net/publication/276353741
CITATION READS
1 3,065
1 author:
Nukman Nukman
Universitas Sriwijaya
14 PUBLICATIONS 7 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Nukman Nukman on 20 May 2015.
Peleburan Skrap Aluminium pada Tungku Krusibel berbahan Bakar Batubara Hasil
Proses Aglomerasi Air-Minyak Sawit
Nukman, Agung Mataram dan Irsyadi Yani
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jalan Raya Prabumulih km 32 Indralaya (30662) Ogan Ilir Sumatera Selatan
Telepon: 0711-580272
ir_nukman2001@yahoo.com
Abstract
Smelting aluminum scrap in a small capacity can be done on a simple furnace crucible. As fuel furnaces
used type of semi-anthracite coal briquettes, bituminous and sub-bituminous from Tanjung Enim which has
been through the washing process by agglomeration method using water-oil palm. Calorific value, the contents
of water and hydrogen calculated in the energy balance. Aluminum scrap smelted at a temperature 1023 oK.
Furnace by coal briquette which has a 23.38% efficiency,, crucible can melt 50 kg of aluminum scrap by 6.47 kg
of briquettes for 1 hour 46 minutes.
7
Jurnal Mechanical, Volume 6, Nomor 1, Maret 2015
menghindari emisi gas buang produksi, yang termsuk Adanya uap air atau kandungan air dalam
dalam efek rumah kaca. Laju daur ulang secara global bahanbakar sangat berpengaruh terhadap
meningkat mencapai 90% bagi aplikasi dunia perhitungan kesetimbangan energi. Beberapa
transpostasi dan konstruksi dan 70% bagi kaleng faktor yang berkontribusi terhadap kehadiran uap
minuman ringan. Transportasi dalam hal ini meliputi air dalam proses pembakaran dan kehilangan
pesawat udara, peti kemas, kapal laut, otomotif, kereta energi yang dihasilkan, termasuk dari pembakaran
api dan bus-bus, sedangkan dalam bidang konstruksi hidrogen dalam bahan bakar, uap air hadir dalam
dipakai dalam bidang arsitektur bangunan [6]. bahan bakar, dan uap air yang ada di suplai udara
Untuk peleburan aluminium 99,00 % murni yaitu pembakaran [16]. Uap air yang ada pada suplai
930oK [7], namun untuk mendapatkan kualitas yang udara pembakaran tidak diperhitungkan karena
lebih baik dengan memperhitungkan waktu penahanan lebih kecil dibandingkan dengan banyaknya kadar
sebelum pengecoran, maka sekrap aluminium dilebur air yang ada di briket batubara hasil proses
hingga mencapai temperatur 1023 oK oleh Despinar and pencucian air-minyak sawit.
Campbell (2007) [8] menggunakan dapur induksi listrik, Sehingga persamaan kesetimbangan energi
, sedangkan untuk tungku berbahanbakar gas temperatur dapat ditulis sebagai:
dipertahankan konstan antara 1003 dan 1018 °K [5]. Qmasuk = Qkeluar
Temperatur briket menunjukkan temperatur Atau:
oksidasi sempurna (pembentukan menjadi kokas) [9, Qmasuk (energi hasil pembakaran bahan bakar) =
10]. Temperatur ini berada antara soft coke dan hard Qkeluar (kerugian energi dan energi terserap)
coke [11]. Dalam hal ini dihitung dengan menggunakan Dimana:
Thermogavimetry Analysis (TGA) [10, 11]. Qmasuk = Energi bahanbakar briket = Qbr
Qkeluar = Qsf + Qmh + Qmf + Qbp + Qkr + Qal (kJ)
ANALISA KESETIMBANGAN ENERGI Qsf= energi yang hilang akibat gas buang
(dry flue gas)
Dalam tulisan ini, kesetimbangan energi dari Qmh= energi untuk menghilangkan kadar air
tungku dihitung berdasarkan hal yang sama dengan yang dari pembakaran hidrogen
dikemukakan oleh Rosen and Lee (2009) [12]yaitu: Qmf= energi untuk menghilangkan kadar air
Energi masuk sistem tungku = Energi keluar sistem yang ada pada bahan bakar
tungku. Qtabp= energi yang diserap batu tahan api dan
Terdapat beberapa perbedaan banyaknya energi plat baja tungku
yang diperhitungkan yang disesuaikan dengan jenis Qttp= energi yang hilang melalui tutup
bahanbakar dan rancangan tungku. Dimana jenis bahan tungku
bakar yang dipakai adalah briket dengan bahan batubara Qkr = energi yang diserap pada krusibel
yang telah mengalami proses aglomerasi air-minyak Qal= energi yang dibutuhkan untuk peleburan
sawit [9, 13-15]. (Lihat tabel 1) sekrap aluminium
8
Jurnal Mechanical, Volume 6, Nomor 1, Maret 2015
𝜋 2 2
Volume ruang briket: 𝑉𝑏𝑟 = 𝑑𝑑𝑡 − 𝑑𝑑𝑙𝑟 ∗ 𝐿𝑑𝑡 ,
4
dimana besaran ddt adalah diameter dalam tungku =
0,4 m, dlkr adalah diameter luar krusibel = 0,3 m dan
Ldt adalah tinggi bagian dalam tungku atau ruang
bakar = 0,3 m.
