D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELAS: X IPS-1
KELOMPOK 5-B
PENYUSUN:
Maria Simamora (23)
Rafael Mindo Passamotan Gurning (29)
Bangsa Tiongkok kuno diketahui memiliki sistem religi yang di dalamnya tercakup sistem
kepercayaan, sistem nilai dan juga pandangan hidup bagi bangsa ini. Dalam hal kepercayaan,
bangsa Tiongkok kuno mempercayai bahwa alam semesta ini dikuasai oleh para Dewa Dewi
yang masing-masing memegang peranan yang berbeda dalam menjaga keseimbangan alam
semesta.
Di antara Dewa Dewi yang diimani bangsa Tiongkok kuno adalah Feng Pa atau Dewa angin,
Lei Shih atau dewa angin topan yang digambarkan sebagai naga besar, Ti Shan yaitu dewa
penguasa bukit suci, dan juga Ho Po atau Dewa penguasa sungai Huang Ho. Karena banyaknya
jumlah dewa yang diyakini serta dipuja tersebut, maka dapat di katakan bahwa bangsa Tiongkok
kuno dapat diklasifikasikan sebagai penganut paham politeisme, yaitu yang mempercayai banyak
Tuhan.
Adapun manifestasi dari keimanan mereka terhadap dewa-dewa alam tersebut adalah dengan
dilakukannya berbagai ritual pemujaan, mulai dari ritual persembahan berupa sesajian hasil bumi,
hingga ritual ekstrem yang berupa sesaji yang mana manusia yang dikorbankan untuk
persembahan kepada dewa tertentu. Adapun falsafah atau pandangan hidup bangsa Tiongkok
kuno secara garis besar adalah berorientasi pada Tao (jalan), Te (keutamaan), Yen
(perikemanusiaan), i (keadilan), Tien (surga) serta dua prinsip induk bangsa Tiongkok yaitu Yin-
yang.
Dalam perkembangan selanjutnya, mereka juga percaya akan adanya kehidupan di alam baka.
Hal ini dibuktikan dengan temuan makam perempuan yang bernama Fu Hao di situs Anyang. Fu
Hao diperkirakan berasal dari kalangan bangsawan yang hidup pada masa Dinasti Shang. Di
dalam makamnya ditemukan banyak sekali perhiasan, berlapis-lapis kain sutra, makanan yang
diawetkan, dan beberapa jenazah perempuan dan penjaga dan pelayan yang akan bertugas
menjaga dan melayani Fu Hao di alam baka.
Pada masa Dinasti Qin, manusia tidak lagi disertakan dalam makam kaisarnya, tetapi diganti
dengan patung manusia yang berpakaian prajurit, seperti yang ditemukan pada makam Shi Huang
Ti Xi’An. Kepercayaan yang dianut pada masa Tiongkok Kuno adalah kepercayaan pada
kekuatan alam yang disebut dengan yin dan yang. Yin adalah lambang kelemahan, sedangkan
Yang adalah lambang kekuatan; kedua kekuatan ini harus selalu dalam keadaan yang seimbang
dalam rangka mewujudkan keharmonisan dan kelestarian dunia.
Kepercayaan serta pandangan hidup bangsa Tiongkok kuno pada dasarnya memiliki
kesamaan dengan kepercayaan serta pandangan hidup bangsa Tiongkok masa kini. Hanya saja,
bangsa Tiongkok hari ini sudah mengolaborasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
kepercayaan dan pandangan hidup nenek moyangnya dengan rasio, yang belakangan ini memang
menjadi hal yang dapat dibilang harus dan mesti untuk dilakukan. Mengingat fase ini adalah
zaman yang begitu mengedepankan rasionalitas umat manusia, hampir dalam segala hal, pun juga
dalam aspek religi atau kepercayaan manusia.
2.1 FILSAFAT
Filsafat Tiongkok merepresentasikan alur tradisi intelektual dan budaya Cina yang telah
dimulai semenjak awal dicatatnya sejarah mereka hingga masa kini. Bahasan utama filsafat
Tiongkok sangat dipengaruhi atau didasari berbagai ide yang digagas banyak tokohnya seperti
Lao-Tzu, Confucius, Mencius, dan Mo Ti, yang semuanya hidup pada masa paruh kedua dari
Dinasti Zhou (abad ke-8 hingga ke-3 SM). Bisa dikatakan bahwa keseluruhan budaya Cina juga
turut terbentuk, atau dibentuk , berdasarkan pengaruh dari para pemimpin intelektual ini.
2.2 TEKNOLOGI
Hasil budaya bangsa Tionghoa yang banyak membawa pengaruh besar bagi bangsa-bangsa
di dunia, antara lain sebagai berikut.
1. Penggunaan kertas, tinta, dan mesin cetak telah berkembang pada zaman pemerintahan
Kaisar Han Wu Di dari Dinasti Han. Hasil kesusastraan Tiongkok maju dengan pesat pada masa
ini, huruf-huruf tulisan Tiongkok yang berbentuk gambar (piktografi) telah menjadi dasar dari
tulisan yang digunakan di Jepang dan Korea. Pembuatan mesin cetak bahkan telah mendahului
temuan mesin yang sama oleh Johan Guttenberg pada tahun 1457.
2.Penggunaan pupuk dalam pertanian dan pengolahan industri tanaman kedelai (kecap, tahu,
taoge dan lain-lain), tebu menjadi gula dan cara penggilingannya banyak ditiru oleh bangsa-
bangsa lain.
