Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH GENETIKA

GENETIKA KUANTITATIF

Disusun oleh:

Kelompok VIB

Nila Anjali Nabila 23020219120004


Suryaningsih 23020219130040
Rizky Widiyastuti Mukharomah 23020219130043
M. Bayu Cahyono 23020219130078
Erika Salsabila Putri 23020219140037
Rahayan Tri Astiagati 23020219140112
M. Ikhwan Nur Rasyiddin 23020219140136

PROGRAM STUDI S-1 AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Genetika dengan baik dan
lancar. Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1) Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya.
2) Prof. Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Si. selaku dosen pengampu Mata
Kuliah Genetika.
Semoga segala bantuan dan dorongan yang diberikan kepada kami dibalas
oleh Allah SWT. Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran agar Makalah selanjutnya
dapat lebih baik. Sekian yang dapat kami sampaikan semoga tugas Makalah ini
dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Semarang, 23 November 2020

(Penulis)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1. Latar Belakang..............................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5
2.1. Pengertian Genetika Kuantitatif....................................................................5
2.2. Pola Segregasi dan Aksi Gen........................................................................5
2.3. Mother Effect dan Keanekaragaman.............................................................6
2.4. Hereditas atau Daya Waris............................................................................7
2.5. Contoh Kasus pada Genetika Kuantitatif......................................................9
BAB III PENUTUP.....................................................................................................13
3.1. Kesimpulan.................................................................................................13
3.2. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

 Genetika berasal dari bahasa Yunani genno yang berarti “melahirkan” yang
merupakan cabang biologi. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut
tentang pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme.
Genetika kuantitatif adalah cabang genetika yang membahas pewarisan sifat-sifat
terukur (kuantitatif atau metrik), yang tidak bisa dijelaskan secara langsung melalui
hukum pewarisan Mendel. Sifat-sifat yang tergolong sifat kuantitatif misalnya tinggi
atau berat, hasil panen atau produksi tanaman.
Genetika kuantitatif menerapkan hukum pewarisan Mendel untuk gen dengan
pengaruh yang kecil/lemah (minor gene). Selain itu, diasumsikan pula bahwa tidak
hanya sedikit gen yang mengendalikan suatu sifat melainkan banyak gen. Karena itu,
sifat kuantitatif sering dasamakan dengan sifat poligenik atau polimeri. Polimeri
adalah gejala adanya banyak gen bukan alel tetapi mempengaruhi karakter yang sama.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian genetika kuantitatif?


2. Apa yang dimaksud dengan pola segregasi dan aksi gen?
3. Apa yang dimaksud dengan mother effect dan keanekaragaman?
4. Apa yang dimaksud dengan hereditas atau daya waris?
5. Apa saja contoh kasus pada genetika kuantitatif?

1.3. Tujuan

1. Dapat mengetahui pengertian genetika kuantitatif.


2. Dapat mengetahui pola segregasi dan aksi gen.
3. Dapat mengetahui mother effect dan keanekaragaman.
4. Dapat mengetahui hereditas atau daya waris.
5. Dapat mengetahui contoh kasus pada genetika kuantitatif.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Genetika Kuantitatif

Genetika berasal dari bahasa Yunani genno yang berarti “melahirkan”


yang merupakan cabang biologi. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang
menyangkut tentang pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun
suborganisme. Genetika kuantitatif adalah cabang genetika yang membahas
pewarisan sifat-sifat terukur (kuantitatif atau metrik) yang tidak bisa
dijelaskan secara langsung melalui hukum pewarisan Mendel. Genetika
kuantitatif menerapkan hukum pewarisan Mendel untuk gen dengan
pengaruh yang kecil atau lemah (minor gene). Selain itu, diasumsikan pula
bahwa tidak hanya sedikit gen yang mengendalikan suatu sifat melainkan
banyak gen. Karena itu, sifat kuantitatif sering disamakan dengan sifat
poligenik atau polimeri. Ilmu ini banyak diterapkan dalam ilmu pemuliaan di
bidang perikanan dan pertanian. Genetika kuantitatif memiliki ciri-ciri dari
derajat, variasi bersifatv kontinu (pengukuran fenotip merupakan suatu
spektrum), pengendalian poligenik (pengaruh gen-gen tunggal terlalu kecil
untuk dapat dideteksi), mempersoalkan suatu populasi organisme yang terdiri
dari segala macam perkaiwnan yang dapat terjadi, serta analisis statistik
memberikan estimasi (perkiraan) parameter-parameter seperti rata-rata dan
deviasi standar.

