Oleh :
KELOMPOK 15
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini merupakan salah satu syarat telah menyelesaikan mata kuliah Fisiologi
dan Teknologi Pasca Panen pada Semester Gasal Tahun 2016/2017 di Fakultas Teknologi
Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Mataram, 21 Desember 2017
Mengetahui,
Co. Asissten Praktikum Fisiologi dan Praktikan,
Teknologi Pasca Panen
Menyetujui,
Koordinator I Koordinator II
Praktikum Fisiologi dan Teknologi Praktikum Fisiologi dan Teknologi
Pasca Panen Pasca Panen
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga Laporan Tetap Fisiologi dan
Teknologi Pasca Panen ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Dengan
adanya Laporan Tetap Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen ini, diharapkan dapat menjadi
4
acuan serta pedoman bagi mahasiswa yang lain sehingga dapat menjadi mahasiswa yang aktif,
kritis, serta memiliki akhlak yang baik.
Ucapan terima kasih tak lupa penyusun sampaikan kepada dosen Fisiologi dan
Teknologi Pasca Panen serta Co. Assisten yang telah banyak membimbing dalam pelaksanaan
praktikum sampai pada penulisan Laporan Tetap Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen. Akhir
kata penyusun mengucapkan terima kasih serta permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas
kesalahan yang telah dilakukan selama praktikum ini berlangsung, serta penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut berperan dalam pelaksanaan praktikum
berlangsung sampai pada penulisan laporan tetap ini diterbitkan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
pada suhu dingin dan suhu ruang serta dilukai maupun tidak agar dapat mengetahui dan
membandingkan susut bobot yang terjadi.
1.1.2. Acara II Sifat Fisis, Khemis dan Kecepatan Respirasi Beberapa Komoditi Hasil
Pertanian
Komposisi kimiawi tanaman mempunyai hubungan yang erat dengan indeks
kualitas dan stabilitas. Hasil tanaman tersusun atas senyawa kimia yang jkomposisi
bervariasi. Setiap individu buah-buahan, sayur-sayuran atau biji-bijian, tersusun dari
jaringan yang hidup dan aktif melakukan metabolisme sehingga selalu mengalami
perubahan tergantung pada pertumbuhan sebelum dipanen, fungsi fisiologi, faktor
genetis serta keadaan lingkungan. Berdasarkan pada laju respirasinya, buah-buahan
dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu buah klimaterik dan non klimaterik. Buah
klimaterik menunjukkan peningkatan yang besar dalam laju produksi CO 2 dan etilen
(C2H4) bersamaan pemasakan, contohnya tomat. Sedangkan buah non klimaterik tidak
menunjukkan perubahan, umumnya laju perubahan, laju produksi CO 2 dan ettilen
selama pemasakan sangat rendah, contohnya jeruk.
1.1.3. Acara III Mempelajari Sifat-Sifat Buah dan Sayur Selama Chilling dan Freezing
Penyimpanan produk hasil pertanian diharapkan dapat menjaga kualitas dan
kesegaran dari bahan hasil pertanian tersebut. Salah satu teknologi yang bisa diterapkan
untuk menjaga agar komoditi ini tetap baik adalah dengan penyimpanan pada suhu
rendah (dingin). Penyimpanan dengan menggunakan suhu rendah terkadang juga dapat
merusak bahan pada jenis komoditi tertentu dan sangat efektif pada beberapa komiditi
yang lain. Jenis komoditi yang dapat rusak pada penyimpanan suhu rendah biasanya
adalah produk dengan kadar air yang tinggi dan atau produk yang mempunyai kulit tipis
sehingga membuat komoditi ini mengalami perubahan warna, tekstur ataupun
kenampakannya yang berubah menjadi mengkerut. Buah dan sayuran merupakan jenis
bahan hasil pertanian yang memiliki sifat yang sama, yaitu rusak karena mempunyai
tekstur lunak, kadar air tinggi, adanya komponen zat-zat dan enzim yang masih aktif.
Hal tersebut di indikasikan oleh adanya perubahan fisiologis secara spontan yang
disertai perubahan fisik, kimia dan mikrobiologi. Oleh karena itu perlu dilakukan
praktikum ini agar dapat mempelajari sifat-sifat buah dan sayur selama chiling dan
freezing.
6
1.1.4. Acara IV Pengaruh KMnO4, CaCl2, CaC2 dan Ethanol dalam Proses Pematangan
Buah
Pematangan buah yaitu mengacu pada perubahan yang terjadi setelah
pendewasaan penuh, yang dicirikan oleh melunaknya daging buah, terbentuknya
karakteristik aroma, dan peningkatan kandungan cairan buah. Proses pematang tersebut,
dihasilkan air secara terus menerus sehingga mengakibatkan kelayuan saat
penyimpanan karena praktis tidak ada suplai air lagi. Salah satu cara untuk
memperpanjang masa simpan buah dan sayur adalah dengan penyimpanan pada suhu
rendah agar aktivitas mikroba, enzim, maupun respirasi dapat dihambat. Oleh sebab itu
perlu dilakukan praktikum ini agar dapat mempelajari penggunaan KMnO4, CaC2,CaCl2
dan KOH terhadap pematangan buah.
