Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Pemikiran Politik Barat Pada Masa Romawi Kuno

Disusun oleh:

Rusdiansyah/0801514037
Sheila Sabilla Busono/0801514039
Sonia Sefarezie/0801514041
Nurlaela Firdaus/08015140

FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA

Jl. Sisingamangaraja Kebayoran Baru Komp. Masjid Agung Al Azhar TLP 72792753
Jakarta Selatan

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Usaha untuk membahas dasar-dasar pemikiran politik Barat, merupakan hal yang jarang
dilakukan. Di tanah air, terdapat kecenderungan untuk ‘melupakan’ kanon-kanon teori politik
klasik, apalagi membahas konteks sejarah dari pemikiran tersebut. Cap ‘kuno’ atau ‘tidak
relevan’ sering menjadi alasan mengapa tidak banyak dari kita – pengkaji ilmu sosial dan
filsafat, serta aktivis gerakan sosial – mau menekuni kajian pemikiran politik klasik Barat secara
serius.
Namun, kita sebagai penstudi sebuah disiplin ilmu sosial maupun politik menjadi hal
yang penting bagi kita untuk mengkaji lebih terkait pemikiran politik barat itu sendiri. Banyak
kontribusi yang telah dilakukan oleh pemikiran-pemikiran barat terhadap system dunia sekarang.
Dan hal tersebut tak lepas dari sumbangsih peradaban-peradaban yang besar.
Adapun salah satu dari peradaban yang tak bisa dilupakan begitu saja adalah peradaban
Romawi kuno. Yang mana pada kali ini kami akan membahas mengenai perkembangan
peradaban tersebut serta bagaimana sumbangsih yang telah dilakukan terhadap dunia barat
sekarang.
Karena perlu diketahui pula bahwa sebuah peradaban yang ada di Yunani klasik dan
Romawi tersebut telah menghantarkan kemajuan yang pesat terhadap dunia barat sekarang. Tak
bisa dipungkiri dari berbagai bidang di barat selalu mendapat tempat bagi masyarakat dunia saat
ini.
Maka dari sangatlah penting bagi kita untuk mempelajari serta memahami lebih jauh
terkait perkembangan peradaban serta pemikiran politik barat yang klasik. Bahwa hal tersebut
bisa kita lihat sebagai relevansi yang hampir persis pada dulunya.
2. Rumusan Masalah

Adapun, berdasarkan pada pembahasan kecil mengenai urgensinya kita belajar lebih jauh
mengenai pemikiran politik pada masa romawi kuno. Maka dapat dituangkan sebuah rumusan
masalahnya yaitu :

1. Bagaimana perkembangan pemikiran politik pada masa romawi kuno, serta apa
sumbangsih yang diberikan terhadap pemikiran politik saat ini ?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Asal Usul Peradaban Romawi Kuno

