Anda di halaman 1dari 12

IDE – IDE POLITIK BARAT DAN TIMUR

NEO - KONFUSIANISME

Disusun Oleh:

Arfiyanto 0801514007

Rialta 0801514032

Riyan Gifari 0801514034

Sarah Dira 0801514038

Siti Intan 0801514040

Teuku Ubit 0801514043

Diandy Davino 0801514049

Ananta Herlambang 0801514048

Ilmu Hubungan internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Al-Azhar Indonesia

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

China sebagai negara yang telah mampu menguasai jalur perdagangan dunia terbentuk
dari filsafat-filsafat yang lahir di negaranya. Negeri Tirai Bambu ini adalah debitur terbesar
Amerika Serikat. Cina merupakan satu di antara Negara yang saat ini tengah memainkan peranan
sebagai negara dengan perekonomian terkuat di dunia. Kebangkitan yang terus tampak dalam
berbagai sektor, terutama ekonomi, telah menaikkan posisi tawar negeri Tiongkok itu
menandingi kekuatan Amerika Serikat yang tidak terkalahkan. Kebangkitan dan kemajuan yang
diperoleh China tidak secara instan, melainkan melalui berbagai pasang-surut dalam
kemajuannya.

Terbentuknya China sebagai negara komunis, bukan berarti China tidak mengakui
adanya tuhan dan dewa. Terbukti bahwa di China terdapat filsafat-filsafat yang mengajarkan
tentang kebaikan dalam kehidupan manusia di dunia dan hubungan antara manusia dengan
tuhan-dewa. Sejarah juga mencatat, bahwa Cina merupakan salah satu negara di dunia yang
memiliki kekayaan budaya dan sejarah peradaban yang cukup tua. Pokok dari filsafat dan
kebudayaan China adalah perikemanusiaan.

Pemikiran China lebih antroposentris dibandingkan dengan filsafat India dan Barat.
Negara China pernah dipimpin oleh berbagai dinasti. Dimana kepala pemerintahannya disebut
kaisar. Kepemimpinan kaisar telah berjalan hampir selama 2000 tahun dengan sebuah
pemerintahan pusat yang kuat dengan pengaruh Kong Hu Cu.Filsafat China bermula pada masa
awal seribu tahun pertama Sebelum Masehi. Pada awal abad ke-8 sampai abad ke-5SM. Filsafat
China kuno terus berkembang dari abad ke-5 sampai ke-3SM. Dalam periode ini aliran-aliran
filosofis China muncul yaitu, Taoisme, Konfusianisrne, Moisme.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi Neo-Konfusius di masyarakat dan politik internasional?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Implementasi Neo-Konfusius di masyarakat dan politik internasional

Terdapat banyak mitologi dan cerita tentang asal-mula kebudayaan China serta tokoh
legendarisnya seperti Kaisar Kuning (Huang Ti). Menurut cerita, Yu mendirikan dinasti China
yang pertama, yaitu dinasti Hsia yang berkuasa dari kira-kira abad ke-21 sampai abad ke-17
S.M. Dinasti Hsia ini kemudian diganti oleh dinasti Shang yang berkuasa sampai abad ke-11
S.M., dan dinasti Shang merupakan dinasti China historis yang pertama karena ada tulisan,
perunggu dan tulang-tulang ramalan yang secara ilmiah telah ditentukan berasal dari periode ini.
Kemudian menyusul dinasti Chou yang mempunyai dua periode yang terkenal dalam sejarah
Cina.
Filsuf utama dalam China adalah Konfusius yang muncul sekitar 552 dan 479 S.M.
Menurut tradisi, ajaran Konfusius ini tercantum dalam Lima Klasik, yaitu: (1) Klasik Syair
(Classic of Songs), (2) Klasik Sejarah (Classic of Documents), (3) Kalsik Perubahan (Classic of
Change), (4) Catatan-catatan Musim Bunga dan Musim Rontok (Ch’un Ch’iu) dan (5) Klasik
Tata Tertib (Record of Rituals). Kelima klasik tersebut dijadikan bahan pelajaran utama di
sekolahsekolah, maka ajaran Konfusius ini mempengaruhi dan membentuk cara berpikir dan cara
bertindak manusia China.
Neo Konfusius merupakan filsafat yang lahir sebagai kebangkitan dari Konfusius, filsafat
ini muncul sebagai upaya untuk menciptakan bentuk yang lebih rasional dengan menolak usur-
unsur takhayul dan mistis yang sebelumnya sudah ada dalam filsafat Taoisme dan Buddhisme.
Tujuan inti dari Neo-Konfusius adalah mengajarkan kepada manusia bagaimana mencapai sifat
kebijaksanaan Konfusian. Orang bijaksana adalah orang yang memahami sifat alam semesta, ia
mengetahui bahwa hidup tidak memerlukan keuntungan matipun tak akan menimbulkan
kerugian. Neo-Konfusius Mengembangkan sudut pandang dari seluruh aktivitas moral yag
dinilai oleh kaum Konfusius memperoleh nilai lebih lanjut, yakni nilai supermoral. Menurut
kaum Neo-Konfusius manusia pada hakikatnya adalah baik.
Sejak tahun 1000SM Konfusius klasik kembali menjadi ajaran filsafat terpenting.
Buddhisme ternyata memuat unsur-unsur yang bertentangan dengan alur pikiran China.
Kepentingan di dunia, kehidupan berkeluarga, dan kemakmuran yang material merupakan nilai-
nilai tradisional di China sama sekali di abaikan bahkan disangkal, di dalam ajaran Buddhisme
sehingga ajarana ini sering kali dianggap sebagai ajaran asing oleh orang lain. Sebagai salah satu
aliran pemikiran yang baru, Neo-konfusianisme menpunyai kandungan yang meliputi berbagai
bidang. Ajaran tersebut tidak saja menjelaskan teori dan pemikiran yang baru, juga terdapat
banyak kandungan yang meliputi bidang kehidupan, politik dan lain-lain. Jadi, untuk memahami
Neo-konfusianisme dengan jelas, kita harus memahami ciri-ciri utama bagi Neo- konfusianisme
terlebih dahulu.
Antara ciri-ciri utama bagi Neo-konfusianisme ialah falsafah spekulatif. Sifat ini berbeda
dengan konfusianisme yang lama. Ini bermaksud Neo-konfusianisme menpunyai pandangan atau
fikiran yang baru. Apabila ajaran Buddhisme disebarkan di China, ia membawa falsafah
spekulatif yang amat menarik terhadap orang cina .Ajaran yang diserap oleh luar negara ini telah
menarik perhatian oleh sarjana- sarjana China dan mengkajikannya .Ini menyebabkan kedudukan
konfusianisme dipengaruhi oleh Buddhisme.
Semasa Dinasti Tang, terdapat Sarjana konfusianisme seperti Han yu telah menyedar
bahawa konfusianisme telah mengalami cabaran yang dibawa oleh Buddhisme dan Daoisme.
Kuasa pengaruh bagi kedua-dua ajaran ini telah mengancamkan kedudukan Konfusianisme di
dalam budaya China. Han yu cuba menyelesaikan cabaran tersebut, beliau melalui hubungan dan
kuasa pengaruh di dalam kerajaan untuk menyekatkan penyebaran Buddhisme dan Daoisme.
Tujuannya ialah untuk mengukuhkan kedudukan Konfusianisme di dalam budaya China. Tetapi
cara ini tidak berkesan pada masa itu.
Sehingga Dinasti Song, ahli falsafah Neo-konfusianisme menyedar bahawa cabaran yang
dibawa oleh Buddhisme dan Daoisme adalah disebabkan oleh Neo-Konfusianisme diri-sendiri,
yaitu kekurangan falsafah spekulatif yang dapat menjelaskan semua teori yang dapat dalam
ajarannya. Apabila pengasas konfusianisme iaitu Kong Zi menubuhkan ajaran konfusianisme,
beliau hanya menetapkan beberapa teori dan ajaran yang ringkas. Jadi ajaran konfusianisme amat
memerlukan sarjana-sarjana yang bijak dapat menberi atau menwujubkan falsafah spekulatif
kepadanya. Meng Zi, Xun zi dan Dong zhong shu telah berusaha dalam aspek ini, tetapi
kebanyakannya tidak jelas atau tidak mencukupi. Untuk menyelesaikan situasi yang disebut di
atas, ahli Neo-konfusianisme telah merujukan falsafah spekulatif yang terdapat di dalam
Buddhisme dan Daoisme untuk menghasilkan sesuatu falsafah spekulatif yang baru dan spesifik
dalam Neo-konfusianisme. Ini dapat menbantu Neo-konfusianisme untuk mengukuhkan
kedudukan dan daya pengaruh dalam budaya China. Selain itu, ahli Neo- konfusianisme juga
mencari unsur-unsur yang terdapat dalam konfusianisme tradisional seperti ajaran ren
(perikemanusiaan) yang dikatakan oleh kong zi, ajaran Tian yang terdapat di kitab Meng zi dan
Zhong yong dan sebagainya untuk menjadikan asas untuk falsafah spekulatif Neo-
konfusianisme. Ini telah menjadikan Neo-konfusianisme menpunyai falsafah spekulatif yang
tersendiri dan spesifik untuk mengukuhkan kedudukan dalam budaya China .
Ciri yang kedua ialah inti Neo-konfusianisme adalah etika moral. Semasa Dinasti Han
dan Dinasti Tang, ajaran Konfusianisme telah menjadi sejenis alat untuk peringkat pemerintah
untuk mengawal pemikiran rakyatnya. Falsafah konfusianisme pada masa itu dikatakan tertumpu
kepada falsafah politik sahaja, segala ajaran atau kandungan hanya pemikiran yang tidak
bermanfaat dan tidak berguna oleh rakyat. Kebanyakan orang cuma mengikut ajaran yang dapat
di dalam konfusianisme walaupun ajaran tersebut tidak menbawa sedikit manfaat kepada
mereka. Berbanding dengan Konfusianisme pada Dinasti Han dan Tang, Neo-konfusianisme
pada Dinasti Song dan Ming telah mementingkan etika moral yang dapat menerangkan segala
teori yang terdapat dalam alam semesta. Ajaran Neo-konfusianisme terdapat penjelasan atau
fahaman yang amat sistematik dalam segala teori yang terdapat di dalam alam semesta.
Penjelasan atau fahaman tersebut amat berguna untuk memahami apa yang sebenarnya berlaku
di dunia ini. Dengan teori-teori yang terdapat dalam Neo-konfusianisme, masyarakat dapat
mengenali ilmu atau kebenaran yang terdapat di alam semesta.
Berbeda dengan teori yang terdapat di ajaran lain, segala teori dalam Neo-konfusianisme
telah mengunakan etika moral sebagai inti bagi ajarannya bermaksud ajaran yang terdapat dalam
ajaran Neo-konfusianisme bukan saja menjelaskan kebenaran atau ilmu saja, ia lebih menekan
kepada moral yang terkandung dalam ajaran supaya manusia dapat mementingkan etika moral
semasa mengaji ajarannya. Ini dapat menlahirkan manusia yang bermoral dan beretika semasa
menjalankan segala aktivitas harian . Ciri yang seterusnya ialah menyerah ajaran Buddhisme ke
dalam Neo-konfusianisme. Neo- konfusianisme dikatakan telah banyak berbeda dengan
konfusianisme yang tradisional kerana ia telah menyerah ajaran yang lain dan mewujubkan satu
ajaran yang baru dan spesifik. Penyerapan tersebut dikatakan telah mengukuhkan dan
memperbaikikan ajaran Neo-konfusianisme. Ini juga mewujubkan satu fenonema yang baru di
China, karena masyarakat dapat menerima ajaran yang baru dan mewujubkan budaya China
yang berbagai dimensi. Penyerapan ajaran atau toeri dari ajaran lain juga menunjukan bahawa
Neo-konfusianisme menpunyai sifat pembelajaran yang amat kuat dan positif.
Terdapat tiga aspek telah menunjukkan bahawa Neo-konfusianisme menyerapkan ajaran
Buddhisme ke dalam ajarannya. Pertama, Neo-konfusianisme telah menyerapkan teori-teori yang
terdapat dalam Buddhisme seperti kosmologi supaya dapat menjadi asas untuk falsafah Neo-
konfusianisme. Kedua, iaitu merujukan cara penyebaran ajaran yang dilaksanakan oleh
Buddhisme, dan menghasilkan satu sistem penyebaran ajaran yang spesifik kepada Neo-
konfusianisme, iaitu dao tong. Ketiga, iaitu menyerap doktrin menhapuskan keinginan yang
terlampau yang terdapat dalam Buddhisme, dan menjadkan dokrin ini sebagai satu asas
pemikiran.
Walaupun ahli neo-konfusianisme mengkritik ajaran Buddhisme dengan kuat, tetapi
pengaruh Buddhisme terhadap ahli neo-konfusianisme adalah sangat besar dan melebihi kuasa
pengaruh dari Daoisme .Ini kerana pada Dinasti Wei Jin, ajaran Daoisme dikatakan telah diserap
sebahagian besar ajarannya ke dalam konfusianisme, jadi pengaruh Daoisme terhadap Neo-
konfusianisme tidak kuat seperti Buddhisme .
Semua ahli Neo-konfusianisme mengkritik ajaran Budddhisme, tetapi mereka telah
menyerap ideologi Buddhisme untuk melengkapkan ajaran diri-sendiri. Kontradiksi yang
terdapat di dalam hati ahli konfusianisme menunjukkan kebijakan mereka, kerana mereka
menyedar bahawa ajaran Buddhisme menpunyai ideologi yang lebih gemar oleh masyarakat, jadi
walaupun mereka mengkritik Buddhisme, tetapi mereka juga menyerap ajaran Buddhisme ke
dalam Neo-konfusianisme supaya kedudukan di dalam budaya China dapat dikukuhkan.