1.1.5. Acara V Pengaruh Antimokroba Terhadap Penyimpanan
Penanganan ataupun penyimpanan bahan pangan dilakukan agar buah dan sayur
tetap segar saat sampai ke tangan konsumen. Hal ini disebabkan karena buah dan sayur
setelah dipanen akan mengalami penurunan bobot dan nilai gizi yang terkandung
didalam bahan pangan tersebut. Selain itu kondisi penyimpanan dan waktu
penyimpanan juga mempengaruhi perubahan tekstur pada bahan pangan. Oleh karena
itu, pengujian pengaruh penambahan zat antimikroba terhadap penyimpanan perlu untuk
dilakukan. Dengan mengetahui peranan zat pengawet pada komoditi akan lebih
mempermudah praktikan dalam pengaplikasiannya.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilkukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
kondisi dan lama penyimpanan terhadap susut bobot, mengetahui sifat fisis, kimia, dan
kecepatan respirasi beberapa komoditi hasil pertanian, mengetahui pengaruh perlakuan
chilling dan freezing terhadap sifat-sifat buah dan sayur, mengetahui cara-cara
mempertahankan kesegaran buah selama penyimpanan dengan prinsip “Control
Atmhosphere Storage” (CAS) dan mengetahui pengaruh pemberian zat anti jamur
terhadap penyimpanan bahan hasil pertanian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Acara I Pengaruh Kondisi dan Lama Penyimpanan Terhadap Susut Bobot
Buah memiliki masa simpan yang relatif rendah sehingga buah dikenal sebagai
bahan panganyang cepat rusak dan hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas masa
simpan buah. Mutu simpan buah sangat erat kaitannya dengan proses respirasi dan
transpirasi selama penanganan dan penyimpanan di mana akan menyebabkan susut
pasca panen seperti susut fisik yang diukur dengan berat; susut kualitas karena
perubahan wujud (kenampakan), cita rasa, warna atau tekstur yang menyebabkan bahan
pangan kurang disukai konsumen; susut nilai gizi yang berpengaruh terhadap kualitas
buah. Mutu simpan buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan
transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif, menurunkan suhu
udara. Pada umumnya komoditas yang mempunyai umur simpan pendek mempunyai
laju respirasi tinggi atau peka terhadap suhu rendah (Ismanilda, 2011).
2.2. Acara II Sifat Fisis, Khemis dan Kecepatan Respirasi Beberapa Komoditi Hasil
Pertanian
Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan, meskipun
demikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung bahan-bahan padatan (solid)
dan begitu juga sebaliknya, dalam bahan padatan terdapat pula bahan cair. Bahan
pangan pada umumnya bersifat encer. Kedua sifat bahan pangan inilah yang diketahui
sebagai sifat alir bahan pangan. Bahan pangan yang memililki sifat alir yang sangat
mudah mengalir disebut fluiditas. Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor
yang sangat penting dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan
merancang suatu alat khusus untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa prilaku
produk dan cara penanganannya. Karakteristik sifat fisik pertanian adalah bentuk,
ukuran, luas permukaan, warna, penampakan, berat, porositas, densitas dan kadar air
(Suharto, 2001).
2.3. Acara III Mempelajari Sifat-Sifat Buah dan Sayur Selama Chilling dan Freezing
Penyimpanan buah pada suhu rendah yang stabil dapat mempertahankan tekstur
alami karena pendinginan atau penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat atau
mengurangi laju respirasi dan transpirasi atau kehilangan air. Penyimpanan pada suhu
dingin, namun sesekali difluktuasikan atau diekspose pada suhu ruang menyebabkan
penurunan mutu fisik/organoleptik dan nilai gizi yang lebih cepat dibandingkan suhu
stabil. Penyimpanan pada suhu ruang (dibiarkan sesuai dengan suhu lingkungan)
8
menyebabkan penurunan mutu fisik- organoleptik dan mutu nilai gizi sangat cepat yang
diikuti dengan proses pembusukan (Julianti, 2010).
2.4. Acara IV Pengaruh KMnO4, CaCl2, CaC2 dan Ethanol dalam Proses Pematangan
Buah
Etilen merupakan hormon tumbuhan (fitohormon) berwujud gas yang biasanya
diproduksi oleh tanaman dalam jumlah tertentu, dengan adanya faktor cekaman
lingkungan seperti naungan, kekeringan, kebanjiran, tekanan mekanis, pelukaan serta
infeksi memicu tanaman untuk memproduksi etilen secara berlebihan sehingga
menghambat pertumbuhan tanaman. tilen adalah yang paling sederhana dari senyawa
organik yang dikenal sebagai alkena, yang mengandung ikatan ganda karbon-karbon.
Etilen adalah gas tidak berwarna, yang mudah terbakar memiliki rasa manis dan bau.
