LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Karakteristik Mekanis : Pengukuran Kekerasan Bahan Hasil Pertanian dengan
Fruit Penetrometer)
Oleh :
Nama : Agus Juliana
NPM : 240110140050
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 4 Oktober 2016
Waktu/shift : 07.30 – 09.30 WIB/A2 2014
: 1. Rifki Amrullah
Co. Ass
2. Adryani Tresna W.
3. Arinda Nur Ariva
4. Bintari Ayuningtyas
5. Eki Dwiyan Saputra
6. M. Hanief Bayhaqqi P.
7. Mizanul Hakam
8. Umaya Nur Uswah
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penetrometer
Penetrometer adalah alat yang digunakan untuk menetukan resistansi , dan
dalam bidang industri penetrometer digunakan untuk menentukan nilai
kekenyalan atau kekerasan dari sejumlah bahan hasil pertanian. Nilai kekerasan
dan kekenyalan ini disebut dengan nilai konsistensi bahan.
Konsistensi bahan didapatkan dengan menekan sampel pada penetrometer
dengan menggunakan penekan standar seperti cone (jarum berbentuk kerucut),
jarum atau batang yang ditenggelamkan pada sampel tersebut. Hasil pengukuran
dari penekanan sampel menunjukan tingkat kekerasan atau kelunakan suatu bahan
serta tergantung pada kondisi sampel tersebut seperti ukuran, berat penekan,
geometri, dan waktu. Semakin lunak sampel, penekan penetrometer akan
tenggelam makin dalam dan menunjukkan angka yang semakin besar. Dapat
dianalisis bahwa prinsip operasional penetrometer bergantung pada tekanan dan
gaya gravitasi. Diasumsikan bahwa penetrometer yang memiliki massa (m)
menekan suatu sampel hingga penetrometer bergeser sejauh (l), energy potensial
(W) yang dihasilkan adalah sebesar
W= mgl………………………… (1)
Resistansi terhadap tekanan yang dihasilkan oleh penetrometer pada
sampel dinyatakan dengan Dutch formula dan dirumuskan sebagai
R= ………………………….(2)
dengan R adalah resistansi terhadap tekanan penetrometer (N/m 2), A adalah luas/
area penekan (m2), g adalah percepatan gravitasi pada tempat tersebut (9,8 N/m 2),
m adalah massa penetrometer (kg), l adalah pergeseran penetrometer (m), Δz
adalah kedalaman tekanan atau pergeseran yang terjadi pada sample (m). Bila
penetrometer yang digunakan memiliki luas penekan (A), sedangkan massa
penetrometer adalah m, kemudian diterapakan pergeseran l yang sama untuk
setiap sampel, akan di dapatkan Δz yang berbeda untuk setiap konsistensi yang
berbeda–beda. Semakin kenyal suatu sampel maka konsitensinya akan semakin
tinggi, resistansinya terhadap tekanan akan semakin kecil dan sebaliknya,
pergeseran Δz yang dihasilkan akan semakin besar (Suwanto dan Hapsari, 2012).
3.1.2 Bahan
1. Kiwi
2. Pepaya
3. Pir
4. Sawo
5. Tomat Ceri
Pada praktikum kali ini yaitu tentang karakteristik kekerasan bahan hasil
pertanian dimana hal ini sangat penting dalam proses pengemasan dan
penyimpanan. Bahan yang akan diukur kekerasannya pir, pepaya, kiwi, anggur,
sawo, dan tomat ceri. Untuk mengukur derajat kekerasan buah-buahan tersebut
digunakan alat ukur penetrometer buah. Penetrometer buah ini bekerja dengan
cara memanfaatkan prinsip kompresi atau memberi tekanan pada objek yang akan
diukur sehingga nilai yang muncul akan sesiuai dengan besarnya resistensi yang
mampu diterima oleh objek tersebut. .
Pengukuran kekerasan ini dilakukan tiga kali pengulangan untuk tiap buah
yang dijadikan objek penelitian. Buah pertama yang dijadikan sampel penelitian
adalah buah pir, pertama praktikan membagi pir tersebut menjadi 3 bagian hal ini
untuk mendapatkan hasil yang akurat. Selain itu nilai dari tekanan yang diberikan
pun harus dikonversikan, karena tentunya pada saat pengukuran penekanan yang
diberikan pada objek hanya seluas ujung probe dari penetrometer, sehingga
nantinya satuan yang digunakan adalah kgf/cm 2, dan perlu diketahui bahwa
diameter dari probe penetrometer adalah 0,5 cm. Setelah dilakukan pengujian
ternyata didapat bahwa derajat kekerasan dari pir secara berturut adalah 2,55 kgf
(12,9903 kgf/cm2), 2,95 kgf (15,028 kgf/cm2), dan 2,325 kgf (11,8441 kgf/cm2),
dengan nilai standar deviasi sebesar 1,6162 itu artinya data yang diambil nilainya
berjauhan. Hal ini dikarenakan bagian yang ditekan pada buah berbeda-beda.
