses pada tanggal hari Jumat, 31 Oktober 2022 pukul 21.17
WIB).

Muhaemin, M. 2016. Penggunaan Spektofotometer sebagai Pendeteksi Kepadatan

Sel Mikroalga Laut. MASPARI Journal, 8(1) : 39-48


LAMPIRAN

(dokumentasi pribadi, 2022)

(dokumentasi pribadi, 2022)

Anda mungkin juga menyukai