Untuk berat jenis briket rata-rata sebesar 1100
kg/m3, maka berat briket yang dapat dimasukkan ke
dalam ruang bakar adalah 18 kg, namun akan
dihitung kembali kebutuhan berat briket (mbr) dalam
proses peleburan sekrap aluminum ini. Dengan
catatan bahwa berat briket yang dimasukkan kurang
daripada 14 kg karena briket dalam ruang tidak dapat
disusun dengan beraturan.
Spesifikasi
Bahan Baku Aluminium (non Pure) (Skrap Aluminium
Titik Cair (oK) Latent Heat Fusion, Berat Jenis = 2700 Specific Heat, CP (kJ/kgoK)
[17], [1] (kg/m3) [7][12] [18]
Tal933= 933 Lal= 388 (kJ/kg) Cp1 = 0,903 (Tamb)
Cp2 =1,2 (Temp titik lebur)
Udara dan Flue Gas
Temperatur Temperatur Flue Specific Heat, [18] Enthalpy, Enthalpy,
Ambient (asumsi) Gas (asumsi), Cp3= 1,040 (kJ/kg [19] [19]
Tamb= 313( oK) Tflue= 550 (oK) o
K) pada temp hg=3110,2 hf=157,84
550oK (kJ/kg)pada (kJ/kg) pada
550oK 313oK
Koefisien dan dimensi untuk material Tungku dan krusibel
Konduktifitas Thermal bata tahan api [20] Panas Jenis Krusibel Baja Karbon (1,5 % C),
kta = 5,04 (kJ/jam.moK)(dinding) Cp = 0,486 kJ/kg oK [20]
o
kttp = 4,9 (kJ/jam.m K) (tutup tungku). Berat Jenis, 𝜌 = 7753 kg/m3[20]
kkr = konduktifitas termal= kpb111,6 (kJ/jam.moK)
[21]
Radius luar tungku: rlta = 0,3 m. Radius luar krusibel: rlkr = 0,15 m
Radius dalam tungku, rdta = 0,2 m. Radius dalam krusibel: rdkr = 0,12 m
Tebal batu tahan api tungku = Lta= 0,05 m Tinggi krusibel: Lkr = 0,3 m
Tebal tutup tungku: Lttp = 0,1 m Tebal Dasar: 0, 01 m
9
Jurnal Mechanical, Volume 6, Nomor 1, Maret 2015
Energi yang hilang akibat gas buang Qmf = kalor untuk menghilangkan kadar air yang
(dry flue gas) ada pada bahanbakar
𝑀1
100
Perhitungan ini dikaitkan dengan massa udara [16].𝑄𝑚𝑓 = 𝑀1 𝑥 (𝑔 −
1− 100
atau suplai udara yang diberikan ke dalam sistem 𝑓 )(kJ/kgbhnbakar)
tungku, sehingga diperlukan perhitungan besarnya
Dimana:
suplai udara lebih. Keating (2007) [16] menyatakan M1= kadar air untuk tiap briket yang berbeda
bahwa untuk bahanbakar yang bahan dasarnya dari (analisa proksimat) (tabel 1).
pulverized coal, maka udara lebih (excess air) yang 𝑀1
100
disuplai ke sistem pembakaran antara 15 s.d 20%. 𝑄𝑚𝑓 = 2952,4 𝑥 ( 𝑀1 )(kJ/kg
1− 100
Untuk ini diambil sebesar 15%, sehingga udara lebihnya
O2% bahanbakar)Hasil perhitungan Qmf untuk tiap
adalah = x 100% = 250% [22]. macam briket dapat dilihat pada tabel 3.
