Anda di halaman 1dari 17

Nama: Dhodi Presetia Kelas :A

NIM : CCA 118 037 Mata Kuliah: PKN

RESUME

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

I.Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Para Ahli

Pendidikan kewarganegaraan pada mulanya berkembang di Amerika Serikat sekitar


tahun 1790. Pendidikan kewaganegaraan atau civic memiliki tujuan untuk lebih mengenal
bangsa sendiri, dan pertama kali diperkenalkan oleh Henry Rendall Waite di Amerika
Serikat. Di Indonesia sendiri, istilah civic atau civic education mulai dikenal luas pada tahun
1957. Dan pada tahun 1962, lantas diterjemahkan kembali dalam bahasa Indonesia yang
kemudian dikenal dengan kewarganegaraan, lalu pada tahun 1968 menjadi pendidikan
kewarganegaraan.
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan masuk di dalam kurikulum pendidikan
sekolah sekitar tahun 1968. Seiring waktu mengalami perubahan mengenai nama sebutannya,
namun isi pokok didalamnya tetaplah sama, yakni sekitar tahun 1975 dengan nama
Pendidikan Moral Pancasila atau sering disingkat PMP. Kemudian pada tahun 1994, sebutan
tersebut berganti menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Dan berubah
menjadi pendidikan kewarganegaraan pada tahun 2000 an hingga saat ini.
Secara harafiah, pendidikan kewarganegaran merupakan terjemahan dari bahasa
inggris yakni “Civic Education”. Yang kemudian di alih bahasakan oleh para ahli dalam
bahasa Indonesia sebagai Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Kewarganegaraan. Azra
dan Tim ICCE (Indonesian Center for Civic Education) dari Universitas Islam Negeri (UIN)
Jakarta, mengungkapkan sebuah istilah “Pendidikan Kewargaan” menjadi pengembang Civic
Education pertama di perguruan tinggi.

Banyak pemahaman mengenai pengertian pendidikan kewarganegaraan yang


diutarakan oleh para ahli, diantaranya sebagaimana berikut:

1.Menurut Soedijarto
Soedijarto berpendapat bahwa pengertian pendidikan kewarganegaraan ialah
pendidikan politik yang bertujuan demi membantu peserta didik agar mejadi seorang warga
negara yang memiliki pengetahuan politik secara dewasa serta mampu berpartisipasi dalam
membangun sistem politik yang demokratis.

2.Menurut Merphin Panjaitan


Pengertian Pendidikan kewarganegaraan ialah sebuah pendidikan demokrasi, yang
memiliki sebuah tujuan dalam mendidik generasi penerus supaya jadi warga negara yang
memiliki jiwa yang demokratis serta partisipatif melalui pendidikan yang berbasis dialogial.

Pengertian Pendidikan kewarganegaraan menurut penuturan Henry Rendall Waite


merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan manusia di
dalam berbagai perkumpulan yang terorganisasi baik dalam organisasi sosial, ekonomi,
politik serta hubungan negara dengan warga negara.

3.Menurut Azyumardi Azra


Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan mempelajari dan juga mengkaji serta
membahas segala sesuatu mengenai pemerintahan, lembaga-lembaga demokrasi, konstitusi,
rule of law, hak dan kewajiban warga negara serta demokrasi. Secara substantif, pendidikan
kewarganegaraan memiliki tujuan guna membangun karakter bangsa dalam perkembangan di
era globalisasi.

4.Menurut Kerr
Pengertian Pendidikan kewarganegaraan memiliki sebuah definisi yang luas dalam
perumusannya, melingkupi tahapan penyiapan generasi penerus bangsa yang memiliki peran
serta tanggung jawab sebagai seorang warga negara. Dalam arti khusus, pendidikan
kewargganegaraan merupakan segala materi yang ada dalam persekolahan, pengajaran dan
belajar, sebagai bagian dari proses mempersiapkan warga negara.

5.Menurut Azis Wahab dan Cholishin


Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan seperti penuturan Azis Wahab ialah sebuah
sarana untuk meng-Indonesiakan para warga negara khususnya melalui siswa di sekolah
dengan sadar, cerdas, serta penuh tanggung jawab. Dan Cholishin berpendapat (200:18)
bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan sebuah program yang berisi beberapa konsep
secara umum mengenai ketatanegaraan, politik serta hukum negara, maupun teori umum
lainnya berkenaan dengan kewarganegaraan.

6.Menurut Permendikbud

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendikbud) No. 22 Tahun 2006


mengenai standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, pendidikan
kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang berfokus untuk membentuk warga negara
supaya lebih memahami serta dapat melaksanakan segala hak dan kewajiban sebagai seorang
warga negara. Demi menjadi seorang warga negara yang berkarakter, memiliki kecerdasan,
keterampilan, sebagai mana berdasar pada kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa.

7.Menurut Samsuri
Samsuri (2011:28) berpendapat bahwa pendidikan kewarganegaraan dapat diartikan
sebuah cara untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa demi menjadi seorang warga
negara yang memiliki kecakapan, dan pengetahuan serta nilai-nilai yang guna berpartisipasi
aktif di dalam masyarakat.

8.Menurut Zamroni
Salah seorang anggota Tim ICCE (2005:7), Zamroni menyatakan : “Pendidikan
demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa
demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga
masyarakat”.

9.Menurut Soemantri
Pemahaman lainnya berkenaan dengan pengertian pendidikan kewarganegaraan yang
diutarakan oleh Soemantri (2001:154) ialah sebuah usaha yang dilakukan guna memberikan
siswa sebuah pengetahuan serta kemampuan dasar mengenai hubungan mendasar antara
warga negara dengan negara dan juga pendidikan pendahuluan bela negara sebagai bentuk-
bentuk usaha pembelaan negara sebagaimana diamanatkan di dalam UUD 1945 dan juga
Pancasila.

II.Landasan Pendidikan Kewarganegaraan

Landasan pendidikan kewarganegaraan secara ilmiah merupakan dasar pemikiran


mengenai tentang bagaimana seorang warga negara yang memiliki kehidupan yang berada
ditengah kemajenukan masyarakat, terdapat tuntutan demi sebuah kehidupan yang memiliki
manfaat serta bermakan bagi masyarakat bangsa dan juga negara secara menyeluruh.