Penggunaan etilen jatuh ke dalam dua kategori utama yaitu sebagai monomer, dengan
rantai karbon yang terkontruksi panjang, dan sebagai bahan awal untuk senyawa dua
karbon lainnya. (Wardani, 2014).
2.5. Acara V Pengaruh Antimokroba Terhadap Penyimpanan
Natrium Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai pangan dan
minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal, selai, jeli,
manisan, kecap dan lain-lain. Garam atau ester dari asam benzoat secara komersial
dibuat dengan sintesis kimia. Bentuk aslinya asam benzoat terjadi secara alami dalam
bahan gum benzoin. Natrium Benzoat berwarna putih, granula tanpa bau, bubuk kristal
atau serpihan dan lebih larut dalam air dibandingkan asam benzoat dan juga dapat larut
dalam alkohol. Dalam bahan pangan garam benzaot terurai menjadi lebih efektif dalam
bentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi. Memiliki fungsi sebagai anti mikroba yang
optimum pada pH 2,5 – 4,0 untuk menghambat pertumbuhan kapang dan kamir
(Cahyadi, 2008).
9
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tomat mentah, tomat
matang, pisang matang, pisang mentah, bayam, larutan KOH 2N, larutan HCl 0,1 N
dan reagen bendict.
3.2.3. Acara III Mempelajari Sifat-Sifat Buah dan Sayur Selama Chilling dan Freezing
a. Alat-Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktiku ini adaah timbangan analitik,
lemari es, penetrometer, dan termometer.
b. Bahan-Bahan Praktikum
Adapun bahann-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah
pisang, buah apel, wortel, dan mentimun.
3.2.4. Acara IV Pengaruh KMnO4, CaCl2, CaC2 dan Ethanol dalam Proses Pematangan
Buah
a. Alat-Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktiku ini adaah timbangan analitik,
lemari es, penetrometer, dan termometer.
b. Bahan-Bahan Praktikum
Adapun bahann-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah
pisang, nanas, CaCl2, CaC2, KOH, larutan KMnO4 jenuh, batu bata merah dan
kantong plastic.
3.2.5. Acara V Pengaruh Antimokroba Terhadap Penyimpanan
a. Alat-Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah baskom,
pengaduk dan tempat buah.
b. Bahan-Bahan Praktikum
Adapun bahann-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah wortel,
kentang, larutan Topsin-M 400 ppm, larutan fury 500 ppm dan larutan Na-Benzoat
1%.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Acara I Pengaruh Kondisi dan Lama Penyimpanan Terhadap Susut Bobot
11
3.3.2. Acara II Sifat Fisis, Khemis dan Kecepatan Respirasi Beberapa Komoditi Hasil
Pertanian
a. Pengamtan sifat fisik dan kimia
12
3.2.3. Acara III Mempelajari Sifat-Sifat Buah dan Sayur Selama Chilling dan Freezing
14
15
3.2.4. Acara IV Pengaruh KMnO4, CaCl2, CaC2 dan Ethanol dalam Proses Pematangan
Buah
a. Pengaruh KOH dan CaCl2 dalam Proses Pematangan Buah
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1. Acara I Pengaruh Kondisi dan Lama Penyimpanan Terhadap Susut Bobot
a. Hasil pengamatan
17
b. Hasil Perhitungan
1. Apel
a. tanpa dilukai,T ruang
-hari ke-3
susut berat =
=1,13%
-hari ke-7
susut berat =
=1,31%
b. dilukai, T ruang
-hari ke-3
19
susut berat =
= -24,32%
-hari ke-7
susut berat =
= - 19,92%
c.tanpa dilukai,T dingin
-hari ke-3
susut berat =
=11,86 %
-hari ke-7
susut berat =
=0,48%
d.dilukai, T dingin
-hari ke-3
susut berat =
=3,09%
-hari ke-7
20
susut berat =
= 3,82%
2. kentang
a. tanpa dilukai,T ruang
-hari ke-3
susut berat =
=0,1%
-hari ke-7
susut berat =
=0,16%
b. dilukai, T ruang
-hari ke-3
susut berat =
= 2,5%
-hari ke-7
susut berat =
= 0,85%
c. tanpa dilukai,T dingin
21
-hari ke-3
susut berat =
=0,02 %
-hari ke-7
susut berat =
=0,03%
d. dilukai, T dingin
-hari ke-3
susut berat =
=1,03%
-hari ke-7
susut berat =
= 0,91%
3. beras
a. kondisi terbuka
-hari ke-3
susut berat =
=0,05%
22
-hari ke-7
susut berat =
=0,03%
b. kondisi tertutup
-hari ke-3
susut berat =
= 0,01%
-hari ke-7
susut berat =
= 0,01%
4.2. Acara II Sifat Fisis, Khemis dan Kecepatan Respirasi Beberapa Komoditi Hasil
Pertanian
a. Hasil pengamatan
Table 4.2.1 Pengukuran kecepatan respirasi
Ml Hcl Ml Hcl Jumlah Co2
komoditi
Blanko Sampel (Ml/gr/jam)
Tomat
49,8 49,3 0,2215
mentah
Tomat
49,8 48,85 0,125
Matang
PisangMentah 49,8 48,9 0,86
Pisang
49,8 49,35 0,38
Matang
Bayam 49,8 492 0,091
b. Hasil Perhitungan
diketahui: Berat Bahan = 49,64 gr
Ml Hcl Blanko = 49,8 ml
23
ml/gr/jam
1. Tomat Matang
Diketahui: Berat Bahan = 33,31 gr
Ml Hcl Blanko = 49,8 ml
Ml Hcl Sampel = 48,85 ml
NHcl = 0,1
Ditanyakan : Co2 = ……….?