2.2. Pola Segregasi dan Aksi Gen

Pola segregasi suatu karakter adalah salah satu parameter genetik yang perlu
diketahui dalam hubungan dengan proses seleksi. Karakter kuantitatif digambarkan
oleh sebaran fenotipenya kontinu dan dikendalikan banyak gen yang masing-masing
gen memiliki pengaruh pada ekspresi suatu gen (Nugroho et al., 2013). Interaksi alel
pada locus gen yang berbeda pasti akan menimbulkan aksi gen atau fenotipe yang
berbeda. Aksi gen dikategorikan menjadi tiga jenis utama yaitu aksi gen aditif, aksi
gen dominasi atau aksi gen non aditif dan epistasis. Penjumlahan dari masing-masing
alel tanpa adanya interaksi dengan interaksi alelik maupun non alelik menyebabkan
fenotipe pada aksi gen aditif, sedangkan fenotip pada aksi gen apistasis disebabkan
oleh adanya interaksi dengan interaksi alel-alel lainnya (Sihaloho et al., 2015).
Efektifitas seleksi bergantung pada aksi gen yang mengendalikan karakter
seleksi tersebut. Aksi gen yang ada memiliki peranan dan sebab fenotipenya masing-
masing, salah satunya aksi gen epitasis memiliki peranan penting dalam adaptasi
tanaman terhadap cekaman abiotik (Sihaloho et al., 2015). Seleksi karakter yang
diinginkan akan lebih efektif apabila karakter itu mudah untuk diwariskan, maka
dibutuhkan parameter seperti pola segresi dan aksi gen. Parameter yang dapat
digunakan untuk seleksi efektif seperti besaran nilai keragaman genetik, heritabilitan,
pola segresi, jumlah gen, dan aksi gen (Oktaviyanti dan Andy, 2019).
Pola pewarisan sifat ketahanan terhadap CPMMV suatu hal yang penting. untuk
mengembangkan kultivar dengan persilangan-persilangan. Pola pewarisan dan
pendugaan jumlah gen yang ada dapat berasal dari sebaran genotipe pada generasi F 2
dan terjadi segregasi dan rekombinasi yang luas (Nugroho et al., 2013). Segregasi
mengartikan bahwa adanya keragaman genetik yang diseleksi dan dievaluasi
berdasarkan tujuan pemuliaan, pentingnya pola segregasi dilakukan untuk dapat
diketahuinya penyebaran sifat kedua tetua. Salah satu contohnya pada tanaman kenaf
melalui Persilangan tetua HC48 dan SM004 didapat kenaf F 1 yang mengalami
segregasi di generasi F2. (Oktaviyanti dan Andy, 2019).