21%− O 2 %
Secara teoritis, udara yang diperlukan untuk
pembakaran yang sempurna bergantung dari Energi yang diserap batu tahan api dan plat
perbandingan antara berat udara dan bahan bakar, yaitu baja tungku.
= 1. Telah dipahami bahwa untuk membakar
bahanbakar padatan diperlukan suplai udara lebih. Qtapb = energi yang diserap batu tahan api dan
Untuk pembakaran yang sempurna bagi batubara plat baja tungku.
diperlukan udara sekitar 7 s.d 8 kg udara [23], dan hal Energi yang diserap batu tahan api dan plat
ini disebut sebagai udara stoikiometri. Dalam baja tungku diperhitungkan atas kehilangan
pelaksanaannya, suplai udara didapat dari hembusan energi secara konveksi dan konduksi.
blower. Mempertimbangkan ruang bakar berisi briket
Dengan demikian, total udara yang disuplai ke batubara yang menghambat aliran udara suplai,
dalam sistem tungku adalah 8 kg x (1 +2,5) = 28 kg/kg maka sulit untuk mengategorikan aliran fluida
bahanbakar. Diasumsikan bahwa temperatur gas buang sebagai udara yang mengalir baik secara laminar
(flue gas) diperhitungkan dengan besaran yang tetap maupun turbulen. Untuk itu, maka dalam
yaitu 550 oK, dimana asumsi ketetapan temperatur ini perhitungan konveksi, koefisien pindahan
diberlakukkan sama untuk semua jenis briket didapat konveksi ruang bakar (hrb) diambil sebesar 250
dengan cara mengatur besaran dimensi lubang keluar W/m2oK atau 900 kJ/m2.jam.oK untuk jenis aliran
flue gas dengan cara buka tutup dengan menggunakan paksa [19]. Untuk itu diperhitungkan energi yang
plat dan dikontrol dengan termokopel, sehingga: hilang secara konveksi akibat pergerakan udara
Qsf = kalor yang hilang akibat gas buang[16, 24], panas ini. Dinding utama tungku atau ruang bakar
= mudara x Cp3 x (Tflu –Tamb) (kJ/kg bahanbakar) direncanakan dari bahan tahan api yaitu susunan
= 28 x1,040 x (550 – 313) (kJ/kg bahanbakar) batu tahan api setebal 10 cm yang direkat dengan
= 6901,44 (kJ/kg bahanbakar) semen tahan api. Sedangkan, di bagian luarnya
dipakai plat baja tipis dengan ketebalan 2 mm.
Kalor untuk menghilangkan kadar air dari Untuk kehilangan energi secara konduksi maka
pembakaran hidrogen diperhitungkan karena adanya batu tahan api dan
plat baja tipis ini. Kehilangan energi konveksi di
Qmh = kalor untuk menghilangkan kadar air dari bagian luar tungku tidak diperhitungkan karena
pembakaran hidrogen[16] diasumsikan udara luar tungku tidak bergerak
9∗𝐻
𝑄𝑚 = 𝑥 (𝑔− 𝑓 )(kJ/kg bahanbakar) mengalir.
