Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN

FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCAPANEN


ACARA VI. PENGARUH JENIS KEMASAN PLASTIK
TERHADAP UMUR SIMPAN BEBERAPA KOMODITI
HORTIKULTURA

Oleh
Eliza Alifia Putri
C1M020041
14

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2023
HALAMAN PENGESAHAN

Demikian laporan ini disusun guna memenuhi persyaratan laporan


pertanggung jawaban dan syarat mengikuti responsi praktikum selanjutnya.

Mataram, 27 April 2023


Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan

Rinda Insani Eliza Alifia Putri


C1M020120 C1M020041
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Produk hortikultura Indonesia sangat beragam mulai dari buah-buahan yang
banyak di jual dipasaran sampai buah-buahan yang harang sekali ditemukan
dipasaran. Banyak buah-buahan yang diekspor keluar negeri tetapi banyak juga
buah-buahan yang ditolak dengan alasan berbagai macam salah satunya adalh
penurunan kualitas buah-buahan yang dikirim sehingga dapat menyebabkan
permintaan pasar berkurang.
Pada dasarnya komoditas buah-buahan dan sayuran sangat mudah mengalami
kerusakan ketika dipanen dari pohonnya karena proses respirasi dan transpirasi
pada buah terjadi. Untuk menghambat proses tersebut perlu adanya teknik dimana
dalam mengurangi proses terjadinya laju transpirasi pada buah dan sayuran. Cara
yang palling efektif untuk menuunkan laju respirasi adalah dengan menurunkan
suhu produk namun cara demikian beberapa cara tambahan dari cara pendinginan
tersebut dapat meningkatkan efektivitas penurunan laju respirasi. Cara tambahan
selain menurunkan suhu dilakukan pengemasan dengan pengemas plastik.
Pemilihan ketebalan kemasan plastik plastik adalah hal yang kritis karena
berhubungan dengan permeabilitas platik terhadap keadaan lingkungan. Produk
hortikultura merupakan produk yang mudah rusak (perishable). Produk yang telah
dipanen mengalami berbagai macam benetuk stress seperti kehilangan suplai
nutrisi, proses panen yang banyak menimbulkan pelukaan beraerti, pengemasan dan
transportasi yang sering menyebabkan kerusakan mekanis lebibh kanjut, hambatan
ketersediaan CO2 dan O2, hambatan regim suhu, dan sebagainya. Sehingga perlu
dilakukannya praktikum acara VI yang berjudul Pengaruh Jenis Kemasan plastik
Terhadap Umur Simpan Beberapa Komoditi Hortikultura agar diketahui jenis
kemasan plastik yang tepat untuk digunakan dalam penyimpanan produk
hortikultura.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui jenis kemasan
plastik yang dapat memeperpanjang umur simpan beberapa komoditi horikultura.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Produk hortikultura merupakan produk yang sangat mudah rusak sehingga


dalam penanganan pasca panennya perlu adanya pengaturan agar produk tetap
segar apabila dikirim kepada distributor. Menyimpan produk sayuran yang paling
sederhana adalah dengan menempatkan bahan di tempat yang bersih, kering, dan
kelembaban lingkungan yang sama dengan kelembaban bahan. Cara ini ditempuh
untuk menghindari kehilangan kandungan air bahan secara berlebihan. Proses
pembusukan pada sayuran dan buah, dapat dihindari dengan menyimpan bahan
dalam keadaan permukaan kulitnya kering. Kering disini artinya permukaan kulit
bebas dari air permukaaan yang menempel (Dwiari, 2018).
Komoditas hortikultura khususnya sayuran merupakan produk hidup yang
masih aktif melakukan aktifitas metabolismenya setelah dipanen. Hal ini dicirikan
dengan adanya proses respirasi yang masih berjalan seperti halnya sebelum produk
tersebut dipanen. Keragaman akan laju respirasi pascapanennya sering dijadikan
sebagai indikator tingkat laju kemunduran dari produk tersebut. Semakin tinggi
tingkat laju respirasinya maka semakin cepat laju kemunduran dan semakin cepat
kematian yang terjadi. Sayuran dan buah mempunyai kadar air yang cukup tinggi
(55 - 85 %) pada saat panen. Selain masih mengalami proses respirasi, terutama
sayuran akan mengalami proses kelayuan. Sifat fisiologis ini menyebabkan sayuran
memiliki tingkat kerusakan yang dapat mencapai 40 %.

