TANAMAN PERKEBUNAN
2.1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Coniferophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : pinoceaacae
Genus : Pinus
Selatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar dan Diputra (2013) yang
tusam dan menjadi tempat kembang biak tusam. Selain di Sumatera pinus juga
mampu tumbuh dikawasan Jawa Barat dan Banten. Hal ini sesuai dengan
pendapat Heriyanto dkk. (2010) Pinus (Pinus merkusii.) Merupakan tumbuhan
yang biasa tumbuh dengan baik di pegunungan – pegunungan . Hal ini sesuai
selatan . Tempat tumbuh terbaik untuk pinus yaitu 400 – 2000 mdpl dan apabila
ditanam di ketinggian kurang dari 400 mdpl pertumbuhan kurang optimal karena
suhu udara yang tinggi dan di suhu lebih dari 2000 mdpl proses fotosintesis akan
terhambat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukardayati dkk (2014) yang
menyatakan bahwa pinus harus ditanam di kisaran tinggi 400 – 2000 mdpl apabila
berikut:
ini sesuai dengan pendapat Simanungkalit (2017) yang menyatakan bahwa akar
tunggang sangat mudah mencari air dan unsur hara yang ada didalam tanah.
Karena pinus dikaruniai akar tungang yang sangat kuat sehingga akar pinus bisa
mencari jangkauan air yang lebih luas dan bisa mendapatkan energi lebih yang
bisa di transfer energi nya ke batang sehingga memiliki cadangan makanan yang
banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukerta dan Sumantra (2011) yang
menyatakan bahwa akar dari pinus bisa membantu batang membuat cadangan
makanan. Warma akar dari pohon pinus memiliki warna yang beda – beda . Hal
ini sesuai dengan pendapat Budianto dan Suharto (2014) yang menyatakan bahwa
pinus ini pada umumnya berwarna kuning ketika muda dan berwarna kecoklatan
ketika sudah tua dan dapat tumbuh 7 kali lipat besar nya apabila tumbuh di tanah
berpasir. Pinus memiliki akar yang besar yang permukaanya kasar. Hal ini sesuai
dengan pendapat Zubaidahdkk. (2012) yang menyatakan bahwa leher akar dari
tumbuhan pinus timbul keluar ke permukaan tanah permukaan nya yang agak
kasar
2.2.2. Batang
berikut:
Tekstur batang pinus yaitu kasar dan sedikit tajam, tetapi batang nya sedikit
seperti yang rapuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Destarantidkk. (2017) yang
menyatakan bahwa pinus memiliki tekstur batang yang kasar dan sedikit tajam.
Warna dari batang pinus yaitu coklat keabuan kalau sudah tua bewarna gelap.
Pinus merupakan tumbuhan yang tidak berpori namun mempunyai damar aksial
yang menyerupai poris dan juga pinus merupakan pohon yang dimanfaatkan getah
batang nya . Hal ini sesuai dengan pendapat Arel dan Setiawati (2016) yang
menyatakan bahwa batang pinus memiliki warna coklat keabuan dan juga pinus
yaitu monopodial. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosanti (2018) yang
2.2.3 Daun
berikut:
Bentuk daun pinus membentuk tajam, , dan jenis daun dari pinus yaitu
majemuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyantidkk. (2015) yang menyatakan
bahwa bentuk dari daun pinus berbentuk tajam seperti jarum , berjenis majemuk.
Warna daun dari tumbuhan pinus yaitu hijau seperti daun – daun pada umumnya,
permukaanya memanjang, pangkal daun sedikit runcing dan juga tepi daun dari
tumbuhan pinus merata . Hal ini didukung oleh Supriyo dan prehaten (2015) yang
menyatakan bahwa warna daun pinus yaitu hijau muda dan permukaanya tipis
memanjang pangkal daunnya runcing tetapi tidak tajam yang juga memiliki tepi
daun yang agak merata. Daun pinus memiliki pertulangan yang sejajar. Hal ini
gymnospermae atau biji terbuka yang memiliki daun tajam dan tulang daun
sejajar
2.2.4 Bunga
berikut:
dua yaitu a bunga pinus terbagi jadi dua yaitu strobillus jantan dan betina dengan
bentuk yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Putri dkk (2020) yang
dan strobillus betina berbentuk kerucut, ujungnya runcing. Bunga pinus memiliki
warna kecoklatan . Hal ini sesuai dengan pendapat Guo dkk (2010) yang
menyatakan bahwa bunga muda akan terlihat berwarna sedikit kuning , sedangkan
bunga tua akan berwarna coklat tua. Bunga tumbuhan pinus terdapat strobilus
jantan dan betina. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohiyan dkk. (2014) yang
menyatakan bahwa bunga dari pinus merupakan bunga tidak sempurna yang
memiliki dua kelamin yaitu jantan dan betina yang penyerbukannya di bantu oleh
burung.
2.2.5 Buah
berikut:
Hal ini sesuai dengan pendapat Kalensun dkk (2012) yang menyatakan bahwa
buah mirip seperti bunga memiliki tapi tidak bisa diklasisfikasikan jadi bunga.