100
Dimana: Besarnya tahanan energi konveksi dan
H = Hidrogen analisa ultimat yang besarannya berbeda konduksi untuk bahan tungku yang terbuat dari
untuk tiap jenis briket (tabel 1). batu tahan api dan plat baja tipis:
𝑟
hg = entalpi uap panas lanjut pada tekanan rendah [19] 1 ( 𝑙𝑡𝑎 )
ln
𝑟 𝑑𝑡𝑎
hf = entalpi jenuh pada temperatur suplai udara [19] 𝑋𝑡𝑎𝑝𝑏 = +
2𝜋 ∗ 𝑟𝑙𝑡𝑎 ∗ 𝐿𝑡𝑎 ∗ 𝑟𝑏 2𝜋 ∗ 𝐿𝑙𝑡𝑎 ∗ 𝑘𝑡𝑎
Sehingga: 𝑟 𝑙𝑝𝑏
Qmh = 265,7 x H (kJ/kg bahanbakar) ln( )
𝑟 𝑑𝑝𝑏
Hasil perhitungan Qmh untuk tiap macam briket +
2𝜋 ∗ 𝐿𝑝𝑏 ∗ 𝑘𝑝𝑏
dapat dilihat pada tabel 3. Dimana:
rlta = Radius luar tungku batu tahan api
Kalor untuk menghilangkan kadar air yang ada rdta = Radius dalam tungku batu tahan api
pada bahan bakar Lta = Tebal tungku batu tahan api
kta = Konduktifitas batu tahan api [21]
kpb = Konduktifitas plat baja [21]
10
Jurnal Mechanical, Volume 6, Nomor 1, Maret 2015
Sehingga: Dimana:
Xtapb = 0,0274 mal= berat sekrap aluminium didalam krusibel
Sehingga kehilangan besar energi akibat konveksi dan volume krusibel x berat jenis.
konduksi ini atau energi yang diserap batu tahan api dan = (0,0195 m3)x (2700 kg/m3)
plat baja tungku adalah = 52,65 kg.
𝑇𝑏𝑟 − 𝑇𝑎𝑚𝑏 Diambil: 50 kg.
𝑄𝑡𝑎𝑝𝑏 =
𝑋𝑡𝑎𝑝𝑏 Lal = Latent Heat Fusion [17]
Tbr adalah temperatur briket untuk tiap-tiap macam Cp1 = Specific Heat pada temperatur ambient [18].
batubara hasil proses aglomerasi seperti pada tabel 2. Cp2 = Specific heat pada temperatur titik lebur
Sehingga: [18].
Qtapb= 36,5 x (Tbr -313) (kJ/jam) Sehingga:
Hasil perhitungan energi yang diserap batu tahan api Qal = 50 * 1055,8 (kJ)
dan plat baja seperti pada tabel 3. = 52.790 (kJ)
Tutup tungku dibuat dari campuran semen batu Waktu yang diperlukan untuk melebur
(concrete cement). sekrap aluminum dapat diperhitungkan dengan
Besarnya tahanan kalor konveksi dan konduksi untuk cara sebagai berikut:
tutup tungku: t = waktu lebur
1 𝐿𝑡𝑡𝑝 𝑄
𝑋𝑡𝑡𝑝 = + = 𝑎𝑙 (jam)
𝐴𝑡𝑡𝑝 ∗ 𝑟𝑏 𝐴𝑡𝑡𝑝 ∗ 𝑘𝑡𝑡𝑝 𝑄𝑘𝑟
52790
= (jam)
216 .92∗(𝑇𝑏𝑟 −1023 )
Dimana: 243 ,4
= (jam)
Attp = luas tutup tungku (𝑇𝑏𝑟 −1023 )
= 0,12 (m2) Dengan demikian, waktu untuk peleburan
kttp = koefisien konduksi [21] skrap aluminium untuk masing-masing briket
Sehingga: dapat dihitung dengan masing-masing temperatur
Xttp= 0,18. briket. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel
Sehingga kehilangan kalor melalui tutup tungku: 3.
(𝑇 − 𝑇 ) Perhitungan Banyaknya Briket untuk
𝑄𝑡𝑡𝑝 = 𝑏𝑟 𝑎𝑚𝑏 (kJ)
𝑋𝑡𝑡𝑝 Peleburan
= 5,56 x (Tbr – 313) (kJ/jam)
Hasil perhitungan energi yang diserap tutup tungku Berat briket masing-masing jenis yang
seperti pada tabel 3. diperlukan untuk peleburan skrap aluminium
dapat dihitung dengan:
Energi yang dibutuhkan untuk peleburan skrap 𝑄𝑡𝑎𝑝𝑏 + 𝑄𝑘𝑟 𝑄𝑘𝑟 ∗𝑡+ 𝑄𝑎𝑙
𝑚𝑏𝑟 = (jam)
aluminium 𝑄𝑏𝑟 − (𝑄𝑠𝑓 + 𝑄𝑚 + 𝑄𝑚𝑓 )
Peleburan aluminium memerlukan tiga tahapan Hasil pehitungan dimasukkan ke dalam tabel 3.