Proses metabolism sayuran dan buah setelah panen khususnya respirasi


tidak bisa dihentikan tetapi proses tersebut dapat dikurangi. Salah satu cara yang
dapat mengurangi atau menghambat proses respirasi adalah penyimpanan suhu
rendah dan penggunaan kemasan plastik yang tepat (Waryat dam Yosi, 2020).

Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi


segar dan mudah “rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi segarnya
dan mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan,
seperti pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, batang bengkok, buah keriput,
polong alot, ubi berwarna hijau (greening), terlalu matang, dll. Perlakuan dapat
berupa: pembersihan, pencucian, pengikatan, curing, sortasi, grading, pengemasan,
penyimpanan dingin, pelilinan, dll (Mutirawati, dalam David, 2016).

Proses pendinginan pada suatu bahan akan menghambat laju pertumbuhan


mikroorganisme serta laju reaksi kimia dan biokimia yang dapat menimbulkan
kerusakan tetapi tidak mungkin dapat menghentikannya. Pada umumnya kerugian
pengawetan dengan menggunakan pendinginan daya simpan produk lebih pendek
dibandingkan dengan cara pengawetan lain. Tetapi terdapat keuntungannya yaitu
sifat inderawi (rasa, tekstur, kenampakan, flavor, aroma) dan nilai gizinya hampir
tidak dapat dibedakan dengan produk segar (Tjahjadi, 2018).
Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk daya simpan buah dan
sayuran sesudah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya
metabolisme, dan oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk mengenai
potensi daya simpan buah dan sayuran. Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai
oleh umur simpan yang pendek. Hal itu juga merupakan petunjuk laju kemunduran
mutu dan nilainya sebagai bahan makanan. Faktor yang sangat penting yang
mempengaruhi respirasi dilihat dari segi penyimpanan adalah suhu. Peningkatan
suhu antara 00C – 350C akan meningkatkan laju respirasi buah-buahan dan sayuran,
yang memberi petunjuk bahwa baik proses biologi maupun proses kimiawi
dipengaruhi oleh suhu. Sampai sekarang pendinginan merupakan satu-satunya cara
ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi buah dan sayuran segar. Asas
dasar penyimpanan dingin adalah penghambatan respirasi oleh suhu tersebut
(Pantastico, dalam Safaryani, 2017).
Seleksi bahan pengemas yang digunakan untuk mengemas buah dan sayur
harus memenuhi persyaratan: (Marsigit, 2018).
1. Permeabilitas oksigen dan CO2, tidak menghambat respirasi dan perpanjangan
daya simpan, tetapi tidak menjadikan proses anaerobik di dalamnya.
2. Tidak menghambat keluarnya uap air
3. Transparan
4. Memiliki sifat fisik cukup baik sehingga kuat selama transfer dan handling
5. Karena umumnya plastik memiliki sifat permeabilitas kurang sempurna, untuk
hal tersebut ventilasi perlu dibuat.
Pengelolaan suhu merupakan faktor utama dalam upaya menunda proses
perusakan produk pasca panen. Pendinginan cepat dan mempertahankan suhu yang
cocok merupakan bagian penting dari sistem pengelolaan suhu. Terdapat beberapa
jenis komoditi yang tahan terhadap perlakuan suhu dingin, namun beberapa lainnya
sangat peka. Titik beku komoditi sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan padatan
dan sekaligus kandungan air bahan. Bagi jenis atau komoditi yang peka terhadap
suhu yang sangat rendah akan mengalami luka atau chilling injury. Biasanya hal ini
terjadi bilamana penyimpanan dalam kondisi di bawah titik beku (Santoso, 2016).
Pengemasan dapat menjaga dan mencegah pembusukan makanan dengan
menghalangi masuknya oksigen dan udara yang mengandung banyak kontaminan.
Salah satu teknik pengemasan yang dapat diterapkan yaitu teknik pengemasan