Penyelesaian
ml/gr/jam
2. Pisang Mentah
Diketahui: Berat Bahan = 46,24 gr
Ml Hcl Blanko = 49,8 ml
Ml Hcl Sampel = 48,9 ml
NHcl = 0,1
Ditanyakan : Co2 = ……….?
Penyelesaian
ml/gr/jam
3. Pisang Matang
Diketahui: Berat Bahan = 52,46 gr
Ml Hcl Blanko = 49,8 ml
Ml Hcl Sampel = 49,15 ml
NHcl = 0,1
24
ml/gr/jam
4. Bayam
Diketahui: Berat Bahan = 29,01 gr
Ml Hcl Blanko = 49,8 ml
Ml Hcl Sampel = 49,2ml
NHcl = 0,1
Ditanyakan : Co2 = ……….?
Penyelesaian
ml/gr/jam
4.3. Acara III Mempelajari Sifat-Sifat Buah dan Sayur Selama Chilling dan Freezing
a. Hasil pengamatan
Table 4.3.1. Sifat-sifat buah dan sayur selama chilling dan freezing
No. Kom Hari Kondisi Berat Berat Susut
oditi ke- suhu awal akhir bobot
(g) (g) (%)
0 85,16 85,16 0
1. P 0 85,85 85,85 0
is
a
25
n
g
3 Dingin 85,85 84,75 1,1
0 99,43 99,43 0
3 Beku 99,43 99,43 0,13
0 47,35 47,35 0
2. A 0 42,93 42,93 0
p
el
3 Dingin 42,93 47,24 -4,31
0 37,25 37,25 0
3 Beku 37,25 37,27 -0,02
0 180,36 180,36 0
3 Kamar 180,36 177,08 3,28
3. M 0 157,10 157,10 0
e
26
nt
i
m
u
n
3 Dingin 157,10 156,10 1
7 156,10 147,00 9,1
0 136,30 136,30 0
3 Beku 136,30 136,32 -0,02
0 63,59 63,59 0
3 Kamar 63,59 60,77 2,820
7 60,77 50,54 2,23
0 81,53 81,53 0
4. W 3 Dingin 81,53 76,36 5,17
o
rt
el
7 76,36 75,50 0,26
0 45,88 45,88 0
3 Beku 45,88 45,86 0,02
7 45,86 45,86 0
b. Hasil Perhitungan
1. Pisang
Hari ke-3
Suhu kamar
= 100%
27
= 0,59%
Suhu dingin
= 100%
= 1,1 %
Suhu beku
= 100%
= 0,13 %
Hari ke-7
Suhu kamar
= 100%
= 2,2 %
Suhu dingin
= 100%
= 1,29 %
Suhu beku
= 100%
= -0,01 %
2.Apel
28
Hari ke-3
Suhu kamar
= 100%
= 4,65 %
Suhu dingin
= 100%
= -4,31 %
Suhu beku
= 100%
= -0,02 %
Hari ke-7
Suhu kamar
= 100%
= 0,35 %
Suhu dingin
= 100%
= -0,1 %
Suhu beku
29
= 100%
= -0,02 %
3. Mentimun
Hari ke-3
Suhu kamar
= 100%
= 3,28 %
Suhu dingin
= 100%
= 0,02 %
Suhu beku
= 100%
= -0,02 %
Hari ke-7
Suhu kamar
= 100%
= 4,08 %
Suhu dingin
30
= 100%
= 9,1 %
Suhu beku
= 100%
= -0,03 %
4. Wortel
Hari ke-3
Suhu kamar
= 100%
= 2,82 %
Suhu dingin
= 100%
= 5,17 %
Suhu beku
= 100%
= 0,02 %
31
Hari ke-7
Suhu kamar
= 100%
= 2,23 %
Suhu dingin
= 100%
= 0,86 %
Suhu beku
= 100%
=0%
4.4. Acara IV Pengaruh KMnO4, CaCl2, CaC2 dan Ethanol dalam Proses Pematangan
Buah
a. Hasil pengamatan
Tabel 4.4.1 Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh KOH dalam Pematangan Buah
W a r n a T e k s t u r B e n t u k
Komoditi Keadaan plastic Kondisi suhu
0 3 7 0 3 7 0 3 7
Kamar Kuning Kuning Kuning lunak lunak sangat lunak lonjong lonjong lonjong
Terbuka
Dingin Kuning Kuning Kuning lunak lunak sangat lunak lonjong lonjong lonjong
Pisang
Kamar Kuning Kuning Kuning lunak lunak sangat lunak lonjong lonjong lonjong
Tertutup
Dingin Kuning Kuning Kuning lunak lunak sangat lunak lonjong lonjong lonjong
Apel Kamar H i j a u Hijau hijau Keras Agak keras Agak keras Bulat Bulat Bulat
Terbuka
Dingin H i j a u H i j a u H i j a u Keras K e r a s Agak keras Bulat Bulat Bulat
Tertutup Kamar H i j a u Hijau Hijau Keras K e r a s Agak keras Bulat Bulat Bulat
32
Dingin coklat coklat Coklat keras keras Agak keras Oval Oval ova l
Kamar coklat coklat coklat tua keras agak keras Agak keras Oval Oval ova l
Tertutup
Dingin coklat coklat Coklat keras keras lunak Oval Oval ova l
Kamar orange orange bercak hitam keras agak keras agak keras Lonjong lonjong lonjong
Terbuka