Didalam landasan ilmiah ada beberapa hal yang termasuk didalamnya, berikut ini:

1) Dasar Pemikiran, sebagai dasar dalam berpikir mengenai sebuah ilmu pengetahuan.
2) Objek Pembahasan, dalam sebuah ilmu wajib memiliki syarat-syarat secara ilmiah
yakni objek, metode, sistem dan bersifat menyeluruh.
3) Rumpun Keilmuan, Pendidikan Kewarganegaraan mampun disandingkan
dengan civics education yang telah mulai dikenal dipenjuru dunia. Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki sifat yang umum di semua bidang pendidikan
(interdisipliner) dan bukan monodisipliner. Hal tersebut disebabkan karena
pendidikan kewarganegaraan merupakan gabungan beberapa disiplin ilmu
pengetahuan seperti hukum, politik, administrasi negara, sosiologi.

Secara hukum pendidikan kewarganegaraan memiliki beberapa landasan utama,


sebagaimana berikut ini:

1) Dalam UUD 1945, disebutkan dalam alinea kedua dan keempat. Serta Pasal 27 ayat 1,
Pasal 30 ayat 1 juga Pasal 31 ayat 1.
2) Dalam UU No. 20 tahun 1982 mengenai Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan dan
Keamanan Negara RI (jo. UU No. 1 tahun 1988).
3) Dalam UU No 2 tahun 1989 mengenai Sistem Pendidikan Nasional
4) Dalam Kep. Dirjen Dikti No. 267/dikti/kep./2000 mengenai penyempurnaan
kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) PKn pada seluruh
Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia.

Pendidikan kewarganeraaan memiliki sebuah pengertian sebagai suatu upaya yang


dilakukan secara sadar oleh seseorang secara terencana guna mencerdaskan kehidupan
seseorang tersebut dan juga orang lain. Sesungguhnya hakikat pendidikan
kewarganegaraan merupakan sebuah tata aturan dan pelaksanaan pendidikan yang bertumpu
pada nilai-nilai pendidikan karakter bangsa Indonesia yang secara nyata tertuang didalam
UUD 1945. Dan dalam pengembangannya merupakan cara melestarikan budaya bangsa yang
bernilai luhur.
III.Peran Pancasila Dalam Pendidikan Karakter

Saat ini bangsa Kita telah dilanda tantangan berupa masuknya era MEA (Masyarakat
Ekonomi Asean) serta perkembangan Teknologi yang sudah menghilangkan batas-batas antar
negara secara geografis. Perkembangan ini juga menjadi suatu tantangan bagi bangsa Kita.
Ini mengindikasikan terdapat peluang bagi Kita untuk berhasil mendidik generasi penerus
dalam menanggapi perkembangan zaman ini atau justru terpuruk karena jadi “bebek yang
mengikut induknya” dalam fenomena ini.

Mudah bagi Kita memperhatikan saat ini bahaya globalisasi dan modernisasi telah
mengancam mulai dari usia kanak-kanak sudah memegang gadget dan mengakses informasi
dengan bebasnya tanpa pengawasan orang tua. Sering Kita jumpai saat ini remaja yang di
usia belasan sudah memberanikan diri bermesraan di tempat umum, menjalani gaya hidup
hedonis, dan kurang memperhatikan moral dan etika yang berlaku. Padahal bila
perkembangan zaman ini Kita tanggapi dengan karakter yang sesuai, perkembangan ini akan
menghasilkan keuntungan bagi Kita.

Permasalahan Krisis Identitas

1) Krisis identitas yang saat ini menjadi pokok permasalahan utama pada bangsa Kita. Krisis
Identitas ini bisa terjadi karena faktor budaya luar yang melakukan invasi ke dalam bangsa
ini. Bahkan, bila diamati dengan seksama peran globalisasi di indonesia yang menjadi
penyebab krisis identitas ini tidak sekedar dipengaruhi oleh budaya luar yang masuk.
2) Ini juga disebabkan bangsa Kita sendirilah yang kurang kuat dan secara konsisten
mempertahankan identitasnya sebagai bangsa yang berlandaskan moral Pancasila. Jikapun
ada di antara Kita yang mampu mempertahankan identitas pribadinya sebagai bangsa yang
bermoral Pancasila, maka akan percuma bila hanya beberapa individu yang mempertahankan
identitas tersebut. Perlu adanya upaya untuk secara berkelompok membangun dan
mengembangkan identitas generasi penerus yang memegang teguh karakter-karakter yang
berdasarkan Pancasila.

Pendidikan Karakter Sebagai Solusi

1) Pendidikan karakter hadir sebagai solusi untuk mengatasi berbagai pelik permasalahan di
atas. Pendidikan karakter memang bukan sesuatu yang baru dalam pendidikan Kita, namun
pendidikan karakter menjadi suatu solusi yang tepat sasaran karena pada dasarnya identitas
bangsa yang berkarakter Pancasila sudah tertanam kuat bahkan semenjak zaman-zaman
kerajaan hindu-buddha ada di Indonesia.
2) Pendidikan karakter mampu memberikan kristalisasi dari seluruh warisan nilai-nilai yang
luhur bagi generasi penerus bangsa ini. Para pendiri bangsa ini sudah menemukan dan
mewariskan turun-temurun pendidikan karakter ini agar bangsa Kita bisa bertahan di segala
tantangan zaman.
3) Inilah yang menjadikan pendidikan karakter pada hakekatnya haruslah menjadi semangat
yang menjiwai setiap pergerakan menuju keamajuan dan perkembangan bangsa ini. Ini
penting agar di zaman globalisasi ini Indonesia bisa memunculkan falsafah kehidupannya
tidak hanya di dalam negeri saja namun juga menunjukan peran indonesia di dunia
internasional.

A.Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter menurut naskah rencana aksi nasional yang diterbitkan kementerian


pendidikan nasional merupakan merupakan kualitas individu atau kolektif yang menajdi ciri
individu atau kelompok. Karakter yang dimaksud di sini bisa berbentuk baik maupun buruk.
Karakter yang ingin diwujudkan oleh bangsa Kita merupakan karakter yang baik dan bisa
berjalan sejalan dengan tantangan dan perubahan zaman. Aktualisasi dari pembentukan
karakter melalui pendidikan memerlukan pengembangan yang terintegrasi antara aspek-aspek
perkembangan siswa secara seimbang baik afeksi maupun kognisi. Di sinilah pentingnya
pendidikan bagi manusia yang seimbang antara afeksi dan kognisi, yakni untuk mewujudkan
karakter yang kukuh dan unggul pada diri generasi penerus.

