Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Tanah pada bidang pertanian merupakan media atau tempat tanaman tumbuh.
Tanah merupakan hasil dari proses pelapukan batuan yang bercampur dengan sisa
bahan organik dan organisme yang ada di atas tanah tersebut maupun di dalam
tanah tersebut. Tanah juga mengandung air dan udara, air yang berada dalam
tanah merupakan air hujan yang tertahan olehtanah sehingga tidak meresap ke
tempat lainnya. Pencampuran mineral dan bahan organik merupakan salah satu
proses pembentukan tanah, pada proses tersebut terbentuk lapisan – lapisan tanah
atau horizon. Tanah dapat didefinisikan sebagai kumpulan benda alam di
permukaan bumi yang tersusun dalam horizon – horizon yang terdiri dari
campuran bahan mineral, bahan organik, air, udara, dan merupakan media
tumbuhnya tanaman (Hardjowigeno, 2010).
Menurut sutanto (2005), kemampuan tanah sebagai habitat tanaman dan
menghasilkan bahan yang dapat dipanen ditentukan dari tinggkat kesuburan tanah
tersebut. Kesuburan tanah merupakan faktor penting untuk tanaman dapat
bertahan hidup dan berproduksi. Kesuburan tanah ditentukan oleh ketersediaan
unsur hara pada tanah tersebut. Pada lahan pertanian, kadar hara merupakan bahan
induk, iklim , topografi, organisme, vegetasi, dan waktu.
Lereng merupakan salah satu parameter topografi, lereng memiliki pengaruh
besar pada pengolahan dan penggunaan lahan. Hal ini karena sifat dari faktor –
faktor pembentukan tanah yang berbeda pada setiap tempat. Menurut
Hardjowigeno, (2010) hubungan lereng dengan sifat tanah tidak selalu sama di
semua tempat. Sebagai salah satu komponen topografi, lereng berperan penting
pada pembentukan dan perkembangan tanah melalui proses erosi, transportasi dan
deposisi. Pada daerah yang tererosi, sifat tanah akan mengalami kerusakan berupa
kemunduran sifat fisik dan kimia menurut kedalaman tanah.
Lereng terdiri dari beberapa unsur yaitu kemiringan, arah, panjang dan posisi
lereng. Kemiringan menentukan besarnya kecepatan aliran dan volume air,
sedangkan posisi menentukan besar kecilnya erosi (Asdak, 2002). Pada lereng
bagian atas terjadi tumbukan air hujan yang menghancurkan agregat tanah.
Partikel yang terlepas kemudian diangkut oleh aliran permukaan menuruni lereng.
Pada lereng bawah, terjadi erosi yang lebih besar karena tumbukan air hujan dan
aliran permukaan dari atas lereng sehingga tanah yang tersangkut lebih banyak
selama terjadi aliran permukaan, air akan terkumpul dan mengendap pada bagian
bawah lereng. Hal tersebut mengakibatkan lereng bawah lebih tebal dan memiliki
sifat fisik dan kimia yang lebik baik. Pengaruh terjadinya erosi menyebabkan
perubahan dan terganggunya sifat fisik dan kimia pada tanah
METODOLOGI

Penelitian ini terdiri dari kegiatan pengamatan di lapangan dan analisis di


laboratorium. Survei dilaksanakan di lahan Ciparanje, Kecamatan Jatinangor,
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Analisis dilakukan di laboratorium
Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian UNPAD.
Bahan yang digunakan adalah peta dasar dan peta tematik, berupa peta
topografi, kemiringan lereng, curah hujan, penggunaan lahan, dan geologi. Bahan
lain yang digunakan adalah bahan kimia untuk menganalisis sifat tanah di
laboratorium.
Peralatan yang digunakan adalah GPS, klinometer, bor tanah, cangkul, pisau,
kertas deskripsi tanah, ring sampler, kantong plastic, meteran, alat tulis, label, dan
kamera. Peralatan studio yang digunakan adalah laptop yang memiliki software
ArcGIS 10.1, Microsoft Office 2007, dan SPSS 2.0.
Objek utama pada penelitian ini adalah lereng dengan kemiringan 15 – 25 %.
Pengamatan dilakukan pada 3 posisi, yaitu atas, tengah, dan bawah disertai
dengan pengambilan contoh tanah pada setiap posisi lereng sebanyak 5 contoh di
setiap posisi lereng.
Tahap pertama adalah studi pustaka dan pengumpulan data berupa peta dasar.
Kemudian dilakukan pengambilan dan jumlah titik sampel tanah. Tahap kedua
yaitu pra survei dilakukan untuk mencari daerah yang cocok untuk dilakukan
penelitian. Hasil dari kegiatan pra survei ini berupa arahan mengenai lokasi yang
sesuai dengan tujuan penelitian.
Tahap survei dilakukan pengamatan dan pengambilan sampel tanah.
Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan menggunakan bor untuk sampel
tekstur, pH, KTK, dan C – organik tanah, diambil pada kedalaman 0 – 30 cm dan
pengambilan sampel bobot isi menggunakan ring sampler yang selanjutnya diuji
di laboratorium. Pengamatan ketebalan topsoil dilakukan di lapangan dengan
membuat minipit.
Tahap terakhir adalah pengolahan data. Pada tahap ini dilakukan uji statistik
T – Student untuk mengetahui perbedaan nilai dari parameter tanah pada posisi
lereng yang berbeda. Selanjutnya dilakuakan uji regresi untuk mengetahui
ketebalan topsoil dengan parameter tanah.

Anda mungkin juga menyukai