Dingin orange orange Orange keras keras agak keras Lonjong lonjong lonjong
Wo r t e l
Kamar orange orange bercak hitam keras agak keras agak keras Lonjong lonjong lonjong
Tertutup
Dingin orange orange Orange keras keras agak keras Lonjong lonjong lonjong
Kamar H i j a u H i j a u H i j a u Keras K e r a s Gembus Bulat Bulat Bulat
Terbuka
Dingin H i j a u H i j a u H i j a u Keras K e r a s K e r a s Bulat Bulat Bulat
Apel control
Kamar H i j a u H i j a u H i j a u Keras K e r a s K e r a s Bulat Bulat Bulat
Tertutup
Dingin H i j a u H i j a u H i j a u Keras K e r a s K e r a s Bulat Bulat Bulat
Kamar Kuning Kecoklatan Kecoklatan Lunak Lunak L u n a k Lonjong Lonjong Lonjong
Terbuka
Pisang Dingin Kuning Kuning Kecoklatan Lunak Lunak L u n a k Lonjong Lonjong Lonjong
kontrol Kamar Kuning Kecoklatan Kecoklatan Lunak Lunak L u n a k Lonjong Lonjong Lonjong
Tertutup
Dingin Kuning Kuning Kecoklatan Lunak Lunak L u n a k Lonjong Lonjong Lonjong
Kamar Orange Orange Bercak Hitam Keras Agak Keras Agak Keras Lonjong Lonjong Lonjong
Terbuka
Dingin Orange Orange Orange Keras Keras Agak Keras Onjong Lonjong Lonjong
Wortel
Kamar Orange Orange Bercak Hitam Keras Agak Keras Agak Keras Lonjong Lonjong Lonjong
Tertutup
Dingin Orange Orange Orange Keras Keras Agak Keras Lonjong Lonjong Lonjong
Kamar H i j a u H i j a u H i j a u Keras K e r a s Gembus Bulat Bulat B u l a t
Terbuka
Dingin H i j a u H i j a u H i j a u Keras K e r a s K e r a s Bulat Bulat B u l a t
Apel Kontrol
Kamar H i j a u H i j a u H i j a u Keras K e r a s K e r a s Bulat Bulat B u l a t
Tertutup
Dingin H i j a u H i j a u H i j a u Keras K e r a s K e r a s Bulat Bulat B u l a t
Kamar Kuning Kecoklatan Kecoklatan Lunak Lunak L u n a k Lonjong Lonjong Lonjong
Terbuka
Dingin Kuning Kuning Kecoklatan Lunak Lunak L u n a k Lonjong Lonjong Lonjong
Pisang Kontrol
Kamar Kuning Kecoklatan Kecoklatan Lunak Lunak L u n a k Lonjong Lonjong Lonjong
Tertutup
Dingin Kuning Kuning Kecoklatan Lunak Lunak L u n a k Lonjong Lonjong Lonjong
Ruang Tidak ada mikroba Tidak ada mikroba Tidak ada mikroba
0
Dingin Tidak ada mikroba Tidak ada mikroba Tidak ada mikroba
Pisang II Ruang Tidak ada mikroba Ada mikroba Ada sedikt mikroba
3
Dingin Tidak ada mikroba Tidak ada mikroba Tidak ada mikroba
Ruang Tidak ada mikroba Tidak ada mikroba Tidak ada mikroba
0
Dingin Ada mikroba Tidak ada mikroba Tidak ada mikroba
Kentang 3
V Dingin Ada mikroba Tidak ada mikroba Tidak ada mikrobas
Ada Sedikit
Ruang Ada Sedikit mikroba Ada Sedikit mikroba
mikroba
7
Dingin Tidak ada mikroba
Ruang
3 Sangat banyak banyak mikroba Sedikitmikroba
mikroba
36
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Acara I Pengaruh Kondisi dan Lama Penyimpanan Terhadap Susut Bobot
Komoditi hasil pertanian setelah pemanenan masih mengalami transpirasi maupun
respirasi. Karena adanya proses ni yang menyebabkan hasil pertanian mengalami
perunbahan baik bentuk, tekstur maupun warna, tetapi perubahan ini dapat dihentikan
hanya sementara waku saja. Disini digunakan bahan pangan hasil pertanian berupa apel,
kentang dan beras, dimana apel dan kentang termasuk dalam golongan klimaterik. Bila
buah mengalami kerusakan mekanis maka laju respirasi dan transpisi pun akan lebih
cepat sehingga menyebabkan terjadinya pengaruh terhadap susut berat bahan pangan
tersebut.