yaitu tahap pemanasan menjelang proses perubahan
padat menjadi cair (temperatur 313 ke 933oK), proses Analisa Efisiensi Tungku
perubahan padat menjadi cair (dari solid 933oK ke cair
atau lebur 933oK) dan pemanasan untuk penuangan Perhitungan ini menunjukkan tingkat daya
(dari 933oK ke titik tuang 1023oK). guna tungku dalam proses peleburan. Efisiensi
Temperatur lebur aluminium adalah 933oK [17], 100% akan terjadi bilamana keseluruhan energi
namun untuk mengatasi kekentalan (solidifikasi) yang yang diberikan ke dalam tungku dapat seutuhnya
cepat, maka diambil temperatur yang lebih besar yaitu melebur skrap aluminium. Hal ini tidak akan
1023oK [8] dengan pertimbangan bahwa skrap mungkin tercapai, karena banyaknya kerugian
aluminium yang terdiri dari bermacam paduan tidak yang harus diatasi oleh sistem pembakaran.
diketahui jenis atau paduan yang terkandung sebenarnya
serta utamanya untuk menjaga temperatur menjelang
penuangan untuk skrap aluminium.
Latent heat Fusion adalah kalor yang diserap
sebagai suatu perubahan phasa dari liquid ke solid atau
sebaliknya pada proses temperatur konstan.
Total energi yang dipelukan untuk melebur sekrap
aluminium:
Qal = mal x [L + Cp1 (Tal933 – Tamb)+Cp2 (Tal1023 – Tal933)]
11
Jurnal Mechanical, Volume 6, Nomor 1, Maret 2015
Skrap Aluminium
Cairan Aluminium
Briket
Energi
Udara
Hilang+terserap
𝑄𝑎𝑙 0
%=
𝑄𝑏𝑟 ∗ 𝑚𝑏𝑟 SA60P10C15 B60P20C15 Btc SB60P20C5
Dengan memasukkan besaran-besaran Qal, Qbr dan mbr Gambar 3: Efisiensi Tungku untuk berbagai briket
yang terdapat pada tabel 3, maka masing-masing
efisiensi tungku dapat dihitung dan hasilnya terdapat KESIMPULAN
pada gambar 3.
Dapat disimpulkan bahwa energi yang
diserap oleh krusibel untuk SAtc dan SBtc
bernilai negatif. Hal ini karena temperatur briket
SAtc = 973 oK dan SBtc =878 oK, dan keduanya
ini lebih rendah dari temperatur sekrap aluminium
= 1023 oK. Dengan demikian energi yang
diberikan oleh briket hanya banyak diserap
bagian-bagian dari tungku tanpa mampu melebur
sekrap aluminium di dalam krusibel. Kedua jenis
briket ini bukan briket hasil pencucian (tc = tanpa
cuci).
Efisiensi tungku menunjukkan
kemampuan tungku melebur sekrap alumnium
12
Jurnal Mechanical, Volume 6, Nomor 1, Maret 2015
berdasarkan perbandingan antara banyaknya energi [5] Schröder,. Dominik and Hermann J. Meyer,
yang diperlukan untuk melebur sekrap aluminium Aluminium Recycling – Latest plant
dengan energi yang disuplai briket, Hal yang sama technology for energy efficiency and
ditunjukkan oleh Rosen and Lee (2009) dengan environmental protection, Heat Processing,
menghitung efisiensi tungku. Vulkan-Verlag, 2/2011, Essen-Germany.
Efisiensi tertinggi dicapai B60P20C15, begitu [6] Global Aluminium Recycling: A Cornerstone
juga dengan berat briket yang dimasukkan ke dalam of Sustainable Development , ©2009
ruang bakar sebesar 6,47 kg relatif lebih sedikit dengan International Aluminium Institute ,
jenis briket lainnya. Sedangkan terkecil tungku krusibel INTERNATIONAL ALUMINIUM
dengan batubara tanpa cuci jenis bituminus. Hal ini INSTITUTE , European Aluminum
menunjukkan bahwa proses pencucian untuk batubara Association, Organisation of European
bituminus telah menaikkan efisiensi tungku, namun Aluminium Refiners and Remelters,
begitu juga dengan jenis batubara lainnya. Dengan http://www.world-
temperatur penyalaan yang tertinggi yaitu 1160 oK dapat aluminium.org/media/filer_public/2013/01/1
dikatakan bahwa temperatur mempunyai faktor yang 5/fl0000181.pdf, diakses pada 27 Desember
berpengaruh, juga demikian halnya bilamana 2014.