vakum. Pengemasan vakum adalah pengemasan dengan pengeluaran gas dan uap
air dari produk yang dikemas. Pengemasan vakum biasanya dikombinasikan
dengan jenis kemasan plastik karena sifatnya yang kuat, fleksibel, mudah dibentuk,
serta sukar tembus air dan udara. Jenis kemasan plastik yang memiliki densitas yang
tinggi dengan permeabilitas uap air dan gas rendah adalah plastik polypropylene
(PP), polyethylene (PE) dan kemasan plastik kombinasi Alumunium dengan
Polypropylene (Al-PP).
Menurut Renate (2019), jenis PP, polyethylene merupakan kemasan plastik
yang biasa dipakai sehari-hari. Yanti et al. (2018) menyatakan bahwa pengemasan
dengan plastik berupa polyethylene (PE) dan polypropylene (PP) dapat
menurunkan kadar air, mempertahankan kadar protein, menurunkan nilai pH,
menekan total koloni bakteri dan menurunkan persentase susut masak daging sapi.
Plastik merupakan salah satu jenis bahan kemas yang sering digunakan
selain bahan kemas lain seperti: kaleng, gelas, kertas, dan styrofoam. Plastik, bahan
pengemas yang mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Selain untuk
mengemas langsung bahan makanan, seringkali digunakan sebagai pelapis kertas.
Secara umum plastik tersusun dari polimer yaitu rantai panjang dan satuan-satuan
yang lebih kecil yang disebut monomer. Polimer ini dapat masuk dalam tubuh
manusia karena bersifat tidak larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh
akan menyebabkan kanker. Masing-masing jenis plastik mempunyai tingkat bahaya
yang berbeda tergantung dan bahan kimia penyusunnya, jenis makanan yang
dibungkus (asam, berlemak), lama kontak dan suhu makanan saat disimpan.
Semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan dalam plastik ini maka semakin
cepat terjadinya perpindahannya (Mareta, 2013).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Rabu, 5 April 2023 yang dimulai pukul 11.00
- 12.30 WITA. Bertempat di laboratorium Fisiologi dan Bioteknologi Lantai 4
Gedung E, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis menulis, kertas
label, timbangan analitik, nampan, kamera hp, refractometer, hardnes meter, dan
plastik ziploc. Sementara itu bahan yang digunakan yaitu terdiri dari pisang dan
tomat.

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu:

1. Disiapkan alat dan bahan praktikum


2. Dipilih komoditi sayur, yakni tomat yang memiliki warna yang sama, dan
buah buahan pisang kapok dua biji dengan ukuran /besar yang sama.
Komoditi tersebut memiliki tingkat kematangan komersil, tidak terdapat
luka, bebas kotoran.
3. Ditimbang tiap tiap komoditi untuk mengetahui berat awalnya dengan
timbangan analitik
4. Dimasukkan komoditi tersebut kedalam plastik ziplok yang berlubang serta
tanpa lubang, untuk masing masing komoditi dengan masing masing
komoditi mewakili terhadap perlakuan pada plastik ziplok. Perlakuan
dengan membuka plastik ziplok stiap pengamatan selama 5 menit untuk
yang tanpa lubang.
5. Ditulis berat awal, nama kelompok serta hari pada label sebagai hasil analisi
komoditi.
6. Ditempelkan label pada plastik ziplok yang sudah terisi oleh komoditi-
komoditi tersebut.
7. Disimpan komoditi pada suhu ruangan selama 5 hari dan dihitung beratnya
pada hari penyimpanan ke 2, 4 dan 5.
8. Ditimbang berat komoditi hortikultura per-hari pengamtan untuk
mengetahui susut bobot.
9. Diamati komoditi hortikultura visual appearance’ setiap hari, yang meliputi:
• Diamati perubahan kekerasan/tekstur komoditi
• Diamati perubahan kemanisan/ brix komoditi
• Diamati perubahan berat komoditi
• Penyakit pascapanen
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 4.1.1. Kemasan Plastik Tanpa Lubang – Komoditi Pisang Kepok
Data awal
Berat awal Tekstur Brix Warna Kerusakan
Visual/Penyakit
111 gram - - Kuning Tidak ada