Nilai derajat kekerasan tertinggi ada pada sampel ke-2 yaitu 15,028 kgf/cm2 dan
dapat dikatakan bahwa buah Apel memiliki derajat kekerasan yang cukup tinggi.
Selanjutnya adalah pengujian pada buah anggur, perlakuan yang sama diberikan
pada anggur, lalu didapatkan bahwa sampel pertama bernilai 2,2 kgf (11,2073
kgf/cm2), sampel kedua bernilai 2,4 kgf (12,2261 kgf/cm2), dan sampel ketiga 2,1
kgf (10,6979 kgf/cm2), nilai kekerasan tertinggi pada buah anggur adalah 2,4 kgf
(12,2261 kgf/cm2), dengan nilai standar deviasi sebesar 0,7781. Selanjutnya
adalah pengukuran pada buah sawo, setelah dilakukan pengukuran pada tiga
daerah berbeda pada buah papaya didapatkan bahwa sampel pertama bernilai 0,38
kgf (1,9353 kgf/cm2), sampel kedua bernilai 2,05 kgf (10,4405 kgf/cm2), dan
sampel ketiga bernilai 1,75 kgf (8,9127 kgf/cm2), dengan nilai standar deviasi
sebesar 4,5343. Selanjutnya adalah pengujian pada buah kiwi dan didapatkan
bahwa sampel pertama bernilai 1,05 kgf (5,3475 kgf/cm2), sampel kedua bernilai
1,065 kgf (5.4239 kgf/cm2), dan sampel ketiga 1,065 kgf (5.4239 kgf/cm2),
dengan nilai standar deviasi sebesar 0,0441. Lalu pengukuran Selanjutnya adalah
pengujian pada buah tomat ceri dan didapatkan bahwa sampel pertama bernilai
2,5 kgf (12,7323 kgf/cm2), sampel kedua bernilai 2,6 kgf (13,2416 kgf/cm2), dan
sampel ketiga 1,9 kgf (9,6766 kgf/cm2), dengan nilai standar deviasi sebesar
1,9281. Dan terakhir adalah pengukuran pada papaya dimana setiap kelompok
diberi 3 potong papaya untuk diukur sehingga sampel yang didapat akan
berjumlah 15 sampel. Dari 15 sampel tersebut yang memiliki derajat kekerasan
paling tinggi adalah 1.26 kgf (6.4171 kgf/cm2) dan yang memiliki derajat
kekerasan paling rendah adalah sampel kelompok 4 yaitu sebesar 0,13 kgf(0,6622
kgf/cm2). Dari semua bahan yang dijadikan objek penelitian kali ini bagian
terkeras ada pada bagian ujung dari buah yang atau yang dekat dengan kulit buah,
sedangkan bagian paling lunak ada pada bagian tengah buah hal ini dapat terjadi
karena bagian tengah dari buah pepaya adalah bagian yang paling banyak
mengandung kadar air, maka dengan besarnya jumlah dari kadar air akan
menyebabkan bagian tengah dari buah bersifat lunak. Buah yang memiliki
kekerasan paling seragam adalah buah kiwi dengan nilai 0,0087 kgf.
Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa bagian buah bisa
menjadi penentu derajat kekerasan buah, hal lainnya yang dapat mempengaruhi
derajat kekerasan buah adalah suhu buah serta kematangan buah, semakin tinggi
suhu buah dan semakin matang buah, maka buah tersebut akan semakin lunak
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. Pir adalah buah dengan tingkat kekerasan tertinggi pada pengukuran
dengan menggunakan Penetrometer.
2. pepaya adalah buah dengan tingkat kekerasan terendah pada pengukuran
dengan menggunakan Penetrometer.
3. kiwi adalah buah yang kekerasanya paling seragam.
4. Bagian buah dapat membedakan nilai kekerasan buah
5. Semakin banyak kadar air pada buah, maka semakin lunak tekstur buah
tersebut.
6. Semakin matang bauh, maka semakin lunak buah tersebut.
6.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah :
1. Membaca terlebih prosedur praktikum
2. Berhati hati ketika melakukan praktikum agar tidak terjadi kerusakan dan
kecelakaan selama praktikum
3. Tidak bermain main ketika melakukan praktikum,
DAFTAR PUSTAKA