Anda di halaman 1dari 24

BENIH BERSARI BEBAS

Mata Kuliah
Teknologi Benih Lanjut

Irna Diani
Nursanti Desi L
KELOMPOK 4 Vegie
Yudi Nugraha
VARIETAS BERSARI BEBAS (NON
HIBRIDA/OPEN POLLINATED)
Pengertian :

Varietas bersari bebas adalah varietas yang


benihnya diambil dari pertanaman sebelumnya,
atau dapat dipakai terus-menerus dari setiap
pertanamannya dan belum tercampur atau
diserbuki oleh varietas lain.
Varietas bersari bebas merupakan bibit tanaman
yang bibitnya bisa digunakan secara terus menerus pada
setiap musin tanam.
Benih ini biasanya didapatkan dari tanaman
indukan yang memang telah teruji tahan penyakit. Bibit
atau benih ini bisa berupa tanaman atau tongkolan,
sehingga akan membentuk tanaman yang menyerupai.
Pada varietas bersari-bebas, tanaman-tanaman
dibiarkan saling menyerbuki satu sama lain. Dengan
penyerbukan secara bebas ini, maka varietas bersari-
bebas dapat dikatakan sebagai kumpulan hibrida.
BENIH BERSARI BEBAS?
Yaitu benih yang diambil dari pertanaman
sebelumnya, atau dapat dipakai terus-menerus
dari setiap pertanamannya dan belum
tercampur atau diserbuki oleh varietas lain.
Mempertahankan?
Varietas bersari bebas sudah dianggap sebagai
sebuah varietas yang imbang secara genetik.
Keseimbangan ini dalam arti genotip dan allel yang
dihasilkan dari generasi ke generasi selalu sama dan
tidak berubah.

Dengan kata lain, susunan kerangka genetik


dari varietas bersari bebas akan tetap sama jika
tidak dirubah. Agar susunan ini tidak berubah, maka
:
Lanjutan.....
1. Varietas tersebut ditanam dalam jumlah yang banyak.
Minimal jumlah tanaman tidak kurang dari 400 tanaman, lebih banyak lebih baik. Bila
varietas tersebut ditanam dalam jumlah hanya 100 tanaman, maka kemungkinan
varietas tersebut akan mengalami kemunduran dalam sifat-sifatnya karena adanya
tekanan inbreeding sebesar 0,50%. Bila hanya ditanam 200 tanaman, faktor
inbreedingnya sebesar 0,25%.
2. Terjadinya perkawinan acak (random mating), artinya terjadi perkawinan bebas
secara alami di lahan pertanaman jagung.
3. Tidak ada seleksi ke arah perubahan sifat-sifat tertentu.
Adanya seleksi akan mengubah beberapa variabel dan nilai rata-rata suatu sifat.
Karena itu perlu dilakukan seleksi negatif, seperti halnya membuang tanaman yang
menyimpang.
4. Tidak terjadi migrasi atau pencampuran varietas lain.
Pertanaman harus terisolasi dari kemungkinan tercampur dengan varietas lain.
5.Tidak terjadi mutasi.
Kalaupun ada mutasi, kemungkinannya sangat kecil.
Varietas bersari-bebas secara umum dapat dipisahkan
menjadi dua golongan yaitu varietas :

Sintetik
Komposit
Varietas Komposit
• Varietas komposit merupakan persilangan
campuran dari lebih dua varietas yang sudah
mengalami persilangan acak lebih dari lima
kali. Varietas komposit termasuk dalam
kategori inter-varietal crossing karena
merupakan hasil dari persilangan campuran
(inter-cross) generasi lanjut dari berbagai
indukan (Breeding Material)
Langkah – Langkah Pembentukkan
Varietas Komposit?
• Biji F1 hasil intercross, pada saat panen dicampur
tanpa adanya seleksi secara khusus, kemudian
digunakan sebagai bahan tanam musim berikutnya.
Dilakukan demikian seterusnya sampai generasi ke-4
atau ke-5.
• Pada pertanaman generasi ke-4 atau ke-5 tersebut baru
dilakukan seleksi terhadap individu tanaman yang
sesuai dg kriteria seleksi.
• Invidu terpilih ditanam secara terpisah dan dilakukan
intercross.
• Biji yang dihasilkan merupakan benih varietas
composit.
Varietas Sintetik
Varietas sintetik adalah varietas yang
terbentuk dari berbagai galur murni yang sudah
mengalami perkawinan sendiri paling tidak satu kali
penyerbukan. Dalam arti yang lain, varietas sintetis
merupakan hasil dari perkawinan persilangan
campuran dari beberapa bahan indukan.Varietas
sintetis termasuk dalam kategori inter-varietal,
karena mengalami berbagai macam cara
persilangan.
Pengertian lain.....
• Suatu varietas yg merupakan hasil persilangan
campuran (inter-cross) beberapa breeding
material
• Breeding material dapat berupa galur-galur,
inbred, klon, maupun varietas yg telah
diketahui potensi genetiknya.
• Kategorinya masuk dalam inter-varietal
crossing (krn menggunakan berbagai macam
materi persilangan )
Langkah – Langkah Pembentukkan
Varietas Sintetik