3.Meramu obat-obatan untuk berbagai jenis penyakit dari bahan yang berasal dari tanaman
(herbal) masih dapat kita temukan sampai sekarang. Selain itu, cara pengobatan alternatif dengan
tusukan jarum, seperti akupunktur dan pijatan, juga masih dipraktikkan hingga kini.
4. Wilayah Tiongkok kaya akan barang tambang, seperti besi, emas, dan tembaga, sehingga
mereka memiliki kemampuan dalam mengolah hasil tambang dengan menerapkan teknologi
pengolahan logam. Hasil olahan ini kemudian dipasarkan oleh para pedagang Tionghoa jauh
dari tempat asalnya.
5.Dalam seni bangunan, bangsa Tionghoa juga sangat maju. Hal ini dibuktikan dengan
adanya bangunan Tembok Besar Tiongkok dan kuil-kuil. Salah satu kuil yang terkenal adalah
kuil dewa Beijing, yang bagian dalamnya terbuat dari batu pualam.
6.Pengetahuan astronomi juga berkembang pesat di Tiongkok karena ilmu ini menunjang
aktivitas kehidupan mereka sehari- hari. Masyarakat Tionghoa mengenali empat masa pergantian
musim sehingga pengetahuan tentang masa-masa pergantian musim melalui penanggalan menjadi
penting, terutama dalam kegiatan pertanian dan pelayaran. Astronomi kemudian berkembang
menjadi astrologi yang banyak digunakan untuk ramalan-ramalan yang terkait dengan kehidupan
manusia.
7.Bangsa Tionghoa juga mengembangkan gastronomi, yaitu ilmu memasak makanan.
Komposisi bumbunya yang sederhana dan rasanya yang enak membuat masakan Tiongkok
sangat terkenal di mana-mana hingga sekarang. Makanan Indonesia yang dipengaruhi oleh
kuliner Tiongkok antara lain siomai, kwetiau, dan mi ayam.
8. Peradaban Tiongkok memperkenalkan kita pada ilmu bela diri, seperti kung fu. Bela diri
berkembang saat dimulainya kegiatan perdagangan melalui Jalur Sutra. Selain penting bagi para
pedagang untuk melindungi diri dan barang dagangan mereka dari perampokan atau serangan
dari bangsa lain, seni bela diri juga dimaksudkan untuk melindungi pemerintahan yang sedang
berkuasa.
9. Komoditas terkenal dari Tiongkok adalah kain sutra, yang mulai dikenal pada masa
kekuasaan Shi Huang Ti dari Dinasti Qin.
10. Seni lukis dan keramik Tiongkok banyak digemari sampai sekarang. Seni lukisnya lebih
banyak bersifat dekoratif dan memiliki corak yang khusus dan menggunakan warna-warna yang
tajam. Seni keramik Tiongkok berkembang dengan pesat pada zaman Dinasti Ming, dengan
menggunakan teknik glasir yang halus dan hiasan warna-warna yang menarik. Keramik
Tiongkok banyak ditemukan di Indonesia, salah satunya di Desa Lobu Tua, Kota Barus,
Kabupaten Tapanuli Utara. Sumatra Utara. Hal tersebut menandakan dalam tersebut telah
berhubungan dagang dengan daerah di Tiongkok bagian selatan. Di daerah ini banyak ditemukan
tungku-tungku dari Yue (wilayah Zhejiang), keramik berbahan batuan, dan porselen dari
Guangdong dan Jiangxi. Keramik-keramik ini diperkirakan dari abad ke-9 hingga abad ke-11.
BAB II
KESIMPULAN
Bangsa Tiongkok kuno diketahui memiliki sistem religi yang di dalamnya tercakup
sistem kepercayaan, sistem nilai dan juga pandangan hidup bagi bangsa ini. Dalam hal
kepercayaan, bangsa Tiongkok kuno mempercayai bahwa alam semesta ini dikuasai oleh para
Dewa Dewi yang masing-masing memegang peranan yang berbeda dalam menjaga
keseimbangan alam semesta.
Adapun manifestasi dari keimanan mereka terhadap dewa alam tersebut adalah dengan
dilakukannya berbagai ritual pemujaan, mulai dari ritual persembahan berupa sesajian hasil bumi,
hingga ritual ekstrem yang berupa sesaji yang mana manusia yang dikorbankan untuk
persembahan kepada dewa tertentu. Kepercayaan serta pandangan hidup bangsa Tiongkok kuno
pada dasarnya memiliki kesamaan dengan kepercayaan serta pandangan hidup bangsa Tiongkok
masa kini. Hanya saja, bangsa Tiongkok hari ini sudah mengolaborasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam kepercayaan dan pandangan hidup nenek moyangnya dengan rasio, yang
belakangan ini memang menjadi hal yang dapat dibilang harus dan mesti untuk dilakukan.
Filsafat Tiongkok merepresentasikan alur tradisi intelektual dan budaya Cina yang telah
dimulai semenjak awal dicatatnya sejarah mereka hingga masa kini. Bahasan utama filsafat
Tiongkok sangat dipengaruhi atau didasari berbagai ide yang digagas banyak tokohnya seperti
Lao-Tzu, Confucius, Mencius, and Mo Ti, yang semuanya hidup pada masa paruh kedua dari
dinasti Zhou (abad ke-8 hingga ke-3 SM). Bisa dikatakan bahwa keseluruhan budaya Cina juga
turut terbentuk, atau dibentuk , berdasarkan pengaruh dari para pemimpin intelektual ini.
Sehingga peradaban Tiongkok Kuno merupakan peradaban yang sangat maju.