KELOMPOK IX
DHODI PRESETIA
CCA 118 037
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
sehingga penyusun dapat mengerjakan dan menyelesaikan Laporan Praktikum
Fisika Pengukuran Pengembangan Tebal dan Penyerapan Setelah Perendaman Air
dengan baik.
Penyusun tentunya telah melalui berbagai macam hambatan dalam
menyusun laporan ini, maka dari itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada
para Asisten Praktikum yang telah membantu dan membina penyusun pada saat
pelaksanaan praktikum dan memberikan saran dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun juga menyadari bahwa Laporan Praktikum Fisika Pengukuran
Pengembangan Tebal dan Penyerapan Setelah Perendaman Air ini masih belum
sempurna dan tentunya masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penyusun
menerima kritik dan saran untuk dapat menyempurnakan laporan ini hingga
menjadi lebih baik lagi. Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
4.1 Hasil
Berdasarkan pengukuran berat dan tebal yang dilakukan sebelum dan
sesudah perendaman di air maka diperoleh hasil sebagaimana yang tercantum
pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Kode Berat Awal (g) Berat Akhir (g) DSA (%) Rata-rata
4.2 Pembahasan
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah kayu Kelapa (Cocos
nucifera) sebanyak 3 buah yang terlebih dahulu dipotong dengan ukuran panjang
± 20 mm, lebar ± 20 mm, dan tebal ± 80 mm. Perlu diketahui bahwa sampel yang
digunakan tidak berbentuk balok sempurna karena cara pemotongan atau kondisi
awal kayu. Kemudian sampel direndam di dalam wadah air berupa baskom
berukuran sedang yang diisi air dari keran sebanyak ¾ nya. Agar sampel tidak
mengapung, ketiga sampel ditindih menggunakan batu hingga mencapai
kedalaman dasar baskom air lalu dibiarkan selama 24 jam.
Sebelum dilakukan perendaman, sampel terlebih dahulu diukur berat dan
tebalnya dengan menggunakan alat ukur timbangan digital dan jangka sorong.
Sehingga diperoleh berat awal dan tebal awal sampel sesuai dengan yang tertera
pada Tabel 1 dan Tabel 2. Setelah direndam selama 24 jam, sampel kemudian
diangkat dari baskom air lalu diseka dengan kain/tisu sampai kayu dalam kondisi
agak kering. Lalu kemudian, sampel diukur kembali berat dan tebalnya dengan
menggunakan alat ukur yang sama sebelumnya sehingga diperoleh berat akhir dan
tebal akhir sesuai dengan yang tertera pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Berdasarkan hasil data pengamatan yang diperoleh setelah perendaman 24
jam berat dan ketebalan kayu mengalami peningkatan nilai. Berat kayu
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 66,39% dan ketebalan kayu mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 0,42%. Pengembangan tebal yang tidak mencapai
1% ternyata dipengaruhi oleh sifat anisoptropi kayu, menurut Suranto (2015)
bahwa penyusutan atau pengembangan yang terjadi pada bidang longitudinal
(arah sejajar serat kayu) adalah yang paling kecil.
Peningkatan nilai yang terjadi dipengaruhi oleh sifat unik kayu yaitu
higroskopik yang memungkinkan kayu untuk melepaskan dan menyerap air,
seperti yang dijelaskan oleh Suranto (2015) bahwa proses absorbsi air yang
berlangsung pada kayu ketika kayu itu memiliki kandungan air dibawah status
TJS maka absorbsi itu akan diikuti dengan pertambahan dimensi kayu
(pengembangan).
Nugroho & Ismu (2016) menjelaskan bahwa kondisi titik jenuh serat (TJS)
adalah kondisi dimana jika hanya dinding sel yang jenuh air sedangkan rongga
selnya tidak terisi air. Suranto (2015) juga menjelaskan ketika kayu mengadsorbsi
air maka air akan terlebih dahulu menempati dinding sel sehingga menjadi air
terikat, setelah dinding sel mencapai titik jenuh maka air yang masuk akan
menempati rongga sel yakni menjadi air bebas.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pertambahan
dimensi tebal yang terjadi pada sampel kayu Kelapa terjadi karena pengembangan
dinding sel yang jenuh akan air. Perendaman yang dilakukan selama 24 jam juga
menyebabkan rongga sel terisi air ketika kondisi kayu diatas status TJS, sehingga
berat dari kayu Kelapa juga ikut bertambah.
Menurut Suranto (2015) salah satu cara untuk dapat menstabilkan dimensi
kayu tersebut adalah dengan cara pelapisan kayu, dengan lilin contohnya sehingga
laju dari penyusutan atau pengembangan kayu dapat ditahan. Basri & Balfas
(2015) menyebutkan bahwa dimensi kayu yang stabil selama penggunaan
diperlukan untuk mengurangi distorsi pada komponen mebel yang menyebabkan
pintu lemari yang renggang atau sulit ditutup, sambungan antarkomponen lepas,
atau delaminasi pada produk perekatan. Mochsin et al. (2014) mengatakan bahwa
nilai kembang susut kayu dapat mempengaruhi nilai pakai dari kayu atau
mengurangi ragam penggunaanya, sehingga pemilihan kayu untuk eksterior dan
interior harus memerhatikan nilai kembang susut dan kestabilan dimensi kayunya.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil dan pembahasan
praktikum fisika tentang pengukuran pengembangan tebal dan penyerpan setelah
perendaman air, yaitu:
1. Kayu memiliki sifat higroskopik yang membuatnya mampu untuk melepas dan
menyerap air, ketika mencapai kayu melewati status TJS maka penyerapan air
akan diikuti dengan pertambahan dimensi kayu seperti ketebalannya,
2.iStabilisasi dimensi kayu merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
menahan laju perubahan dimensi kayu. Bisa dengan perlakuan seperti
pelapisan lilin pada kayu, dengan tujuan mengurangi distorsi pada kayu ketika
dijadikan komponen dari suatu alat dan sebagainya,
3. Nilai dari kembang susut kayu dapat mempengaruhi nilai pakai atau ragam
penggunaannya, sehingga memilih kayu yang memiliki nilai kembang susut
yang tepat untuk digunakan dalam bangunan atau pembuatan produk lainnya
adalah hal yang penting untuk dilakukan.
5.2 Saran
Adapun saran dari penyusun untuk praktikum ini yaitu, agar praktikum ini
kedepannya meliputi pengukuran dimensi kayu selain dari ketebalan kayu, karena
salah satu tujuan dari praktikum ini adalah memahami konsep stabilitas dimensi
maka semua bidang dimensi seharusnya juga ikut diukur.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, E. & Balfas, J. 2015. Seri Paket IPTEK Teknologi Stabilisasi Dimensi
Kayu. Bogor: BLI KLHK. (Tersedia online di: www.forda-
mof.org/files/Pengeringan-Kayu-Efrida-Basri.pdf) (Diakses pada 20 Juni
2019).
Nugroho & Ismu, R. 2016. Efek Variasi Jenis Kayu Terhadap Kecepatan
Gelombang Ultrasonik dengan Menggunakan Metode Direct. Yogyakarta:
UniversitasnNegerinYogyakarta.n(Tersedianonlinendi:neprints.uny.ac.id/2
0 75) (Diakses pada 20 Juni 2019).
Santoso, M., Jemi, R., Mujaffar, A., Luhan, G., Herianto & Yanciluk. 2019.
Penuntun Praktikum Fisika. Palangka Raya: Universitas Palangka Raya,
Fakultas Pertanian, Jurusan Kehutanan.