Dalam praktiku ini terdapat empat perlakuan yang berbeda pada apel dan kentang
serta dua perlakuan pada beras. Pada apel dan kentang diberi perlakuan yaitu tanpa
dilukai suhu ruang, dilukai suhu ruang, tanpa dilukai suhu dingin an dilukai suhu
dingin. Sedangkan pada beras diberi perlakuan pada kondisi terbuka dan tertutup.
Kemudian dilakukan pegamatan selama 7 hari dimana pada hari ke-0, hari ke-3 dan hari
ke-7, bahan akan diamati baik dari segi tekstur, warana, maupun bentuknya sera
dilakukan proses penimbangan untu mengetahui berat bahan tersebut.
Dari hasil pengamatan uji sensoris pada buah apel tidak terdapat terdapat
perbedaan yang cukup jauh tetapi pada ondisi dlikai suhu ruang terdapat perubahan
bentuk yang sebelumnya keras menjadi lunak serta tekstur pada apel tersebut juga
mengalami perubahan, dari segi warna berubah yang mulanya hijau menjadi oranye
kemerahan. Sedangkan pda kentang juga terdapat perubahan yang mulanya teksturnya
keras kemudian menjadi lembek. Hal ini kemungkinan disebabkan akibat dari laju
respirasi dan transpirasi bahan yang cepat serta kondisi dari bahan tersebut yang dilukai
yang kemudian disimpan pada suhu ruang sehingga menyebabkan perubahnnya sangat
terlihat. Pada perlakuan dilukai pada suhu ruang maupun suhu dingin tidak mengalami
perubahan yang yang terlihat jelas, karena tidak adanya factor bahan yang dilukai serta
penyimpanan pada suhu dingin yang dapat memperlambat laju respirasi pada buah yang
menyebabkan buah menjadi tahan lama, sama halnya dengan perlakuan pada beras tidak
ada perubahan baik pada suhu dingin dan ruang.
Untuk hasil pengamatan susut berat pada keiga bahan tersebut yaitu pada apel,
kentang dan beras. Pada apel, untuk kondisi tanpa dilukai suhu ruang mengalami
kenaikan pada hari ke-3 yaitu 1,13% menjadi 1,31% pada hari ke-7. Untuk apel kondisi
dlilukai suhu ruang susut beratnya bernilai negative yaitu hari ke-3 sebesar -24,32%
38
menjadi -19,92% pada hari ke-7. Untuk kondisi tanpa dilukai suhu dingin mengalami
penurunan yang sangat banyak dari 11,86%menjadi 0,48% dan untuk kondisi dilukai
suhu dingin naik dari 3,09% menjadi 3,82%. Pada kentang, untuk kondisi tanpa dilukai
suhu ruang mengalami kenaikan pada hari ke-3 yaitu 0,1% menjadi 0,16% pada hari ke-
7. Untuk kondisi dlilukai suhu ruang susut beratnya yaitu hari ke-3 sebesar 2,5% naik
menjadi 0,85% pada hari ke-7. Untuk kondisi tanpa dilukai suhu dingin mengalami
kenaikan dari 0,02%menjadi 0,03% dan untuk kondisi dilukai suhu dingin turun dari
1,03% menjadi 0,91%. Kenaikan yang terjadi pada susut berat disebabkan karena
adanya kehilangan air dan respirasi yang dilakukan buah tinggi akibat dari kondisi
dilukai nya buah tersebut. Sedangkan penurunan susut berat terjadi karena berat bahan
yang tidak mengalami perubahan berat pada bahan tersebut. Terdapat tanda negative
pada susut berat yang disebabkan karena kesalahan dalam penimbangan maupun
kesalahan dari praktikan itu sendiri. Pada beras, kondisi terbuka hanya mengalami
penurunan dari 0,05% menjadi 0,03% dan pada kondisi tertutup tidak mengalami
perubahan yaitu 0,01%.