Peradaban Yunani-Romawi berhutang budi pada peradaban kuno mesopotamia, Mesir, India,
Kreta dan persia. Sejarah peradaban di Romawi Kuno tidak terlepas dari pengaruh Yunani Kuno.
Peradaban Romawi seringkali dikelompokan sebagai “klasik antik” bersama dengan Yunani
kuno, sebuah peradaban yang menginspirasikan banyak budaya Romawi Kuno . Peradaban
Romawi seringkali dikelompokan sebagai “klasik antik” bersama dengan Yunani kuno, sebuah
peradaban yang menginspirasikan banyak budaya Romawi Kuno. Romawi Kuno
menyumbangkan banyak kepada pengembangan hukum, perang, seni, literatur, arsitektur, dan
bahasa dalam dunia Barat, dan sejarahnya terus memiliki pengaruh besar dalam dunia sekarang
ini.Untuk emas tidak lain adalah Yunani dan untuk kebijaksanaan yang tidak lain adalah Romawi
(PoeToHelen).
Romawi Kuno adalah sebuah peradaban yang tumbuh dari negara-kota Roma didirikan di
Semenanjung Italia. Romawi memulai sejarahnya di puncak dan lembah tujuh bukit di samping
sungai Tiber. Kota ini didirikan oleh Romulus, seorang keturunan Aeneas pada tahun 753 SM.
Dari negara-kota yang terajut sangat dekat dan padat, Romawi meluas menjadi satu-satunya
negara yang mencakup seluruh wilayah mediterania. Sejak pendiriannya hingga tahun 509 SM,
Romawi diperintah oleh banyak Raja; tahun 509 hinga 27 SM ia menjadi negara Republik, dan
sejak 27 SM hingga masa kejatuhannya negara itu diperintah oleh banyak kaisar.
Peradaban Romawi dikembangkan Suku Latia yang menetap di lembah Sungai Tiber. Suku Latia
menamakan tempat tinggal mereka ‘Latium’. Latium merupakan kawasan lembah pegunungan
yang tanahnya baik untuk pertanian. Penduduk Latium kemudian disebut bangsa Latin. Pada
mulanya, di daerah Latium inilah bangsa Latin hidup dan berkembang serta menghasilkan
peradaban yang tinggi nilainya. Menurut cerita lainnya, Roma didirikan dua bersaudara
keturunan Aenas dari Yunani, Remus dan Romulus. Remus dan Romulus. Remus dan Romulus
ini anak Rhea silva, turunan Aenas –seorang pahlawan Troya yang dapat melarikan diri waktu
Troya dikalahkan dan dibakar oleh bangsa Jujani. .
Sebelum itu, sekira tahun 492, Daerah Latium sebagai tempat berdirinya kota Roma
dikuasai oleh kerajaan Etruskia, yang terletak disebelah utaranya sampai pada tahun 500 SM.
Pada tahun 500 SM bangsa Latium memberontak terhadap kerajaan Etruskia dan berhasil
memerdekaan diri serta mendirikan negara sendiri yang berbentuk republik. Maka sejak itu,
Roma menjadi republik dan kepala negaranya disebut konsul yang dipilih setiap tahun sekali.
Konsul selain menjadi penguasa negara juga ketua senat dan panglima besar. Kebudayaan
Romawi mendapat unsur-unsur pokok dari kebudayaan Etrusia dan Yunani. Hal ini berarti
kebudayaan Romawi merupakan hasil perpaduan dari kebudayaan yunani dan Etrusia, tanapa ada
unsur-unsur dari kebudayaan romawi sendiri. .
Bangsa Romawi yang semula petani, setelah mengalahkan penguasa Etruskia kemudian
menjadi bangsa penguasa besar dengan manaklukan wilayah yang luasa sampai ke Laut Tengah.
Bangsa yang semula petani ini kemudian menjadi masyarakat kapitalis dan materialis. Selain
sebagai bangsa yang suka dengan perang bangsa Romawi juga mengumpulkan kekayaan sebagai
modal usaha. Mereka membali ladang-ladang dan kemudian penggarapannya dilakukan oleh
para budak yang didatangkan dari daerah-daerah jajahan. .
Penguasa Gayus Julius Caesar meluaskan wilayahnya sampai ke Jerman, Belgia, Belanda
dan bahkan sampai menyebrangi selat Calis ke Inggris. Selain sebagai penguasa mutlak Julius
Caesar juga mengembangkan kalender baru yang disebut kalender Julian. Kelender ini terus
dipakai sampai kemudian diperbaharui oleh Gregorius yang kemudian dikenal dengan dengan
kalender Gregorius. Julius Caesar dibunuh oleh Brutus dan Casinus yang menginginkan suatu
pemerintahan berbentuk Republik. Akan tetapi, cita-cita kedua orang itu tidak berhasil dan tetap
mempertahankan sistem pemerintahan diktator. Anak angkat Julius Caesar bernama Oktvaianus
