Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM I

SIFAT DASAR KAYU

“Sifat Makroskopis”

OLEH :

ASRIL MA’RUF

M1A117027

KELOMPOK V (LIMA)

KEHUTANAN A

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANANAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2019
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan itu dapat di artikan sebagai suatu masyarakat tumbuhan yang

kompleks yang terdiri dari pohon, semak, tumbuhan basa, jasad renik tanah dan

hewan lainnya, yang satu dengan yang lainnya terikat dalam hubungan

ketergantungan.Tetapi bagi orang awam tentang hutan, mereka berasumsi bahwa

hutan itu merupkan areal yang ditumbuhi pohon-pohon. Akan tetapi bila seseorang

lebih dalam meneliti kedalamannya, maka akan ditemukan banyak perbedaan-

perbedaan yang ditemukan. Perbedaan-perbedaan tersebut dinyatakan dalam

berbagai cara, tergantung bagimana kita memandangnya, misalnya dalam

pengenalan tegakan hutan.

Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang

mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan).Kayu digunakan untuk

berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan

bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi.Kayu juga

dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya.Penyebab

terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel

berbagai jaringan di batang.

Tumbuhan berkayu dapat dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan ada

tidaknya pori pada tumbuhan tersebut, yaitu kayu daun lebar (hardwood) dan kayu

daun jarum (softwood). Istilah hardwood dan softwood ini tidak menginterpretasi

secara langsung kekuatan dari kayu tersebut. Bukan berarti hardwood merupakan
jenis kayu yang kuat dan bukan pula softwood berarti jenis kayu yang lunak.

Golongan tumbuhan yang termasuk kayu daun jarum adalah Gymnospermae, yakni

tumbuhan berbiji terbuka (konifer), biasanya dicirikan dengan warna daunnya yang

selalu hijau, bentuk tajuknya yang kerucut dan bentuk batang yang silindris.

Sedangkan golongan tumbuhan yang termasuk kayu daun lebar adalah

Angiospermae yakni tumbuhan berbiji tertutup, biasanya dicirikan dengan bentuk

tajuk yang melebar dan banyaknya cabang-cabang pohon.

Kayu memiliki ciri makroskopis dan mikroskopis.Ciri makroskopis kayu

adalah ciri kayu yang dapat dilihat langsung secara kasat mata atau dengan bantuan

lup pada bidang anisotropiknya. Ciri makroskopis kayu meliputi bau, warna,

tekstur, kilap dan lain-lain, sementara ciri mikroskopis adalah ciri kayu yang hanya

dapat diketahui dengan bantuan mikroskop saja yang meliputi susunan pori,

parenkim, saluran resin, dan lain-lain. Untuk dapat memperoleh ciri mikroskopis

kayu, maka kayu harus disayat.Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sifat

makroskopis dan mikroskopis kayu, sehingga jenis suatu kayu akan teridentifikasi.

1.2. Tujuan & Manfaat Praktikum

Adapun tujuan dalam praktikum ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui sifat-sifat makroskopis kayu seperti warna, kilap, tekstur,

arah serat, jari-jari, pori dan untuk membandingkan berat antara satu jenis kayu

dengan kayu jenis lainnya.

2. Untuk mengetahui pori dan parenkim yang dimiliki oleh kayu yang diamati baik

kayu daun jarum maupun kayu daun lebar serta pada kelompok monokotil.
3. Untuk mengetahui jumlah pori dan jari-jari, mengetahui diameter pori-pori,

jumlah berbagai jenis susunan pori, serta tinggi dan diameter jari-jari dalam

luasan 1 mm2.

Adapun manfaat dalam pengamatan hasil laporan ini, yaitu :

1. Praktikan dapat mengetahui dan memahami cara untuk mengamati sifat-sifat

makroskopis kayu serta untuk membandingkan teori dengan praktikum.

2. Praktikan dapat mengetahui cara untuk mengindentifikasi pori berdasarkan

sebaran dan susunannya serta parenkimnya. Juga untuk membandingkan

kenyataan yang diperoleh dalam kegiatan praktikum dengan teori.

