Anda di halaman 1dari 21

IDE-IDE POLITIK BARAT

PEMIKIRAN POLITIK PADA ZAMAN ROMAWI-KRISTIANI


MAKALAH INI DITUJUKAN UNTUK TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH IDE-IDE
POLITIK BARAT

ANNISA DEWI (0801512081)


RAHMADHONA FEBRIANI (0801513001)
NURUL HIDAYATI (0801513015)
MUHAMMAD REZA M. (0801513031)
HUBUNGAN INTERNASIONAL
FISIP
UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA
JAKARTA
2015
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam makalah ini penulis membahas
tentang pemikiran politik pada zaman Romawi-Kristiani. Makalah ini dibuat untuk tujuan
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ide-ide Politik Barat. Penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat di harapkan guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB 1. PENDAHULUAN
1.A. LATAR BELAKANG.................................................................................................4
1.B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................5
1.C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................................5
1.D. MANFAAT PENULISAN...........................................................................................5
BAB 11. KERANGKA TEORI.......................................................................................................6
BAB III. ISI
III.A. PEMIKIRAN POLITIK PERADABAN ROMAWI.................................................7
III.B. PEMIKIRAN POLITIK PERADABAN JUDEO-KRISTIANI...............................11
BAB IV. KESIMPULAN..............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19

BAB 1
PENDAHULUAN
1.A. LATAR BELAKANG
Barat berhutang budi kepada peradaban Yunani-Romawi, sebagaimana kedua peradaban
terakhir berhutang budi pada peradaban-peradaban kuno Mesopotamia, Mesir, India, Kreta dan
Persia.1 Hampir dalam semua aspek peradaban dan tradisi keilmuannya seperti seni, sains,
filsafat, etika, politik, kedokteran, matematika dan lain-lain. Tradisi keilmuan Yunani-Romawi
telah memberikan kepada barat metode-metode eksperimental dan spekulatif yang perananannya
sangat fundamental dalam pengembangan pengetahuan. Melalui karya-karya Yunani-Romawi,
Barat mengenal Empirisme dan Rasionalisme.2
Sumbangan terbesar peradaban Romawi kepada pemikiran Barat, terutama di bidang
pemikiran sistem hukum dan lembaga-lembaga politik. Pengaruh keduanya, terutama pemikiran
sistem hukumnya, terlihat dalam berbagai kajian dan praktik hukum di berbagai negara Eropa
Barat seperti Perancis, Italia, Swiss, Jerman, Belanda dan Amerika Selatan. Bahkan, secara
langsung atau tidak, negara-negara Commonwealth atau bekas jajahan negara-negara Eropa,
seperti Indonesia yang dijajah Belanda misalnya, mempraktikkan hukum-hukum Romawi.
Belanda menerapkan teori hukum di Indonesia yang berasal dari Kode Civil Napoleon yang
merupakan produk modifikasi hukum-hukum Romawi.
Ada tiga bentuk pemikiran hukum Romawi yang mempengaruhi pemikiran hukum Barat.
Pertama, Ius Civile, hukum sipil dan warga negara Romawi, bukan warga negara lain, Kedua,
Ius Gentium, yaitu hukum yang diberlakukan untuk semua orang, terlepas apa pun
kewarganegaraannya tidak memandang nasionalitas seorang. Hukum ini memperkokoh dan
memberikan legitimasi kepada keberadaan lembaga perbudakaan, partnership dan kontakkontak. Pada hakikatnya, Ius Gentium bersifat suplemen terhadap Ius Civile. Ketiga, ini yang
rerpenting, yaitu Ius Naturale , suatu prinsip filsafat hukum yang menganggap keadilan dan
1 Blum Camerun and Barnes A, History of Western Civilization (New York: Deil
Publishing), 3&11.
2 Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), 4.
4

kebenaran selamanya sesuai dengan tuntutan rasional dan hakikat alam. Dalam filsafat hukum
ini, semua orang memiliki hak-hak dan kedudukan yang sama di mata hukum dan pemerintah
(negara) tidak berhak mengintrvensi hak-hak hukum itu.3
Peradaban Judeo-Kristiani merupakan peradaban kedua yang meletakan dasar-dasar
intelektual dan filosofis yang kokoh bagi pembentukan dan perkembangan peradaban Barat.
Pada masa itu sedikit sulit untuk menentukan kapan prsisnya orang Yahudi memainkan peran
historisnya dalam sejarah pertumbuhan peradaban Barat. Ada sebuah hipotesis bahwa peran itu
dimulai ketika orang-orang Yahudi berdiaspora ke berbagai penjuru Eropa terutama di kawasan
Italia, sekitar Mediterania dan wilayah-wilayah bekas jajahan imperium Romawi dan imperium
Islam. Di kawasan imperium Islam Andalusia Spanyol, peran itu dimulai ketika peradaban ini
melahirkan filosof terkemuka Yahudi, Musa Ibnu Maimun di abad XII-XIII.4 Orang-orang
yahudo juga berperan dalam proses kelahiran peradaban renaisans Eropa ( Abad XIV-XVI).5

1.B. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pemikiran-pemikiran politik yang ada pada zaman Romawi-Kristiani?