Factor-faktor yang dapat menurunkan susut berat bahan pangan adalah disebabkan
oleh tingginya suhu penyimpanan sehingga meningkatkan laju respirasi dan transpirasi,
selalin itu juga disebabkan karena adanya serangan jamur pada bahan yang
menyebabkan bahan pangan keriput dan busuk dan gesekan dari media penyimpanan
juga dapat menyebabkan luka pada komoditas sehingga mempercepat respirasi. Tingkat
kesegaran suatu bahan hasil pertanian dipengaruhi oleh susut bobotnya, dimana susut
beratnya mengalami kenaikan maka kesegaran berkurang dan mutunya pun menurun
dan sebaliknya. Untuk menjaga agar susut beratnya tidak terlalu cepat mengalami
kenaikan serta menjadi tahan lama biasanya harus disimpan pada suhu rendah atau
cooling.
5.2. Acara II Sifat Fisis, Khemis dan Kecepatan Respirasi Beberapa Komoditi Hasil
Pertanian
Dalam penanganan atau pengolahan hasil pertanian menghendaki agar dapat
memenuhi keinginan konsumen, seperti bentuk, warna, rasa maupun kualitasnya.
Tanaman akan mengalami proses biologis setelah dipanen. Proses biologis ini meliputi
proses fisiologi, enzimatis dan kimiawi. Respirasi dan penuaan hasil pertanian sangat
mempengaruhi sifat poduk tersebut dan berbagai zat yang terkandungnya, dimana
pengaruh tersebut akan menyebabkan perubahan warna, tekstur, rasa dan bau dari hasil
pertanian.
39
Laju respirasi dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain : kesediaan substrat,
karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel tumbuhan
tinggi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan resipirasi
dengan laju respirasi yang rendah pula. Begitu sebaliknya. Ketersediaan oksigen akan
mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-
masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Suhu,
semakin tinggi suhu semakintinggi laju respirasi. Laju respirasi akan meningkat untuk
setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing jenis
buah dan sayur,
5.3. Acara III Mempelajari Sifat-Sifat Buah dan Sayur Selama Chilling dan Freezing
Penyimpanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan agar produk tahan lama. Ada
dua jenis penyimpanan yaitu pendinginan dan pembekuan. Pendinginan adalah
penyimpanan bahan pangan diatas suhu pembekuan yaitu -2°C sampai -10°C.
Pendinginan biasa dilakukan sehari-hari dalam lemari es biasanya sekita 5°C - 8°C.
Sedangkan pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku.
Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu -2°C sampai -24°C. Banyak bahan
hasil pertanian hasil penyimpanan mengalami kerusakan. Kerusakan yang sering terjadi
pada pendinginan adalah chilling injury yang disebabkan meningkatnya asam
klorogenat selama pendinginan dan meracuni sel-sel pertama sehingga berbentuk bintik-
bintik coklat. Kerusakan juga terjadi pada penyimpanan pembekuan yaitu freezing
injury yang disebabkan terjadinya pembekuan air yang terdapat dalam bahan dan
membentuk Kristal-kristal es yang semakin lama semakin besar sehingga menyebabkan
plasmolisis sel-sel bahan.
Setiap bahan hasil pertanian sangat cepat mengalami pembusukan akibat dari
proses respirasi. Pada umumnya laju respirasi buah-buahan dibagi menjadi dua yaitu
buah yang mengalami klimatrik respirasi dan non klimatarik. Fase klimaterik respirasi
yaitu suatu keadaan “auto stimulation” dalam buah tersebut sehingga buah menjadi
matang yang disertai adanya peningkatan proses respirasi matang. Sedangkan buah
yang tidak mengalami fase klimaterik mempunyai pola laju respirasi yang berbeda,
yaitu selalu dipanan tidak menunjukan peningkatan produksi CO2, tidak mengalami
peningkatan melainkan mengalami penurunan secara terus-menerus.
Berdasarkan hasil pengamatan, kelompok dengan apel. Disini pada suhu kamar
berat apel yang semula 47,35 mengalami penurunan pada hari ke 3 sebesar 42,70 dan
pada hari ke 7 berat awal sebesar 42,70 menjadi 42,35. Sehingga mengalami susut bobot
pada hari ke 3 sebesar 4,65% sedangkan pada hari ke 7 sebesar 0,35%. Dari hasil ini
41
maka suhu ruang sangat mempengaruhi susut bobot yang terjadi sebab meningkatnya
respirasi pada buah apel. Untuk suhu dingin pada hari ke 3yang berat awalnya 42,93
naik menjadi47,24 dengan susut bobot sebesar -4,31. Untuk hari ke 7 yang berat
awalnya 47,24 menjadi 47,34 dengan susut bobot -0,1 yang membuktikan bahwa pada
suhu dengan respirasi dari terhambat sehingga buah mengalami susut bobot yang
bernilai negative. Untuk suhu beku pada hari ke 3 berat awal sebesar 37,25 menjadi
37,07 dengan susut bobot -0,02% sedangkan pada hari ke 7 berat awal 37,27 menjadi
37,29 dengan susut bobot yang sama dengan hari ke 3. Menunjukkan bahwa pengaruh
suhu sangat besar terhadap bahan tersebut. Sedangkan untuk kenapakannya pada suhu
kamar dan suhu dingin tidak terlalu jauh berbeda tetapi pada suhu beku teksturnya
menjadi semakin keras ( pada buah apel).