kemudian dapat menguasai Romawi kembali dan berkuasa secara diktator.
Dalam kekuasaannya, Oktavianus banyak dikelilingi orang-orang pandai sehingga ia dapat
berkuasa cukup lama. Oleh senat Oktavianus diberi gelar “Augustus” yang artinya “Yang Maha
Mulia”. Dengan stabilitas pemerintahan pada masa Kaisar Octavianus maka mulailah bidang
kebudayaan mendapat perhatian. Pada masa Octavianus, orang-orang Romawi melihat sesuatu
dari sudut kegunaannya. Pandangan hidup bangsa Romawi ini memberikan warna pada
kehidupan agama. Tepatlah apa yang diungkapkan oleh Cicero, bahwa agama bagi mereka bukan
untuk mendidik manusia kepada kebajikan, melainkan manusia sehat dan kaya. Dengan
pandangan hidup yang praktis ini menjadi ciri utama orang-orang Romawi.
Sepanjang lebih sepuluh abad keberadaannya, Romawi mengalami perang dan damai,
kemenangan dan kekalahan, harmoni internal dan perang sipil, kemewahan dan kemiskinan,
pemerintahan yang baik dan tatanan politik yang hina, kemajuan dan kemunduran. Kekayaan
yang hilang dan sejarh ini banyak yang beragam. .
Pada masa ini, bangsa Romawi Kuno mengenal tiga jenis Hukum, yaitu Ius Ceville dan
Ius Gentium dan Ius Naturale. Pertama, Ius Cvile , hukum sipil yang secara khusus diberlakukan
unttuk kalangan sipil dan warga negara Romawi, bukan warga negara lain. Kedua Ius Gentium
adalah hukum yag diberlakukan untuk semua orang, terlepas apapun kewarganegaraanya, tidak
memandang nasionalitas seseorang. Ketiga adalah Ius Naturale, suatu prinsip filsafat hukum
yang menggangap keadilan dan kebenaran selamanya sesuai dengan tuntutan rasional dan
hakikat alam . Hanya saja, pada zaman ini tidak mengalami perkembangan pesat, karena pada
saat itu masyarakat dunia merupakan satu Imperium, yaitu Imperium Roma yang mengakibatkan
tidak adanya tempat bagi Hukum Bangsa-Bangsa. Hukum Romawi tidak menyumbangkan
banyak asas. Asas yang kemudian diterima hanyalah asas Pacta Sun Servanda (setiap janji harus
ditepati).
Republik berlalu dengan waktu yang cukup lama. Pemikiran politik Republik dan
kekaisaran tersebut berasal terutama dari : filsafat Stoic sebagaimana dipresentasikan oleh
Cicero, Seneca, Epictetus. Namun, Romawi tidak terkenal karena teorinya maka adalah karena
hukumnya dan meskipun kurang luas, karena adminstarsinya. Dua inilah Romawi meninggalkan
warisan kepada barat. Mesti demokratis namun dalam prakteknya tidak pernah terwujud seperti
teorinya. Tidak adanya sistem reprsenrasi. Diperlukan kehadiran seseorang untuk memilih dan
menjadikan opini didengarkan. memilih konsul dan hakim dan bekerja atas dasar program yang
dikerjakan oleh eksekutif. Berakhirnya era republik , ketika kewarganegaaraan diperluas hingga
ke provinsi. Karena heegmoni Romawi meluas muncullah admnistrasi yang efektif.wilayah baru
dibagi atas beberapa provinsi yang dipimpin oleh pejabat Romawi. Meskipun mendorong
meluasnya peradaban Romawi, mereka tidak memperkuat penyeragaman kebudayaan dan
kelembagaan di kalangan rakyat. .
Dengan perubahan konstitusional yang dipengaruhi oleh Julius dan Augustus Cesar,
kekuatan politik berpindah ketangan satu orang. Romawi kehilangan karakter republiknya dan
menjadi sebuah kerajaan, pada awalnya secara kenyataan dan kemudian secara bentuk. Dewan
rakyat bergeser kepada peran yang tidak signifikan, dan sementara senat memperolh kembali
posisi pentingya, ia akhirnya sepenuhnya berada di bwah dominasi kekaisaran.
Dari segi pemikiran politik Romawi memberikan pemehaman kepada barat tentang teori
imperium. Teori imperium adalah teori tentang kekuasaan dan otoritas neagra dimaman
kedaulatan dan kekuasaan dianggap sebgaia pendelagasian kekuatan rakyat kepada penguasa
negara. Berdasarkan teori imperium ini, kekuatan gereja abad pertengahan
dkembangkan.organisasi kekuasaan dan keagamanaan gereja Khatolik diadaptasukan dari
konsep imperium Romawi. Pengadopsian warisan Romawi itu nampak pada gelar yang
digunakan Paus ; supreme Pontiff (Pontifex Maximus) ; kaisar sebagai pemimpin agama warga
negara.