1. Memiliki beberapa galur inbred atau beberapa nomor generasi pertama dari
hasil selfing (penyerbukan sendiri ).
2. Melakukan pengujian daya berkombinasi dari breeding material dengan
melakukan testcross ,terutama untuk daya gabung umum. Dari hasil uji ini
dipilihlah nomor atau galur yang memenuhi kriteria seleksi yg ditetapkan.
3. Melakukan persilangan campuran (intercross) dari galur atau nomor-nomor
terpilih tersebut. Biji hasil persilangan ini dinamakan generasi Sintetik-0 (Sin-0)
4. Menanam kembali biji-biji dari Sin-0 dan dibiarkan terjadi random mating di
antara individu dalam populasi tersebut. Hasil biji yg diperoleh disebut sbg biji
varietas Sin-1 ( Sintetik-1 ).

Catatan Pada pertanaman populasi S-1 dilakukan pemilihan pendahuluan


(atau dpt pula dilakkn selfing), daya berkombinasi tan-tan tsb diuji. Berdasarkan hsl
pengujian tsb, dilakukanlah pemilihan yg dilanjutkan dg intercross tanaman terpilih.
Keturunan yg diperoleh disebut varietas Sin-2. Dmkn seterusnya. Bila pada populasi
tan Sin-1 tidak dilakukan seleksi spt di atas, maka keturunan yg diperoleh tetap
mrpkn varietas Sin-1.
Sewall Wright ( 1922 ) :
Menyatakan :
Bahwa keunggulan suatu keturunan varietas sintetik yang
diperoleh dari persilangan random sejumlah n galur
inbred akan menurun secara proporsional dengan jumlah
galur inbred yang digunakan.
F2 = F1 – {( F1 – P ) } / n
F2 = perkiraan kemampuan berproduksi pada generasi ke-
2
F1 = rata-rata keragaan dari single-cross yg diperoleh dari
n galur inbred
P = rata-rata keragaan dari n galur inbred yang
digunakan
Lanjutan.......
Secara teoritis berdasarkan hubungan
tersebut maka keragaan F2 tidak akan jauh
berbeda dengan keragaan rata-rata ( F1) dengan
semakin besarnya jumlah galur yang digunakan.
Keragaan F2 bergantung pada :
– Jumlah galur inbred yang digunakan ( n )
– Keragaan dari galur-galur tsb ( P )
– Keragaan rata-rata dari persilangan dialel n galur
(single cross) .
Kelemahan
• Benih bersari bebas secara visual kurang
keseragamannya
• Potensi hasilnya rata-rata lebih rendah
dibandingkan benih hibrida
• Memiliki masa panen dan umur yang
panjang,sehingga pemeliharaannya lebih
lama. Hal ini mempengaruhi waktu dan biaya
pemeliharaan
Keunggulan
• Harga benih relatif lebih murah
• Penanaman benih bersari bebas pada generasi
berikutnya akan menghasilkan tanaman yang
rata-rata memiliki sifat yang sama dengan
induknya, sehingga petani tidak harus membeli
benih baru
• Tahan terhadap hama dan penyakit karena hasil
beragam akibat persilangan
Maka dari itu Varietas bersari bebas merupakan
varietas yang umum dan digemari para petani
Indonesia.
Benih Bersari Bebas pada Tanaman
Jagung ?
Benih Bersari Bebas pada Tanaman
Jagung ?
Yang dimaksud dengan varietas bersari
bebas pada jagung adalah varietas yang
benihnya diambil dari pertanaman sebelumnya,
atau dapat dipakai terus-menerus dari setiap
pertanamannya dan belum tercampur atau
diserbuki oleh varietas lain. Benih yang
digunakan tentunya berasal dari tanaman atau
tongkol yang mempunyai ciri-ciri dari varietas
tersebut.
Alasan lain.....
Jagung termasuk tanaman berumah satu (monoecious) karena
bunga betina sebagai tongkol dan bunga jantan sebagai malai terletak
dalam satu tanaman. Satu malai dapat menghasilkan jutaan tepung
sari yang mudah diterbangkan angin. Malai mulai menghasilkan
tepung sari 1-3 hari lebih dahulu daripada keluarnya rambut tongkol.
Dengan demikian peluang terjadinya penyerbukan silang mencapai 95
% atau lebih.