Data saat perlakuan


Hari Setelah Susut Bobot Tekstur Brix Warna Kerusakan
Perlakuan Visual/Penyakit
3 0,4 14 Kuning Tidak ada
109 gram

5 0,25 25 Hijua Tidak ada


104 gram kuning
kecoklatan
Data Akhir Susut Bobot Tekstur Brix Warna Kerusakan
(Hari ke-5) Visual/Penyakit
0,25 25 Hijau Tidak ada
104 gram Kuning
kecoklatan

Tabel 4.1.2. Kemasan Plastik Dengan Lubang – Komoditi Pisang Kepok


Data awal
Berat awal Tekstur Brix Warna Kerusakan
Visual/Penyakit
115 gram - - Kuning Tidak ada
kehijauan

Data saat perlakuan


Hari Setelah Susut Bobot Tekstur Brix Warna Kerusakan
Perlakuan Visual/Penyakit
3 0,4 21 Kuning Tidak ada
114 gram
5 0,1 24 Kuning busuk
106 gram kecoklatan

Data Akhir Susut Bobot Tekstur Brix Warna Kerusakan


(Hari ke-5) Visual/Penyakit
0,1 24 Kuning busuk
106 kecoklatan

Tabel 4.1.3. Kemasan Plastik Tanpa Lubang – Komoditi Tomat


Data awal
Berat awal Tekstur Brix Warna Kerusakan
Visual/Penyakit
34 gram - - Kuning Tidak ada
kehijauan

Data saat perlakuan


Hari Setelah Susut Bobot Tekstur Brix Warna Kerusakan
Perlakuan Visual/Penyakit
3 0,35 4 Orange Tidak ada
31 gram kehijauan
5 0,65 4 Orange Terbelah, berair,
29 gram kemerahan bau busuk
Data Akhir Susut Bobot Tekstur Brix Warna Kerusakan
(Hari ke-5) Visual/Penyakit
0,65 4 Orange Terbelah berair,
29 gram kemerahan bau busuk

Tabel 4.1.4. Kemasan Plastik Dengan Lubang – Komoditi Tomat


Data awal
Berat awal Tekstur Brix Warna Kerusakan
Visual/Penyakit
28 gram - - Orange Tidak ada
kehijauan

Data saat perlakuan


Hari Setelah Susut Bobot Tekstur Brix Warna Kerusakan
Perlakuan Visual/Penyakit
3 0,8 4,5 Orange ke Tidak ada
27 gram kehijauan

5 0,65 5 Orange Berair, terbelah


27 gram kemerahan
Data Akhir Susut Bobot Tekstur Brix Warna Kerusakan
(Hari ke-5) Visual/Penyakit
0,65 5 Orange Busuk, berbau
27 gram kemerahan

4.2. Pembahasan
Pengemasan penting dalam pengawetan bahan pangan. Adanya pengemasan
dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan – kerusakan.
Kerusakan yang terjadi dapat berlangsung secara spontan tetapi seringkali terjadi
karena pengaruh lingkungan luar dan pengaruh kemasan plastik yang digunakan.
Kemasan plastik membatasi bahan panngan dengan lingkungan sekeliling untuk
mecegah atau menghambat proses kerusakan selama waktu yang sibutuhkan.