2. Biografi Marcus Tullius Cicero

Marcus Tullius Cicero (106 SM –43 SM) adalah teoritis politik terkemuka pada periode
Romawi. Tidak memiliki orisoanlitas sperti pada pendahulunya di Yunani, dia memiliki
pengaruh yang kuat dalam pemikiran politik barat. Kebagi pentransimisian konsep- konsep
Yunani dan Romawi bagi Eropa abad pertengahan. banyakan ide dan karya Cicero adalah
terpengaruh dari pemikiran Plato dan Aristoteles. Cicero menjadi perantara utama bagi
pentransmisian konsep- konsep Yunani dan Romawi bagi Ropa abad pertengahan.
Cicero lahir pada 106 SM di Arpinum, sebuah kota bukit 100 kilometer (62 mil) selatan
Roma, Italia. Ayahnya adalah baik-untuk-melakukan anggota order berkuda dengan koneksi
yang baik di Roma, meskipun sebagai semi-sah, dia tidak bisa masuk kehidupan publik. Ia
mengganti rugi ini dengan mempelajari secara ekstensif. Meskipun sedikit yang diketahui
tentang ibu Cicero, Helvia, hal itu biasa bagi para istri warga negara Romawi penting yang harus
bertanggung jawab atas pengelolaan rumah tangga.
Sejak kecil sudah dididik, diarahkan pada hal-hal yang bersifat klasik dan suatu ketika
siap berkarier dalam bidang hukum. Karena minatnya pada sastra yang sangat tinggi, ia rela
meninggalkan kota kelahirannya menuju Athena, dan Rhodes. Di kota inilah ia mendalami
filsafat dan retorika, termasuk ajaran para stoisisme. Setelah kembali ke Roma, ia menikah dan
berkarier dalam bidang politik praktis. Karier politiknya pun cepat menanjak. Ia sempat menjabat
sebagai anggota senat.
Cicero julukan, atau nama pribadi, berasal dari bahasa Latin untuk buncis, cicer. Nama
ini awalnya diberikan kepada salah satu’s leluhur Cicero yang memiliki celah di ujung
hidungnya menyerupai kacang buncis. Namun lebih mungkin itu nenek moyang Cicero makmur
melalui budidaya dan penjualan chickpea. Roma sering memilih ke-bumi pribadi nama keluarga-
down. Cicero didesak untuk mengubah nama ini deprecatory ketika ia memasuki politik, namun
menolak, mengatakan bahwa ia akan membuat Cicero lebih mulia daripada Scaurus (“bengkak-
ankled”) dan Catulus (“Puppy”).
Cicero adalah orator dan negarawan Romawi kuno yang umumnya dianggap sebagai ahli
pidato Latin dan ahli gaya prosa. adalah seorang Romawi filsuf, negarawan, pengacara, ahli teori
politik, dan Romawi konstitusionalis . Dia dianggap sebagai salah satu terbesar Roma orator dan
penata prosa. Cicero adalah pemikir besar Romawi tentang negara dan hukum. Pemkiran Cicero
banyak dipengaruhi oleh karya-karya Plato dan ajaran filsafat kaum Stoa. Pengaruh yang
demikian besar ini nampak dalam dua karya Cicero, yaitu De Republica (tentang negara), dan De
Legibus (tentang hukum dan Undang- Undang). Cicero lebih dikenal sebagai seorang filsuf dan
negarawan ketimbang seorang pengacara. Hal itu tak terlepas pada kecintaannya akan
kebijaksanaan-kebijaksanaan filsafat Yanani kuno baik pra sokratik maupun post sokratik.
Cicero adalah salah satu pemikir legendaris di bidang politik pada jaman klasik.
3. Pemikiran Marcus Tullius Cicero

Dua karya Cicero, yaitu De Republica (tentang negara), dan De Legibus (tentang hukum atau
undang-undang). Dengan demikian ajaran Cicero tentang asal mula negara tidak berbeda dengan
ajaran Plato, yaitu melalui perjanjian masyarakat dan kontrak sosial. Namun demikian Cicero
telah memodifikasi pemikiran Plato dengan memasukkan pengaruh-pengaruh Stoic didalamnya.

Buku Cicero yang terkenal adalah De Republica (Commenwealth) . Bukunya ini punya
kemiripan dengan bukunya Plato yang berjudul Republic. Isinya berbentuk dialog antara para
sahabatnya. Topik utamanya berkaitan dengan tema-tema politik dan keadilan. Dalam bukunya
ini, ada lima ajaran utama Cicero tentang kehidupan politik dalam sebuah Negara. Pertama,
Cicero mengkonfrontasikan pertanyaan kewajiban para filsuf dalam Negara. Kedua, membahas
tentang sifat persemakmuran (commenwealt). Baginya, commenwealt adalah sebuah urusan
rakyat. Manusia adalah makhluk sosial alami, dan membentuk masyarakat politik. Ketiga,
diskusi tentang hukum alam. Menurut Cicero, hukum alam adalah konvensi-konvensi relative
yang hanya melayani kepentingan mereka yang berkuasa. Keempat, pembelaan keadilan sebagai
sebuah atribut universal dari akal dan dapat diakses oleh semua makhluk rasional. Hal ini
bertujuan untuk menentang keputusan-keputusan para pemimpin politik, dan perang yang terjadi
atas nama Negara. Kelima, mendiskusikan ciri-ciri penguasa yang baik. Moral baik dan sifat
praktis penguasa menjadi kekuatan yang dapat memberi motivasi.

Dalam pandangan Cicero, negara adalah suatu kenyataan yang harus ada dalam kehidupan
manusia. Negara disusun oleh manusia berdasarkan atas kemampuan rasionya, khususnya rasio
murni manusia yang disesuaikan dengan hukum alam kodrat. Kendatipun ajaran Cicero berbeda
dengan ajaran Epicurus yang menganggap negara sebagai hasil perbuatan manusia yang
berfungsi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan mereka, namun ajaran Cicero ini jelas
menunjukkan konsep perjanjian masyarakat tentang asal mula negara.

Dalam mengkonstruksi negara idealnya, cicero menurut model Republik Romawi, dalam
bukunya yang berjudul De Republica (On The Commonwealth), Cicero menawarkan sebuah
bentuk negara yang menganut konstitusi campuran, yaitu sebuah konstitusi yang mengawinkan
kebaikan dari berbagai sistem politik yaitu; sistem monarki, aristokrasi, dan demokrasi. Monarki
di mata Cicero dipandang memiliki kebaikan, karena dalam sistem ini keberadaan seorang raja
layaknya seorang bapak yang akan mengayomi anak-anaknya. Namun rakyat memiliki bagian
yang telalu kecil dan suara yang tidak signifikansi dalam administrasi. Aristokrasi dalam
pandangannya pun memiliki kebaikan, yaitu kebijaksanaan akan memimpin dan membimbing
negara. Namun kebebasan rakyat terlalu dibatasi karena tidak dilibatkan dalam pembagian
kekuasaan politik. Sedangkan demokrasi walau dinilai oleh Plato dan Aristoteles merupakan
sebuah sistem yang buruk, bagi Cicero demokrasi juga memiliki kelebihan karena memberi
ruang pada rakyat untuk aktif berpartisipasi dalam kehidupan politik. Namun, menurut Cicero
ketiganya terlalu mudah merosot karena bentuknya yang jahat (masing-masing memiliki
kekurangan yang membusukkannya): monarkhi menjadi tirani, aristokrasi menjadi pluktorasi
atau ologarkhi, dan demokrasi menjadi hukum rimba.

Cicero percaya bahwa sifat negara ideal secara esensial bergantung pada pengaturan-
pengaturan institusional para pejabat publik. Kepala diantara mereka adalah para senator, dan ia
melihat senat sebagai inti sistem hukum dan kekuasaan yang direkomenasikannya. Senat
sebaiknya menngontrol kebijakan publik. Kata kunci yang diartikan oleh cicero tentang
kekuasaan adalah dominus, ”pakar” kebijakan publik. Bahwa keutamaan senat dalam suatu
negara adalah berada dalam konstitusi.

Konstitusi campuran adalah isi dari buku Cicero yaitu de Republica. Menurut analisis Cicero
dalam bentuk Republik Roma adalah konstitusi jenis terbaik. Cicero menolak konstitusi-
konstitusis sederhana karena kecendrungan untuk terdegradasi menjadi tirani. Cicero lebih
menyukai konstitusi campuran seperti Roma dimana memadukan tiga tipe sederhana menjadi
satu bentuk pemerintahan yang moderat dan berimbang. Dalam negara semacam ini terdapat
terdapat elemen tertinggi atau elemen muliadengan kekuasaan (potestas) bagi magistrat,
kewenagan (auctoritas) bagi para tokoh, dan kebebasan (libertas) bagi rakyat. Hak, kewajiban,
dan fungsi diseimbangkan secara adil, dengan stiap warga apa pada tingkatan dan posisinya
sendiri. Sebagai kesetaraan yang adil dan sejati, konstitysi campuran menghasilakn stabilitas
besar, karena penyebab degradasi dikendalikan lewa pembatas- pembatas struktural.

Pernyataan Cicero tentang Konstitusi Campuran, ia memikirkan Republik roma dengan para
konsul sebagi pemegangkekuatan raja, senat sebagai pemegang kekuatan aristokrasi, dan tribun-
tribun serta majelis-majelis rakyat sebagai pemegang kekuatan demokrasi. Masing masing
memeriksa dan menyeimbangkan yang lain.dari pencariannya atas sifat campuran Roma yang
berimbang, Cicero menulai sejarah konstitusionalnya dengan pendirian legendaris romulus dan
berlanjut melewati kekuasaan tradisional tujuh raja, penghapuswan monarkhi, dan
penggantiannnya dengan aristokrasi, hingga pertengahan abad kelima ketika dua belas tabel
(twelve Table) diundangkan dan oligarkhi kaum decemvir ditumbangkan

Dalam bukunya kedua, yaitu De Legibus, Cicero memperluas mengenai apa yang disebut
hukum alam. Cicero mendefenisikan hukum adalah nalar tertinggi yang ditanamkan ke alam
yang memerintahhkan apa yang musti dilakukan dan melarang hak yang sebaliknya. Hukum
adalah kekuatan alamiah; ia meruapakn pikiran dan nalar manusis yang cerdas, standar yang
digunakan untuk mengukur keadilan dan ketidakadilan. Namun, karena seluruh pembahasan
harus sejalan dengan nalar penduduk seringkali perlu membahasnya dengna nalar yang popular,
dan memberi nama hukum apa yang dalam bentuknya yang tertulis memutuskan apa pun yang
dia kehendaki baik berupa perintah dan larangan. Sebab, inilah defenisi hukum yang biasa
dipakai.
Cicero menekankan, hukum apa pun yang dibuat oleh manusia atau tradisi apaun yang
mereka praktekkan, yang tidak sesuai dengan hukum alam itu tidak absah. Manusia mngkin saja
dipaksa oleh kekuatan fisik penguasa yang lebih superior untuk mematuhi keutusan- keputusan
yang bertentangan dengan alam tetapi dia memiliki kewajiban untuk melakukannya. Dengan
demikian, manusia bukan merupakan subyek badi hukum yang dibebankan kepadanya
melainkan hanya untuk “hukum alami” yang dia berikan kepada dirinya sendiri.

Cicero bersama Plato, dan Polybius adalah pembela gigih dari kegunaan sosial dari agama.
Cicero percaya bahwa agama melegitimasi tindakan- tindakan pemerintah dan membujuk para
warga negara untuk menghormati institusi- institusi mereka dan penghargaan terhadap para
penguasa serta kebijakan- kebijaknnya, jadi mencipatakan satu basis dukungan yang luas dan
loyalitas yang bertahan lama. Singkatnya agama adala pondasi mutlak yang krusial bagi
pendidikan dan keluhuran sipil, kesatuan dan ketertiban negara. Alasan- alasan Cicero mengapa
agama penting bagi negara adalah yang utama, agama memberikan kewenangan kepada negara
sehingga memungkinkannya memerintahkan loyalitas dan kepatuhan dari warga negara.
Seandainya negara dianggap didirikan oleh dewa, maka seluruhnya yang dikerjakan memiliki
legitimasi. Para warga negara yang akhirnya percaya bahwa dewa- dewa selalu mengawasi, akan
berhati- hati dalam perilaku individual mereka dan mencermati sikap- sikap buruk mereka,
sepertinya akan menuruti petunjuk moral dan komunitas. Akhirnya pengaruh sosial bersih dari
agama adalah penjinakan dan menenangkan rakyat. Ia mengangkat rakyat keluar dari kebiadaban
dan barbarisme dan menjadi instrumen dalam pembentukan suatu jalan hidup ang harmoni,
sempurna dan beradab. Melalui agama sebuah masyarakat yang damai dan tertib adapat
diteguhkan, memiliki moral, kegigihan, kekuatan yang diperlukan untuk penjagaan diri dari
dunia yang kejam. .
Mazhab Stoic, mempunyai asal mula yang sejaman dengan Epicureanisme. Namun
demikian, sejarahnya yang lebih panjang, doktrinnya tidak begitu kaku, dan pengaruhnya jauh
lebih besar. Stoicisme merupakan mazhab yang mendidik negarawan sebaik para filsuf.
Bersama- sama dengan doktrin Hukum universal dan kewargaan dunia, Stoic baru tampaknya
menyeru kepada temparamen dan pandangan orang- orang Romawi yang dimasukkan ke dalam
sistem politik dan hukum meraka.
Marcuss Aurellius Cicero adalah tokoh terkemuka dari mazhab Stoic, mempersentasekan tipe
kebajikan Stoic. Dia bukan hanya menghabiskan waktu secara sungguh- sungguh untuk meditasi,
namun mencurahkan 16 jam stiap harinya pada pemerintahan kerajaan Romawi. Tetapi apa yang
baik dari semua pelayanan publik stoic ini sebagimana klaim Stoicisme, dunia tidak berarti dan
jika kesehatan, kekayaan, atau kekuasaan yang ada pada mereka tidak berguna? Bagi Cicero dan
kaum Stoic baru, jawabannya sangat jelas, bahwa hidup adalah seperti permainan. Apa yang
nyata adalah bahwa permainan bisa dihadirkan secara benar dan ara pemain bisa memenuhi
bagian- bagian mereka secara benar.

Menurut kaum Stoic, Tuhan memberikan setiap individu suatu peran: seseorang mungkin
berada dalam kasta pemguasa, yang lain mungkin sebagai budak. Pemain yang baik harus bisa
memainkan keduannya; yang penting baginya adalah menerima peran tersebut tanpa berlebihan
atau mengeluh dan menjalankannnya dengan baik. Bagian dalam permainan, sebagimana semua
hal di dunian ini, semuannya tidak berguna. Namun utuk menjadi pemain yang baik seseorang
harus menjalankan fungsinya, apapun peran yang harus dilakukan. Dia harus berupaya menuju
kesempurnaan apakah dengan peran sebagai raja ataukah budak karena kebaikan watak terletak
pada perbuatan menuju kesempurnaan tersebut. dengan penalaran ini, stoicime memberikan
bimbingan kepada para wali maupun pelayan publik.

Teori Imperium

Dari segi pemikiran politik Romawi memberikan pemahaman kepada Barat tentang Teori
Imperium. Teori Imperium adalah teori tentang kekuasaan dan otoritas negara dimana kedaulatan
dan kekuasaan dianggap sebagai bentuk pendelegasian kekuatan rakyat kepada penguasa negara.
Maka, menurut teori ini, pada hakikatnya kedaulatan sepenuhnya milik rakyat. Penguasa politik
hanyalah lembaga yang dipercayakan untuk memegang (bukan menguasai dan mendominasi )
serta mempergunakan kedaulatan demi kebaikan seluruh rakyat. Penguasa bertanggungjawab
kepada rakyat dan secara otomatis akan kehilangan legitimasi seandainya praktik kekuasaannya
menyalahi kehendak rakyat. Menurut teori ini, rakyat memilih hak-hak politik yang sama (equal
rights) dan merupakan esensi tertinggi kedaulatan negara.1

1
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal. 7.
Dalam kerangka pemikiran inilah Romawi mengembangkan gagasan kontrak
pemerintah (governmental contract) yang kemudian dijadikan model teoretis bagi para
pemikir politik barat seperti Locke, Rousseau dan Hobbes dan lain-lain. Bagi perkembangan
pemikiran dan teori politik barat, teori imperium juga menempati posisi sentral, sebab
gagasan barat mengenai perlunya pemisahan entitas individu dengan negara, negara
dibutuhkan demi eksistensi sosial, individu merupakan pusat pemikiran hukum dan
perlindungan sangat kuat dipengaruhi oleh gagasan atau teori imperium Romawi itu.2

Berdasarkan teori imperium ini, kekuasaan gereja abad pertengahan dikembangkan.


Organisasi kekuasaan dan keagamaan gereja Katholik diadaptasi dari konsep imperium
Romawi. Pengadaptasian warisan Romawi itu nampak pada gelar yang digunakan Paus
‘Supreme Pontiff’ (PontifexMaximus); kaisar sebagai pemimpin agama warga negara.3

4. Kontribusi Pemikiran Politik Pada Masa Romawi Kuno

Peradaban Romawi memberikan sumbangan terbesar kepada pemikiran Barat yaitu di


bidang pemikiran system hukum dan lembaga-lembaga politik. Kedua hal tersebut memberikan
pengaruh, terutama pemikiran system hukumnya. Dapat dilihat dalam berbagai kajian dan
praktik hukum di beberapa negara Eropa Barat seperti Perancis, Italia, Swiss, Jerman, Belanda
dan Amerika Serikat. Tidak hanya negara Eropa Barat tetapi juga secara tidak langsung ataupun
langsung, negara-negara bekas jajahan (Commonwealth) negara Eropa juga memperaktikkan
hukum-hukum Romawi. Contohnya seperti Indonesia yang dijajah oleh Belanda. Belanda
menerapkan teori hukum di Indonesia yang berasal dari Kode Civil Napoleon yang merupakan
produk modifikasi hukum-hukumRomawi.
Ada tiga bentuk pemikiran hukum Romawi yang memperngaruhi pemikiran hukum
Barat, yaitu :
1. Ius Civile merupakan hukum sipil yang secara khusus diberlakukan untuk kalangan sipil
dan warganegara Romawi, bukan warga negara lain.
2. Ius Gentium merupakan hukum yang diberlakukan untuk semua orang, terlepas apapun
kewarganegaraannya, tidak memandang nasionalitas seseorang. Hukum ini
memperkokoh dan memberikan legitimasi kepada keberadaan lembaga-lembaga
2
Ibid., hal 7.
3
Ibid., hal 8.
perbudakan, partnership, dan kontak-kontak. IusGentium bersifat suplemen terhadap
IusCivile.
3. Ius Naturale merupakan suatu prinsip filsafat hukum yang menganggap keadilan dan
kebenaran selamanya sesuai dengan tuntutan rasional dan hakikat alam.
Dalam filsafat hukum ini semua orang memiliki hak-hak dan kedudukan yang sama di mata
hukum dan pemerintah (negara) tidak berhak mengintervensi hak-hak hukum itu.4
Sedangkan dari segi pemikiran politik, Romawi memberikan pemahaman kepada Barat
tentang teori imperium. Teori Imperium adalah teori tentang kekuasaan dan otoritas negara
dimana kedaulatan dan kekuasaan dianggap sebagai bentuk pendelegasian kekuatan rakyat
kepada penguasa negara. Maka, menurut teori ini pada hakikatnya kedaulatansepenuhnya
milik rakyat. Penguasa politik hanyalah lembaga yang dipercayakan untuk memegang (bukan
menguasai dan mendominasi) serta mempergunakan kedaulatan demi kebaikan seluruh
rakyat. Penguasa bertanggung jawab kepada rakyat dan secara otomatis akan kehilangan
legitimasi seandainya praktik kekuasaannya menyalahi kehendak rakyat. Menurut teori ini
rakyat memiliki hak-hak politik yang sama (equal rights) dan merupakan esensi tertinggi
kedaulatan negara.5
Dalam kerangka pemikiran inilah Romawi mengembangkan gagasan kontrak pemerintah
(govermenetal contract) yang kemudian menjadikan model teoretis bagi para pemikir politik
Barat seperti Locke, Rousseau dan Hobbes dan lain-lain. Bagi perkembangan pemikiran dan
teori politik Barat, teori imperium juga menempati posisi sentral, sebab gagasan Barat
mengenai perlunya pemisahan entitas individu dengan negara, negara dibutuhkan demi
eksistensi social, individu merupakan pusat pemikiran hukum dan perlindungan sangat kuat
dipengaruhi oleh gagasan atau teori imperium Romawi itu.
Berdasarkan teori imperium ini, kekuasaan gereja abad pertengahan dikembangkan.
Organisasi kekuasaan dan keagamaan gereja Katholik diadaptasi dari konsep imperium
Romawi. Pengadaptasian warisan Romawi itu Nampak pada gelar yang digunakan Paus
‘Supreme Pontiff’ (Pontifex Maximus); kaisar sebagai pemimpin agama warganegara.6

4
Burns dan Ralph, World Civilization, op. cit., hal. 243.
5
Sharma, Western, op. cit., hal. 99
6
Burns dan Ralph, World Civilization, op. cit., hal. 302.
Pada awalnya Romawi kuno memiliki system pemerintahan Monarki (Kerajaan) yang
dibangun oleh Romulus. Para raja-keturunan raja Romawi (kuno) berasal dari keturunan
pendatang, sehingga bangsa latin/penduduk asli tidak menyukai hal itu, terlebih lagi mereka
dikenakan undang-undang militer hingga terjadilah pemberontakan penduduk Roma yang
berhasil menjatuhkan raja Tarquin (509 SM). Setelah pemberontakan tersebut, terbentuklah
sebuah Republik Romawi yang mampu berkuasa dari 500-27 SM. Pada masa Republik Romawi
pembagian penduduk didasarkan atas dua golongan “Patricia” dan “Plabea”. Patricia merupakan
keturunan bangsawan, dan Plabea merupakan warganegara yang bisa dikatakan tidak utuh, tetapi
masih memiliki hak politik.
Orang-orang dari golongan Patricia memegang kedudukan dalam lembaga-lembaga politik
yaitu Konsul (Pemegang Eksekutif), Senat (Dewan yang berasal dari mantan pejabat konsul),
dan Majelis. Dan khusus untuk majelis, golongan Plebea juga ikut andil didalamnya.
BAB III

KESIMPULAN

Peradaban Romawi memberikan sumbangan terbesar kepada pemikiran Barat yaitu di


bidang pemikiran system hukum dan lembaga-lembaga politik. Terutama mengenai demokrasi
negara. Cicero dan Plati merupakan pemikir Romawi yang terkenal. Namun demikian Cicero
telah memodifikasi pemikiran Plato dengan memasukkan pengaruh-pengaruh Stoic didalamnya.
Dua karya Cicero, yaitu De Republica (tentang negara), dan De Legibus (tentang hukum atau
undang-undang). Selain itu lahir juga teori Imperium yang merupakan hasil dari pemikiran
Machiavelli. Teori Imperium berisi tentang kekuasaan dan otoritas negara dimana kedaulatan
dan kekuasaan dianggap sebagai bentuk pendelegasian kekuatan rakyat kepada penguasa negara
yang pada hakikatnya kedaulatan sepenuhnya adalah milik rakyat.

Anda mungkin juga menyukai