1.C. TUJUAN PENULISAN


Tujuan dari penulisan ini adalah untuk membahas tentang tokoh-tokoh sejarah pemikiran
politik pada zaman Romawi hingga Kristiani.

1.D. MANFAAT PENULISAN


3 Burns dan Philiph Lee Ralph, World Civilization from Ancient to Contemporary,
New York : Norton a co., 1964. Hal.243
4 Lady Magnus, Outlines of Jewish History, London : Long green , 1892
5 Max Dimont, Jews, God and History (New York: The New American Library,1962)
hal. 218
5

Manfaat penulisan ini adalah untuk mengetahui sejarah pemikiran-pemikiran politik yang
ada pada zaman Romawi hingga Kristiani.

BAB II
KERANGKA TEORI
Pada perkembangannya, Romawi membuat pemikiran spekulatif yunani menjadi praktis
dan dapat diterapkan serta dapat mensistematisasi berbagai pemikiran politik yunani dalam
pembentukan hukum positifnya, pemisahan politik dengan etika, agama dengan hukum,
pembedaan antara masyarakat dan negara, kedaulatan politik dan personalitas negara sebagai
pembuat hukum.6 Pemikiran yunani mempengaruhi secara lebih dalam lahirnya perkembangan
gerakan intelektual seperti Renaisans yang menjadi awal perkembangan peradaban Eropa.
Dilihat dari segi pemikiran politik romawi dapat menghasilkan pemahaman kepada barat
mengenai teori imperium. Teori Imperium adalah teori mengenai kekuasaan dan otoritas negara
dimana kedaulatan dan kekuasaan dianggap sebagai bentuk pendelegasian kekuatan rakyat
kepada penguasa negara. Pada teori imperium ini dikatakan bahwa kedaulatan sepenuhnya
dimiliki oleh rakyat. Maksudnya, rakyat memiliki hak-hak politik yang sama dan merupakan
esensi tertinggi kedaulatan negara. Penguasa politik sebagai yang mempunyai tanggung jawab
dalam memegang dan menggunakan kedaulatan untuk kebaikan seluruh rakyat. 7 Berdasarkan
teori ini, kekuasaan gereja di abad pertengahan saat itu dikembangkan. Keorganisasian
kekukasaan dan keagamaan gereja katholik diadaptasi dari teori imperium romawi. Contoh
pengadaptasian teori imperium romawi yaitu gelar yang digunakan Paus Supreme Pontiff
(Pontifex Maximus) yang bermakna pemimpin agama warga negara.8
6 Sharma, Western Political Thought (Plato to Hugo Grotius), New Delhi: Sterling
Pulishers Private Limited, 1982, hal. 95.
7 Ibid, hal. 99.
8 Burns, Edward Manshal and Philiph Lee Ralph, World Civilization from Ancient to
Contemporary, New York: Norton a co., 1964, hal.242.
6

Kemudian, kontribusi peradaban Judeo atau Yahudi dalam pemikiran barat, menurut Max
Dimont, seorang pakar sejarah peradaban Yahudi, menjuluki orang-orang Yahudi sebagai orangorang yang melahirkan peristiwa-peristiwa sejarah, menjadi subjek dan objek peristiwa-peristiwa
itu, melalui gagasan-gagasan brilian yang mereka kemukakan. Kenapa dikatakan sebagai orangorang yang melahirkan peristiwa Karena minoritas yahudi telah melahirkan tokoh-tokoh besar
dalam berbagai bidang pengetahuan dan filsafat. Contohnya Hegel dengan ajarannya
Hegelianisme. Hegelianisme merupakan suatu aliran filsafat yang sangat berpengaruh pada
tradisi intelektual Eropa sejak abad ke-19 sampai saat ini. Selain yahudi, pemikiran barat juga
diwariskan dari peradaban kristiani. Pada peradaban Kristiani, agama Kristen ini telah merintis
barat untuk melahirkan kebangkitan nalar. Pelopor kebangkitan nalar Eropa yang melahirkan
abad keemasan tersebut bernama Thomas Aquinas yang merintis suatu aliran filsafat dikenal
sebagai aliran skolastisisme. Aliran skolastisisme ini adalah penafiran kembali dari karya-karya
Aristoteles yang diajarkan di Universitas-universitas Islam di Andalusia. Aliran skolastisisme
adalah ajaran bagaimana manusia mencari kebenaran. Adapun karakteristik dari skolatisisme,
pertama, aliran ini dibangun atas dasar logika bukan sains atau dari pengalaman-pengalaman,
bisa dibilang rasionalistis. Kedua, aliran ini mementingkan pendekatan etika, karena tujuan
manusia menurut skolastik adalah bagaimana manusia bisa hidup lebih baik, bahkan jika sudah
mati. Ketiga, aliran ini memberi perhatian pebuh pada usaha bagaimana bisa menjelaskan makna
sesuatu, apakah sesuatu itu baik, tidak penting bagaimana proses terjadi dan asal muasalnya.9

9 Ibid, hal. 458.


7

BAB III
ISI
A. PEMIKIRAN POLITIK PERADABAN ROMAWI
Peradaban Romawi telah menjadi sumbangan terbesar bagi Barat khususnya di bidang
Hukum dan lembaga-lembaga politik. Ada tiga bentuk pemikiran hukum Barat yang dipengaruhi
oleh pemikiran hukum Romawi yaitu Ius Civile10, Ius Gentium11 dan Ius Naturale12. Dari segi
pemikiran politik Romawi telah memberikan pemahaman kepada Barat tentang teori Imperium,
berupa Equal Rights13, Governmental Contract14, Kekuasaan dan Otoritas Negara.15 Pada saat
runtuhnya kerajaan Yunani yang ditemukan oleh Phillip dan Alexander serta kemenangan
Romawi atas runtuhnya Yunani membuat Romawi melahirkan Pemikir pemikir yang menjadi

10 Hukum perdata yang digunakan pada hukum Romawi, Hukum Perdata


merupakan hukum yang bersifat khusus pada suatu negara tertentu dan menjadi
dasar terbentuknya Ius Gentium dan Ius Naturale.
11 Hukum yang berlaku universal yang bersumber pada akal pikiran manusia.
12 Ius Naturale atau sering disebut Hukum Asasi merupakan hukum yang berlaku
dimana-mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia.
13 Persamaan hak
14 Kontrak Pemerintah
15 https://www.pelicanbooks.com/greek-and-roman-political-ideas (dikases pada 26
Maret 2015 pukul 3.46 pm)
8

andil yang besar pada bidang Hukum dan Politik selain itu munculah school of Hellenistic16
dimana munculah pemikir pemikir yang tidak sebegitu terkenal seperti Plato dan Aristoteles
namun dasar pemikiran mereka menggunakan pemikiran Plato dan Aristoteles. Pada sekolah
Helenistik muncul beberapa pemikir pemikir yang didasari oleh pemikir terkenal sebelumnya.
Pemikir pemikir ini terbagi atas tokoh yang menjadi dasar pikirannya, seperti :
Epikuranisme didirikan oleh Epicurus pada 3 abad SM. Epikuranisme melihat bahwa
dunia diatur oleh sebuah kesempatan tanpa adanya campur tangan dari tuhan. Epikurainisme
merupakan musuh dari Stoikisme hingga kedua filosofi ini meninggal. Pada Ilmu Epikurainisme
lahirlah beberapa pemikir terkenal seperti Epikuros. Epikuros merupakan filsuf yang mendirikan
Mazhab Epikuros. Epikuros lahir pada 341 SM dan meninggal pada tahun 271 SM 17. Inti ajaran
dari Epikuros adalah tentang etika, bahwa kebahagian hidup adalah kenikmatan. Kenikmatan
adalah satu satunya yang baik, serta menjadi awal dan tujuan hidup yang bahagia. Karya
Epikuros adalah On Modes Of Life

selain itu Epikuros memiliki slogan Hiduplah tanpa

menarik perhatian atau dalam bahasa latin Lathe biosas18.


Stoikisme yang ditemukan oleh Zeno dari Citium, yang didasari oleh gagasan etik dari
Cynics, yang mengajarkan tujuan dari hidup adalah selaras dengan alam. Stokisme merupakan
sekolah filosofi yang sukses hingga mati pada 3 setelah masehi. Ada tokoh yang muncul pada
Jaman pemikiran ini yaitu Epictetus (55-135 CE)
Epictetus merupakan tokoh filsuf Stoa19. Beliau lahir pada masa perbudakan di
Hierapolis, Phrygia (sekarang dikenal Pamukkale, Turki). Pemikiran Epictetus melalui mazhab
16 www.philosophypages.com/hy/2w.htm (diakses pada tanggal 27 Maret 2015
pukul 10.39 pm)
17 David N. Sedley. 1999. "Epicureanism". In The Cambridge Dictionary of
Philosophy. Robert Audi, ed. 269-271. London: Cambridge University Press.
18 The Cambridge History of Greek and Roman Political Thought. edited by C. J. Rowe,
Malcolm Schofield

19 Robert Audi., The Cambridge Dictionary of Philosophy, Edinburg: Cambridge


University Press, 1995, Hal. 769
9

Stoa menjadi rujukan para ahli dalam bidang etika, khususnya terkait etika moral, bahwa
manusia sanggup membatasi diri dari godaan nafsu-nafsu duniawi khususnya nafsu dalam
memiliki sesuatu. Epictetus berdasar pada peran etis seseorang terkait dunia sosialnya, yang
terdapat dalam tiga tahap program etika praktis yaitu Tahap pertama, peneilitan akan keinginan
dan keengganan manusia untuk mencari hal-hal yang secara etika baik, dan menghindari hal
yang buruk. Tahap kedua, mencoba tindakan itu dalam hubungan keluarga dan sosial. Apa yang
dipikirkan di tahap pertama diuji dan dipraktikkan di tahap kedua. Tahap yang ketiga adalah
menguji hubungan logis antara keyakinan etika yang diterapkan pada dua tahap pertama tadi,
untuk memastikan konsistensinya, dan dengan pemahaman akan kebenaran20.
Selain di jaman Stoikisme adapula jaman Eclectisisme yang merupkan sebuah system
filosofi yang tidak dipilih dari satu doktrin manapun namun dipercayai doktrin yang layak oleh
filsuf yang ada. Ahli hukum yang terkenal adalah Cicero.
Marcus Tullius Cicero lahir pada 3 Januari 106 SM, dan dibunuh pada 7 Desember 43
SM. Kehidupannya bertepatan dengan kemunduran dan kehancuran Romawi, beliau merupakan
aktor penting pada peristiwa politik penting dalam hidupnya. Cicero adalah seorang filsuf, orator
yang memiliki keterampilan dalam retorika, pengacara, penulis dan negarawan romawi kuno2122.
Cicero merupakan tokoh besar dalam mazhab filsafat Stoa yang populer pada abad 4 SM hingga
abad 2 M, dan Cicero merupakan salah satu tokoh pada periode akhir yang lebih terkenal dengan
sebutan Stoa Romawi. aliran pemikiran Cicero dianggap dekat dengan aliran pemikiran
Platonisme dan Epikureanisme. Cicero dikenal sebagai negarawan yang berusaha menegakkan
prinsip-prinsip Republik dalam perang sipil, kegagalannya menyebabkan perang sipil yang
menghancurkan Republik Romawi. Karya filsafatnya sangat terkenal dan berpengaruh, di
antaranya adalah yang tertuang dalam pidato-pidatonya yang berjumlah 57 tulisan, selain 17
20 Christoper Rowe, Malcolm Schofield, Simon Harrison, and Melissa Lane., Sejarah
Pemikiran Politik Yunani Romawi, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001, Hal. 718-723
21 Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi
Indonesia Jilid 2 (CES-HAM). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 668
22 Christoper Rowe, Malcolm Schofield, Simon Harrison, and Melissa Lane., Sejarah
Pemikiran Politik Yunani Romawi, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001, Hal. 562-608
10

fragmen lain. Kemudian karya-karya filsafat, retorika, dan surat-surat tercatat berjumlah 800
buah dan tersimpan baik hingga saat ini23. Pada sumber lain tercatat bahwa pada Juli 43 SM,
lebih dari 900 tulisan diselamatkan, 835 ditulis oleh Cicero sendiri, 416 dialamatkan kepada
sahabatnya, seoran ksatria bernama Pomponius Atticus, dan 419 kepada 94 orang lain, baik
kerabat maupun kenalannya. Beberapa surat tidak dapat dilacak, salah satunya suratnya kepada
Pompeius yang disebutkan dalam Pro Sulla dan Pro Plancio yang merupakan surat berisi
konspirasi Lucius Sergius Catilina. Selain karya-karya tentang filsafat dan tulisan yang terkait
politik, sebagai penyair, Cicero diketahui menerbitkan puisi-puisi berbahasa Latin, di antaranya
adalah: epos berjudul de Consulatu Suo (Inggris: On His Consulship) dan de Temproribus Suis
(Inggris: On His Life and Times), yang merupakan tulisan yang dipakainya untuk mengkritik
kekunoan tradisi penyembahan masyarakat Romawi pada zamannya24.

B. PEMIKIRAN POLITIK PERADABAN JUDEO-KRISTIANI


Peradaban Judeo-Kristiani merupakan peradaban kedua yang meletakkan dasar-dasar
intelektual dan filosofis yang kokoh bagi pembentukan dan perkembangan peradaban barat.
Mengapa peradaban Yahudi-Kristiani berperan penting dalam merintis lahirnya peradaban Barat
modern? Max Dimont, pakar sejarah peradaban Yahudi mencoba memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan itu. Dalam tulisannya, Jews, God and History dan The Indestructible
Jews. Dimont menjuluki orang-orang Yahudi sebagai the historic people yaitu orang-orang yang
melahirkan peristiwa-peristiwa sejarah, menjadi subjek dan bukan objek peristiwa-peristiwa itu,
melalui gagasan-gagasan brilian yang mereka kemukakan.25

23 www.history.com/topics/ancient-history/marcus-tullius-cicero (diakses pada 27


Maret 2015 pukul 12.30 am)
24 www.iep.utm.edu/cicero (diakses pada 27 Maret 2015 pukul 1.30 am)
25 Ahmad Suhelmi, Op.Cit, hal. 8.
11

Sedikit sulit menentukan kapan persisnya orang Yahudi memainkan peran historisnya
dalam sejarah pertumbuhan peradaban Barat. Ada hipotesis bahwa peran itu dimulai ketika
orang-orang Yahudi berdiaspora ke berbagai penjuru Eropa terutama di kawasan Italia, sekitar
Mediterania dan wilayah-wilayah bekas jajahan imperium Romawi dan imperium Islam. Di
kawasan imperium Islam Andalusia Spanyol, peran itu dimulai ketikan peradaban ini melahirkan
filosof terkemuka Yahudi, Musa Ibnu Maimun atau Maimonides di abad XII-XIII.26
Di abad XVII terjadi kontak intelektual antara pemuda-pemuda terpelajar Yahudi dengan
peradaban Yunani-Romawi dan Islam. Orang orang Yahudi ini menenggelamkan diri dan
bergulat dalam tradisi pemikiran peradaban-peradaban itu dan mengambil manfaat besar dari
kontak intelektual itu. Mereka pun berhasil melahirkan gagasan-gagasan cemerlang dari
pergulatan intelektual itu.27 Di abad XIX dan XX minoritas Yahudi telah melahirkan tokoh-tokoh
besar di berbagai bidang pengetahuan dan filsafat seperti Hegel, Marx, Sigmund Freud,
Nietzsche, Bertrand Russell, Schopenhauer, John Stuart Mill, Charles Darwin, Herbert Spencer,
Henry Bergson, Albert Einstein dan lain-lain. Dalam dunia intelektual barat mereka adalah
pelopor utama pendiri aliran-aliran pemikiran seperti Marxisme, Liberalisme, Kapitalisme,
Komunisme, Darwinisme dan Evolusionisme Sosial.28
Hegel adalah pemikir Yahudi yang ajarannya, Hegelianisme, merupakan suatu aliran
filsafat yang sangat berpengaruh pada tradisi intelektual Eropa sejak abad XIX hingga dewasa
ini. Negara dalam pemikiran Hegel merupakan penjelmaan Roh Absolut (Great Spirit atau
Absolute Idea). Karena itu negara bersifat absolut yang dimensi kekuasaannya melampaui hakhak transendental individu. Gagasan Hegel tentang kekuasaan negara yaitu bahwa pemegang
kekuasaan entah itu raja, presiden atau apapun namanya adalah akal impersonal dan perwujudan
kemauan kolektif yang menjelma menjadi manusia. Pemimpin negara bisa saja mendengarkan
suara wakil-wakil rakyat tetapi itu tidak mengikat karena kekuasaan kepala negara mutlak. 29
Menurut Hegel negara adalah tujuan kekuasaan bukanlah alat untuk kekuasaan. Maka dari itu
26 Lady Magnus, Outlines of Jewish History (London: Longman Green and Co.) 1892
27 Ahmad Suhelmi, op.cit, hal. 10.
28 Ibid.
12

Hegel berpendapat bahwa bukan negara yang harus mengabdi kepada masyarakat melainkan
masyarakatnya yang harus mengabdi kepada negara.30
Hegel mempunyai interperetasi sendiri tentang kebebasan, konsep paling sentral dalam
diskursus demokrasi itu. Ia beragumentasi bahwa karena manusia itu makhluk rasional dan
memiliki kesadaran diri, maka ia akan sangat mengkultuskan kebebasan tetapi disisi lain 31,
nampaknya Hegel menyangsikan kemampuan manusia untuk mengekang dan menguasai hawa
nafsunya andaikata kebebasan sejati diberikan sepenuhnya kepada manusia. Mirip dengan
pemikiran Machiavelli dan Thomas Hobbes yang menganggap manusia memiliki watak
kebinatangan, seperti terefleksi pada kata-kata Hobbes manusia menjadi serigala bagi manusia
lainnya, Hegel berpendapat bahwa karena wataknya yang mementingkan dirinya sendiri,
kebebasan manusia harus dibatasi. Dengan kata lain, andaikata pun manusia diberikan
kebebasan, kebebasan itu tetap harus berada di bawah kontrol kekuasaan. Ini dimaksudkan agar
kebebasan tidak menjadi kekuatan yang berhadapan dengan negara.32
Selain Hegel adalah Marx. Marx juga telah memberikan kontribusi penting bagi
perkembangan pemikiran Barat. Ajarannya, Marxisme, ternyata juga memberikan inspirasi
kepada lahirnya pemikiran Komunisme. Pemikir pertama untuk prespektif strukturalis ini Karl
Marx. Karl Marx lahir pada tahun 1818 di Trier, Jerman. Menurut Marx, pengetahuan dan
teknologi yang semakin canggih akan turut serta dalam menentukan sistem politik ekonomi di
suatu negara bahkan dunia. Marx mengkritik pemikiran kapitalisme karena kapitalisme lebih
banyak menguntungkan para pemilik modal dan sangat merugikan kaum buruh yang banyak di
eksploitasi. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan kelas yang sangat jauh antara para pemilik

29 A. Pelcynski, Hegels Philosophy, Problems and Perspectives, Cambridge


University Press, 1971.
30 Ahmad Suhelmi, op.cit, hal. 259.
31 Plamenatz, Man and Society, Vol 1, (London: Longmans Green and Co, 1963) hal.
216.
32 Ahmad Suhelmi, op.cit, hal. 260.
13

modal dan buruh. Seperti halnya sistem kasta, para buruh akan tetap menjadi buruh dan pemilik
modal akan terus mendapatkan untung besar.
Marx mengidentifikasikan tiga hukum yang akan, dalam beberapa aspek, menghancurkan
kapitalisme.33 Yang pertama adalah hukum untuk menurunkan tingkat laba. Maksudnya disini
adalah, semakin berkembangnya teknologi di dunia banyak dari perusahaan-perusahaan yang
mulai mengganti para pekerja buruh dengan mesin-mesin yang bisa bekerja layaknya para buruh.
Sehingga, para pemilik modal akan lebih untung karena mereka tidak perlu membayar upah
untuk para buruh tersebut. Menurut Marx, hal yang seperti ini harus dikurangi atau mungkin
dihilangkan. Yang kedua adalah hukum atas disproporsionalitas. Maksudnya disini adalah, dalam
sistem kapitalis, upah para buruh yang bekerja disuatu pabrik produksi barang bahkan tidak bisa
untuk membeli produk yang dia buat. Ada kesenjangan yang begitu besar antara upah dan harga
produk yang dia hasilkan. Padahal perharinya tidak mustahil mereka menghasilkan beribu-ribu
barang. Namun, karena upah mereka yang sangat kecil, bahkan untuk membeli barang yang
mereka produksi saja mereka tidak mampu. Hal ini dikarenakan banyak dari para buruh adalah
orang-orang yang tidak berkecukupan secara ekonomi yang pindah dari pedesaan menuju kota
besar untuk mencari kerja. Ini menjadi kesempatan untuk para pemilik modal untuk membayar
mereka dengan upah yang sangat minim. Yang ketiga adalah hukum konsentrasi atau akumulasi
modal. Kapitalis cenderung untuk meningkatkan ketidaksamaan distribusi atas pendapatan dan
modal. Seperti kaum borjuis yang menindas kaum proletariat, kaum kapitalis yang lemah akan
tertelan dengan kaum kapitalis yang lebih kuat, lebih besar sehingga modal dan kepemilikan atas
sistem kapitalis itu sendiri akan lebih cenderung kepada makin sedikit orang. Hal ini menurut
Marx akan menimbulkan kehancuran kepada sistem itu sendiri.
Selain kepada warisan Yahudi, peradaban dan tradisi pemikiran Barat juga berhutang budi
kepada warisan peradaban Kristiani. Salah satu fase penting dalam proses pembentukan
peradaban Barat adalah abad pertengahan. Banyak sejarawan menilai abad ini sebagai fase
sejarah Eropa yang kelam, dipenuhi pertumpahan darah karena perang antar-agama, abad antiintelektualisme dan maraknya takhayul dan irosionalisme. Meskipun demikian, patut dicatat
bahwa di abad ini Eropa juga telah merintis jalan bagi terbentuknya suatu peradaban. Yaitu
33 David N. Balaam, Introduction to International Political Economy (6th Edition),
(Pearson Education, Limited, 2014).
14

ketika mulai dibangunnya universitas-universitas, Katedral Gothic, kota-kota baru, parlemenparlemen dan diberlakukannya common law, serta tumbuhnya negara-negara bangsa (nation
state). Peristiwa historis penting ini tak lepas dari peranan para pemuka agama Kristen.34
Organisasi gereja yang telah berkembang sejak agama Kristen diakui sebagai agama
negara di kekaisaran imperium Romawi, juga mempunyai peran penting dalam sejarah
peradaban Eropa. Organisasi gereja telah berhasil menstrukturisasi masyarakat Eropa menurut
pola struktur organisasi gereja berikut semua lembaga-lembaga terkaitnya. Maka, tidak
mengherankan bila masyarakat Barat sering diidentikkan sebagai masyarakat Kristiani selama
berabad-abad. Gereja juga berperan penting ketika imperium Romawi Barat sedang mengalami
proses kehancurannya. Gereja mengambil alih banyak fungsi penting imperium dan membantu
mengendalikan berbagai kekacauan sosial akibat kehancuran imperium Romawi. Peran historis
gereja menghindari Eropa dari kehancuran total sebagai sebuah peradaban manusia. 35
Sumbangan penting Kristen lainnya adalah karena agama ini telah merintis Barat untuk
melahirkan kebangkitan nalar pada abad XII dan XII. Abad-abad itu merupakan abad keemasan
ilmu pengetahuan dan spiritualitas. Di sinilah pentingnya peran Thomas Aquinas sebagai peolpor
kebangkitan nalar Eropa yang melahirkan abad keemasan itu. Aquinas merintis suatu aliran
filsafat yang dikenal sebagai aliran Skolastisisme. Aliran yang kemudian mendominasi abad
pertengahan ini merupakan produk reinterpretasi atas karya-karya Aristoteles yang diketemukan
dan diajarkan di universitas-universitas Islam Andalusia, Spanyol. Aquinas kemudian
mengawinkan filsafat pemikir Yunani itu dengan doktrin-doktrin Kristiani. 36 Menurut Aquinas,
inti Skolastisisme adalah ajaran tentang bagaimana mencari kebenaran. Katanya, ada dua cara
untuk mengetahui kebenaran. Pertama, melalui pewahyuan. Wahyu, menyajikan manusia
berbagau misteri yang dipercayainya berdasarkan keimanan semata; teks-teks kitab suci, ajaranajaran gereja merupakan jalan-jalan menuju pengetahuan akan kebenaran melalui wahyu ini.
Kedua, melalui akal. Yang di maksud melalui akal adalah melalui pergulatan filsafat yang terus34 Ahmad Suhelmi, op.cit, hal. 13.
35 Ibid.
36 Blum Camerun and Barnes A., Op.Cit, hal. 26.
15

menerus. Manusia dituntut terus-menerus mempertanyakan secara kritis berbagai persoalan yang
menyangkut kebenaran. Mempertanyakan secara mendasar, metodologis, rasional. Menurut
Aquinas kedua cara itu tidak bertentangan satu dengan lainnya. Sebab, keduanya berasan dari
sumber kebenaran yang sama yaitu Tuhan. Metodologi melalui wahyu dan akal inilah yang
menjadikan Skolastisisme mencapai puncak kejayaannya di dunia pemikiran Barat di abad
pertengahan.37
Dijelaskan Aquinas dalam De Regimine Principum bahwa negara karena merupakan
bagian integral alam semesta, memiliki sifat dan karakter dasar yang mirip dengan mekanisme
kerja alam semesta pula. Negara merupakan suatu sistem tujuan yang memiliki tatanan hirearkis
dimana yang berada di atas dan lebih tinggi memerintah, menata, membimbing dan mengatur
yang berada di bawah atau lebih rendah. Disisi lain Aquinas mengikuti Plato dan Aristoteles,
melihat negara sebagai suatu sistem tukar-menukar pelayanan demi mencapai kebahagiaan dan
kebaikan bersama.38 Petani bekerja di sawah menghasilkan padi untuk orang-orang kota,
sedangkan kota menciptakan industri jasa untuk orang desa, pendeta berdoa dan melakukan
kebaktian demi keselamatan bersama.39
Aquinas mengklasifikasikan negara menjadi; pertama, negara yang diperintah satu orang
dan bertujuan mencapai kebaikan bersama dinamakan monarki, tetapi bila tujuannya hanya
mencapai kebaikan pribadi, penguasanya bengis dan tidak adil maka negara tersebut dinamakan
tirani. Kedua, negara yang diperintah beberapa orang mulia dan memiliki tujuan kebaikan
bersama dinamakan aristokrasi, bila tidak demikian negara itu dinamakan oligarki. Dalam
oligarki penguasa negara itu menindas rakyatnya melalui represi ekonomi. Penguasa oligarki
adalah orang-orang yang memiliki harta kekayaan melimpah. Ketiga, negara yang bertujuan
mencapai kebaikan bersama, dijadikannya kebebasan sebagai dasar persamaan politik, kuatnya
kontrol kaum jelata terhadap penguasa dan negara bersngkutan diperintah banyak orang
dinamakan timokrasi atau politea. Adapun negara yang kebebasan dan tujuannya tidak demi
37 Ibid.
38 George Sabine, History of Political Theory (New York: Henry Holt and Company,
1954) hal. 249.
39 Ahmad Suhelmi, op.cit, hal. 102.
16

kebaikan bersama serta diperintah banyak orang dinamakan demokrasi. Demokrasi adalah lawan
dari politea.40 Demokrasi, dengan demikian dalam pandangan Aquinas bukan negara ideal, persis
seperti Aristoteles memandang demokrasi sebagai bentuk negara terburuk. Menurut Aquinas
bentuk negara paling Ideal adalah monarki.
Puncak sumbangan agama Kristen kepada Barat adalah peranan agama ini dalam
melahirkan gerakan reformasi Protestan. Dasar pemikiran reformasi Protestan adalah ajaran
tentang etika kerja atau etos Kapitalisme yang dirumuskan oleh Johanes Calvin. Max Weber
dalam karya monumentalnya, The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, menjelaskan
mengapa etika Protestan yang dirumuskan Calvin demikian penting bagi perkembangan
kemajuan peradaban Eropa. Menurut Weber, Calvinisme mengajarkan bahwa kerja merupakan
Panggilan Tuhan. Demikian juga sifat menghargai waktu, rasional dalam berpikir dan bertindak,
berorientasi ke masa depan, hemat dalam kegiatan ekonomi sehari-hari adalah etika yang
sepenuhnya sesuai dengan tuntutan doktrin-doktrin Kristiani. Jadi, menurut Weber terdapat
pertautan khusus antara etika Kristiani dengan semangat Kapitalisme.41
Doktrin reformasi Protestan ini berdampak luas pada perilaku ekonomi orang-orang
Kristen di Barat. Mereka menjadi pekerja dan pengusaha yang tekun bekerja, mengumpulkan
harta dan hidup hemat tanpa merasa apa yang dilakukannya sebagai suatu kekeliruan. Dengan
kata lain, etika Protestan telah dijadikan dasar doktrin bagi perkembangan kapitalisme Eropa.
Karena adanya perkembangan kapitalisme itu, Eropa kemudian memiliki infrastruktur sosial
ekonomi yang kokoh bagi terbentuknya proses peradaban yang intens, perkembangan dunia
pendidikan dan pemikiran yang relatif pesat.42

40 Ibid.
41 Max Weber, The protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, (London: Unwin
University Book, 1967).
42 Ahmad Suhelmi, op.cit, hal. 16.
17

BAB IV
KESIMPULAN

Peradaban Romawi telah menjadi sumbangan terbesar bagi Barat khususnya di bidang
Hukum dan lembaga-lembaga politik. Ada tiga bentuk pemikiran hukum Barat yang dipengaruhi
oleh pemikiran hukum Romawi yaitu Ius Civile , Ius Gentium dan Ius Naturale . Dari segi
pemikiran politik Romawi telah memberikan pemahaman kepada Barat tentang teori Imperium,
berupa Equal Rights , Governmental Contract , Kekuasaan dan Otoritas Negara.
Peradaban Judeo-Kristiani merupakan peradaban kedua yang meletakkan dasar-dasar
intelektual dan filosofis yang kokoh bagi pembentukan dan perkembangan peradaban barat.
Mengapa peradaban Yahudi-Kristiani berperan penting dalam merintis lahirnya peradaban Barat
modern? Max Dimont, pakar sejarah peradaban Yahudi mencoba memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan itu. Dalam tulisannya, Jews, God and History dan The Indestructible
Jews. Dimont menjuluki orang-orang Yahudi sebagai the historic people yaitu orang-orang yang
melahirkan peristiwa-peristiwa sejarah, menjadi subjek dan bukan objek peristiwa-peristiwa itu,
melalui gagasan-gagasan brilian yang mereka kemukakan.
Sedikit sulit menentukan kapan persisnya orang Yahudi memainkan peran historisnya
dalam sejarah pertumbuhan peradaban Barat. Ada hipotesis bahwa peran itu dimulai ketika
orang-orang Yahudi berdiaspora ke berbagai penjuru Eropa terutama di kawasan Italia, sekitar
Mediterania dan wilayah-wilayah bekas jajahan imperium Romawi dan imperium Islam. Di
kawasan imperium Islam Andalusia Spanyol, peran itu dimulai ketikan peradaban ini melahirkan
filosof terkemuka Yahudi, Musa Ibnu Maimun atau Maimonides di abad XII-XIII.

18

Di abad XVII terjadi kontak intelektual antara pemuda-pemuda terpelajar Yahudi dengan
peradaban Yunani-Romawi dan Islam. Orang orang Yahudi ini menenggelamkan diri dan
bergulat dalam tradisi pemikiran peradaban-peradaban itu dan mengambil manfaat besar dari
kontak intelektual itu. Mereka pun berhasil melahirkan gagasan-gagasan cemerlang dari
pergulatan intelektual itu. Di abad XIX dan XX minoritas Yahudi telah melahirkan tokoh-tokoh
besar di berbagai bidang pengetahuan dan filsafat seperti Hegel, Marx, Sigmund Freud,
Nietzsche, Bertrand Russell, Schopenhauer, John Stuart Mill, Charles Darwin, Herbert Spencer,
Henry Bergson, Albert Einstein dan lain-lain. Dalam dunia intelektual barat mereka adalah
pelopor utama pendiri aliran-aliran pemikiran seperti Marxisme, Liberalisme, Kapitalisme,
Komunisme, Darwinisme dan Evolusionisme Sosial.

19

DAFTAR PUSTAKA
Books
The Cambridge History of Greek and Roman Political Thought. edited by C. J. Rowe,
Malcolm Schofield
Audi, Robert. The Cambridge Dictionary of Philosophy. Edinburg: Cambridge
University Press. 1995.
Burns dan Philiph Lee Ralph. World Civilization from Ancient to Contemporary. New
York : Norton a co. 1964.
Camerun, Blum and Barnes A. History of Western Civilization. New York: Deil
Publishing.
Dimont, Max. Jews, God and History. New York: The New American Library. 1962.
Magnus, Lady. Outlines of Jewish History. London: Long Green. 1892.
Pelcynski, A. Hegels Philosophy, Problems and Perspectives. Cambridge University
Press. 1971.
Plamenatz. Man and Society. Vol. 1. London: Longmans Green and Co. 1963.
Rowe, Christoper, Malcolm Schofield, Simon Harrison, and Melissa Lane. Sejarah
Pemikiran Politik Yunani Romawi. Jakarta: PT. Grafindo Persada. 2001.
Sabine, George. History of Political Theory. New York: Henry Holt and Company.
1954.

20

Sedley, David N. "Epicureanism". In The Cambridge Dictionary of Philosophy. Robert


Audi, ed. 269-271. London: Cambridge University Press. 1999.
Shadily, Hassan & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia
Jilid 2 (CES-HAM). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve.
Sharma. Western Political Thought (Plato to Hugo Grotius). New Delhi: Sterling
Pulishers Private Limited. 1982.
Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Weber, Max. The protestant Ethic and The Spirit of Capitalism. London: Unwin
University Book. 1967.
Website
https://www.pelicanbooks.com/greek-and-roman-political-ideas (dikases pada 26 Maret
2015 pukul 3.46 pm)
www.history.com/topics/ancient-history/marcus-tullius-cicero (diakses pada 27 Maret
2015 pukul 12.30 am)
www.iep.utm.edu/cicero (diakses pada 27 Maret 2015 pukul 1.30 am)
www.philosophypages.com/hy/2w.htm (diakses pada tanggal 27 Maret 2015 pukul
10.39 pm)

21

Anda mungkin juga menyukai