Pendidikan karakter ini dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, moral, dan
keajegan sikap baik yang dalam mengatasi berbagai kesulitan dan permasalahan. Pendidikan
karakter akan memupuk watak yang bertujuan memupuk kemampuan peserta didik untuk
melakukan pengambilan keputusan dengan pertimbangan baik dan buruk, memelihara hal
yang baik, serta mewujudkan kebaikan ini dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
hati.Pendidikan karakter merupakan komponen utama yang tidak terpisahkan dalam
mewujudkan visi dan misi yang ditentukan oleh pemerintahan pada pembangunan nasional
(RPJP 2005-2025) untuk memajukan generasi penerus dalam menghadapi ancaman dari luar
sambil melakukan upaya menjaga keutuhan NKRI dari dalam.

B.Sumber Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter ini dikembangkan dari sumber-sumber sebagai berikut :

1) Agama: Bangsa Indonesia hidup dengan berdasarkan norma ketuhanan sehingga untuk
menjaga tatanan masyarakat yang madani dan thayibbah secara individu maupun
bermasyarakat selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaan yang diyakini oleh setiap
pemeluk ajaran beragama. Penerapan pendidikan beragama ini diwujudkan dalam
bentuk peran keluarga dalam pembentukan kepribadian di rumah, hingga pembekalan
pentingnya peran akhlak dalam pembentukan karakter bangsa di lingkungan sosial.
2) Pancasila: Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang telah tertanam kuat sejak nenek
moyang bangsa ini memulai membangun peradaban bangsa Indonesia menjadi sumber nilai
pendidikan karakter yang telah teruji di berbagai tantangan zaman di masa lampau, mulai dari
zaman pra aksara, zaman kerajaan, zaman penjajahan, hingga dikukuhkan menjadi dasar
negara ketika memasuki kemerdekaan. Adalah hal yang sangat utama menerapkan nilai-nilai
Pancasila secara riil dalam setiap tutur kata, pikiran, dan perilaku Kita.
3) Budaya: Nilai-nilai budaya menjadi pendasaran dalam memaknai suatu peristiwa, fenomena,
dan kejadian yang berlangsung dalam setiap interaksi antar anggota masyarakat. Budaya ini
terwujud dari perilaku yang berlangsung terus-menerus hingga membentuk kebiasaan dalam
masyarakat. Kebiasaan yang dinilai bagus inilah yang nantinya menjadi sumber karakter yang
harus dipertahankan dalam pendidikan karakter bangsa Indonesia. Budaya juga menjadi suatu
proses pembentukan karakter sejak berada di dalam kandungan hingga Kita dewasa. Budaya
yang bersifat hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis ini juga menjadi cikal
bakal bagi berbagai tindakan yang diambil dalam peran lembaga pengendalian sosial di
masyarakat.
4) Tujuan Pendidikan Nasional: Sebagai rumusan dari hasil yang harus dimiliki setiap generasi
penerus bangsa ini, tujuan pendidikan nasional dikembangkan oleh berbagai satuan
pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional terdiri dari berbagai
nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia . Ini dilakukan agar secara riil
bisa dilaksanakan implementasi pendidikan karakter di berbagai lembaga pendidikan.

C.Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Berdasarkan ke empat sumber nilai tersebut maka dihasilkan sejumlah nilai nilai
pendidikan karakter untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa, yaitu:

1) Religius : Merupakan sikap yang memegang teguh perintah agamanya dan menjauhi larangan
agamanya, seraya saling menjaga kerukunan dan kesatuan antar berbeda pemeluk agama dan
keyakinan.
2) Jujur: Merupakan sikap yang selalu berpegang teguh untuk menghindari keburukan dengan
menjaga perkataan, perasaan dan perbuatan untuk selalu berkata dengan benar dan dapat
dipercaya.
3) Toleransi: Perilaku yang cenderung menghargai perbedaan dengan mengurangi mempertajam
perselisihan karena perbedaan. Perilaku ini diwujudkan dengan penerimaan atas perbedaan,
dan keragaman sebagai suatu kekayaan bangsa Indonesia untuk mewujudkan fungsi toleransi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
4) Disiplin: Tindakan yang menjaga dan mematuhi anjuran yang baik dan menghindari dan
menjauhi segala larangan yang buruk secara konsisten dan berkomitmen.
5) Kerja keras: Mencurahkan segala kemampuan dan kemauan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan sesuai hasil yang diharapkan dengan tepat waktu dan berorientasi lebih pada proses
dan perkembangan daripada berorientasi pada hasil.
6) Kreatif: Selalu mencari alternatif penyelesaian suatu permasalahan dari berbagai sudut
pandang. Ini dilakukan untuk mengembangkan tata cara atau pemahaman terhadap suatu
masalah yang sudah ada terlebih dahulu melalui pendekatan sudut pandang yang baru.
7) Mandiri: Meyakini potensi diri dan melakukan tanggung jawab yang diembannya dengan
penuh percaya diri dan berkomitmen.
8) Demokratis: sikap dan tindakan yang menilai tinggi hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
dalam kedudukan yang sama. Ini dilakukan untuk memberikan pengakuan secara setara
dalam hak berbangsa seraya merawat kemajemukan bangsa indonesia
9) Rasa ingin tahu: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa yang
dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait.
10) Semangat kebangsaan: Suatu sudut pandang yang memandang dirinya sebagai bagian dari
bangsa dan negaranya. Sudut pandang yang mewujudkan sikap dan perilaku yang akan
mempertahankan bangsa dari berbagai ancaman, serta memahami berbagai faktor penyebab
konflik sosial baik yang berasal dari luar maupun dari dalam.
11) Cinta tanah air: tekad yang terwujud dalam perasaan, perilaku dan perkataan yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap aspek sosial, fisik
budaya, ekonomi, dan politik dari bangsa dan negaranya.
12) Menghargai prestasi: perasaan bangga terhadap kelebihan dan keunggulan yang dimiliki
dirinya sebagai individu maupun dirinya sebagai anggota masyarakat. Perasaan bangsa ini
akan mendorong untuk memperoleh pencapaian-pencapaian yang positif bagi kemajuan
bangsa dan negara.
13) Bersahabat/komunikatif: Perilaku yang ditunjukan dengan senantiasa menjaga hubungan baik
dengan interaksi yang positif antar individu dalam suatu kelompok dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
14) Cinta damai: Perilaku yang selalu mengutamakan kesatuan rasa dan perwujudan harmoni
dalam lingkungan yang majemuk dan multikultural.
15) Senang membaca: Rasa ingin meningkatkan pengetahuan dan pemahaman melalui gemar
mencari informasi baru lewat bahan bacaan maupun mengajak masyarakat di lingkungan
sekitarnya untuk memupuk perasaan gemar membaca ini.
16) Peduli sosial: Kepekaan akan segala kesulitan yang dihadapi oleh lingkungannya dan
masyarakatnya. Kepekaan ini kemudian terwujud dalam tindakan, perasaan, dan perbuatan
yang berulang-ulang dan menjadi kebiasaan dalam mengatasi berbagai kesulitan yang
dihadapi oleh orang-orang di sekitarnya, yang mana individu tidak terfokus pada dirinya
sendiri dan bekerja sama dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
17) Peduli lingkungan: Menjadikan pelestarian alam sebagai salah satu dasar perilaku dan
kebiasaan yang dicerminkan di lingkungannya agar terus terjadi siklus pembaharuan di alam
yang berkesinambungan secara alami. Ini dilakukan agar alam yang ditempatinya tetap lestari
dan abadi.
18) Tanggung Jawab : Menyadari bahwa segala hal yang diperbuat oleh dirinya bukan hanya
merupakan tugas dan kewajiban bagi dirinya sendiri, namun juga keluarga, lingkungan,
masyarakat, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