Neo konfusius merupakan suatu sistem baru yang berasal dari faham konfusian yang
dipengaruhi oleh unsur ajaran buddhis dan taois. Menurut konsep ajaran yang dikembangkan
oleh Zhu Xi yaitu semua objek dalam sifat alaminya memiliki 2 kekuatan yang menyatu yaitu Li
dan Chi. Kedua kekuatan tersebut tentunya akan selalu berdampingan dimana Li merupakan
suatu hukum alam yang tidak terwujud (Dharma dalam Buddhisme) dan Chi yang merupakan
suatu bahan yang mengisi keberadaan semua benda yang berwujud (Alayavijnana dalam
Buddhisme). Chi senantiasa berubah dan tidak kekal adanya sedangkan Li bersifat kekal. Zhu Xi
menjelaskan Li merupakan sifat alami yang berlaku sama untuk semua orang. Dengan
memperluas pengetahuan kita terhadap Li yang terdapat dalam diri kita masing masing, tentunya
kita akan dapat memulihkan kesucian sifat yang ternoda oleh unsur Chi yang kotor. Dengan
mempelajari Li maka setiap manusia akan mengerti hukum alam yang melandasi setiap makhluk
hidup dan orang tersebut akan menjadi orang yang suci karena dirinya akan menyatu dengan
alam semesta.