Pada varietas bersari-bebas, tanaman-tanaman dibiarkan


saling menyerbuki satu sama lain. Dengan penyerbukan secara bebas
ini, maka varietas bersari-bebas dapat dikatakan sebagai kumpulan
hibrida. Dengan penyerbukan silang dari yang lain inilah yang
menyebabkan adanya jenis jagung baru.
Alasan lain......
Apabila kita menanam benih jagung bersari
bebas dalam satu lingkungan dengan kata lain
kondisi genetiknya tidak sama maka
kemungkinan tahan hama dan penyakitnya pun
lebih tinggi karena jenis yang tercipta lebih
beragam jadi lebih tahan apabila hama dan
penyakit menyerang.
Berdasarkan bahan penyusunnya, varietas jagung
bersari bebas dibedakan menjadi :

Varietas Komposit
Varietas komposit adalah varietas jagung yang berasal
dari campuran lebih dari dua varietas yang telah
mengalami persilangan bebas/acak (random mating)
minimum lima kali.
• Contoh : varietas Harapan, Bogor Composit-2, Bogor
BMR-4, dan Wonosobo Composit.
Varietas Sintetik
Varietas Sintetik adalah varietas jagung yang berasal dari
campuran beberapa galur murni yang telah mengalami
penyerbukan sendiri (selfing) minimal satu kali
penyerbukan.
• Contoh : varietas Harapan, Permadi, dan Bogor
Sintetik-2.
Keadaan di Indonesia ?
Kontribusi varietas unggul sangat nyata dalam peningkatan produksi dan
produktivitas jagung nasional. Varietas unggul dibentuk dari serangkaian kegiatan
perbaikan sumber daya genetik (SDG). Produk dari perbaikan SDG (germplasm
improvement) pada tanaman jagung secara umum dapat digolongkan menjadi dua:
varietas bersari bebas (VBB) atau komposit dan varietas hibrida. Di Indonesia, sebelum
tahun 2000 perakitan varietas jagung lebih menitikberatkan kepada menghasilkan VBB
karena biayanya lebih murah, produksi benih mudah, dan industri benih komersial
belum berkembang. Pada periode tersebut telah dilepas sejumlah VBB (seperti
Harapan, Arjuna, Kalingga, dan Bisma) dengan daya hasil cukup tinggi, berumur
genjah-sedang, tahan penyakit bulai, dan adaptasi luas yang mampu mendominasi
areal pertanaman jagung petani. Dengan pesatnya perkembangan industri benih
komersial, terutama perusahaan swasta, penggunaan VBB mulai menurun dalam 10
tahun terakhir. Hal ini berkaitan dengan perubahan minat petani dalam memilih
varietas hibrida yang berdaya hasil tinggi. Kurangnya dukungan pemerintah dalam
pengembangan perbenihan jagung VBB dan lemahnya beberapa subsitem produksi
dan penyebaran benih sumber juga ikut membatasi pengembangan VBB. Penyediaan
benih sumber setiap tahun tetap berjalan dan benih VBB disalurkan dalam jumlah
yang memadai kepada pengguna. Masalah utama adalah sering terputusnya produksi
benih sumber kelas benih dasar, benih pokok, dan bahkan benih sebar pada tingkat
penangkar, terkait dengan ketidakpastian “pasar” dari hasil penangkaran.
Di wilayah bagian timur Indonesia peran VBB masih cukup penting sebagaimana terlihat
dengan berkembangnya varietas Lamuru, Sukmaraga, Srikandi kuning, dan Anoman. Pada
daerah-daerah seperti ini diperlukan dukungan yang kuat untuk pengembangan VBB,
misalnya penangkaran benih dimanfaatkan dalam program BLBU (bantuan langsung benih
unggul) oleh pemerintah.

Kurangnya dukungan pemerintah dalam pengembangan perbenihan jagung VBB dan


lemahnya beberapa subsitem produksi dan penyebaran benih sumber juga ikut
membatasi pengembangan VBB. Penyediaan benih sumber setiap tahun tetap berjalan
dan benih VBB disalurkan dalam jumlah yang memadai kepada pengguna. Masalah utama
adalah sering terputusnya produksi benih sumber kelas benih dasar, benih pokok, dan
bahkan benih sebar pada tingkat penangkar, terkait dengan ketidakpastian “pasar” dari
hasil penangkaran. Di wilayah bagian timur Indonesia peran VBB masih cukup penting
sebagaimana terlihat dengan berkembangnya varietas Lamuru, Sukmaraga, Srikandi
kuning, dan Anoman. Pada daerah-daerah seperti ini diperlukan dukungan yang kuat
untuk pengembangan VBB, misalnya penangkaran benih dimanfaatkan dalam program
BLBU (bantuan langsung benih unggul) oleh pemerintah.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai