Seed Bank
Disusun Oleh :
Widi Elsa Nursuci Lestari
Kelas H-Gulma
Nomor Pokok Mahasiswa :
150510150095
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang laporan praktikum seed bank gulma.
Adapun makalah ilmiah ini telah diusahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah.
Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi saran dan kritik sehingga saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ilmiah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan 6
BAB II DASAR TEORI
10
12
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehadiran gulma di suatu areal pertanaman berkaitan dengan adanya deposit biji
gulma yang tersimpan di dalam tanah. Biji gulma dapat tersimpan selama berpuluh-puluh
tahun di dalam tanah dan selama itupula gulma dapat bertahan hidup dalam kondisi yang
dorman.
Dalam kondisi seperti ini gulma dapat berkecambah jika ada yang dapat
BAB II
DASAR TEORI
Perkembangan gulma sangat cepat dan mudah, baik secara generative maupun
vegetative. Secara generative, biji-biji gulma yang halus, ringan dan berjumlah sangat
banyak disebarkanoleh angina, air, hewan maupun manusia. Perkembangbiakkan secara
vegetative terjadi karena bagian batang yang berada di bagian tanah akan membentuk
tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru. Demikian juga bagian akar
tanaman misalnya stolon, rhizome, dan umbi akan bertunas dan membentuk tumbuhan
baru jika terpotong-potong. (Barus, 2003).
Biji gulma yang berada di dalam tanah dalam waktu tertentu atau setelah terjadi
pematahan dormansi dapat berkecambah. Perkecambahan ini dapat terjadi selama biji
tersebut sudah tidak akan berkecambah lagi setelah biji mengalami senesensi.
Perkecambahan biji gulma ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dalam dan
faktor luar. Faktor dalam merupakan sifat yang dipunyainya secara menurun (genetis)
misalnya lama dormansi oleh karena tebalnya kulit biji, vigor, viabilitas dan lain-lain
(Moenandir, 1993).
Biji-biji gulma mengalami dormansi sekunder mampu berkecambah setelah dibawa
kepermukaan tanah. Bila dormansi diperpanjang waktunya akan mengalami imbibisi
sehingga jaringan embrio menjadi rusak. Dalam biji terimbibisinya ini daya
perkecambahan biji masih tetap tinggi (Tjitrosoedirjo, dkk. 1984).
Faktor tanah yang ikut menentukan distribusi gulma antara lain : kelembaban tanah,
aerasi, pH tanah, unsur-unsur makanan dalam tanah dan lain-lain. Umumnya gulma
memiliki kemampuan bersaing yang cukup baik pada semua macam tipe tanah. Kondisi
cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan terdapat dalam
tanah (Sukman dan Yakup, 1995).
Rotasi tanaman memungkinkan mempunyai dampak kecil terhadap jumlah total biji
dan alat biak vegetative dalam tanah kecuali jika tanaman tersebut bebas gulma setiap
saat. Kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan
hidup (longevity) dalam tanah (Sukman dan Yakup, 1992).
Dengan tindakan pengolahan tanah yang berulang, semakin lama simpanan biji-biji
gulma di dalam tanah semakin berkurang dan pada akhirnya gulma tersebut berada di
bawah batas ekonomi pengendalian. Pengolahan tanah menyebabkan gulma-gulma yang
hidup lebih dari satu tahun atau dua tahun terpotng-potong atau terbenam di dalam tanah.
Ukuran propagul menjadi kecil-kecil dan tidak cukup untuk perkembangbiakan akibat
cadangan karbohidrat gulma semakin menipis bahkan habis akibat terpotongnya oleh
aktivitas pengolahan tanah. Tunas-tunas baru yang muncul dari system perakaran atau
rhizome gulma juga terkendalikan dengan pengolahan tanah (Sastroutomo, S.S.1990)
Bank benih memainkan peran penting dalam lingkungan alam ekosistem. Sebagai
contoh, situs yang rusak karena terbakar, bencana alam, operasi pertanian, dan lainnya,
vegetasi di kawasan tersebut akan cepat kembali disebabkan oleh bank benih tanah.
Ekosistem hutan dna lahan basah mengandung sejumlah spesies tanaman khusus
membentuk bank tanah benih persisten. Tidak adanya bank benih tanha menghambat
pembentukan vegetasi selama suksesi primerm sementara kehadiran sebuah bank tanah
yang lengkap benih memungkinkan berkembangnya spesies ekosistem kaya selama
suksesi sekunder (Hidayat, 2009).
BAB III
METODE DAN PROSEDUR KERJA
3.1 Metode
Metode praktikum yang kami lakukan yaitu dengan melakukan pengambilan sampel
secara acak di daerah Ciparanje pada lahan yang tidak sedang digunakan untuk menanam.