Menurut Dai Zhen, li terdapat dalam semua makhluk hidup, bahkan keinginan duniawi
yang timbul dalam diri manusia. Li tidak bisa didapatkan dalam waktu yang cepat meskipun hal
tersebut ditempuh dengan cara meditasi. Li hanya dapat diperoleh setelah melalui pencarian yang
mendalam.

Dari pemikiran Neo-Confusianis tersebut, para cendekiaran menganggap nilai nilai yang
diberikan oleh Neo-Confusius terlalu dipengaruhi oleh konsep ajaran Buddhisme dan Taoisme.
Ahli Konfusianisme menganggap Bunga Rampai Konfusius, Mencius, Doktrin Kesederhanaan
dan Da Xue sebagai teks-teks terpenting. Semua karya ini dikelompokkan dan diberi nama
sebagai “Empat Buku”. Zhu Xi menulis satu komentar tentang “Empat Buku” dan karya ini
dianggap yang terpenting antara kesemua hasil karyanya. Neo-konfusianisme yang dipelajari
oleh kita pada hari kebanyakan berasaskan Zhu Xi.

(1) Makan Liialah Prinsip, Zhu Xi menerangkan teori li dengan lebih jelas lagi. Semua
benda tak kira semula jadi ataupun buatan manusia juga mempunyai li sejak dari saat
kewujudannya. Semua li wujud bahkan sebelum kewujudan alam semesta yang bersifat fizikal.
Hal ini bermakna li adalah abadi, kekal di situ. Dalam alam semesta, tiada benda yang wujud
tanpa ada sifatnya. li yang membentuk sifatnya tersendiri. Jadi boleh dikatakan mengikut aliran
Cheng Chu, walaupun bukan setiap benda memiliki deria rasa, tapi kesemua benda pasti
mempunyai li tersendiri.