Plastik sering digunakan dalam kemasan plastik bahan pangan dan mudah
diperoleh. Ada beberapa jenis plastik yang sering digunakan dalam kemasan plastik
bahan pangan dan mudah diperoleh. Ada beberapa jenis plastik yang sering
digunakan diantaranya polietilen dan polipropilen. Plastik ini termasuk plastik tipis
yang bersifat lentur (fleksible film) mempunyai beberapa sifat khusus antara lain
seperti daya serap air, daya tembus gas dan uap air, bentuk dan permukaannya.
Permeabilitas uap air dan gas, serta luas permukaan kemasan plastik mempengaruhi
jumlah gas yang baik sehingga masa simpan produk lama.

Pengemasan dnegan menggunakan plastik merupakan salah satu bentuk


penyimpanan dengan sistem penyimpanan atmosfer termodifikasi. Sistem ini
meruapak cara pengaturan komposisis gas CO2 dan O2 produk segar yang dikemass
dalam bahan plastik. Udara yang mengalami perubahan tersebut menghambat
pematangan dan memperpanjang daya simpan buah dan sayuran. Selain
pengemasan plastik, pengemasan dengan sistem vakum juga merupakan salah satu
cara untuk memperpanjang umur simpan buah.
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui jenis kemasan
plastik yang dapat memperpanjang umur simpan beberapa komoditi hortikultura.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu dua buah tomat, dan dua buah
pisang. Diketahui terdapat dua perlakuan pada praktikum ini yaitu kemasan plastik
tanpa lubang dan kemasan plastik berlubang. Masing-masing komoditi diletakkan
pada satu kemasan plastik perlakuan.

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diketahui terdapat 5 parameter


pengamatan yang diamati yaitu susut bobot, tekstur, brix, warna dan kerusakan.
Pengamatan yang dilakukan untuk praktikum ini adalah selama 5 hari dengan waktu
pengamatan yaitu hari ketiga dan hari kelima.

Pada susut bobot komoditi pisang kemasan plastik tanpa lubang diketahui
memiliki berat awal 111 gram. Kemudian pada pengamatan hari ketiga dan kelima
bobot dari pisang berkurang berturut-turut sebanyak 109 gram dan 104 gram.
Kemudian pada tomat terjadi susut bobot yang semula memiliki berat awal 34 gram
menjadi 31 gram dan 29 gram pada hari kelima. Hal yang sama terjadi pula pada
komoditi pisang dan tomat kemasan plastik berlubang. Pada pisang susut bobot
total yaitu yang semula 115 gram menjadi 114 gram hari ketiga dan 106 gram pada
hari kelima. Pada tomat diketahui memiliki susut bobot yang semula memiliki berat
28 gram menjadi 27 gram pada hari ketiga dan kelima.

Susut bobot terjadi seiring dengan lamanya penyimpanan, semakin lama


penyimpanan dilakukan maka susut bobot semakin meningkat. Peningkatan susut
bobot biasanya ditandai dengan terjadinya pelayuan dan kekeringan pada bahan
yang disimpan. Kehilangan air selama penyimpanan tidak hanya akan menurunkan
bobot namun juga dapat menurunkan mutu dan dapat menimbulkan kerusakan.
Kehilangan yang hanya sedikit mungkin tidak akan mengganggu tetapi kehilangan
yang cukup besar akan menyebabkan pelayuan dan pengriputan.

Kemudian pada parameter tekstur diketahui pada komoiditi kemasan plastik


tanpa lubang yaitu pada pisang memiliki tekstur kekerasan pada hari ketiga dan hari
kelima secara berturut-turut yaitu 0,4 dan 0,25. Kemudian pada tomat yaitu 0,35
dan 0,65. Pada komoiditi kemasan plastik dengan lubang yaitu pada pisang
diketahui pada hari ketiga dan kelima memiliki nilai tekstur secara berturut-turut
pada hari ketiga dan kelima yaiti 0,4 dan 0,1. Kemudian pada tomat yaitu 0,8 dan
0,65.