3. Praktikan dapat mengetahui jumlah pori dan jari-jari, mengetahui diameter

pori-pori, jumlah berbagai jenis susunan pori, serta tinggi dan diameter jari-jari

dalam suatu sampel preparat kayu.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyebaran Pohon yang digunakan

Pohon kapuk dikenal dengan nama ilmiah Cieba pentandra L. Tumbuhan

ini berasal dari India dan banyak ditemukan di beberapa perkebunan di Asia

Tenggara. Tanaman ini juga berasal dari bagian utara Amerika Selatan, Amerika

Tengah, dan Karibia. Tumbuhan ini tahan terhadap kekurangan air dan umumnya

tumbuh di kawasan pinggir pantai serta lahan-lahan dengan ketinggian 100 - 800

meter di atas permukaan laut (Tohari, 2015).

Kapuk adalah tumbuhan tropis yang berasal dari bagian utara Amerika

Selatan, Amerika Tengah, Karibia serta bagian barat Afrika (Resmi, 2012:11).

Pohon kapuk randu mudah sekali ditemui di Indonesia terutama di Pulau Jawa

karena tumbuhan ini sangat cocok ditanam di daerah tropis. Di Indonesia sendiri

pohon ini sering disebut kapas atau kapuk Jawa atau randu yang menghasilkan serat

dari bijinya. Serat yang dihasilkan memiliki warna serat, bentuk dan tekstur yang

hampir sama dengan kapas. Hingga saat ini fungsi paling umum dari serat kapuk

digunakan sebagai bahan baku pengisi produk interior seperti kursi, kasur, bantal

dan guling, namun seiring perkembangan zaman tidak banyak masyarakat yang

menggunakan kasur kapuk karena lebih memilih produk kasur dari bahan baku lain

seperti busa, pegas dan lateks (Qodri, 2017).

Tanaman kapuk randu (Ceiba petandra) merupakan tanaman

perkebunan/industri. Tanaman ini mampu tumbuh dan berproduksi di daerah

dataran rendah sampai dataran tinggi serta dapat dikembangkan di lahan–lahan


marjinal, kurang subur dan kurang sumber air. Peningkatan produksi kapuk

berdampak positif pada peningkatan pendapatan petani dan nilai ekspor (Priyono,

2010).

Tanaman mahoni (Swietenia mahagoni L Jacq) cukup dikenal di Indonesia

karena pohon ini bisa tumbuh dengan baik di daerah tropis. Pohon mahoni

merupakan salah satu pohon dengan nilai ekonomi yang tinggi dikarenakan

banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh pohon ini. Tanaman ini memiliki

pertumbuhan yang cepat dan bisa menghasilkan kayu mahoni keras yang digunakan

untuk perabotan. Selain pohon, buah mahoni juga memiliki manfaat, diantaranya

bisa memperlancar peredaran darah. Pohon mahoni juga banyak digunakan untuk

program penghijauan kembali di banyak wilayah di Indonesia untuk mendapatkan

keasrian dan kesegaran udara yang dihasilkan dari lebatnya daun mahoni (Asriani,

2018).

2.2 Pengertian Kayu

Kayu adalah bagian tumbuhan yang mengeras karena proses lignifikasi,

yaitu akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan batang.

Kayu dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan sehari hari seperti memasak,konstr

usi dan mebel. Salah satu hasil produksi dari kayu adalah papan kayu. Papan kayu

diolah dari batang pohon yang memiliki diameter yang besar. Papan kayu

digunakan untuk kebutuhan yang spesifik sesuai dengan lebar diameternya (Pamuji,

2017).

Kayu sebagai hasil hutan sekaligus hasil sumber kekayaan alam,

merupakan bahan mentah yang diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan
kemajuan teknologi. Secara umum, kayu merupakan bahan organik yang

diproduksi sebagai xylem sekunder yang berasal dari dalam hutan tanaman,

terutama pohon-pohon dan tanaman lainnya (Arifin, 2013).

Keberadaan hutan rakyat menjadi penting dalam mengatasi kekurangan

bahan baku yang selama ini dipasok sebagian besar dari hutan tanaman. Ciri khas

dari pemanfaatan kayu dari hutan rakyat adalah model tebang butuh yang umumnya

pohon dalam usia muda (juvenil). Di mata awam, kayu muda ini tidak baik sifatnya

sehingga harganya tidak maksimal atau lebih spesifik kerapatan kayu yang lebih

rendah. Meski demikian, beberapa spesies sudah diandalkan untuk produk

konstruksi dan mebel karena sifat dasarnya dianggap baik (Marsoem,2014).

Kayu merupakan produk dari proses metabolisme organisme hidup yaitu

pohon. Selama masa pertumbuhannya, pohon dipengaruhi oleh berbagai faktor

yang sangat kompleks, sehingga sifat-sifat kayu menjadi sangat bervariasi. Variasi

sifat kayu tidak hanya terjadi antar jenis, bahkan di dalam satu batang

pohon(Prehantoro, 2011).