(2) Tai Ji atau Kutub Agung Li merupakan Ji bagi sesuatu benda, iaitu sebagai piawaian
terakhir bagi benda tersebut. Perkataan Ji pada asalnya merupakan nama bagi rabung bumbung
yang berada di atas puncak bumbung sebuah bangunan. Seperti yang digunakan dalam Neo-
Konfusianisme, ia bermaksud prototaip ideal yang tertinggi bagi benda. Alam semesta
merupakan satu keseluruhan yang merangkumi kepelbagaian li dan merupakan piawaian akhir
dan perjumlahan tertinggi bagi semua benda. Kutub Agung menyatukan dan merangkumi li
langit, bumi dan kesemua benda, maka ia merupakan yang paling tinggi dan paling mistik.
Menurut Zhu Xi, kutub agung juga wujud dalam contoh-contoh tersendiri bagi setiap kategori
benda. Dalam setiap benda khusus, bukan sahaja wujud li malah pada masa yang sama Kutub
Agung turut berada di dalamnya.

Menurut Zhu Xi, dalam alam semesta perlu ada Li dan Qi . Li adalah “berada di luar rupa
bentuk” dan merupakan sumber untuk menghasilkan benda. Qi adalah “berada di dalam rupa
bentuk” dan merupakan perantara bagi menghasilkan benda. Oleh yang demikian, semasa
mencipta manusia atau benda perlu ada Li agar benda memiliki sifatnya tersendiri. Benda-benda
ini perlu menerima Qi agar mempunyai bentuknya. Apabila ada Qi, li juga wujud kerana Qi
mempunyai keupayaan untuk berkumpul padat dan membentuk benda. Benda khusus bukanlah
hanya satu pengumpulpadatan Qi, tetapi merupakan pengumpulpadatan yang berlaku secara
keseluruhan sejajar dengan li bagi kategori objek berkenaan.

(3) Sifat Semula Jadi dan Hati, Dalam konsep Zhu Xi, sifat semula jadi adalah berbeza
dengan hati atau minda. Hati serupa dengan semua benda khusus yang lain, juga merupakan
penjelmaan li dengan Qi. Perbezaan antara sifat semula jadi dengan hati adalah sifat semula jadi
itu abstrak manakala hati itu konkrit. Mahaguru Cheng berkata sifat semula jadi itu li ataupun
prinsip. Dalam manusia, prinsip kemanusiaan, keadilan dan kebijaksanaan merupakan sifat
semula jadi. Dengan adanya prinsip-prinsip ini, manusia mempunyai simpati, akan bersopan
santun dan mampu membezakan betul dengan salah. Seperti yang dinyatakan oleh Mencius,
dalam sifat semula jadi manusia ada “empat permulaan”. Menurut Zhu Xi, “empat permulaan”
merupakan kegiatan hati. Melalui benda yang konkrit, kita mengetahui yang abstrak. Manusia
hanya dapat mengetahui sifat semula jadi melalui hati kita.

(4) FalsafahPolitik, Negara sebagai organisasi yang mempunyai kewujudan konkrit perlu
ada Li negara. Jika negara ditadbir dengan li, pastinya negara akan stabil, aman dan makmur.
Sekiranya tidak berdasarkan li, negara pasti akan huru hara dan tidak teratur. Seseorang
pemerintah tidak mungkin akan mengecapi kejayaan tanpa mengikuti li. Zhu Xi dan ahli Neo-
Konfusianisme yang lain mempertahankan bahawa bermula dari Dinasti Han, kerajaan
diperintah oleh ba yang hanya mementingkan kepentingan diri sendiri.