IV.Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa

Pancasila memiliki kedudukan pokok sebagai dasar filsafat (philosophisce grondslag)


atau ideologi negara (staatsidee) yang diakui dan dilaksanakan di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pancasila memuat gagasan, norma, dan pedoman pokok tentang penyelenggaran
bernegara yang paling ideal untuk mencapai tujuan kemerdekaan Indonesia.

Melihat kedudukan pokok tersebut, berarti bahwa Pancasila merupakan dasar negara
Republik Indonesia yang mengandung nilai-nila filsafati. Oleh karena itu, nilai-nilai di dalam
Pancasila merupakan pedoman normatif sehingga setiap kegiatan penyelenggaraan negara
wajib mengacu dan tidak boleh bersilangan dengan Pancasila.

Lima sila di dalam Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia. Kelima sila tersebut pada hakikatnya adalah satu kesatuan tak terpisahkan,
yang mengandung nilai-nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,
dan nilai keadilan.

Pengakuan Pancasila sebagai dasar negara memiliki landasan yuridis formal di dalam
alenia keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Juga telah ditegaskan di
dalam Memorandum DPR GR 9 Juni 1996 bahwa Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa
yang telah dirumuskan dan dikristalisasi oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar
negara Republik Indonesia.

Selanjutnya, Memorandum DPR GR tersebut disahkan pula oleh MPRS dengan


Ketetapan No. XX/MPRS/1966. Kemudian Ketetapan MPR No. XVIIV/MPR/1998 telah
mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mengandung beberapa


pengertian yang secara garis besar dijabarkan sebagai berikut:

A.Sumber Hukum Dasar Nasional

Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Landasan


yuridisnya termaktub dalam Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 dan Ketatapan MPR No.
IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum atau sumber dari tata tertib hukum di Indonesia. Sedangkan menurut Ketetapan MPR
No. III/MPR/2000 disebutkan bahwa Pancasila merupakan sumber hukum dasar nasional.

Alasan Pancasila dijadikan sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia,
karena Pancasila bersifat mengikat dan memaksa, serta merupakan jiwa dan kepribadian
bangsa Indonesia. Selain itu, Pancasila telah disepakati sebagai norma hukum/pokok kaidah
fundamental yang mempunyai hakikat dan juga kedudukan yang kuat, tetap, dan tidak
berubah.

Definisi Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum meliputi pengertian
bahwa Pancasila adalah:

1) Suatu dasar nilai dan norma dasar untuk mengatur pemerintahan negara.
2) Sumber nilai untuk membentuk norma-norma hukum oleh negara.
3) Sumber kaidah hukum negara yang mengatur NKRI beserta seluruh unsur-unsurnya secara
konstitusional.
4) Sumber dasar yang memiliki kekuatan mengikat secara hukum.
5) Menempati kedudukan paling tinggi dalam tata perundang-undangan di Indonesia. Segala
peraturan, undang-undang, dan hukum positif harus bersumber dan ditujukan demi
terlaksananya Pancasila.

B.Sumber Cita-cita dan Tujuan Nasional

Bangsa Indonesia merupakan sebuah ikatan identitas kebangsaan yang


mempersatukan beragam perbedaan (kemajemukan) masyarakat Indonesia. Salah satu ciri
bangsa Indonesia adalah memiliki satu ide, cita-cita, tujuan, dan tekad untuk hidup bersama
dalam negara Republik Indonesia.
Prinsip kebangsaan tersebut bersumber dari Pancasila sebagai azas persatuan dan
kesatuan bangsa. Sehingga dapat dikatakan bahwa Pancasila merupakan sumber bagi tumbuh
dan berkembangnya cita-cita dan tujuan nasional.

Fungsi Pancasila ialah sebagai pedoman utama bagi bangsa Indonesia dalam
mencapai tujuan berbangsa dan bernegara, menggerakkan dan membimbing seluruh elemen
bangsa dalam melaksanakan pembangunan.

Cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana disebutkan dalam


Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alenia keempat adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum;
mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

C.Sumber Penyelenggaraan Bernegara

Sebagai dasar negara, Pancasila menjadi norma dasar atau norma tertinggi untuk
mengatur penyelenggaraan dan pemerintahan negara Indonesia. Tata cara dalam
penyelenggaraan dan pemerintahan negara yang dijiwai Pancasila meliputi tata cara
pembagian kekuasaan negara, kedudukan dan fungsi seluruh lembaga negara, serta
kedudukan dan fungsi pemerintahan daerah dalam pembangunan di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Konsep penyelenggaran negara yang sesuai Pancasila tidak menghendaki adanya


pemusatan kekuasaan pada satu orang atau satu golongan saja. Hal itu untuk menghindari
timbulnya pengelolaan sistem pemerintahan yang bersifat absolut atau otoriter. Pancasila
menghendaki adanya pemisahan ataupun pembagian kekuasaan sehingga ada fungsi kontrol
dan keseimbangan di antara lembaga-lembaga pemegang kekuasaan.