Terjadinya perubahan tekstur pada saat pematangan dihubungkan dnegan dua


atau tiga proses. Pertama proses penguraian pati menjadi gula, kedua pemecahan
dinding sel yang diakibatkan penambahan protopektin yang larut air dan terakhir
adalah perombahan selulosa. Perubahan senyawa-senyawa ini selama pematangan
sangat berpengaruh terhadap kekerasan buah, yang menyebabkan buah menjadi
lunak. Perubahan kimia yang tejadi selama proses pematangan antara lain
menurunnya kandungan pati, meningkatnya kadar gula dan menurunnya kandungan
asam organik.

Untuk nilai brix dari komoditi kemasan plastik tanpa lubang yaitu pada buah
pisang dan tomat. Diketahui pada pisang memiliki nilai brix berturut-turut pada hari
ketiga dan kelima yaitu 14 dan 25. Kemudian pada tomat yaitu hari ketiga dan
kelima yaitu 4. Pada komoditi kemasan plastik dengan luabgn diketahui pada
pisang dan tomat. Pada pisang yaitu berturut-turut pada hari ketiga dan kelima yaitu
21 dan 24. Kemudian pada tomat pada hari ketiga dan kelima berturut-turut yaitu
4,5 dan 5.

Kandungan gula (sukrosa) seringkali meningkat selama pendewasaan sel.


Berdasarkan hal tersebut pada pengamatan nilai brix dengan perlakuan kemasan
plastik plastik tanpa lubang dan berlubang mengalami fluktuasi. Pematangan
biasanya meningkatkan jumlah gula sederhana yang memberi rasa
manis,penurunan asam-asam organik yang mengurangi rasa asam dari senyawa
fenolik yang mengurangi rasa sepat, serta kenaikan zat-zat atsiri yang memberi
aroma khas pada buah. Kandungan gula pada daging buah pisang mentah sekitar 1-
2%, dan meningkat menjadi 15-20% saat buah matang, sedangkan kandungan pati
sebesar 20% saat buah pisang mentah dan turun menjadi 1-2% saat buah masak.
Pada warna dan kerusakan visual dan penyakit komoditas pengemasan tanpa
plastik diketahui pada pisang memiliki warna awal kuning kemudian terjadi
perubahan warna yaitu warna kuning ketika hari ketiga dan pada hari kelima
memiliki warna hijau kuning kecoklatan. Kerusakan pada pisang tidak terjadi
selama penyimpanan. Pada tomat terjadi perubahan yang semulanya berwarna
kuning kehijauan berubah pada hari ketiga menjadi orange kehijauan dan orange
kemerahan pada hari kelima. Pada buah tomat diketahui terjadi kerusakan atau
munculnya penyakit pada hari kelima yaitu tomat menjadi berair dam berbau busuk.
Kemudian pada komoditi kemasan plastik dengan lubang pada pisang diketahui
memiliki warna awal kuning kehijauan dan mengalami perubahan pada hari ketiga
yaitu menjadi warna kuning dan pada hari kelima menjadi kuning kecoklatan. Pada
tomat warna awalnya yaitu orange kehijauan dan pada hari ketiga mengalami
perubahan warna menjadi orange kehijauan lalu pada hari kelima menjadi orange
kemerahan. Kerusakan pada buah pisaang diketahui selama lima hari penyimpanan
menjadi busuk dan kerusakan pada buah tomat yaitu tomat menjadi beair dan
berbau busuk.

Hilangnya warna hijau merupakan peralihan dari fungsi kloroplas ke


kromoplas seiring dengan lamanya penyimpanan maka terjadi degradasi klorofil
sehingga terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning bahkan sampai merah.

Perlu diketahui bahwa perbedaan data yang didapatkan pada hari ketiga dan
hari kelima disebabkan karena data yang diperoleh hari kelima diperoleh dari
kelompok lain sehingga menyebabkan data tidak sinkron. Praktikum perlu
dilakukan lebih lanjut untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih tepat untuk
dapat diterapkan pada pengemasan produk hortikultura agar memiliki umur simpan
yang baik.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penggunaan kemasan dengan plastik diketahui dapat mempengaruhi kualitas dan
mutu produk. Penggunaan kemasan plastik dapat berpengaruh dalam pengemasan
buah dan sayur segar. Kemasan plastik dapat mengontrol udara dan uap air yang
keluar masuk serta tahan terhadap kerusakan. Lubang yang terdapat pada kemasan
plastik diupayakan agar terjadi pertukaran udara. Sehingga suhu yang terdapat pada
kemasan tidak terlalu tinggi dan laju respirasi dapat ditekan dan mampu
mengurangi kerusakan fisiologis. Penggunaan kemasan plastik dengan lubang
diketahui lebih baik dalam memperpanjang umur simpan karena mampu menekan
susut bobot, kemanisan, tekstur yang dapat diperhambat atau ditekan proses
metabolismenya sehingga produk hortikultura tidak rentan terhadap kerusakan.

5.2. Saran
Sebagai seorang mahasiswa pertanian memiliki peran aktif berupa perlu
dibuatkan bagan edukasi yang lebih informatif dalam menyampaikan tindakan
penanganan pascapanen secara tepat dan aman kepada para petani, pengepul,
distributor agar mutu dan kualitas dari produk yang dihasilkan baik, utamanya
dalam hal pengemasan produk.
DAFTAR PUSTAKA

David, Jhon, dkk. 2016. Penanganan Pasca Panen Penyimpanan untuk


Komoditas Hortikultura. Balai Pengakajian Teknologi Pertanian.
Banjarbaru.
Dwiari. 2018. Teknologi Pangan Jilid 1. Jakarta. Departemen Pendidikan
Nasional.
Marsigit wuri, Rossalina yessy. 2018. Penuntun Praktikum Pengemasan.
Bengkulu: Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Bengkulu.
Mareta D Tio, Nur Shofia. 2013. Pengemasan Produk Sayuran Dengan Bahan
Kemas Plastik Pada Penyimpanan Suhu Ruang Dan Suhu Dingin.
Yogyakarta: Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Renate D. 2019. Pengemasan puree cabe merah dengan berbagai jenis plastik yang
dikemas vakum. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. 14(1): 80-
89. DOI:http://dx.doi.org/10.23960/jtihp. v14i4i.80%20-%2089.
Safaryani, Nurhayati , dkk. 2017. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan
terhadap Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli (Brassica oleracea L).
Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNDIP.

Susanto, T. dan B. Suneto, 2014. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.


Surabaya. Bina Ilmu Offset.
Tjahjadi, C. dan H. Marta. 2018. Pengantar Teknologi Pangan Volume 1. Jurusan
Teknologi Industri Pangan. Fakultas Teknologi Industri Pangan.
Universitas Padjadjaran. Jatinangor.
Waryat, dan Yosi Handayani. 2020. Implementassi Jenis Kemassan Untuk
Memperpanjang Umur Simpan Sayuran Pakcoy. Jurnal Ilmiah Respati.
11(1): 33-45
Yanti H, Hidayati, Elfawati. 2018. Kualitas Daging Sapi dengan Kemasan Plastik
PE (Polyethylene) dan Plastik PP (Polypropylen) di Pasar Arengka Kota
Pekanbaru. Jurnal Peternakan. 5(1): 22-27.
LAMPIRAN

No. Perlakuan Komoditi Hari


Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-5
1 Kemasan Pisang
plastik
dengan
lubang

Tomat

2 Kemasan Pisang
plastik
tanpa
lubang
Tomat

Anda mungkin juga menyukai