(5) KaedahPemupukanSemangat, Aliran Li xue menyatakan bahawa negara yang


sempurna hanya dapat dicapai apabila ahli falsafah menjadi raja. Ahli Neo-Konfusianisme
menganggap kaedah pemupukan semangat sebagai “pintu pemula bagi memasuki kehidupan
nilai budi pekerti”. Kaedah pemupukan diri bermula dengan “penyiasatan benda-benda”. Hal ini
membawa maksud, manusia perlu mencari “apa yang berada di luar rupa bentuk” melalui “apa
yang berada di dalam rupa bentuk”. Lain kata, sekiranya kita mengetahui lebih banyak tentang li,
sifat semula jadi yang pada asalnya terpendam akan semakin jelas. Neo-Konfusianisme Moden
Neo-Konfusianisme yang wujud pada zaman 20-an ini disebabkan pada masa itu munculnya
pemikiran barat akibat daripada gerakan budaya banyak mempengaruhi China dan para
cendekiawan mempercayai bahawa budaya Konfusianisme China mempunyai nilainya yang
tersendiri dan kekal terhadap budaya dan pemikiran China. Neo-Konfusianisme secara umumnya
telah membuat penafsiran terhadap Konfusianisme, Budhisme dan Taoisme di samping menerap
falsafah Barat dalam budaya tradisional China. Neo-Konfusianisme boleh dibahagikan kepada
tiga generasi iaitu generasi pertama dari tahun 1921 hingga 1949. Ahli cendekiawan yang
bangkit pada masa itu ialah Xiong Shi Li, Liang Shu Ming, Ma Yi Fu, Zhang Jun Mai dan Feng
You Lan. Dalam generasi kedua (1950-1979), ahli falsafah yang muncul ialah Fang Dong Mei,
Tang Jun Yi, Mou Zong San dan Xu Fu Guan.

Generasi ketiga ialah dari tahun 1980s sehingga hari ini. Ahli falsafah pada zaman ini
ialah Chen Zhong Ying, Liu Shu Xian dan Tu Wei Ming. Nilai utama Neo-Konfusianisme ialah
ren dan li. Ren dilaksanakan dengan sifat cinta agar kebajikan anggota masyarakat terjamin dan
menikmati kesejahteraan hidup. Li dilaksanakan melalui prinsip moral yang menjadi pegangan
masyarakat. Hal ini dapat menjamin kelangsungan hidup dan kesejahteraan tanpa
pemberontakan. Ren dan li adalah saling berkait rapat dan tidak boleh dipisahkan. Dalam ren dan
li juga terkandung isi fa iaitu kombinasi hukum atau undang-undang demi mencegah kejahatan.
Pengamalan fa mampu menentukan keamanan masyarakat dalam jangka panjang.

Neo-Konfusianisme mendukung bahawa kepentingan rakyat haruslah diutamakan dahulu


agar pemerintahan negara dapat ditadbir dengan lancar. Pencapaian tertinggi li ialah
mewujudkan keharmonian sesama manusia sendiri dan dalam kalangan masyarakat. Dengan ini,
pelaksanaan li dalam lapisan masyarakat yang berbeda melalui sikap saling hormat-menghormati
dan bertolak ansur mampu membina suasana yang harmoni.