D.Sumber Semangat Konstitusi

Pancasila sebagai dasar negara mengandung konsep dasar menyangkut gagasan, cita-
cita, dan tujuan negara, yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk peraturan perundang-
undangan. Segala aspek penyelenggaraan dan fungsi negara harus berdasarkan atas Pancasila,
yang artinya secara yuridis formal Pancasila telah ditetapkan sebagai dasar filsafat negara
Republik Indonesia. Sedangkan secara material, tertib hukum Indonesia disemangati oleh
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Sesuai dengan semangat Pancasila, pengertian konstitusi di Indonesia dipahami


sebagai pengertian yang luas yaitu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar (hukum dasar). Di
dalam penjelasan UUD 1945 tentang sistem pemerintahan negara disebutkan bahwa
pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan tak terbatas). Konstitusi yang dijiwai Pancasila berfungsi untuk:

1) Mengontrol, membatasi, dan mengendalikan penyelenggaraan negara.


2) Melindungi hak-hak azasi manusia (HAM).
3) Menjadi pedoman penyelenggaraan negara.
4) Memberikan landasan struktural dalam penyelenggaraan negara.
5) Menjadi bagian dari kontrak sosial atau perwujudan perjanjian masyarakat untuk membina
pemerintahan yang mengatur mereka.
Sejarah konstitusi di Indonesia dimulai pada 18 Agustus 1945, satu hari setelah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, melalui sidang pertama Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Dalam sidang tersebut dihasilkan beberapa keputusan, yang antara lain:

1) Menetapkan dan mengesahkan Pembukaan UUD 1945. Bahannya diambil dari rancangan
undang-undang yang telah disusun oleh panitia perumus pada tangga 22 Juni 1945.
2) Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945. Hampir seluruh bahannya diambil dari rancangan
undang-undang yang disusun oleh panitia perancang UUD pada tanggal 16 Juni 1945.

E.Sumber Norma Tertinggi

Pengertian norma didefinisikan sebagai pedoman perilaku untuk melangsungkan


kehidupan bersama-sama dalam suatu kelompok masyarakat. Kekhasan bangsa Indonesia
yang majemuk merupakan causa materialis lahirnya Pancasila. Oleh sebab itu, nilai-nilai dan
norma-norma yang terdapat pada Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai dan norma-
norma yang berlaku di dalam masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu.

Pancasila sebagai sumber norma tertinggi maksudnya bahwa norma-norma Pancasila


berada pada tingkatan tertinggi dari semua norma yang berlaku di dalam masyarakat
Indonesia. Pancasila bertujuan untuk mengatur dan mengendalikan perilaku masyarakat
dalam rangka menciptakan keteraturan sosial. Atau dengan kata lain, Pancasila menjadi
panduan dalam membangun karakter bangsa melalui tatanan dan pengendali tingkah laku.

Macam-macam norma meliputi norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan,


norma kebiasaan, dan norma hukum. Sedangkan tingkatan norma secara berjenjang adalah
cara, kebiasaan, tata kelakuan, adat istiadat, dan hukum.

V.Pendidikan Pancasila

Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia, yang karenanya setiap warga negara
haruslah mengenal, mampu memahami dan mengerti, menghayati serta dapat
merefleksikannya dalam segala sendi kehidupan, baik dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa maupun dalam kehidupan bernegara. Pancasila pun merupakan peninggalan dari
para pendiri bangsa yang berisi nilai-nilai budi pekerti yang luhur yang akan selalu menjadi
sebuah pedoman untuk kehidupan masyarakat.

Pancasila sebagai ideologi nasional bangsa Indonesia merupakan sebuah pedoman


yang memiliki banyak pemahaman makna yang dapat diterapkan di setiap sisi kehidupan.
Salah satunya dalam segi pendidikan, terutama sebagai pendidikan karakter bangsa Indonesia
di era globalisasi.

Dilihat dari sisi ilmiah, Kedudukan maupun fungsi dari Pancasila mempunyai
pemahaman yang sangat luas dan tidak terbatas, baik dilihat dari segala sisi mengenai
Pancasila dan juga fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara dan deologi negara. Menurut
Depdiknas, 2003:20, pendidikan ialah sebuah upaya yang dilkukan secara sadar juga teratur
sesuai rencana demi menciptakan keadaan belajar dan sebuah tahapan pembelajaran supaya
peserta didik dapat secara aktif meningkatkan serta memaksimalkan pontensi yang ada di
dalm dirinya.
Dengan begitu dapat mempunyai kekuatan dalam jiwa keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian yang berkarakter, kecerdasan, berakhlak yang mulia serta memiliki keterampilan
yang nantinya diperlukan oleh dirinya didalam kehidupan di lingkungan, masyarakat, bangsa
dan negara. Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya yang dilakukakn oleh masyarakat
dan juga pemerintah untuk mengenalkan tentang sebuah ilmu yang memiliki manfaat bagi
keberlangsungan hidup generasi penerus bangsa. Pendidikan Pancasila memiliki fungsi
sebagai sarana untuk meningkatkan sikap kesadaran dalam bernegara dan lebih berwawasan
nusantara, menciptakan perilaku serta memiliki jiwa cinta tanah air.

A.Tujuan Pendidikan Pancasila

Tujuan Pendidikan Pancasila menurut UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem


Pendidikan Nasional yang juga tercantum di dalam SK Dirjen Dikti. No.38/DIKTI/Kep/2003,
ialah guna menunjukan arah tujuan pada moral dan diharapkan dapat terealisasi di kehidupan
bermasyarakat setiap hari, yakni tingkah laku yang memperlihatkan iman serta taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa (keyakinannya masing-masing), bertingkah-laku kerakyatan dengan
selalu mendahulukan kepentingan umum.

Dan bukannya mendahulukan kepentingan individu maupun kelompok dan golongan


tertentu sehingga dalam setiap adanya perbedaan pemikiran selalu diarahkan unutk
bermusyawarah agar mendukung terwujudnya keadaan yang memiliki keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Maka dengan begitu, tujuan dalam mempelajari Pancasila ialah
supaya terciptanya beberapa perilaku didalam kehidupan sehari-hari, berikut diantaranya
mengenai tujuan pendidikan pancasila :.

1) Memiliki keimanan serta ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa


2) Memiliki sikap kemanusiaan yang adil juga beradab kepada orang lain dengan selalu
memiliki sikap tenggang rasa di tengah kemajemukan bangsa
3) Menciptakan persatuan bangsa dengan tidak bertindak anarkis yang dapat menjadi penyebab
lunturnya Bhinneka Tunggal Ika ditengah masyarakat yang memiliki keberagaman
kebudayaan.
4) Menciptakan sikap kerakyatan yang mendahulukan kepentingan umum dan mengutamakan
musyawarah untuk mencapai keadaan yang mufakat.
5) Memberikan dukungan sebagai cara menciptakan keadaan yang berkeadilan sosial dalam
masyarakat.