2.3 Sifat Makroskopis Kayu

Struktur anatomi kayu dapat diamati melalui pengamatan secara

makroskopis, mikroskopis, maupun submikroskopis. Ciri makroskopis kayu adalah

karakteristik yang terlihat tanpa menggunakan mikroskop. Biasanya dilakukan

dengan bantuan lup perbesaran 10-15 kali. Ciri makroskopis kayu dapat

memberikan petunjuk tentang kondisi tumbuh suatu pohon, sifat-sifat fisiknya, dan

dapat membantu dalam pengenalan kayunya (Arumsari, 2016).


Kayu mahoni (Swietenya macrophylla Jack.) bila masih segar terasnya

berwarna merah kekuningan, lama kelamaan berubah menjadi merah kecoklatan,

mudah dibedakan dengan gubalnya yang berwarna putih kekuningan. Teksturnya

halus sampai agak kasar, coraknya palos tetapi kadang-kadang bergaris agak gelap,

papan quarter-sawn coraknya kadang-kadang unik karena arah seratnya interlocked

grain, permukaan kayunya licin dan mengkilap. Pola penyebaran sel pembuluh

semi tatalingkar terdiri dari pori soliter dan bergabung radial terdiri dari 2 pori,

diameter tangensialnya 130-230 mikron, prequensinya 5-12 pori per mm2

Parenkim aksialnya terdiri dari paratrakeal vasicentric dan sering juga membentuk

paratracheal terminal. Parenkim jari-jari umumnya agak Iebar terdiri dari 3-4 seri,

kayu mahoni mempunyai saluran getah traumatik aksial umumnya berisi endapan

merah kehitaman. Kayu mahoni diameter kecil mempunyai berat jenis ratarata 0,60

(Pandit, 2011).

Umumnya, jenis-jenis yang menjadi bahan penelitian diarahkan untuk

penggunaan pulp, papan komposit dan sumber energi. Mengingat masih banyaknya

jenis pohon yang ada di Sulawesi Selatan, sehingga penelitian sifat dasar akan terus

dilakukan, khususnya untuk jenis-jenis unggulan setempat dan jenis “lesser known

species”. Pengembangan penelitian kearah struktur nano juga telah dilakukan,

mengingat arah penelitian saat ini ke teknologi nano. Hasil penelitian dasar struktur

nano dari jenis-jenis kayu tropis dapat menjadi acuan pengembangan nano fiber

(Yunianti, 2013).

Beberapa sifat kasar yang utama adalah warna, bau dan rasa, tekstur, arah

serat, corak, kesan raba dan kilap kayu. Warna kayu disebabkan adanya pigmen
tertentu, sedangkan bau dan rasa kayu terkait dengan kandungan zat-zat ekstraktif

yang mudah menguap. Untuk beberapa jenis, keduanya bernilai tinggi untuk

kegiatan identifikasi. Tekstur kayu menyatakan halus kasarnya permukaan kayu

yang ditentukan besar kecilnya diameter sel-sel penyusun kayu (Wahyudi, 2013).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai sifat makroskopis kayu dilaksanakan Pada Hari Sabtu

30 Maret 2018 Pukul 13.00 WITA Sampai Selesai di Laboratorium Kehutanan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

 Parang

 Gergaji

 Pensil

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

 Potongan kayu 7x5x5 cm sebanyak 2 buah.

 Potongan kayu 2x2x2 cm sebanyak 4 buah.

 Potongan kayu 2x2x3 cm sebanyak 2 buah.

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum sifat makroskopis kayu adalah sebagai

berikut :

1. Mencari kayu yang akan dijadikan sampel praktikum.

2. Memotong kayu dengan ukuran yang telah ditentukan.


3. Menyiapkan potongan kayu yang akan diamati.

4. Mengamati sifat makroskopisnya secara langsung untuk kilap, warna kayu,

serat, tekstur dan jari-jari.

5. Mengamati kekerasan pada kayu menggunakan kuku.

6. Mencatat hasil pengamatan yang telah dilakukan.

7. Menggambarkan pori-pori dan jari-jari kayu yang akan diamati.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil dari praktikum sifat makroskopis kayu dapat disajikan pada tabel

berikut :

Tabel 1. Pengamatan Warna dan Corak


No Jenis Kayu Ukuran Warna Corak
Mahoni
1 2×2×2 Putih Polos
(Swietenia macrophylla)
Jambu Air
2 2×2×3 Coklat Bercorak
(Syzygium aqueum)
Kapuk
3 5×5×7 Putih Bercorak
(Ceyba petandra)
Sumber: Data Primer, 2019.