3.2 Alat dan Bahan
Alat :
- Alat untuk mengambil sampel tanah
- 5 cup bening
- Label
Bahan :
Tanah dengan kedalaman 5cm, 10cm, 15cm, 20cm, 25cm.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Seed Bank pada Kedalaman Tanah Berbeda-beda pada 1, 2, dan
3 Minggu Setelah Pengambilan Sampel Tanah
Jumlah Jenis Gulma
Kedalaman
Tanah (cm)
0-5
5-10
10-15
15-20
20-25
MSP
0
0
0
0
0
MSP
0
0
0
0
0
Gulma Rumput
1
2
3
MSP
0
0
0
0
0
MSP
0
0
0
0
0
MSP
0
0
0
0
0
Gulma Teki
1
2
3
MSP
0
0
0
0
0
MSP
0
0
0
0
0
MSP
0
0
0
0
0
Dari praktikum yang telah dilakukan di dapatkan hasil bahwa gulma tidak tumbuh
pada semua tanah sampel yang diambil. Tidak tumbuhnya gulma pada tanah yang dijadikan
sample pada beberapa kedalaman dapat disebabkan karena adanya kekurangan air pada tanah
tersebut yang dapat menyebabkan gulma itu mati. Namun bisa saja terjadi akibat pada
kedalaman tersebut biji gulma tidak terlalu banyak sehingga tidak tumbuh pada tanah sampel
yang diambil.
Pada umumnya gulma yang tumbuh pada masing-masing cup plastik, sebagian besar
tergolong gulma daun lebar, struktur daun yang lebih lebar akan mendapat cahaya yang lebih
banyak sehingga intensitas proses fotosintesisnya akan lebih banyak dan akan mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan gulma itu sendiri. Selain kondisi tanah dan intensitas
cahaya, pertumbuhan dan perkembangan gulma juga dipengaruhi oleh faktor biji gulma itu
sendiri, ada biji gulma yang memang cocok tumbuh pada tanah kedalaman tertentu ada juga
yang tidak tergantung daya adapatasi dari gulma tersebut. Banyaknya biji gulma yang tumbuh
disebabkan oleh terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan gulma untuk melakukan pertumbuhan.
Faktor intensitas cahaya sangat berperan dalam pertumbuhan pada biji gulma, oleh karena itu
gulma-gulma berdaun lebar mendominasi perkecambahan hampir di setiap pot. Selain itu
juga kemampuan adaptasi yang lebih tinggi menyebabkan biji gulma lebih cepat
berkecambah daripada tanaman budidaya.
Kedalaman tanah sangat bergantung pada jumlah biji gulma yang ada. Pada
kedalaman 0-5 cm biji gulma memiliki jumlah paling banyak karena berada di atas dan
mudah terkena air atau terkena paparan sinar matahari , sehingga mudah juga untuk tumbuh
9
cepat dan melakukan proses fotosintesis. Semakin dalam tanah, jumlah biji gulma semakin
berkurang. Akan tetapi pada pengamatan yang dilakukan semua gulma tidak tumbuh, bisa
saja karena struktur tanah yang semakin menggumpal dan kering sehingga biji gulma tidak
tumbuh, walaupun diketahui bahwa gulma merupakan tanaman yang kuat.Namun, pada
sample yang lain ada bagian gulma yang tumbuh pada gelas plastik milik kelas lain, mungkin
saja tanah sample tersebut memiliki kecukupan air atau memiliki biji gulma yang banyak,
sehingga gulma dapat tumbuh pada beberapa kedalaman.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gulma umumnya memiliki kemampuan adaptasi yang baik dibandingkan
tanaman. Akan tetapi, tidak berarti bahwa gulma selalu hidup dengan baik tanpa
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, P., D.Pasaribu, E. Partasasmita. 1986. Minimum tillage on mungbean in alang-alang.
Proc. Symp. Weed sci. p 263-273. (Diakses 13 Desember 2016)
Bangun, P. 1992. Pengendalian gulma pada tanaman pangan dan pengembangannya di
masa depan. Balitbio, Bogor. (Diakses 13 Desember 2016)
Sudiman, A., O.R.Madkar., M.Sundaru., Sumeno. 1989. Penel. Pertan. 9 (4) : 176 181.
(Diakses 15 Desember 2016)
Tjitrosoedirdjo, Soekisman. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. P.T. Gramedia :
Jakarta
12
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 1 Tanah dari kedalaman 0-5 cm. Gambar 2 Tanah dari kedalaman
5-10 cm. Gambar 3 Tanah dari kedalaman 10-15 cm
13