DOSEN PEMBIMBING :
Yulasteriyani, S.Sos.,M.Sos
Disusun Oleh :
4. Bambang (07021381924129)
TAHUN AJARAN
2020/2021
1. Pengertian, asal usul dan perkembangan Agama Tradisional China
Agama Tradisional Cina adalah sebuah agama yang sudah ada pada masa
jauh sebelum Konghucu lahir. Oleh sebab itu pada masa sekarang agama
tradisional cina disebu juga sebagai agama konghucu. Konghucu sendiri berkata:
“Aku bukanlah pencipta melaikan aku sukaakan ajaran-ajaran kuno tersebut”.
Istilah aslinya yang lebih tepat untuk agama ini adalah Rujiao yang berarti
agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur sehingga
agama ini kadang juga disebut sebagai Ruism). Ru Jiao sudah ada jauh sebelum
Nabi Kongcu lahir. Ru Jiao sudah dimulai sejak Nabi Fuxi Shen-nong (2838-1698
SM), Huangdi (2698-2596 SM), Yao (2357-2255 SM), Shun (2255-2205 SM),
Da-yu (2205-2197 SM), Shang-tang (1766-1122 SM), Wen, Wu Zhou-gong
(1122-255 SM), sampai kemudian dilanjutkan oleh Nabi Kongzi (551-479 SM)
dan Mengzi (371-289 SM).
Para Nabi inilah peletak dasar Ru jiao, sedangkan Nabi Kongzi adalah
penerus, pembaharu dan penyempurna. Maka Ru jiao juga disebut Kong jiao.
Kongzi atau Konghucu dianggap memiliki jasa yang besar melestarikan
kepercayaan, adat isiadat dan tradisi Cina kuno ini. Meski demikian ada juga
sebagian kalangan yang berpendapat bahwa Konghucu adalah sebuah sistem etika
dan filsafat saja.
Agak sulit memperkirakan berapa jumlah penganut agama ini karena di
banyak tempat agama ini telah mengalami sinkretisme dengan berbagai ajaran
lain. Di Indonesia mayoritas warga keturunan Tionghoa menganut agama
Tridharma yang merupakan gabungan antara agama Konghucu, Buddha, dan Tao
dengan tempat ibadahnya yang disebut sebagai klenteng 9TITD- Tempat Ibadah
Tri Dharma). Tapi secara keseluruhan penganut agama tradisional Cina di seluruh
dunia diperkirakan mencapai 500 juta orang dengan populasi terbesar berada di
negara Cina.
2. Sumber-Sumber pokok Agama Tradisional China
a. Kitab
Koleksi kitab bangsa Cina terdiri atas lima kitab klasik (King) dan empat
kitab lainnya (Shu). Kitab yang pertama disunting oleh Konfusius, dan yang
terakhir oleh para murid Konfusius atau aleh Mensius, seorang guru ternama yang
hidup sekitar satu abad setelah masa Konfusius. Lima kitab klasik pertama adalah
naskah yang paling disacikan.
b. Sumber Ajaran
Konfusius tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan menjadi tokoh
pembaharu di bidang agama di negerinya. Konfusianisme sebenarnya adalah
ajaran agama kuno tersebut. Agama ini telah berkemhang pesat ketika pertama
kali kita melihatnya, dan anehnya agama ini telah membuang berbagai elemen
yang kejam dan tidak rasional dari ajarannya. Tak ada lagi mitologi: legenda
dunia tentang pernikahan antara langit dan bumi sudah tidak terlalu kentara..
Semuanya sudah tepat, bermartabat. dan teratur. Para dewa adalah etnisitas yang
layak disembah dan sangat baik kepada para hamba-Nya
c. Objek Pemujaan
Objek pemujaan sendiri memiliki arti dimana para pemeluk agama
mengagungkan sesuatu yang dianggap dan diyakini dapat memberikan
kedamaian, ketentraman, dan keamanan dalam hidupnya. Untuk agama tradisional
China sendiri objek pemujaan dikelompokkan kedalam tiga kelas, yang mana
sejak zaman nenek moyang bangsa China beserta keturunannya dan sampai saat
inimasih disembah, yaitu:
1. Langit
Langit atau orang China lebih mengenalnya dengan istilah (Tien)
merupakan sembahan utama bagi bangsa China. Sebab bangsa China itu
menganggap bahwa langit adalah sesuatu yang hidup. Langit bukanlah angkasa
yang berngin atau awang-awang yang hanya semata mata menurunkan hujan
tetapi lebih dar itu langit adalah sesuatu yang dapat mengawasi, mengetahui, dan
menguasai segala sesuatu yang ada dibumi. Langit dengan yang maha kuasa atau
bahasa lainnya itu tuhan adalah dua hal yang saling bergandengan atau setara.