Dengan adanya Pendidikan tentang Pancasila, menjadi sebuah saranan dalam usaha
untuk mengerti, memahami serta mendalami makna Pancasila sebagai kepribadian bangsa
Indonesia dan juga mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat sesuai dengan cita-cita serta tujuan nasional seperti yang tertera dalam
Pembukaan UUD 1945.

B.Landasan Pendidikan Pancasila

Sebagai sebuah landasan dalam pendidikan Pancasila sangatlah mendasar yakni


sebagai nilai-Nilai Pendidikan Karakter.Didalam era globalisasi, pentingnya pendidikan
karakter merupakan upaya dalam membangun karakter bangsa agar tidak kalah dalam
persaingan global. Berikut beberapa landasan pendidikan Pancasila:

1. Landasan Sejarah (history)

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia
tercipta melalui serangkaian tahapan panjang. Bangsa Indonesia menempuh jalan yang tidak
mudah demi menemukan jati diri bangsa yang memiliki kedaulatan dan berprinsip yang
merefleksikan Pancasila sebagai Filsafat hidup, yang memiliki lima dasar utama dan saling
memiliki ikatan yang akan selalu terkaitan di dalam setiap sila. Melihat sejarah yang panjang
akan membuat seseorang yang mempelajari nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi
terbuka mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.

2. Landasan Budaya (culture)

Kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sesuatu yang terlihat dari
peninggalan-peninggalan adat-istiadat serta perilaku dan norma-norma yang tidak tertulis
namun tetap dipegang teguh sebagai sebuah pedoman dalam menjalani kehidupan. Nilai-nilai
kebangsaan yang terdapat di dalam setiap sila didalam Pancasila ialah nilai-nilai budaya yang
tetap terjaga keasliannya di masyarakat yang memiliki nilai filosofi yang amt mendalam dan
merupakan milik mayrakat keseluruhan dan bukan milik golongan tertentu.

3. Landasan Hukum (Yuridis)

Landasan hukum pendidikan Pancasila ialah tumpuan utama sebagai dasar untuk
mempelajari Pancasila sesuai ketentuan hukum yang dibuat oleh pemerintah, dalam hal ini
ialah Kementrian Pendidikan. Dalam UU No.2 Tahun 1989 pasal 39, yang menjelaskan
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Didalam Undang-undang tersebut menyatakan bahwa
setiap Isi kurikulum dan setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan.

SK Mendiknas RI, No.232/U/2000, mengenai Pedoman Penyusunan Kurikulum


Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Dan di dalam pasal 10 ayat 1
tersebut, diuraikan bahwa kelompok Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, diwajibkan
dalam setiap kurikulum program studi. Dan Dirjen DIKTI pun menanggapi hal tersebut
dengan membuat Surat Keputusan No.38/DIKTI/Kep/2002, mengenai tata cara Pelaksanaan
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK).

4. Landasan Filosofis

Pancasila sebagai ideologi nasional menjadi dasar negara serta pandangan hidup
bangsa yang karenanya merupakan suatu kewajiban moral agar mewujudkannya dalam
berbagai segi kehidupan baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun
bernegara. Hakikat ideologi Pancasila memiliki makna secara filosofis yakni bangsa
Indonesia ialah bangsa yang berlandaskan ketuhanan dan memiliki kemanusiaanyang
bertumpu pada sebuah kenyataan. Bahwa manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa.

Dan setiap segi perwujudan penyelenggaraan negara setidaknya haruslah berdasar


pada nilai-nilai yang tercantum di dalam Pancasila yang didalamnya juga meliputi ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Karenanya dalam perwujudan
penyelenggaraan pemerintahan Pancasila menjadi sumber dari nilai-nilai dalam pelaksanaan
pembangunan, baik dalam secara nasional, politik, sosial, hukum, budaya, dan ekonomi serta
pertahanan keamanan.

VI.Pancasila Sebagai Ilmu Pengetahuan

Tingkat pelajaran Pancasila itu bisa dikaitkan dengan tingkat pengetahuan ilmiah.
Tingkat pengetahuan ilmiah tentang pengetahuan deskriptif, pengetahuan kausal,
pengetahuan normatif, dan pengetahuan yang esensial. Pengetahuan deskriptif untuk
menjawab pertanyaan bagaimana cara menggambarkan alam, sedangkan pengetahuan kausal
memberikan jawaban atas pertanyaan ilmiah mengapa, sehingga menimbulkan dan
mempengaruhi (causality).

Pancasila memiliki empat gerakan: gerakan materialis (asal usul ramuan Pancasila),
gerakan formalis (asal mula), pergerakan efisien (asal mula karya), dan finalis gerakan (origin
destination). Tingkat pengetahuan normatif adalah hasil penyelidikan ilmiah dimana.
Pengetahuan penting mengemukakan sebuah solusi untuk pertanyaan tentang apa, (tepatnya),
adalah masalah karena diharapkan bisa mengetahui esensi terdalam. Pengetahuan esensial
tentang Pancasila adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang esensi atau makna asas
terdalam Pancasila yang bersifat filosofis atau untuk menilai sifatnya.

Tanggung jawab yang lebih besar untuk belajar dan mengembangkan Pancasila
sebenarnya terkait dengan kebebasan yang dimilikinya. Tujuan pendidikan Pancasila adalah
untuk membangun karakter nasional yang kuat, sekaligus menumbuhkan sikap dan perilaku
sesuai dengan nilai dan norma Pancasila. Tujuan ceramah Pancasila adalah agar para siswa
memahami, menghargai dan menerapkan Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-
hari sebagai warganegara indonesia, dan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai
masalah mendasar masyarakat, bangsa dan negara akan dapat diatasi dengan Berpikir bahwa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berikut beberapa ulasan tentang pengetahuan dalam
pancasila dalam kategorinya:

A. Pengetahuan Sebagai Pancasila Ilmu Pengetahuan Ilmiah

Jika pengetahuan ilmiah dikatakan memenuhi persyaratan berobjek ilmiah, metodis,


penerapan, dan bersifat universal. Berobjek membagi obyek material dan objek formal.
Benda material berarti memiliki tujuan yang diperiksa, juga disebut materi pelajaran (subject
matter) adalah sesuatu yang dimaksudkan atau dijadikan bahan penyelidikan. Sedangkan
objek formal adalah titik fokus tertentu (focus of interest, point of view) adalah pusat
perhatian pada aspek-aspek tertentu sesuai dengan pengetahuan yang relevan. Bermetode
atau memiliki sarana untuk memiliki metode pendekatan set sesuai dengan aturan logis.