2.3. Mother Effect dan Keanekaragaman

Mother effect adalah situasi dimana fenotipe pada organisme tidak hanya


ditentukan oleh genotipe dan lingkungannya, tetapi juga oleh lingkungan dan genotipe
dari induknya. Mother effect terjadi apabila genotipe nukleair dari tetua betina
menentukan fenotipe keturunannya (Pamandungan dan Ogie, 2018). Di dalam
konteks genetika, mother effect terjadi ketika suatu organisme memiliki fenotipe yang
diturunkan dari genotipe induk, karena induk menyediakan RNA pembawa
pesan atau protein ke dalam telur. Mother effect juga dapat disebabkan oleh
lingkungan induk dan tidak bergantung pada genotipe, yang mengatur jenis kelamin,
atau perilaku keturunannya. Adanya tetua betina (mother effect) merupakan indikasi
bahwa suatu karakter tersebut dikendalikan oleh gen-gen diluar inti yang diwariskan
secara sitoplasmik (Napitupulu dan Damanhuri, 2019).
Pengaruh dari ukuran, umur, dan kondisi induk betina yang berpengaruh terhadap
telur dan pertumbuhan serta karakteristik embrio setelah pembuahan disebut mother
effect. Mother effect sebagai pengaruh induk betina terhadap karakter fenotip
keturunannya. Mother effect menjadi berpengaruh karena gamet jantan lebih kecil
daripada gamet betina. Pada ikan, mother effect lebih berpotensi penting terhadap fase
awal kehidupan (larva sampai dengan benih) (Ath-thar et al., 2011).
Bunga pukul empat merupakan salah satu contoh mother effect pada tanaman.
Penemuan Carl Correns pada bunga pukul empat menunjukkan adanya transmisi
kloroplas untuk karakter daun, yakni daun berwarna hijau, putih, maupun bervariasi
pada cabangnya. Penelitian Correns memperlihatkan bahwa warna daun batang pada
Mirabilis jalapa dipengaruhi oleh warna daun batang induk maternalnya. Pada
tanaman ini, dapat dibedakan tiga macam cabang yaitu cabang berdaun hijau, cabang
berdaun belang hijau putih dan cabang berdaun putih. Penelitian Correns
memperlihatkan bahwa warna daun batang pada Mirabilis jalapa dipengaruhi oleh
warna daun batang induk maternalnya. Meskipun jantan memiliki daun batang putih
atau bervariasi, jika ovulumnya memiliki daun cabang yang hijau, maka semua
anakannya akan memiliki daun cabang yang berwarna hijau.

2.4. Hereditas atau Daya Waris

Hereditas merupakan pewarisan watak dari induk ke keturunannya baik secara


biologis melalui gen (DNA) atau secara sosial melalui pewarisan gelar, atau status
sosial. Hereditas ialah genotif yang diwariskan dari induk pada keturunannya dan
akan membuat keturunan memiliki karakter seperti induknya yang diantaranya warna
kulit, tinggi badan, warna rambut, bentuk hidung bahkan “penyakit warisan”
merupakan dampak dari penurunan sifat (Meilinda, 2017). Hereditas juga dapat
diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan oleh orangtua
kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu
sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari orangtua
melalui gen-gen (Amini dan Naimah, 2020). Teori hereditas paling awal yang paling
berpengaruh adalah teori Preformation yang menyatakan bahwa organisme yang
diwariskan akan mempertahankan bentuknya dari satu generasi ke generasi
berikutnya, organisme tersebut merupakan miniatur dari organisme dewasadan telah
terbentuk jauh sebelumnya (Meilinda, 2017).
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum yang mengatur pewarisan sifat secara
genetik dari satuorganisme kepada keturunannya. Orang yang pertama kali
menemukan hukum tentang pewarisan sifat adalah Gregor Johann Mendel. Teori ini
diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum
sativum) yahng asil percobaannya, ditulis dalam makalah yang berjudul Experiment
in Plant Hybridization, dalam makalah tersebut, Mendel mengemukakan beberapa
hipotesis mengenai pewarisan material genetik dari tetua kepada anaknya, yang
kemudian dikenal dengan Hukum Mendel diantaranya adalah Hukum Segregasi dan
Hukum Perpaduan Bebas (Huda, 2015). Darwin dalam On the Origin of Species
(1859) menyatakan dua hal penting dalam teori evolusi yaitu: a) Spesies-spesies yang
hidup sekarang berasal dari spesies nenek moyangnya di masa lalu; b) perkembangan
spesies dipengaruhi oleh seleksi alam dan variasi antar populasi (Darwin, 2015). Teori
evolusi Darwin berhasil meyakinkan sebagian besar ahli biologi bahwa variasi telah
mengarah pada evolusi hereditas, tetapi kurang berhasil menyakinkan mereka bahwa
seleksi alam merupakan mekanisme utamanya (Meilinda, 2017).
2.5. Contoh Kasus pada Genetika Kuantitatif

 Kasus 1

Keterangan : F1 (Flint × Dent) ; F1R (Dent × Flint) ; tn = tidak berbeda nyata, * =


berbeda nyata
Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tetua betina terhadap sifat
jumlah biji tipe flint, sedangkan sifat yang lain tidak terdapat pengaruh tetua betina.
Pengaruh mother effect disebabkan karena uji t menunjukkan hasil yang berbeda pada
sifat jumlah biji flint. Rata-rata populasi F1 berbeda nyata dengan populasi F1R
sehingga tampak bahwa tetua betina memberi sumbangan genetik lebih besar kepada
keturunan dari pada tetua jantan. Hal ini menunjukkan bahwa pewarisan sifat biji flint
pada jagung Manado Kuning terjadi karena adanya efek maternal. Efek maternal
terjadi apabila genotipe nukleair dari tetua betina menentukan fenotipe keturunannya.
Faktor-faktor keturunan berupa gengen nukleair yang dipindahkan oleh kedua jenis
kelamin dan dalam persilangan-persilangan tertentu sifat-sifat keturunan itu
mengalami segregasi mengikuti pola Mendel.
 Kasus 2