Sebab alam atau langit mengungkapkan seluruh perubahan yang terjadi dalam
pikiran sang penguasa dari setiap tindakan manusia. Contohnya begini, orang
China itu sangat percaya pada kekuatan takdir (Ming), setiap orang itu memiliki
ming nya masing-masing, tetapi untuk mengetahuinya mereka harus melihat dari
gejala gejala alam yang ada. Sebab pada waktu itu konfusiuse ini pernah ditanya
“apakah langit mengungkapkan takdirnya dengan jelas. Ternyata jawabnya adalah
tidak, Takdir baru dapt diketahui setelah terjadi sebuah peristiwa dari langit.
Sebab itulah gejala-gejala yang diturunkan dari langit sangat berpengaruh pada
apa yang menjadi takkdir manusia. Sebagai contoh ketika terjaddi hujan lebat atau
kekeringan jangka panjang ini berarti langit sedang tidak baik. ini artinya sedang
terjadi sesuatu yang bernilai buruk bagi kehidupan manusia.
2. Beragam Jenis Roh
Pemujaan terhadap berbagai roh adalah sebuah kewajiban bagi orang
China. Walaupun roh tersebut tak diketahui bagaimana wujudnya dan ada dimana
mereka tetap percaya dan menanamkan dalam diri mereka bahwa setiap objek
alam seperti matahari, bulan, planet, awan, hujan, gunung dan sebagainya
memiliki roh . Mereka percaya bahwa roh roh ini akan membalas siapa saja yang
percaya, menghargai, dan memberikan persembahan kepadanya. Pemujaan
terhadap roh termassuk kedalam paham animisme dan dalam kepercayaan orang
China, semua roh adalah baik dan jarang sekali ada roh yang jahat.
3. Roh Para Leluhur
Pemujaan kepada leluhur adalah pemujaan yang ditujukan pada sosok
individu tertentu. Ketika seseorang tidak lagi mendekatkan diri kepada shang-ti
atau kepada kaisar yang bertahta dibumi sebagai wakil dari shang-ti, maka
persembahannya akan ditujukan kepada para leluhurnya sepenuhnya. Orang China
percaya bahwa roh seseorang masih terus hidup setelah orang itu mati dan mereka
mengundang sang roh untuk kembali menempati jasad yang telah mereka
tinggalkan. Keyakinan ini hampir mirip dengan konsep imortalitas jiwa, yaitu
anggapan untuk lebih memilih kelanjutan dari garis keluarga ketimbang orang
lain. Mereka tidak akan menunggu masa depannya atau membiarkan dirinya
terpengaruh olehnya sebab mereka tidak bisa mendapatkan informasi tentang
pahala dan siksaan di masa depan secara proposional.
3. Pokok-Pokok Ajaran Agama Tradisional China
Oleh beberapa ahli dikatakan bahwa Khonghucu, bukan pencipta agama
atau konseptor kebenaran baru bagi manusia, ia adalah sosial reformer (pembaru
masyarakat) dari masyarakat pola lama kepada masyarakat pola baru, pada waktu
itu. Soal-soal agama tidak dikemukakan. Ajaran-ajarannya hanya bersifat moral
susila. Hukum-hukum susilanya diperkokoh oleh kaidah “langit” yang penyusun
etika yang mengandung tendensi keagamaan yang berasal dari permulaan raja-raja
Tsu tahun 1050 SM. Oleh karena itu, ajaran agama Khonghucu sebenarnya adalah
gabungan antara 2 unsur. Yaitu, kepercayaan agama bangsa China Kuno,
ditambah dengan ajaran moral Khonghucu.
1. Ajaran moral Kong hu cu
Di dalam ajarannya, Khonghucu menuangkan hasil pikirannya dalam
bentuk filsafat yang mengandung tendensi psikologis, sosial dan kebudayaan pada
zamannya. Karena sebagai seorang ahli piker yang cinta kepada adat istiadat
bangsanya, maka dia membentuk pandangan filsafatnya di atas tradisi Tiongkok
yang telah berabad-abad sebelumnya memberikan keserasian hidup bagi
masyarakatnya.
Ajaran-ajaran Konghucu berisi pandangan yang banyak berhubungan
dengan masalah humanism (kemanusiaan), tata-susila dan watak-watak
kemanusiaan yang berguna untuk hidup mansyarakat. Dengan kata lain dapt lah di
anggap bahwa ajaran Konghucu tersebut mengandung unsur pembentukan akhlak
yang mulia bagi bangsa Tiongkok serta konsepsi yang mempedomani cara-cara
mengatur pemerintahan yang sebaik-baiknya pada masa itu. Pkok-pokok ajaran
dapatlah kita ketahui dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Setiap manusia harus memiliki Yen, yang mengandung pengertian bahwa setiap
insan harus terdapat dalam dirinya suatu kebaikan, budi pekerti, cinta dan
kemanusiaan. Yen mengandung suatu pengertian “hubungan” ideal di antara
sesame manusia.