Metode adalah cara bertindak sesuai aturan tertentu. Menerapkan sistematik atau
bermakna memiliki kebulatan dan integritas bagian-bagian yang integral dan saling terkait
dan tidak bertentangan untuk membentuk keseluruhan kesatuan. Apakah universal, atau bisa
dikatakan objektif, dalam arti bahwa kebenaran tidak berdasarkan pencarian dengan alasan
rasa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, namun untuk alasan yang bisa diterima
oleh pikiran. Pancasila telah dan memenuhi persyaratan pengetahuan ilmiah yang bisa
dipelajari secara ilmiah. Selain memenuhi persyaratan sebagai pengetahuan ilmiah.
Pancasila juga memiliki susunan kesatuan yang logis, hubungan antara prinsip
struktur organik, hierarkis dan piramidal, dan pelengkap dan memenuhi syarat.Pancasila juga
bisa dijadikan objek kajian ilmiah, pendekatan ini dimaksudkan untuk apresiasi dan
implementasi Pancasila yang merupakan bahan dekomposisi materi yang disorot berdasarkan
bahan yang ada dan dengan segala uraian yang selalu bisa bulat dan sistematis kembali ke
materi . Sifat kajian ilmiah harus praktis dalam arti bahwa segala sesuatu memiliki tujuan
atau manfaat yang dijelaskan dalam praktik. Contoh pendekatan ilmiah terhadap Pancasila
antara lain: pendekatan historis, pendekatan peradilan konstitusional, dan pendekatan
filosofis.

B.Teori Dasar Pancasila

Asal mula filsafat dasar Negara Pancasila membedakan:

1) Penyebab materialis (asal mula material) berasal dari bangsa Indonesia sendiri, yang terdapat
dalam adat istiadat, budaya dan agama-agama.
2) Causa formalis (asal bentuk atau bangun) berarti bagaimana Pancasila dibentuk formula
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hal ini
BPUPKI memiliki peran yang menentukan.
3) Efisien causa (asal mula karya) adalah asal mula peningkatan Pancasila Pancasila secara
prospektif menjadi negara yang sah sebagai negara. Asal mula karya dalam hal ini adalah
bahwa pembentuk PPKI kemudian memvalidasi dan menjadikan Pancasila sebagai filosofi
dasar Negara setelah melalui pembahasan dalam sesi-sesinya.
4) Finalis Causa (asal tujuan) adalah tujuan perumusan dan pembahasan Pancasila karena
negara akan segera melayaninya. Untuk sampai ke finalis kausan diperlukan gerakan atau
asal mula koneksi.

Unsur-unsur pancasila berasal dari masyarakat Indonesia sendiri, meski secara formal
Pancasila baru menjadi basis Republik Indonesia pada 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum
tanggal tersebut Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan bahkan menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Sejarah BangsaIndonesia memberikan bukti bahwa kita dapat
menemukan dalam berbagai adat istiadat, tulisan, bahasa, seni, kepercayaan, agama dan
budaya pada umumnya, misalnya:

1) Di Indonesia tidak pernah beriman kepada Tuhan, bukti: bangunan ibadah, suci buku dari
berbagai agama dan agama kepada Tuhan Yang Maha Esa, upacara keagamaan pada hari jadi
agama, pendidikan agama, rumah ibadah, menulis buket sejarah / mitos yang berisi nilai-nilai
agama.Ini menunjukkan kepercayaan pada Tuhan.
2) Bangsa Indonesia yang dikenal tawakal, santun, gentle dengan sesama manusia, bukti
pertapaan bangunan pertokoan, pondok, slogan dumeh aja, adigang adigung Adiguna,
kementhus aja, kemaki aja, aja sawiyah-wiyah, dan seterusnya, tulis bharatayudha,
Ramayana, Malin Kundang, Batu Pegat, Anting Malela, Bontu Sinaga, Danau Toba, Cinde
Laras, sejarah dangkal Metsyaha, membantu orang miskin, membantu orang sakit, dan
sebagainya, seperti perdagangan hubungan luar negeri, pernikahan, aktivitas manusia, dan
semua klik menunjukkan adanya kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Orang Indonesia juga memiliki ciri khas guyub, harmoni, persatuan dan persaudaraan,
sebagai bukti candi Borobudur, Prambanan, dan seterusnya, menulis tentang sejarah
pembagian kerajaan, dan Jenggala Kahuripan menjadi Daha, negara bagian Sriwijaya,
Majapahit Negara Nasional, slogan solid bersatu bercerai ambruk, crah agawe Bubrah agawe
senthosa pilar, bersatu seperti sapu sapu, sadhumuk bathuk sanyari bumi, kaya ninny lan
kembar, saling membantu bangunan bangsa Majapahit, pembangunan rumah ibadah,
konstruksi rumah baru, pembukaan lapangan baru menunjukkan sifat persatuan.
4) Unsur demokrasi sudah ada di masyarakat kita, buktinya: membangun Aula Besar dan
Dewan Rakyat Tua di Bali untuk musyawarah, di Minangkabau Nagari bersyarat di Balai
Keberadaan, Balai Desa di Jawa, menulis tentang Dewan Wali, Putri Dayang Merindu , Loro
Jonggrang, Sule State Acts, dan sebagainya, musyawarah di aula laga, dan karenanya,
menggambarkan sifat Indonesia yang demokratis;
5) Dalam hal Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bangsa Indonesia dalam
melaksanakan tugasnya lebih dikenal sosial dan bersikap adil terhadap orang lain, buktinya
adalah adanya bendungan air, tanggul sungai, desa darat, sumur bersama, lumbungdesa. ,
menulis sejarah Kerajaan Kalinga, Sejarah Sang RajaErland, Sunan Kalidjaga, Ratu Adil,
Jake Tarub, panti asuhan Teja, dan sebagainya, kendi air di depan rumah, selamat, dan
sebagainya.

Pancasila adalah kristalisasi nilai aktual budaya yang digali dengan baik dari bangsa
Indonesia. Disebut sebagai kristalisasi nilai yang baik. Prinsip kelima dalam Pancasila adalah
serangkaian unsur yang tidak terputus satu sama lain. Namun, terkadang ada pengaruh dari
luar yang menyebabkan diskontinuitas antara hasil tindakan nyata dengan nilai budaya.

C.Fungsi dan Status Pancasila

Pancasila sebagai negara Negara dasar adalah basis dasar atau pijakan dan mampu
memberikan kekuasaan kepada pembentukan suatu negara. Negara Indonesia juga dibangun
berdasar pondasi atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai negara,
merupakan sumber peraturan hukum yang mengatur Republik Indonesia, yang mencakup
semua unsur pemerintah dan masyarakat daerah. Pancasila dalam posisi seperti ini yang
menjadi dasar administrasi negara dan seluruh kehidupan Republik Indonesia. Pancasila
sebagai negara harus memahami Pancasila sebagai dasar bagi seperangkat
pemerintahan. Konsekuensinya adalah bahwa Pancasila adalah sumber segala sumber
hukum.Hal ini menempatkan Pancasila sebagai negara yang berarti menerapkan nilai-nilai
Pancasila di semua undang-undang yang berlaku.

Karena itu, harus semua undang-undang di Republik Indonesia berdasarkan Pancasila.


Pancasila sebagai negara Republik Indonesia berimplikasi bahwa Pancasila terikat oleh
kekuatan hukum, terikat oleh struktur kekuasaan formal, dan termasuk atmosfer mistisisme
atau cita-cita yang mengendalikan hukum dasar negara. Cita-cita suasana hukum atau mistis
dirangkum dalam Pembukaan empat gagasan utama tahun 1945 yang pada intinya sama
dengan empat Pancasila. Mukadimah empat gagasan utama UUD 1945 selanjutnya
diwujudkan dalam pasal-pasal UUD 1945.Kemudian dari pasal UUD 1945 dijelaskan lagi
dalam banyak undang-undang lainnya, seperti keputusan MPR, undang-undang, peraturan
pemerintah, dan sebagainya.
D. Pancasila Sebagai Ilmu Pengetahuan Pandangan Hidup

Setiap manusia di dunia memiliki pandangan hidup yang pasti. Pandangan hidup
adalah wawasan menyeluruh tentang kehidupan sebuah seri yang terdiri dari nilai-nilai
kebangsaan yang utuh. Prospek hidup berfungsi sebagai panduan untuk menjalin hubungan
dengan sesama manusia, lingkungan dan mengatur hubungan manusia dengan Tuhan.
Worldview sebuah masyarakat yang percaya bahwa hal itu akan berkembang secara dinamis
dan menghasilkan pandangan hidup bangsa. Kristalisasi pandangan bangsa terhadap
kehidupan diyakini sebagai nilai kebenaran dan manfaat suatu bangsa yang mampu
menumbuhkan tekadnya untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Setiap bangsa dalam pedoman yang pasti selalu memiliki cara hidup yang digunakan
sebagai referensi dalam kehidupan sosial.Begitu pula dengan bangsa Indonesia. Bagi
Indonesia, yang diyakini sebagai kebenaran justru sikapnya disebut Pancasila. Nilai-nilai
yang terkandung dalam prinsip-prinsip Pancasila berasal dari budaya Indonesia itu sendiri.
Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti nilai budaya Indonesia, Pancasila dapat disebut
sebagai cita-cita moral bangsa Indonesia.

Cita-cita moral inilah yang kemudian memberikan tuntunan, cengkeraman atau


kekuatan spiritual bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di masyarakat, negara dan bangsa.
Pancasila disamping cita-cita moral bagi bangsa Indonesia dan juga kesepakatan bangsa
bangsawan Indonesia.Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 adalah hasil kesepakatan bangsa bangsa yang pada waktu itu diwakili oleh PPKI.
Oleh karena itu Pancasila adalah kesepakatan dengan seluruh rakyat Indonesia Pancasila
yang seharusnya dihormati dan ditegakkan.

E.Pelaksanaan Pancasila

Berbagai bentuk penyimpangan dari pemikiran dan pelaksanaan Pancasila yang


terjadi karena melanggar prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip ini dapat
dibagi menjadi dua, yaitu prinsip dalam hal intrinsik (dalam) dan prinsip dalam hal ekstrinsik
(luar). Pancasila dalam hal intrinsik harus konsisten, koheren, dan koresponden, sedangkan
dalam hal Pancasila ekstrinsik harus bisa menjadi penyalur dan kepentingan filter horizontal
dan vertikal. Ada beberapa pendapat yang mencoba menjawab jalur apa yang bisa digunakan
untuk menyusun dan menerapkan Pancasila.

Pranarka (1985) menjelaskan bahwa ada dua garis pemikiran formal Pancasila, garis
negara pemikiran politik dan jalur pemikiran akademis. Sedangkan Profesor Notonagoro
(1974) menggambarkan penerapan Pancasila dua jalur, yaitu titik obyektif dan subyektif.
Sejarah perkembangan pemikiran Pancasila menunjukkan kompleksitas dan heterogenitas
penglihatan. Kompleksitas masalah ini meliputi:

1) sumber masalah,
2) masalah interpretasi,
3) masalah pelaksanaan,
4) masalah apakah perubahan tafsir dapat berubah, dan
5) masalah evolusi dan kompleksitas dalam pemikiran tentang berpikir pancasila Isu-isu yang
diperdebatkan dipenuhi dengan minat.
Kompleksitas pemecahan berbagai masalah di atas dapat dicapai dengan dua jalur,
yaitu jalan negara pemikiran politik, dan melacak pemikiran akademik. Garis pemikiran,
yaitu terjemahan Pancasila sebagai ideologi negara bangsa, Negara dan sumber hukum yang
ditetapkan dalam berbagai undang-undang dan kebijakan politik. Penyelenggara diwajibkan
untuk menggambarkan keadaan nilai-nilai Pancasila ke dalam undang-undang dan berbagai
kebijakan dan tindakan.

Tujuan penerjemahan Pancasila dalam konteks ini adalah mengambil keputusan


konkrit dan praktis. Metodologi yang digunakan adalah melihat hukum sebagai metodologi,
seperti yang telah ditetapkan oleh Konstitusi.Soal Pancasila tidak semuanya bisa dipecahkan
melalui politik negara saja, namun memerlukan jalur lain yang membantu memberikan kritik
dan saran untuk pemikiran Pancasila, intinya adalah jalur akademis, yaitu pendekatan ilmiah,
ideologis, teologis, atau filosofis.

Anda mungkin juga menyukai