Mata Kuliah
Teknologi Benih Lanjut
Irna Diani
Nursanti Desi L
KELOMPOK 4 Vegie
Yudi Nugraha
VARIETAS BERSARI BEBAS (NON
HIBRIDA/OPEN POLLINATED)
Pengertian :
Sintetik
Komposit
Varietas Komposit
• Varietas komposit merupakan persilangan
campuran dari lebih dua varietas yang sudah
mengalami persilangan acak lebih dari lima
kali. Varietas komposit termasuk dalam
kategori inter-varietal crossing karena
merupakan hasil dari persilangan campuran
(inter-cross) generasi lanjut dari berbagai
indukan (Breeding Material)
Langkah – Langkah Pembentukkan
Varietas Komposit?
• Biji F1 hasil intercross, pada saat panen dicampur
tanpa adanya seleksi secara khusus, kemudian
digunakan sebagai bahan tanam musim berikutnya.
Dilakukan demikian seterusnya sampai generasi ke-4
atau ke-5.
• Pada pertanaman generasi ke-4 atau ke-5 tersebut baru
dilakukan seleksi terhadap individu tanaman yang
sesuai dg kriteria seleksi.
• Invidu terpilih ditanam secara terpisah dan dilakukan
intercross.
• Biji yang dihasilkan merupakan benih varietas
composit.
Varietas Sintetik
Varietas sintetik adalah varietas yang
terbentuk dari berbagai galur murni yang sudah
mengalami perkawinan sendiri paling tidak satu kali
penyerbukan. Dalam arti yang lain, varietas sintetis
merupakan hasil dari perkawinan persilangan
campuran dari beberapa bahan indukan.Varietas
sintetis termasuk dalam kategori inter-varietal,
karena mengalami berbagai macam cara
persilangan.
Pengertian lain.....
• Suatu varietas yg merupakan hasil persilangan
campuran (inter-cross) beberapa breeding
material
• Breeding material dapat berupa galur-galur,
inbred, klon, maupun varietas yg telah
diketahui potensi genetiknya.
• Kategorinya masuk dalam inter-varietal
crossing (krn menggunakan berbagai macam
materi persilangan )
Langkah – Langkah Pembentukkan
Varietas Sintetik
1. Memiliki beberapa galur inbred atau beberapa nomor generasi pertama dari
hasil selfing (penyerbukan sendiri ).
2. Melakukan pengujian daya berkombinasi dari breeding material dengan
melakukan testcross ,terutama untuk daya gabung umum. Dari hasil uji ini
dipilihlah nomor atau galur yang memenuhi kriteria seleksi yg ditetapkan.
3. Melakukan persilangan campuran (intercross) dari galur atau nomor-nomor
terpilih tersebut. Biji hasil persilangan ini dinamakan generasi Sintetik-0 (Sin-0)
4. Menanam kembali biji-biji dari Sin-0 dan dibiarkan terjadi random mating di
antara individu dalam populasi tersebut. Hasil biji yg diperoleh disebut sbg biji
varietas Sin-1 ( Sintetik-1 ).
Varietas Komposit
Varietas komposit adalah varietas jagung yang berasal
dari campuran lebih dari dua varietas yang telah
mengalami persilangan bebas/acak (random mating)
minimum lima kali.
• Contoh : varietas Harapan, Bogor Composit-2, Bogor
BMR-4, dan Wonosobo Composit.
Varietas Sintetik
Varietas Sintetik adalah varietas jagung yang berasal dari
campuran beberapa galur murni yang telah mengalami
penyerbukan sendiri (selfing) minimal satu kali
penyerbukan.
• Contoh : varietas Harapan, Permadi, dan Bogor
Sintetik-2.
Keadaan di Indonesia ?
Kontribusi varietas unggul sangat nyata dalam peningkatan produksi dan
produktivitas jagung nasional. Varietas unggul dibentuk dari serangkaian kegiatan
perbaikan sumber daya genetik (SDG). Produk dari perbaikan SDG (germplasm
improvement) pada tanaman jagung secara umum dapat digolongkan menjadi dua:
varietas bersari bebas (VBB) atau komposit dan varietas hibrida. Di Indonesia, sebelum
tahun 2000 perakitan varietas jagung lebih menitikberatkan kepada menghasilkan VBB
karena biayanya lebih murah, produksi benih mudah, dan industri benih komersial
belum berkembang. Pada periode tersebut telah dilepas sejumlah VBB (seperti
Harapan, Arjuna, Kalingga, dan Bisma) dengan daya hasil cukup tinggi, berumur
genjah-sedang, tahan penyakit bulai, dan adaptasi luas yang mampu mendominasi
areal pertanaman jagung petani. Dengan pesatnya perkembangan industri benih
komersial, terutama perusahaan swasta, penggunaan VBB mulai menurun dalam 10
tahun terakhir. Hal ini berkaitan dengan perubahan minat petani dalam memilih
varietas hibrida yang berdaya hasil tinggi. Kurangnya dukungan pemerintah dalam
pengembangan perbenihan jagung VBB dan lemahnya beberapa subsitem produksi
dan penyebaran benih sumber juga ikut membatasi pengembangan VBB. Penyediaan
benih sumber setiap tahun tetap berjalan dan benih VBB disalurkan dalam jumlah
yang memadai kepada pengguna. Masalah utama adalah sering terputusnya produksi
benih sumber kelas benih dasar, benih pokok, dan bahkan benih sebar pada tingkat
penangkar, terkait dengan ketidakpastian “pasar” dari hasil penangkaran.
Di wilayah bagian timur Indonesia peran VBB masih cukup penting sebagaimana terlihat
dengan berkembangnya varietas Lamuru, Sukmaraga, Srikandi kuning, dan Anoman. Pada
daerah-daerah seperti ini diperlukan dukungan yang kuat untuk pengembangan VBB,
misalnya penangkaran benih dimanfaatkan dalam program BLBU (bantuan langsung benih
unggul) oleh pemerintah.