KERAGAMAN GENETIKA POPULASI PELAHLAR (Dipterocarpus Littoralis


(Bl.) Kurz) DIPULAU NUSAKAMBANGANBERDASARKAN PROFIL
ENHANCED RANDOM AMPLIFIEDPOLYMORPHIC DNA1 [Population
Genetic Diversity Of Pelahlar (Dipterocarpus Littoralis (Bl.) Kurz)In
Nusakambangan Island Based On Enhanced Random Amplified Polymorphic
DNA]

Kusumadewi Sri Yulita dan Tukirin PartomihardjoBidang Botani, Pusat Penelitian


Biologi - LIPICibinong Science Centre Jl. RayaJakarta-Bogor Km.46 Cibinong
16911* e-mail: yulita.kusumadewi@gmail.com

ABSTRAK

Dipterocarpus littoralis (pelahlar) merupakan salah satu jenis kayu komersial endemik di Pulau Nusakambangan.
Keberadaan jenisini sedang terancam kepunahan akibat alih lahan dan penebangan liar. Penelitian ini bertujuan
untuk memperkirakan keragamangenetika populasi pelahlar menggunakan tiga buah primer Random Amplified
Polymorfie DNA (RAPD) yang telah dimodifikasi dengan penambahan dua nukleotida salah satu ujungnya yang
terletak pada arah 5'. Amplifikasi PCR dilakukan dengan menggunakanketiga primer tersebut dan menghasilkan
45 pita RAPD. Beberapa pita RAPD (OPA 9E ukuran 200 dan 850 bp) hanya dijumpaidi populasi 2, dengan
demikian pita ini merupakan penanda diagnostik untuk populasi ini. Keragaman genetik dalam populasi(0.1540)
lebih tinggi daripada antar populasi (0.0418). Sedangkan nilai diferensiasi genetik (Gst) menunjukkan bahwa
21.35%keragaman genetik total pada D. littoralis disebabkan oleh diferensiasi antar populasi. Keragaman genetik
tertinggi dijumpai padapopulasi 2 (He:0.1923; 1:0.3158), sedangkan keragaman yang terendah tcrcatat pada
populasi 1 (He: 0.0828; I: 0.1209). Keragamangenetik total pada seluruh populasi (Ht) sebesar 0.1958, dengan
keragaman genetic rata-rata dalam populasi (Hs) sebesar 0.1540.Hal ini menunjukkan tingginya keragaman
genetik pada populasi relik ini.

Kata Kunci: keragaman genetik, populasi, pelahlar, Dipterocarpus littoralis, RAPD.


Diperoleh 46 fragmen DNA yang dihasilkan dariproses amplifikasi
menggunakan tiga primer E-RAPD, yang berukuran dari 200 hingga 1300 pb
dimanaseluruhnya merupakan pita polimorfik (Tabel 2). Primer OPB 10E
menghasilkan pita terbanyak (18) sedangkan primer OPN 18E menghasilkan pita
tersedikit (12). Variasi genetika yang ditemui pada penelitianini berdasarkan
perbedaan pola pita E-RAPD yangdijumpai pada individu pelahlar. Secara umum, 46
pitaE-RAPD ini menyebar rata di seluruh individu pelahlar(Tabel 2). Namun ada pita-
pita tertentu yang dijumpaidi seluruh individu dan pita unik yang hanya dijumpaidi
populasi tertentu atau bahkan di individu tertentu.
Hanya ada satu pita yang dijumpai di seluruh populasi, yaitu OPN 18E-250
pb. Pita umum lainnyayang dijumpai pada lima populasi adalah OPA9E
ukuran600,650 dan lOOOpb; OPB10E ukuran 400,500,550,800,900,1000, dan 1100
pb; OPN 18E ukuran 250,400,600, dan 1100 pb. Sedangkan pita unik hanya
ditemukandari primer OPA9E, yaitu pada ukuran 200 dan 850 pb yang seluruhnya
dijumpai di populasi 2 (Gambar 2).
Keragaman genetika : jumlah individu yang dicuplik untuk sampel bervariasi
antara 2 hingga 18 (Tabel 3). Keragaman genetika tertinggi berdasarkan parameter He
(0.1923)dan / (0.3158) dijumpai pada populasi 2. Sedangkanberdasarkan parameter
jumlah lokus polimorflk (37),PLP (82.22%) dan na (1.8222) ditemukan pada populasi
4 (Tabel 3). Keragaman genetika terendah berdasarkan seluruh parameter kecuali
parameter ne, dijumpai pada populasi 1 (Tabel 3).
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu genetika kuantitatif merupakan cabang


genetika yang membahas pewarisan sifat-sifat terukur (kuantitatif atau metrik) yang
tidak bisa dijelaskan secara langsung melalui hukum pewarisan Mendel. Genetika
kuantitatif menerapkan hukum pewarisan Mendel untuk gen dengan pengaruh yang
kecil atau lemah (minor gene).

3.2. Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu setelah mengetahui hal-hal yang berkaitan
tentang genetika kuantitatif, diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Amini, N., dan Naimah, N. 2020. Faktor Hereditas Dalam Mempengaruhi


Perkembangan Intelligensi Anak Usia Dini. Jurnal Buah Hati, 7 (2) : 108 – 124.
Ath-thar, M. H. F., V. A. Prakoso, E. Nugroho, dan R. Gustiano. 2011. Heterosis,
maternal, dan individual effect pada hibrida antara ikan mas rajadanu, majalaya,
subang, dan kuningan. J. Riset Akuakultur, 6 (3) : 407 – 412.
Dr. Elya Nusantari, M.Pd. 2015. GENETIKA Belajar Genetika dengan Mudah &
Komprehensif. Sleman : Deepublish.
Huda, D. N. 2015. Aplikasi Pembelajaran Persilangan Berdasarkan Hukum Mendel.
Jurnal Bangkit Indonesia, 4 (2) : 45 – 45.
Meilinda. 2017. Teori Hereditas Mendel : Evolusi Atau Revolusi ( Kajian Filsafat
Sains ).Jurnal Pembelajaran Biologi, 4 (1) : 62 – 70.
Napitupulu, M., dan D. Damanhuri. 2019. Keragaman genetik, fenotipe dan
heritabilitas pada generasi F2 hasil persilangan tanaman padi (Oryza Sativa
L.). J. Produksi Tanaman, 6 (8) : 1844 – 1850.
Nugroho, P. W., Maimun, B., dan Nyimas, S. 2013. Pola segregasi karakter agronomi
tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) generatif F2 hasil persilangan yellow
bean dan taichung. J. Agrotek Tropika, 1 (1) : 38 – 44.
Oktaviyanti, N. R., dan Andy, S. 2019. Pola segregasi pada beberapa karakter
tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L.) generasi F2 hasil persilangan HC48
dan SM004. J. Produksi Tanaman, 7 (8) : 1398 – 1400.
Pamandungan, Y. dan T. B. Ogie. 2018. Pewarisan sifat warna dan tipe biji jagung
manado kuning. J. Eugenia, 24 (1) : 1 – 8.
Pamandungan, Y., dan T. B. Ogie. 2018. Pewarisan sifat, warna, dan tipe biji jagung
manado kuning. J. Eugenia, 24 (1) : 1 – 8.
Sihaloho, N. A., Trikoesoemaningtyas., Didy, S., dan Desta, W. 2015. Identifikasi
aksi gen epitasi pada toleransi kedelai terhadap cekaman aluminium. J. Agron
Indonesia, 43 (1) : 30 – 35.
Yulita, K. S. dan T. Partomihardjo. 2011. Keragaman genetika populasi pelahlar
(Dipterocarpus littoralis (bl.) kurz) di Pulau Nusakambangan berdasarkan profil
enhanced random amplified polymorphic dna. J. Berita Biologi, 10 (4) : 541 –
548.

Anda mungkin juga menyukai