dibandingkan dengan nilai kalorinya (lihat tabel1). [7] Totten, George E and D .Scott Mackenzie,
Dalam hal ini dapat dipahami bahwa peningkatan 2003. Handbook of Aluminium: Volume 1 -
temperatur hasil pencucian telah dapat meningkatkan Physical Metallurgy and Process, Marcel
efisiensi tungku. Membandingkan tungku krusibel ini Dekker, Inc, New York. page 7, 37
dengan tungku lainnya, maka dapat dilihat bahwa [8] Dispinar, Derya., and John Campbell, 2007.
berdasarkan [22], maka untuk batch type 813 s.d Effect of casting conditions on aluminium
1253oK dengan efisiensi termal berkisar antara 10 s.d. metal quality, Journal of Materials
30%, sehingga tungku krusibel ini mempunyai efisiensi Processing Technology 182 (2007) 405–410.
yang cukup baik. Rosen and Lee [12], menghitung [9] Nukman, 2007, Proses Aglomerasi Air-
besarnya efisiensi yang didapat 10% untuk tungku Minyak Sawit untuk Menurunkan Kadar
peleburan berbahanbakar gas alam. Abu dan Sulfur serta Meningkatkan Nilai
Kalori Batubara Semi Antrasit, Bituminus
DAFTAR PUSTAKA dan Sub Bituminus, Disertasi Program
Doktor Universitas Indonesia.
[1] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
[10] Dekomposisi Volatile Matter dari Batubara
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012
Tanjung Enim dengan Menggunakan Alat
Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse,
Thermogravity Analyzer (TGA). Jurnal
Dan Recycle Melalui Bank Sampah
MAKARA seri Teknologi, Volume 12,
Http://Jdih.Menlh.Go.Id/, Diakses 27 Desember
Nomor 2, Nopember 2008, , ISSN 1693-
2014
6698, Halaman 66-69.
[2] European Aluminium Association and Organisation
[11] Unit 3 Types Of Fuels And Their
of European Aluminium Refiners and Remelters,
Characteristics,
2006, Aluminium Recycling in Europe, The Road
http://www.ignou.ac.in/upload/unit-.pdf,
to High Quality Products, EAA/OEA Recycling
page 42, diakses 27 Desember 2014.
Division, Brussels. http://recycling.world-
[12] Roosen,. Marc A., Dennis L. Lee, 2009,
aluminium.org/uploads/media/fl0000217.pdf.
Exergy-based Analysis and Efficiency
Diakses 27 Desember 2014.
Evaluation for an Aluminium Melting
[3] Pugaa, H., J. Barbosaa, D. Soaresa, F. Silvaa, and S.
Furnace in a Die-casting Plant, Proceedings
Ribeirob, 2009, Recycling of aluminium swarf by
of the 4th IASME / WSEAS International
direct incorporation in aluminium melts, Journal of
Conference on ENERGY &
Materials Processing Technology, 5195–5203.
ENVIRONMENT
[4] Jolly,. Mark and Xiaojun Dai, Energy efficiency
(EE'09),http://www.wseas.us/e-
improvement by implementation of the novel
library/conferences/2009/cambridge/EE/EE2
CRIMSON aluminium casting process, The
2.pdf , diakses pada 27 Desember 2014.
Minerals, Metals and Materials Society 2011
[13] Nukman dan Suhardjo Poertadji, 2007,
Annual Meeting and Exhibition-TMS 2011.
Peningkatan nilai kalori batubara semi
Energy Technology 2011: Carbon Dioxide and
antrasit dengan aglomerasi air-minyak sawit,
Other Green House Gas Reduction and
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, POROS,
Technology and Waste Heat Recovery, 27
Volume 10, Nomor 3, Juli 2007, ISSN 1410-
February–3 March 2011, San Diego, CA, USA, pp
6841, Halaman 178-186.
55-64.
[14] Nukman dan Suhardjo Poertadji, 2006,
Metode Aglomerasi Air-Minyak Sawit
13
Jurnal Mechanical, Volume 6, Nomor 1, Maret 2015
14