Nilai utama Neo-Konfusianisme ialah ren dan li. Ren dilaksanakan dengan sifat cinta
agar kebajikan anggota masyarakat terjamin dan menikmati kesejahteraan hidup. Li dilaksanakan
melalui prinsip moral yang menjadi pegangan masyarakat. Hal ini dapat menjamin kelangsungan
hidup dan kesejahteraan tanpa pemberontakan. Ren dan li adalah saling berkait rapat dan tidak
boleh dipisahkan. Dalam ren dan li juga terkandung isi faiaitu kombinasi hukum atau undang-
undang demi mencegah kejahatan. Pengamalan fa mampu menentukan keamanan masyarakat
dalam jangka panjang. Neo-Konfusianisme mendukung bahawa kepentingan rakyat haruslah
diutamakan dahulu agar pemerintahan negara dapat ditadbir dengan lancar. Pencapaian tertinggi
li ialah mewujudkan keharmonian sesama manusia sendiri dan dalam kalangan masyarakat.
Dengan ini, pelaksanaan li dalam lapisan masyarakat yang berbeza melalui sikap saling hormat-
menghormati dan bertolak ansur mampu membina suasana yang harmoni.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Neo-Konfusianisme ialah suatu ide-ide pemikiran yang mucul dari kebudayaan cina dan
kepercayaannya, selain itu Neo-Konfusianisme juga berupa gabungan dari pemikiran buddhisme,
taoisme dan konfusianisme itu sendiri. Neo Konfusius merupakan filsafat yang lahir sebagai
kebangkitan dari Konfusius, filsafat ini muncul sebagai upaya untuk menciptakan bentuk yang
lebih rasional dengan menolak usur-unsur takhayul dan mistis yang sebelumnya sudah ada dalam
filsafat Taoisme dan Buddhisme. Neo-Konfusius Mengembangkan sudut pandang dari seluruh
aktivitas moral yag dinilai oleh kaum Konfusius memperoleh nilai lebih lanjut, yakni nilai
supermoral. Menurut kaum Neo-Konfusius manusia pada hakikatnya adalah baik.
Berbeda dengan teori yang terdapat di ajaran lain, segala teori dalam Neo-konfusianisme
telah mengunakan etika moral sebagai inti bagi ajarannya bermaksud ajaran yang terdapat dalam
ajaran Neo-konfusianisme bukan saja menjelaskan kebenaran atau ilmu saja, ia lebih menekan
kepada moral yang terkandung dalam ajaran supaya manusia dapat mementingkan etika moral
semasa mengaji ajarannya. Ini dapat menlahirkan manusia yang bermoral dan beretika semasa
menjalankan segala aktiviti harian .
Neo-Konfusianisme yang wujud pada zaman 20-an ini disebabkan pada masa itu
munculnya pemikiran barat akibat daripada gerakan budaya banyak mempengaruhi China dan
para cendekiawan mempercayai bahawa budaya Konfusianisme China mempunyai nilainya yang
tersendiri dan kekal terhadap budaya dan pemikiran China. Neo-Konfusianisme secara umumnya
telah membuat penafsiran terhadap Konfusianisme, Budhisme dan Taoisme di samping menerap
falsafah Barat dalam budaya tradisional China. Neo-Konfusianisme boleh dibahagikan kepada
tiga generasi iaitu generasi pertama dari tahun 1921 hingga 1949. Ahli cendekiawan yang
bangkit pada masa itu ialah Xiong Shi Li, Liang Shu Ming, Ma Yi Fu, Zhang Jun Maidan Feng
You Lan. Dalam generasi kedua (1950-1979), ahli falsafah yang muncul ialah Fang Dong Mei,
Tang Jun Yi, Mou Zong San dan Xu Fu Guan. Generasi ketiga ialah dari tahun 1980s sehingga
hari ini. Ahli falsafah pada zaman ini ialah Chen Zhong Ying, Liu Shu Xian dan Tu Wei Ming.
DAFTAR PUSTAKA

Xiang,S.L.(ed.).(2000). Zhong Guo Zhe Xue Zhi Hui. (pp.135).Beijing : Zhong guo ren ming
da xue chu ban she .
Runes, D.D. (1943), Twentieth Century Philosophy. New York: Philosophical Library.

Chen ,L.(1992), Song Ming Li Xue. Shen Yang: Liao ning jiao yu chu ban she

Chan, W.T., Watson, B. (eds.) (1960), Sources of Chinese Tradition .New York : Columbia
University Press.

Macnair, H.F.(ed.) (1946), CHINA. London:Cambridge University Press .

Fung Yu-Lan, sejarah filsafat Cina (pustaka pelajar Celebah Timur UH III/548 Yogyakarta


55167, 2007), hal 348

Sumber Lain:

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://jurnal.iain-antasari.ac.id/
index.php/ushuluddin/article/download/691/pdf_26 (diakses pada 24 April 2016)

http://maarifinstitute.org/images/xplod/jurnal/vol%20vi%20no%202%20november
%202011.pdf#page=98 (diakses pada 24 April 2016)

http://www.kompasiana.com/othinx/lintasan-sejarah-filsafat-cina-perjalanan-menuju-neo-
konfusianisme_5500d92b8133116819fa7fc3 (diakses pada 24 April 2016)

1. apa perbedaan dari ke empat tohoh pemikir neo k? (Rivan)

2. unsur-unsur apa yang mempengaruhi dari pemikiran ini? (nurlella)

3. bagaimana pemikiran ini diterapkan pada sistem internasional dan berikan contohnya? (aditya)

Anda mungkin juga menyukai