Buah dari pinus memiliki warna coklat kekuningan dan setiap bunga
menghasilkan 1 buah. Hal ini sesuai dengan pendapat Iskandar (2018) yang
menyatakan bahwa buah pinus berwarna coklat muda.Buah dari pinus sedikit
keras. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar dan Yunanto (2010) yang
menyatakan bahwa pinus sangat keras dan memiliki permukaan yang amat kasar
2.2.6 Biji
berikut:
Sumber
Biji dari pohon pinus berbentuk pipih dan bulat seperti telur yang memiliki
sayap dihasilkan pada setiap dasar bunga atau sisik buah setiap sisik mempunyai
dua biji biji biasanya berwarna putih kekuningan permukaan nya kasar. Hal ini
sesuai dengan pendapat Achmad dkk (2012) yang menyatakan bahwa biji
berbentuk bulat , pipih berwarna putih kekuningan dan memiliki permukaan yang
sedikit kasar . Pinus memiliki biji yang bisa dikembangkan lagi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Priyamto dkk. (2013) yang menyatakan bahwa biji dan benih
pohon pinus harus selalu dirawat dan diperhatikan untuk penanamn karena
2.3.1 Perkembangbiakan
termasuk tumbuhan gymnospermae yaitu tanaman biji yang terbuka. Hal ini
sesuai dengan pendapat Purnomo dkk (2018) yang menyatakan bahwa pinus
Hal ini sesuai dengan pendapat Hendri dan Margiati (2012) yang menyatakan
bahwa keuntungan nya dapat menumbuhkan perakaran yang kuat, akan tetapi
dengan dua cara yaitu generatif dengan menggunakan biji dan vegetatif
menggunakan tunas . Hal ini sesuai dengan pendapat Hardiatmi (2012) yang
hifa bercabang sebagai organ penyimpan dari reproduksi vegetatif dan pinus bisa
dimiliki. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukarnodkk. (2012) yang menyatakan
bahwa tanaman yang berkembang biak memakai tunas akan cepat bereproduksi,
2.4.1 Manfaat
macam kebutuhan hidup manusia dan makhluk lainnya, seperti limbah dari kayu
pinus yang mengandung zat yang bisa dijadikan produksi bioetanol . Hal ini
sesuai dengan pendapat Hermiati dkk (2017) yang menyatakan bahwa limbah
juga mengandung komponen kimia yaitu asam abietat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Khadafi dkk (2014) yang menyatakan bahwa getah pinus dimanfaatkan
gondorukem.
Biji pinus dapat dimakan karena termasuk kuliner di suatu daerah dan juga
sebagai makanan pokok seperti china dan italia sebagai penghasil pinus utama di
dunia. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahayu dan Saputri (2012) yang
Karena akar pinus sangat kuat, oleh karena itu pinus memiliki manfaat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Chanan (2012) yang menyatakan bahwa perakaran pinus
cukup kuat dan dalam sehingga dapat mencegah mengurangi erosi pada tanah –
tanah kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Jumin, B. A., S. P. Adi, dan Ahmad. 2012. Kandungan polifenol jumlah dan
aktiviti perencatan radikal bebas dalam jagung muda. J. Sains Malaysia,
1(2) : 3 – 9.
Achmad, A., Hadi, S., Harran, S.,Harran S., Sa'id, E. G., Satiawiharja, B, dan
Kardin, M. K. 2010.)Aktivitas antagonisme in vitro trichodarma
pseudokoniglii terhadap patogen lodoh pinus merkusii. J. Tropical
Silviculture Science and Technology, 3(1) : 233 – 240
Destaranti, N., Sulistyani, S, dan Yani, E. (2017). Struktur dan vegetasi tumbuhan
bawah pada tegakan pinus di rph kalirajut dan rph baturraden banyumas. J.
Biologica, 4(3), 155 – 160
GUO, C. X., Lu, J., Yuan, J. Z, dan Sun, Q. S. (2010). Chemical constituents from
pine needle of Pinus Tabulaeformis Carr.[J]. J. of Shenyang Pharmaceutical
University, 3.(2) : 810 – 819
Hendri, H., dan Margiati, K. Y. Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada
materi bagian-bagian tumbuhan menggunakan metode kerja kelompok Bagi
siswa kelas iv sekolah dasar negeri 03 simpang dua ketapang. J. Pendidikan
dan Pembelajaran Khatulistiwa, 2(3) : 1 – 15 .
Hermiati, E., Mangunwidjaja, D., Sunarti, T. C., Suparno, O, dan Prasetya, B.
(2017). Pemanfaatan biomassa lignoselulosa ampas tebu untuk produksi
bioetanol. J. Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 29(4) : 121 – 130.
Priyamto, S., Oramahi, H. A, dan Diba, F. (2012). Aplikasi asap cair dari kayu
leban (vitex pubescens vahl) untuk pengendalian jamur pada benih tusam
(pinus merkusii jungh et de vriese) secara in vitro. J. Hutan Lestari, 1(1) :
23 – 28 .
Rahayu, M., PAKKI, T, dan Saputri, R. (2012). Uji konsentrasi cairan perasan
daun kenikir (tagetes patula juss) terhadapo mortalitas ulat penggulung daun
(lamprosema indica) pada tanaman ubi jalar. J. Agroteknos, 2(1) : 36 – 40 .
Supriyo, H, dan Prehaten, D. (2015). Kandungan unsur hara daun dinus merkusi
jungh. et de vriese dan sifat-sifat tanah di tegakan dengan produksi getah
yang bervariasi. J. Ilmu Kehutanan, 7(2) : 71 – 80 .
Yusran, Y., Erniwati, E., Sustri, S, dan Risnawati, R. (2018). Pembibitan tusam
(pinus merkusii jungh & de vriese) oleh kelompok tani hutan di lereng
pegunungan gawalise desa uwemanje kecamatan kinovaro kabupaten sigi,
sulawesi tengah. J. Bakti Saintek: Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang
Sains dan Teknologi, 2(1) : 17 – 25 .
Zubaidah, S., Khaldun, I, dan Hanum, L. (2017). Uji daya serap serbuk gergaji
kayu pinus (pinus mercusii) terhadap logam timbal (II) menggunakan
metode spektrofotometri serapan atom . J. Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
Kimia, 2(2) : 107 – 116 .