b. Watak yang berhubungan erat dengan Yen ialah “Chung Tzu”. Bila orang telah
memiliki Yen, maka. Chung Tzu muncul sebagai watak ideal dari padanya. Chung
Tzu di artikan sebagai sifat kelaki-lakian yang mulia dan terpuji, sehingga dengan
adanya sifat-sifat tersebut orang akan terpuji. Chung Tzu dipandang sebagai
lambing bagi orang bijaksana yang percaya terhadap diri sendiri dan mempunyai
rasa tanggung jawab.
c. Bilamana orang telah memiliki dalam dirinya Yen dan Chung Tzu maka berarti ia
telah mempunyai ikatan dengan “Li”. Kata Li mengandung 2 maca, pengertian
yaitu:
1. Peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah yang menjaga keseimbangan dalam hidup
manusia, adalah suatu cara atau jalan segala sesuatu yang harus dilalui oleh siapa
pun.
2. terbentuk dalam upacara-upacara yang luas dan sudah mengandung ke Ritual
(upacara) dalam sepanjang hidup manusia. Seluruh hidup manusia sucian.
d. Setiap manusia harus memlihara kekuatan batin yang disebut “TE,” yang menurut
Konghucu mengandung pengertian psikologi yang dalam, yang berarti “kekuatan
atau kekuasaan” yang tidak hanya terbatas pada kekuatan psikis saja akan tetapi
juga sampai kepada kekuatan fisik-jasmaniah.
e. Konsep penting dari Konghucu ialah apa yang disebut “WEN” yang artinya
“damai”. Konghucu mengartikan kata “WEN” dengan “bentuk kehidupan yang
tenteram”, jauh dari peperangan. Bentuk hidup yang demikian menurut Konghucu
adalah hasil dari kebudayaan yang tinggi.
6. Organisasi Agama
Agama Khonghucu ini pernah diakui sebagai salah satu agama yang sah
oleh pemerintah Orde Lama dan sebanding dengan lima agama lainnya. Namun
karena kondisi politik setelah kemerdekaan kurang menguntungkan bagi orang
Cina—terutama setelah pemberontakkan G30S/PKI tahun 1965, kuatnya
desakkan pemerintah Orde Baru untuk membaurkan orang Cina ke dalam
kelompok pribumi, dan ditambah lagi dengan dikeluarkannya Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95 tanggal 18 Nopember
1978 yang menyebutkan bahwa agama yang diakui oleh pemerintah hanyalah:
Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha, maka mulai saat itu agama
Khonghucu menjadi kurang jelas statusnya. Karena kurang jelasnya status agama
Khonghucu ini di mata hukum Indonesia, maka banyak penganutnya yang pindah
ke agama lain seperti Kristen, Katolik, dan Buddha. Tidak hanya itu, rumah
ibadahnya (klenteng) telah dirubah namanya menjadi Vihara (rumah ibadah umat
Buddha). Dan bagi orang Cina yang masih tetap mempertahankan agama
Khonghucu sebagai keyakinan keagamaannya, hanya dapat mempraktekkan
agamanya dilingkungan keluarga, seperti misalnya pemujaan leluhur yang
merupakan bagian dari praktek keagamaan orang Cina dan praktek-praktek
keagamaan lainnya di lingkungan terbatas. Orang-orang Cina yang ingin
memaksakan Khonghucu itu sebagai agama yang sebanding dengan lima agama
lainnya, terutama dalam mendapatkan hakhaknya sebagai penganut suatu agama,
tetap saja mendapat tantangan dari pemerintah dan bahkan diikuti dengan
tindakan diskriminasi oleh pemerintah sebagai kelompok dominan (suatu
kelompok yang memiliki kekusaan yang luar biasa).
DAFTAR PUSTAKA
Menzies, Allan. 2014. SEJARAH AGAMA AGAMA Studi Sejarah,
Karakteristik dan Praktik Agama Agama besar di Indonesia. Yogyakarta :
familia
Nurdiyanah, A. (2013). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (02.04.2019)
11. 0274, 11–90.
Tanggok, I. (2009). P enelitian A gama K honghucu : S ejarah , A jaran , dan K
eorganisasiannya. XVI(01), 50–63.
Zarkasi, A. (2014). Mengenal Poko-poko Ajaran Kong Hu Cu. Jurnal Study
Lintas Agama, IX, 21–35.
http://tesaurus.kemdikbud.go.id/tematis/lema/matakin%2B%2528majelis
%2Btinggi%2Bagama%2Bkhonghucu%2Bindonesia%2529
https://matakin.wordpress.com/agama-khonghucu/
https://matakin.wordpress.com/agama-khonghucu/