Factor-factor yang mempengaruhi penyimpanan yaitu lingkungan (suhu, RH,
komposisi atmosfer), sifat dan karakteristik bahan pangan (kadar air) cahaya tidakan
pengamatan sebelum bahan disimpan (cara dan waktu panan, pengamatan bahan) wadah
tempat penyimpanan dan agen atau hama perusak (serangga, kapak). Sedangkan untuk
Standar Nasional Indonesia (SNI) umtuk bahan hasil pertanian, apel (SNI 8024 : 2014),
wortel (SNI 3265 : 2014) kentang (SNI HS 0701.90.00.00), mentimun (SNI HS
0707.00.00.00)
5.4. Acara IV Pengaruh KMnO4, CaCl2, CaC2 dan Ethanol dalam Proses Pematangan
Buah
Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan penanganan pascapanen yang
selalu terkait dengan faktor waktu, tujuan menjaga dan mempertahankan nilai
komoditas yang disimpan. Tujuan utama penyimpanan buah segar adalah pengendalian
lajutranspirasi dan respirasi. Peranan penyimpanan antara lain dalam hal penyelamatan
dan pengamanan hasil panen, juga memperpanjang waktu simpan, terutamauntuk
komoditas hortikultura. Umur pemasaran buah-buahan dapat diperpanjang dengan
metode penyimpanan yang tepat. Kondisi optimal untuk penyimpanan buah-buahan
adalah kondisi yang memungkinkan buah tersebut disimpan selama mungkin tanpa
banyak mengalami kerusakan. Jangka waktu penyimpanan juga tergantung dengan
aktivitas respirasi, ketahanan terhadap kehilangan air dan tanggapan terhadap
mikroorganisme perusak. Kondisi lingkungan penyimpanan yang diinginkan dapat
diperoleh dengan cara pengendalian suhu, kelembaban, sirkulasi udara atau komposisi
atmosfirnya. Berbagai bentuk teknologi penyimpanan sudah sering diintroduksikan
kepada pelaku agribisnis untuk mempertahankan mutu produk segar, hanya sampai saat
42
BAB VI
KESIMPULAN
46
6.1. Acara I Pengaruh Kondisi dan Lama Penyimpanan Terhadap Susut Bobot
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapt ditarik kesimpulan
sebagai berikut: komoditi hasil pertanian baik buah maupun sayuran setelah pemanenan
tetap mengalami respirasi dan transpirasi. Bahan petanian yang kondisi penyimpanan
nya dilukai pada suhu ruang lebih cepat mengalami perubahan tekstur maupun warna
karena laju respirasi dan transpirasnya tinggi dan sebaliknya. Untuk menjaga agar susut
beratnya tidak terlalu cepat mengalami kenaikan serta menjadi tahan lama biasanya
harus disimpan pada suhu rendah atau cooling. Factor-faktor yang dapat menurunkan
susut berat bahan pangan adalah disebabkan oleh tingginya suhu penyimpanan sehingga
meningkatkan laju respirasi dan transpirasi, selalin itu juga disebabkan karena adanya
serangan jamur pada bahan yang menyebabkan bahan pangan keriput dan busuk dan
gesekan dari media penyimpanan juga dapat menyebabkan luka pada komoditas
sehingga mempercepat respirasi.
6.2. Acara II Sifat Fisis, Khemis dan Kecepatan Respirasi Beberapa Komoditi Hasil
Pertanian
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpukan bahwa
:Respirasi merupakan pemecahan oksigen terhadap bahan komplek biasa ada dalam sel,
seperti karbohidrat diubah menjadi molekul sederhana seperti CO 2. Berdasarkan proses
pematangan buah dikenal istilah buah klimaterik dan non klimaterik. Proses klimaterik
dalam buah dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu klimaterik naik, puncak klimaterik dan
klimaterik turun. Tomat dan pisang termasuk dalam klimaterik yang dapat matang
setelah dipanen dengan adanya peningkatan respirasi. Pada bayam tidak menunjukkan
adanya klimaterik.
6.3. Acara III Mempelajari Sifat-Sifat Buah dan Sayur Selama Chilling dan Freezing
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpukan bahwa
Penyimpanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan agar produk tahan lama. Ada dua
jenis penyimpanan yaitu pendinginan dan pembekuan. Pendinginan adalah
penyimpanan bahan pangan diatas suhu pembekuan yaitu -2°C sampai -10°C.
Pendinginan biasa dilakukan sehari-hari dalam lemari es biasanya sekita 5°C - 8°C.
Sedangkan pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku.
Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu -2°C sampai -24°C. Pada data
menunjukkan bahwa pengaruh suhu sangat besar terhadap bahan tersebut. Sedangkan
untuk kenapakannya pada suhu kamar dan suhu dingin tidak terlalu jauh berbeda tetapi
pada suhu beku teksturnya menjadi semakin keras ( pada buah apel). Factor-factor yang
47
DAFTAR PUSTAKA