Tabel 2. Pengamatan Tekstur dan Arah Serat


No Jenis Kayu Ukuran Tekstur Arah Serat
Mahoni
1 2×2×2 Agak Halus Lurus
(Swietenia macrophylla)
Jambu Air
2 2×2×3 Agak Halus Lurus
(Syzygium aqueum)
Kapuk
3 5×5×7 Agak Kasar Lurus
(Ceyba petandra)
Sumber: Data Primer, 2019.

Tabel 3. Pengamatan Kilap, Kesan Raba dan Bau


Kesan
No Jenis Kayu Ukuran Kilap Bau
Raba
Mahoni Agak
1 2×2×2 Agak Licin Berbau
(Swietenia macrophylla) Mengkilap
Jambu Air
2 2×2×3 Kusam Kasar Berbau
(Syzygium aqueum)
Kapuk
3 5×5×7 Kusam Kasar Berbau
(Ceyba petandra)
Sumber: Data Primer, 2019.
Tabel 4. Pengamatan Kekerasan Kayu dan Lingkar Tumbuh
Kekerasan Lingkar
No Jenis Kayu Ukuran
Kayu Tumbuh
Mahoni
1 2×2×2 Keras Tidak Jelas
(Swietenia macrophylla)
Jambu Air
2 2×2×3 Keras Tidak Jelas
(Syzygium aqueum)
Kapuk
3 5×5×7 Agak Lunak Jelas
(Ceyba petandra)
Sumber: Data Primer, 2019.

4.2. Pembahasan

Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang

mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu digunakan untuk

berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan

bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga

dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya. Penyebab

terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel

berbagai jaringan di batang. Ilmu perkayuan (dendrologi) mempelajari berbagai

aspek mengenai klasifikasi kayu serta sifat kimia, fisika, dan mekanika kayu dalam

berbagai kondisi penanganan.

Penampilan sifat makroskopis kayu berbeda-beda menurut bidang

orientasinya, Yang dimaksud bidang orientasi kayu adalah bidang pembantu yang

diperlukan dalam pengenalan kayu sehingga diperoleh kesan yang sebenarnya dari

sifat-sifat atau tanda-tanda yang diperlukan untuk pengenalan. Adapun kaitannya

antara penampang lintang dengan sifat makroskopis kayu adalah pada penampang

lintang akan ditemukan garis-garis konsentris bisa nyata atau kurang nyata dan
memusat pada empulur. Garis-garis konsentris ini disebut sebagai lingkaran

tumbuh ( growth ring ) yang terjadi sehubungan dengan mekanisme pertumbuhan

pohon. Dan hal ini merupakan sifat makroskopis struktural kayu.

Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan cara

memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan

memeriksa sepotong kecil kayu. Penentuan jenis kayu dalam bentuk log, pada

umumnya dengan cara memperhatikan sifat-sifat kayu yang mudah dilihat seperti

penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah dan sebagainya.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap spesies kayu, baik
itu kayu daun lebar, daun jarum memiliki perbedaan ciri makrokopisnya. Baik dari
tekstur, warna, arah serat, kesan raba, berat, kekerasan, penyebaran pori, maupun
kilapnya. Begitu pula kondisi pori dan parenkim yang akan tergantung sesuai
dengan spesiesnya. Selain itu, jumlah dan diameter pori-pori serta jumlah, tinggi
dan lebar jari-jari dapat dihitung dengan metode dan formula tertentu.

5.2. Saran

Sebaiknya pada saat jadwal lab Mandiri asisten menemani praktikan, agar
pengamatan yang dilakukan dapat terarah dan selesai tepat pada waktu yang
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI KAGIATAN PRAKTIKUM

Sampel Mahoni (Swietenia macrophylla) Sampel Kapuk (Ceiba petandra)

Sampel Jambu Air (Syzygium aqueum)

Membuat Tabel Pengamatan Mengamati Sifat Makroskopis


Kayu
Mencium Bau Sampel Kayu Mengamati Sifat Makroskopis Kayu

Mengidentifikasi Sifat Makroskopis Kayu

Menulis Hasil Pengamatan dari Sifat Makroskopis Kayu

Anda mungkin juga menyukai